Anda di halaman 1dari 6

Rhinitis Hipertrofi

Rhinitis hipertrofi dapat timbul akibat infeksi berulang dalam hidung dan sinus atau

sebagai lanjutan dari rhinitis alergi dan vasomotor.

Gejala

Gejala utama adalah sumbatan hidung, sekret biasanya banyak, mukopurulen dan

sering ada keluhan nyeri kepala.

Pada pemeriksaan akan ditemukan konka yang hipertrofi, terutama konka inferior.

Permukaanya berbenjol- benjol ditutupi oleh mukosa yang hipertrofi. Akibatnya saluran

udara sangat sempit. Sekret mukopurulen yang banyak biasanya ditemukan diantara konka

inferior dan septum dan juga di dasar rongga hidung.

Terapi

Harus dicari faktor – faktor yang menyebabkan tumbulnya rhinitis hipertrofi dan

kemudian memberikan pengobatan yang sesuai. Untuk mengurangi sumbatan hidung akibat

hipertrofi konka dapat dilakukan kauterisasi konka dengan zat kimia ( nitrat argenti atau asam

triklorasetan) atau dengan kauter listrik ( elektrokauter ). Bila tidak menolong, dilalukan

luksasi konka atau bila perlu dilakukan konkotomi

http://dokumen.tips/documents/rhinitis-hipertrofi.html
http://calvariatmc.blogspot.co.id/2010/12/rinitis-simpleks-sika-hipertrofi-atrofi.html

Rinitis Hipertrofi

19JUL

DIkutip dari : Delfitri Munir (Dexa Medica http://equilab-


int.com/images/publication_upload070416977395001176746090DM_Juli-Sept2006.pdf

Proses infeksi dan iritasi yang kronis akan dapat menyebabkan hipertrofi konka nasalis. Septum deviasi
juga dapat menyebabkan penyakit ini secara kontralateral. Gejala utama rinitis hipertrofi adalah hidung
tersumbat. Keadaan ini memerlukan tindakan koreksi karena pengobatan dengan medikamentosa saja
sering tidak memberi hasil yang memuaskan. Tindakan yang paling ringan seperti kauter sampai
pemakaian laser dapat dilakukan untuk mengatasi keluhan hidung tersumbat akibat hipertrofi konka.

Beberapa teknik operasi yang dapat digunakan adalah:


Kauterisasi konka dengan zat kimia
Kauterisasi konka dengan zat kimia adalah teknik yang paling sederhana. Zat kimia yang biasanya
digunakan adalah nitras argenti atau asam triklor asetat. Bahan kimia ini
dioleskan sepanjang konka yang mengalami hipertrofi.5
Conchotomy inferior total
Letakkan gunting konka dengan satu mata pisau di bawah konka dan yang lain diatasnya, lepaskan
jaringan tulang dan jaringan lunak konka. Elektrokauter dapat dilakukan pada
sisi pemotongan untuk menghentikan perdarahan, diikuti dengan tampon hidung. Keuntungan utama
teknik ini adalah ditujukan pada hipertrofi tulang maupun mukosa sepanjang
konka. Kerugiannya adalah risiko perdarahan dan krusta pasca operasi.4
Conchotomy inferior parsial
Diletakkan elevator di bawah konka kemudian patahkan ke medial, lalu letakkan klem lurus sepanjang
permukaan anterior inferior konka yang akan dibuang. Klem dibiarkan dulu sedikitnya satu menit untuk
hemostatis dan memungkinkan penilaian konka yang hipertrofi untuk reseksi. Gunakan gunting konka
untuk mengeksisi jaringan tulang dan jaringan lunak sepanjang batas anterior inferior konka.
Elektrokauter dapat dilakukan pada sisi pemotongan
untuk hemostatis. Keuntungan dengan cara ini adalah pembuangan langsung tulang dan mukosa yang
hipertrofi.
Kerugiannya adalah perdarahan serta terbentuknya krusta.4
Reseksi parsial konka inferior dengan endoskopi adalah cara terbaik untuk memperbaiki obstruksi
hidung akibat hipertrofi konka inferior.9
Turbinoplasti inferior
Gunakan elevator untuk mematahkan dan menggerakkankonka inferior.4 Lalu dibuat insisi sepanjang
ujung anterior konka pada insersi lateral, kemudian diperpanjang ke bawah sampai setengah panjang
anteriorkonka.10 Buat sebuah liang dengan elevator Freer sepanjang tulang konka ke arah posterior
sejauh mungkin kemudian eksisi tulang konka dengan menggunakan senar. Gulung flap mukoperiosteal
yang tersisa dari medial ke lateral untuk membentuk konka
baru dan letakkan tampon yang dilepaskan setelah 24 jam.4,10 Tujuan teknik ini adalah mengangkat
tulang tetapi menyisakan bagian medial dan beberapa permukaan lateral
mukosa.8 Keuntungan teknik ini adalah risiko perdarahan dan krusta lebih sedikit daripada teknik bedah
reseksi lainnya.
Prosedur ini menyisakan sebagian mukosa konka dan lebih ditujukan pada obstruksi konka bagian
posterior.4
Reseksi submukosa
Insisi sepanjang permukaan inferior konka, kemudian elevasi bagian medial dan lateral flap
mukoperiosteal ke arah superior dan inferior untuk mendapatkan tulang konka. Lalu
reseksi bagian tulang dari sepertiga anterior konka. Variasi instrumen seperti gunting, takahashi forceps,
rongeurs dapat digunakan, dan buang sisa-sisa fraktur pada posterior. Turunkan kembali flap
mukoperiosteum, kemudian tampon dapat
diletakkan untuk fiksasi flap selama fase penyembuhan.4,11
Pelepasan konka bagian tulang memungkinkan konka inferior mengarah ke lateral secara alami.
Keuntungan teknik ini adalah risiko perdarahan dan krusta lebih sedikit daripada
teknik bedah reseksi lainnya serta menyisakan sebagian mukosa konka. Kerugiannya adalah sulit
dilakukan dan tidak ditujukan untuk konka bagian posterior bila obstruksi.4
Diatermi submukosa
Diatermi submukosa konka inferior mulai populer sejak 1989, walaupun sudah pernah dilaporkan pada
tahun 1987. Diyakini bahwa arus koagulatif menghasilkan nekrosis jaringan
dan fibrosis yang terjadi menyebabkan penyusutan dari jaringan lunak konka. Keuntungannya adalah
penyembuhan biasanya lebih cepat dan banyak ahli menggunakan diatermi
submukosa sebagai pilihan karena komplikasi yang relatif sedikit. Di samping itu dapat dilakukan dengan
anestesi lokal, peralatan tidak mahal dan aman, namun tidak efektif untuk
jangka panjang.7
Outfracture lateral
Letakkan elevator Freer atau Boise di bawah konka kemudian tulang konka dipatahkan ke arah atas dan
medial. Lalu elevator diletakkan di atas permukaan medial konka dan diberikan tekanan untuk
mematahkan konka ke arah luar. Dipastikan bahwa fraktur tulang konka di seluruh panjangnya. Tampon
biasanya tidak dibutuhkan tapi dapat berguna untuk mempertahankan konka ke lateral.4,11
Tindakan ini mengurangi ukuran konka dan volume rongga hidung menjadi lebih luas. Keuntungan cara
ini adalah komplikasi seperti perdarahan lebih sedikit serta lebih sedikit krusta pasca operasi.
Kerugiannya adalah tidak ditujukan pada hipertrofi mukosa konka, serta perbaikan aliran udara hidung
hanya sementara bila hanya prosedur ini yang dilakukan. Bila dilakukan dengan teknik lain yang
mengurangi hipertrofi mukosa, dapat diperoleh pengurangan obstruksi rongga hidung yang lebih
efektif.4
Pematahan multipel tulang konka submukosa
Teknik operasi pematahan multipel tulang konka submukosal ini merupakan modifikasi dari simple out-
fracture konka. Dengan cara ini mukosa tidak dilukai, dan dilakukan lateralisasi tulang konka, sehingga
terbentuk jaringan ikat submukosa, dan setelah osteoklas bekerja, diharapkan fragmen tulang yang
dipatahkan semakin mengecil. Operasi dapat dilakukan dalam narkosis atau dapat juga dengan anestesi
lokal. Persiapan operasi dengan pemberian vasokonstriksi lokal sangat membantu yaitu dengan
pemasangan tampon hidung dengan lidokain 2% dan adrenalin 1:200.000. Untuk mengurangi
perdarahan pada awal tindakan dilakukan infiltrasi submukosa konka dengan campuran larutan
adrenalin 1:200.000 pada bagian anterior konka sampai menyentuh tulang konka. Dilakukan insisi tegak
lurus pada
daerah tusukan infiltrasi lebih kurang 0,5 cm agar respatorium dapat dimasukkan. Bebaskan permukaan
medial tulang konka dari jaringan lunak dengan menggunakan respatorium konka sampai ke posterior.
Pematahan tulang konka secara berulang dimulai dari bagian posterior maju setiap 0,5 cm ke arah
anterior sehingga terdapat 6-8 fragmen patah tulang konka.
Perdarahan yang terjadi biasanya tidak banyak dan dipasang tampon anterior untuk dipertahankan 3
hari. Keuntungan teknik operasi ini ialah caranya mudah, waktu operasi singkat dan penyulit saat
operasi serta dampak pasca operasi sangat minimal. Kerugian teknik ini memerlukan kehati-hatian pada
waktu melepas tulang konka dengan jaringan lunak konka agar tidak robek karena dilakukan dengan
metode buta.3
Elektrokauter
Elektrokauter dapat dilakukan dengan kontak linear mukosa atau submukosa.4,11 Untuk kauter
permukaan, elektrode kabel atau jarum dapat digunakan. Kauter submukosa dapat dilakukan dengan
elektrode unipolar atau bipolar yang menginduksi fibrosis dan kontraktur
yang menghasilkan pengurangan volume. Teknik unipolar menyebabkan koagulasi jaringan di sekeliling
elektrode, sedangkan teknik bipolar menghasilkan koagulasi nekrosis di
antara jarum elektrode. Pada teknik bipolar, masukkan ujung kauter konka bipolar ke dalam konka
anterior inferior lalu berikan arus. Pada teknik unipolar, masukkan jarum spinal
22 sepanjang tepi konka anterior inferior lalu berikan arus, biasanya dengan unit elektrokauter Bovie.
Hindari kontak dengan ala, kolumela atau septum, yang dapat menyebabkan luka jaringan perifer.
Hindari pula kontak langsung dan kauterisasi tulang konka karena dapat menyebabkan nekrosis tulang.
Keuntungan cara ini risiko perdarahan rendah sedangakan kerugiannya adalah krusta pada tempat
insersi kauter dan sering terjadi edema konka pada minggu pertama pasca operasi.4
Ablasi frekuensi radio
Ablasi frekuensi radio menghasilkan perubahan ionik pada jaringan dan menginduksi nekrosis jaringan.
Fibrosis submukosa yang dihasilkan melengketkan mukosa ke periosteum konka, mengurangi aliran
darah ke konka. Kontraktur yang terjadi menyebabkan reduksi volume konka inferior tanpa kerusakan
pada mukosa diatasnya. Suhu target dapat diatur pada 60-90oC untuk menghindarkan kerusakan
jaringan sekitar. Sebelum operasi berikan lidokain 4% topikal sepanjang konka, dan kemudian
disuntikkan lidokain 1-2%.
Injeksi lidokain dengan epinefrin (1:100.000) juga dapat dipakai. Ujung probe dimasukkan ke bagian
anterior dan sepanjang pertengahan konka. Jumlah energi yang diberikan
pada konka inferior bervariasi. Generator frekuensi radio memungkinkan pengaturan suhu target, besar
arus, lama pemberian arus, dan total energi yang diberikan. Pemberian
sampai sebesar 900 Joule per konka (pada dua lokasi probe yang berbeda pada konka) telah dilaporkan
tanpa menyebabkan nekrosis mukosa.4 Keuntungan teknik ini adalah
mempertahankan mukosa, mengurangi risiko perdarahan dan
pembentukan krusta pasca operasi.4,12
Prosedur ini juga dapat dilakukan dengan anestesi lokal di klinik dan dapat diulangi bila hasil yang
optimal belum diperoleh.4
Cryosurgery
Cryosurgery menyebabkan pembentukan kristal es intraselular, menghasilkan denaturasi protein inti
dan membran sel. Hal ini menyebabkan destruksi membran sel, trombosis pembuluh darah, iskemia
jaringan, dan destruksi jaringan. Peralatan yang digunakan adalah unit cryosurgery nitrous oxide.
Letakkan cryoprobe pada permukaan konka dan turunkan suhu serta bekukan permukaan kontak. Suhu
yang digunakan antara -45 sampai – 85oC. Lindungi alanasi, kolumela dan septum dari kontak dengan
ujung probe untuk menghindari kerusakan jaringan tersebut. Keuntungan teknik ini adalah dapat
dilakukan dengan anestesi lokal pada klinik.
Sedangkan kerugiannya adalah penyembuhan yang lama sehingga membutuhkan waktu sampai 6
minggu.4
Laser conchotomy
Laser conchotomy yang digunakan adalah laser CO2, Nd: YAG (neodymium: yttrium-aluminium-garnet)
dan dioda.Jaringan divaporisasi sepanjang ¼ sampai ½ bagian anterior inferior konka.4 Teknik laser CO2
melibatkan penggunaan beberapa titik laser (densitas energi laser 6.100 Joule/cm2 per lesi) pada
puncak konka di bawah mikroskop operasi.
Pada prosedur laser Nd:YAG, radiasi tenaga rendah (densitas Power microdebrider
Power microdebrider merupakan metode yang aman, sederhana dan efektif untuk penatalaksanaan
rinitis hipertrofi kronis. Teknik ini terutama berguna sebagai tambahan pada septoplasti endoskopi atau
sinosurgery, dan merupakan pilihan bedah dengan teknik invasif minimal. Namun, studi lebih lanjut
dengan desain prospektif dibutuhkan untuk
memperkuat bukti yang telah ada.14
Coblation
Prosedur ini menggunakan Coblation-Channeling untuk sekaligus membuang dan menyusutkan jaringan
submukosa. Teknik ini menciptakan kanal dengan mengablasi jaringan. Untuk penyusutan jaringan, lesi
nekrotik submukosa diciptakan di sekitar kanal tersebut. Terapi ganda ini menyebabkan pengurangan
obstruksi hidung yang segera.14
Pasca operatif Bila dilakukan reseksi tulang atau mukosa, tampon pasca operasi harus diberikan, yang
biasanya dilepaskan dalam 24 jam pascaoperasi. Perdarahan pasca-operatif biasanya dapat diatasi
dengan dekongestan topikal, bahan hemostatik seperti
surgical, atau tampon hidung. Perdarahan yang menetap mungkin membutuhkan operasi ulang dan
mungkin juga dibutuhkan endoskopi.4
Penatalaksanaan Lanjutan Beritahukan pasien untuk menghindari mengangkat beban
berat atau aktivitas berat selama beberapa minggu setelah operasi (biasanya 2-3 minggu). Selama itu
pasien juga harus menghindari obat-obatan dengan efek antikoagulasi. Cuci
hidung dengan NaCl harus digunakan untuk meminimalkan kekeringan hidung dan krusta pasca operasi.
Hal ini harus dilanjutkan sampai mukosa sembuh sempurna, kemudian
pengobatan lanjutan seperti glukokortikoid topikal dapat dilanjutkan.4
Komplikasi Pasca operasi
Perdarahan
Komplikasi ini adalah yang paling sering terjadi dengan insidensi sebesar 1% sampai 2%. Umumnya
perdarahan berhenti secara spontan dalam beberapa hari. Dapat pula terjadi perdarahan berat yang
membutuhkan transfusi, dengan insidens sebesar kurang dari 1%. Perdarahan ditangani dengan cara
yang sama dengan penanganan epistaksis. Bila setelah beberapa lama perdarahan belum berhenti,
sumber perdarahan harus dicari. Tampon yang ada harus dikeluarkan dari hidung dan klot darah diisap,
lalu diberikan nasal dekongestan topikal dengan menggunakan kapas.11
Jaringan parut
Pembentukan synechia dari konka inferior sampai ke septum atau konka media jarang terjadi pasca
turbinektomi. Namun dapat juga terjadi bila mukosa septum terkelupas
di dekat tepi konka setelah reseksi. Akan terjadi clot darah diantaranya yang kemudian akan membentuk
synechia. Kemungkinan pembentukan synechia sulit diprediksi,
namun dapat dicegah bila dilakukan monitoring yang tepat pasca operasi. Bila synechia sudah
terbentuk, penanganan tergantung pada gejala yang timbul. Umumnya jaringan parut
ini perlu dibuang, namun dengan hanya menginsisi synechia saja kurang efisien. Hampir semua kasus
membutuhkan eksisi dari kedua permukaan mukosa.11

https://hennykartika.wordpress.com/2008/07/19/rinitis-hipertrofi/

Anda mungkin juga menyukai