Anda di halaman 1dari 37

BISMILLAHIRROHMANIRROHIM

ASSALAMUALAIKUM WARAHMATULLAHI WABAROKATUH

• CSL penatalaksanaan abses intra oral

Etiologi: odontogen dan non odontogen.

Odontogen: rusaknya jaringan pendukung gigi -> pulpitis reversible -> pulpitis irreversible ->
gangren pulpa/nekrosis pulpa -> infeksi periapical -> osteomyelitis -> jaringan lunak (space
facial wajah dan leher) -> abses.

Prinsip dan tujuan drainase


1. mengeluarkan pus dan jaringan nekrotik
2. drainase dan mengeluarkan bakteri
3. mengurangi tekanan jaringan sehingga meningkatkan aliran darah dan pertahanan tubuh

Terapi infeksi odontogen


1. Evaluasi keadaan umum ( tanda vital : nilai normal nadi 60-80 kali/menit, pernafasan 8-
12/menit, suhu tubuh 36,5-37,5 tekanan darah 120/80 mmHg)
Note: jika lebih dari 2 yang abnormal = sepsis -> harus di rawat inap
2. Drainase
Pada jaringan lunak -> insisi drainase
Pada jaringan keras -> trepanasi
3. Medikamentosa
-Antibiotik/ di kombinasi (aerob dan anaerob) -> amoxicicillin dan metronidazole
-Analgesik (asam mefenamat/ibu profen)
-anti inflamasi (korticosteroid: dexametazone/prednisone)
-antipiuretik/demam: paracetamol
4. perbaikan keadaan umum dengan pemberian nutrisi yang baik

Urutan tahapan insisi

-Alat dan bahan


1. Scalpel (blade dan handle) No. 11
2. APD
3. Larutan desinfektan (povidone iodine)
4. Spuit 3 cc
5. Bahan anastetikum (lidokain/ chlor etyl)
6. Tampon
7. Drain
8. Arteri clamp
9. Sonde lurus
10. Hecting set
11. Kassa steril
12. Alat OD / mirror, pinset (intra oral)
13. Cotton pellet

-Anamnesis

-Inform consent
-cuci tangan
-siapkan alat dan bahan
-gunakan APD (masker-> Handscone)

1. Desinfeksi daerah fluktuasi yang akan di insisi menggunakan povidone iodine, dengan
menggunakan kasa/cotton pellet dan pinset ( desinfeksi dari pusat luka keluar dengan
berlawanan arah jarum jam)
2.Anastesi topikal menggunakan dysposible siringe 3 cc -> demonstrasikan
3.Aspirasi / cari sumber pus (+)
4. Insisi dengan menggunakan scalpel No. 11
Note :
- scalpel diletakkan pada bagian yang paling rendah dari abses
- Bagian scalpel yang tajam menghadap keatas dan dengan sedikit tekanan ke atas pus akan
keluar
- Insisi yang dilakukan harus pendek, panjangnya tidak lebih dari 1 cm dan kedalamannya 3
mm ( kedalaman kulit)
- insisi pada jaringan yang fluktuasi maksimal
- insisi yang tidak mengganggu estetik dan sejajar garis wajah (arah serabut otot)
- jika memungkinkan insisi dilakukan dengan mengikuti arah gravitasi (memudahkan
pengeluaran pus)
5.setelah insisi masukkan hemostat
Note:
- hemostat digunakan dengan maksud mengontrol perdarahan bila ada pembuluh darah besar
yang terputus
6. Diseksi tumpul menggunakan arteri clamp -> masuk -> tutup -> mentok -> buka
(memperlebar jalan fistula-> pus)
7. Masukkan drain (handscone di potong persegi Panjang/ iodoform tampon/ drain tube/
bactigrep) dengan sonde lurus ujung drain dilipat dan dimasukkan kemudian sisakan sedikit.
Note :
- tujuan drain agar tidak terjadi penutupan luka mukosa insisi sehingga pus tidak ada yang
tersisa dalam jaringan
-Pada intra oral drain wajib di jahit
-pada ekstra oral bisa dijahit/ tidak
- drain bisa tetap disimpan ditempat tersebut sampai seluruh drainase dari pus terhenti,
biasanya 2-5 hari
- pelepasan drain dilakukan dengan buka jahitan dan melepaskan drain dari luka
8. Jahit pada salah satu sisi drain dengan pemukaan mukosa atau kulit
Note :
- menggunakan benang non resorbable
- kemudian dibersihkan dengan povidone iodine
- jahitan ditempatkan pada jaringan yang vital karena pada jaringan non vital lebih mudah
robek
9. Dressing/ balut dengan kassa steril
Note: jika pus nya banyak diganti 2-3 jam sekali
10. pemberian medikamentosa ( antibiotic, analgesic, antiinflamasi)

• CSL flap dan penjahitan trapezium, triangular, semilumar

Desain Flap

- Flap adalah suatu irisan pada ginggival dan atau mukosa yang secara bedah diangkat
terpisah dari jaringan di bawahnya untuk memperoleh lapang pandang dan akses ke
daerah pembedahan.
- Flap dibuat untuk mendapatkan jalan masuk ke daerah kerja.
- Lapangan pandangan cukup
- Kecenderungan yang ada selama ini dokter gigi jarang melakukan pembuatan flap atau
pembuatan flap yang terlalu kecil.
- Pada pencabutan gigi dengan kasus tertentu, suatu pendekatan dengan pembuatan flap
- Sering lebih konservatif dan kurang traumatik di banding dengan pencabutan
berkepanjangan menggunakan tang/elevator, yang pada dasarnya mengakibatkan cedera
yang cukup berat pada jaringan lunak dan jaringan keras.

Instrumen pembuatan flap.


1. Scalpel terdiri dari handle dan disposable mata pisau steril yang tajam. Mata pisau
scalpel untuk intraoral.
2. Mata pisau no 15, relative kecil dan dapat di gunakan untuk membuat insisi di sekitar
gigi terus ke mukoperiosteum
3. Mata pisau no 11 memiliki ujung yang tajam, biasa digunakan untuk membuat
tusukan kecil insisi seperti pada drainase abses.
4. Mata pisau no 12 yang bengkok berguna untuk prosedur mukoginggival dimana insisi
harus di buat
Persyaratan Pembuatan Flap
1. Insisi tegak lurus permukaan
2. Insisi à tegas à 1kali tidak terputus
3. Basis lebih lebar dari atap à bentuk trapesium
4. Memperhatikan anatomis/topografi jaringan
§ Insisi sejajar dengan pembuluh darah dan saluran kelenjar saliva
§ Tidak memotong nervus utama
§ Sejajar dari otot / ekstra oral incision
5. Tepi à terletak di atas tulang sehat ( 3-4 mm)
6. Ukuran flap jangan berlebihan
7. Flap mukoperiosteal à periosteum harus dilepaskan seluruhnya.
8. Insisi vertikal mulai à verstibulum bukal hingga papila interdental gingiva.
KLASIFIKASI FLAP RONGGA MULUT.

Berdasarkan :

1. Lokasinya :
- Flap bukal/labial
- Flap lingual/palatal
2. Kelebihan
-full thickness (sering dibuat)
- partial thicness
3. Sisi
- Flap satu ssi à daerah yang tidak membutuhkan pengambilan tulang
- Flap dua sisi à pencabutan gigi trans alveolar
- Flap tiga sisi à lesi periapikal, apiektomi , orontral fistula
4. Lapisan jaringan
- Mukoperiostela flap
- Mukosa flap

Klasifikasi flap rongga mulut menurut outline


1. Trapezoidal flap
-keuntungan : menyediakan akses yang baik, memungkinkan pembedahan dilakukan
pada lebih dari satu atau dua gigi, sehingga tidak ada tegangan pada jaringan.
Sehingga flap mudah dikembalikan pada posisi awal dan mempercepat proses
penyembuhan
-kerugian , menimbulkan defek pada attached gingiva (resesi ginggiva )
2. Triangular flap
o Keuntungan : memastikan suplai darah adekuat, lapangan pandang yang
memuaskan dan stabilitas yang baik dan dapat dengan mudah dimodifikasi
dengan insisi kecil atau insisi vertikal tambahan atau bahkan memperpanjang
insisi horizontal.
o Kerugian : abses yang terbatas untuk gigi dengan akar yang panjang, terjadi
tegangan pada saat flap dibuka dengan retraktor dan menyebabkan defek pada
affected ginggiva.
Note: penjahitan dimulai di bagian sudut-> interdental

3. Envelope flap
- Keuntungan : menghindari insisi vertikal dan mudah mengembalikan flap ke posisi
semula
- Kerugian : pembukaan flap sulit (terutama di bagian palatal ), tegangan cukup besar
dengan resiko robek pada ujungnya , pandangan terbatas pada apikoektomi, akses
terbatas, dapat terjadi cedera pada pembuluh darah dan nervus palatal dan defak pada
affected gingiva.

4. Seminular flap
o Keuntungan : insisi kecil dan pembukaan flap mudah. Tidak terjadi resesi
ginggiva di sekitar restorasi prostetik, tidak ada intervensi pada periodonsium,
pembersihan mulut lebih mudah dibandingkan jenis flap yang lain.
o Kerugian : kemungkinan terjadi kesalahan insisi pada lesi tulang, terutama pada
daerah anterio flap sulit dikembalikan dan dijahit sebab tidak ada titik panduan,
pandangan dan akses yang terbatas dan mudah robek.

5. Jenis flap lain


o Flap yang dihasilkan oleh insisi berbentuk Y
Insisi dibuat di sepanjang garis tengah palatum, kemudian dibuat dua insisi
anterolateral , disebelah anterior gigi kaninus . flap jenis ini diindikasikan pada
prosedur bedah untuk mengambil eksostosis yang kecil.
o Flap yang dihasilkan oleh insisi bentuk X
Flap ini dbuat untuk eksostosis yang besar, dan merupakan perpanjangan dari
insisi bentuk Y . Perbedaannya yaitu pada flap ini dibuat dua lagi insisi
posterolateral , yang penting untuk mendapatkan akses yang adekuat ke daerah
operasi. Flap ini di desain sedemikian rupa agar tidak mencedera cabang utama
arteri palatina.
PENJAHITAN

Penjahitan luka bedah sangat penting untuk menahan flap di atas luka.
Menyambung tepi tepi luka, melindungi jaringan dibawah luka dan infeksi atau faktor
iritasi lain, dan mencegah pendarahan setelah operasi.
Penjahitan juga dibutuhkan pada kondisi sbb :
1. Terjadi pendarahan jauh di dalam jaringan dan dibutuhkan pengikatan
pembuluh darah besar
2. Laserasi pada jaringan lunak
3. Kasus pendarahan parah dimana penjahitan dilakukan untuk menahan
hemostatic plug tetap pada tempatnya
4. Terjadi infeksi setelah insisi, untuk stabilitasi rubber drain pada daerah insisi.
5. Menahan pedicle flap pada posisi baru.

Stabilisasi jahitan diperoleh dengan pembuatan simpul, yang dapat


berupa sampul sederhana atau simpul surgeun dan bisa juga diikat
dengan jari kedua belah tangan atau dibantu dengan neddle holder

Selanjutnya flap ditempatkan pada posisi yang digunakan. Lalu dibuat


simpul singgle-wrap dalam arah yang berlawanan, yang disebut simpul
safety
PENJAHITAN / SUTURING
Tujuan suturing à mengikat jaringan pada posisinya atau sisi lawannya
hingga mendukung jaringan untuk penyembuhan .

Sifat – sifat suturing material :

1. Harus memiliki kekuatan regangan yang tinggi


2. Tidak menyebabkan alergi/radang
3. Dapat menyimpul dengan baik
4. Dapat disterilkan
5. Kontras / mudah terlihat
UKURAN BENANG JAHIT

Diatemer cross sectonal :

0 : 00 : 000 : 4-0
Besar à kecil

KLASIFIKASI BENANG

1. Absorbable
Dapat dicerna atau dihidrolisis oleh enzim dalam waktu 60 hari
a. Alami
o CATGUT (Usus binatang)
o Kolagen ( Tendon dan achilies )
o Membran eargile ( lapisan submucus caecum )
b. Sintesis
o Asam poliglikolik ( dexon )
o Asam poliglatik (vieryl )
o Karbonat politrimetilen (maxon)
(kualitas baik, benang absorbable pilihan)
2. Non – absorbale
a. Alami
• Sutra/ silik, dipakai untuk suturing mukosa rongga mulut dan
kelopak mata
• Linen ( bahan selulosa)
• Katun
Jarum menjahit
1. Berdasarkan bentuk
• lurus ( menjahit interdental )
• bengkok (sering dipakai )
2. berdasarkan tipe / bentuk penmpang
• bentuk bulat ( mukosa rongga mulut )
• bentuk cutting ( jarum kulit )
3. Berdasarkan ujung jarum
• Eyed needle (jarum bermata )
• Atraumatik ( tidak bermata )

PRINSIP – PRINSIP PENJAHITAN


1. Jarum sebaiknya dipegang dengan bantuan needle holder kira – kira pada ¼ jarak dari
ujung jarum
2. Jarum sebaiknya menembus jaringan tegak lurus terhadap permukaannya
3. Benang jahit sebaiknya diletakkan sejauh (2-3 mm ) dari garis insisi. Ketebalan
penetrasi sebaiknya juga sama pada kedua sisi garis
4. Ketka satu sisi garis insisi difikasi dan yang lainnya tidak/bebas, jarum sebaikknya
ditusukkan dari sisi yang bebas ke sisi yang difiksasi
5. Ktika satu sisi jaringan lebih tipis dari pada sisi yang lainnya, jarum sebaikknya
ditusukkan lebih dalam ke sisi superfisial.
6. Benang sebaiknya tidak diikat kuat karena akan membuat jaringan menjadi pucat.
7. Simpul tidak dikat di atas tepi luka
8. Setiap benang sebaiknya terpisah 3-4mm

Teknik penjahitan :
Teknik penjahitan yang umum digunakan dalam bedah mulut adalah :
o Interrupted
o Continous
o Mattress
o Eight suture (haemoragic suture )
1. Simple intterupted suture
o Teknik penjahitan yang sering digunakan karena sederhana dan dapat di gunakan
dalam semua prosedur
o Disebut juga jahitan terputus
o Menjahit tepi luka dengan satu jahitan disimpul lalu digunting
o Relatife aman karena apabila satu jahitan terputus maka jahitan lainnya tidak
terganggu.
o Merupakan teknik yang paling sering digunakan dalam bidang kedokteran gigi
o Memiliki potensial yang rendah dalam menyebabkan edema dan kerusakan
sirkulasi.
KERUGIAN
§ Waktu yang dibutuhkan cukup panjang untuk insersi
§ Memiliki resiko lebih besar dalam meninggalkan bekas jahitan yang
membentuk seperti jalur kereta api ( rall-road scan)

Prosedur :
1. Pegang bagian tepi luka dengan pinset chirurgis
2. Masukkan ujung jarum dari tepi luka sekitar 1 cm . masukkan ujung jarum
dari dalam ujung luka dan keluarkan kurang lebih 1 cm dari tempat insisi dari
luka tempat insisi
3. Tarik benang jangan ada yang tertekuk
4. Buat simpul dengan melilitkan benang pada needle holder sebanyak 2 kali.
5. Kencangkan simpul dan lakukan minimal 3x dengan simpul 2:1 ( 2 arah yang
sama dan 1 arah yang berbeda ) , agar jahitan pada luka tidak mudah lepas
6. Potong bagian benang yang tersisa , ratakan luka jangan sampai terjadi
tumpang tindih kulit.

2. Simple Continous Suture


Keuntungan : Insersi jahitnya cukup cepat
Kelebihan : jika salah satu jahitan terputus, maka keseluruhan jahitan akan lepas

Looking continous suture


1. Tekhnik jahitan ini hampir sama dengan teknik simple continous suture , namun
terdpat keuntungan tambahan berupa adanya mekanisme pengunci. Dengan adanya
mekanisme ini, jaringan dapat disesuaikan dengan insisi secara periradikuler .
2. Selain itu hal ini juga mencegah terjadinya pengetatan jahitan secara trus menerus
sebagai kemajuan proses penyebuhan luka.
3. Vertikal mattress suture
Merupakan teknik penjahitan yang hampir sama dengan simple interrupted suture, perbedaan
adalah adanya penambahan penetrasi jarum jahit pada tepi luka yang berfungsi untuk
memaksimalkan efersi luka , meminimalisir adanya deatspace dan meminimalisir tekanan
yang melewati luka.
4. Horizontal matrass suture
Pada tekhnik ini, efersi luka dan kontinuitas menghasilkan penutupan luka yang sangat
fluktuatif. Oleh karena itu teknik ini biasa dilakukan pada pencangkokan tulang intraoral.
Penetrasi jarum jahit dilakukan dari tepi ke tepi luka lalu melewati daerah insisi dan kembali
lagi ke tepi jahitan yang pertama.
5. Hemoragic suture
Disebut dengan figure eight suture atau periodontal sling suture.
Teknik jahitan yang digunakan untuk penutupan soket serta untuk adaptasi papilla ginngiva
sekitar gigi.
Tipe luka

Garis lurus -> penjahitan dimulai di tengah -> ½ ujung -> ujung

Elips -> penjahitan dimulai di ujung – tengah

• CSL Biopsi Aspirasi Kista Oromaksilofasial

Tujuan : membantu untuk menegakkan diagnosis

Inform concent
Cuci tangan
Siapkan alat dan bahan
Gunakan APD

- Alat dan bahan


1. Handscone dan masker
2. Desinfektan (povidone iodine)
3. Alat OD
4. Kassa steril
5. Dysposible siringe 3cc / 20-22 G
6. Tampon

Teknik aspirasi
1. Desinfeksi pada daerah yang fluktuasi menggunakan povidone iodine dan pinset
2. Lakukan aspirasi pada bagian tengah menggunakan Dysposible siringe 3cc / 20-22 G
3. Tarik jarum secara perlahan agar menghasilkan cairan kekuningan
4. Jarum di angkat
5. Aplikasikan kasa/tampon pada cairan agar dapat diserap
6. Amati, jika terdapat kristal pada tampon -> kista (+)

• CSL kelainan kongenital

ETIOLOGI :
- Faktor genetik
- Faktor lingkungan diantaranya :
- Faktor nutrisi (ibu kekurangan vitamin)
- Kehamilan pada ibu dengan usia lanjut
- Pengalaman sakit waktu kehamilan muda (3 bulan pertama)
- Konsumsi obat – obatan tanpa instruksi dokter / petugas kesehatan
- Paparan logam berat Zn, pestisida
- Mengalami trauma pada waktu hamil
Mengalami paparan radiasi

Terjadinya celah bibir dan langit langit


1. Celah bibir / Cleft Lip
- Bibir -> penyatuan 2 processus maxilaris dan 2 processus nasalis medialis
(perkembangan dari proc. Frontalis)
- Celah bibir terjadi karena gagalnya penyatuan proc. Nasalis medialis dan proc
maxilaris
- Unilateral : satu sisi (sinistra/dextra)
- Bilateral : dua sisi (sinistra dan dextra)
- Komplit -> tidak adanya jaringan yang menghubungkan bibir dextra dan sinistra
- Inkomplit -> masih ada jaringan yang menghubungkan
- Celah bibir unilateral inkomplit -> gagalnya penyatuan sebagian proc. nasalis
medialis dan proc. maxilaris pada salah satu sisi.
- Celah bibir bilateral komplit -> gagalnya penyatuan proc. nasalis medialis dan
proc. maxilaris semua sisi
- Gnato: tulang alveolar/ mengenai lengkung gigi
- Labioschisis unilateral dextra inkomplit -> celah bibir pada sisi kanan dibawah
dasar hidung (tidak mengenai dasar hidung)
- Labiognatoschisis unilateral sinistra komplit : celah bibir pada sisi kiri dan
mengenai dasar hidung/mengenai lengkung gigi (gnato)
- Komplit (gnato juga terlibat) labiognatoschisis
- Inkomplit (bibir saja) labioschisis
- Celah bibir : gagalnya penyatuan proc nasalis medialis dengan proc maxilaris
Tandanya: hidungnya miring, philtrum tertarik
- Labioschisis unilateral sinistra inkomplit ( tidak mengenai gnato)
- Labiognatoschisis unilateral dextra komplit ( sudah mengenai gnato)
2. Celah palatum/ Cleft plate
- Celah palatum -> disebabkan karena gagalnya penyatuan processus palatina media
dan processus palatina lateral
- Celah palatum unilateral komplit -> gagalnya penyatuan palatal lateral dan palatina
media pada satu sisi
- Celah palatum bilateral komplit -> gagalnya penyatuan proc. palatina lateral dan
palatina media pada semua sisi
- Inkomplit-> tidak mengenai dasar hidung (mulai dari uvula tapi tidak mengenai
foramen insisivum)
- Komplit -> sampai dasar hidung (uvula-foramen insisivum)
- Proc nasalis medialis membentuk bibir sentral atas, hidung, premaxilla dan
palatum primer
- Pada bagian anterior lebih cepat pertumbuhannya (penyatuan) daripada pada
bagian posterior
- Septum nasal (tulang rawan) yang membagi hidung dextra dan sinistra
- Celah palatum unilateral komplit-> termasuk celah bibir, Disebabkan karena
gagalnya penyatuan processus palatina media dan processus palatina lateral pada
satu sisi
- Celah palatum inkomplit: mulai dari uvula sebagai gagalnya penyatuan processus
palatina yang paling posterior dari palatum (celahnya hanya pada bagian uvula,
tidak mengenai foramen insisivum
- Celah langit2 inkomplit : mulai dari uvula tapi tidak mengenai foramen insisivum
- Bilateral : 2 sisi/ diantara septum nasal (tidak ada yang menyatu sehingga terlihat
septum nasal)
- Unilateral : satu sisi yang tidak menyatu di septum nasal
- Palatoschisis unilateral komplit : dari belakang dan mengenai gnato (termasuk
foramen insisivum)
- Palatoschisis unilateral inkomplit : mulai dari uvula tapi tidak mengenai foramen
insisivum
Note: Cara mendiagnosis mulai dari depan kebelakang (labio->gnato->palato)
KOMBINASI :
- Labiognatopalatoschisis unilateral dextra komplit -> celah bibir yang mengenai
lengkung gigi dan celah palatum pada sisi kanan sudah mengenai foramen
insisivum.

A B C D

A.Microform left unilateral cleft lip only, not requiring primary repair.
B. Minor left incomplete unilateral cleft lip only.
C. Left incomplete unilateral cleft lip and palate with aSimonart’s band.
D. Wide left complete unilateral cleft lip and palate.

(a-d)

Fig. 45.7 (a–d) These photos illustrate that simple presurgical orthopedic techniques, such as lip
taping, can be used to align the cleft alveolar segments prior to lip repair.
Fig. 45.8 (a–c) Variations of the unilateral cleft lip and palate deformity. The typical features of the
abnormal anatomy in UCLP are seen in these photos.
There is vertical shortening of the lip at the cleft margins,
orbicularis oris muscle fibers terminate medially beneath
the base of the columella and laterally beneath the alar
base. Fibers of orbicularis oris in the lateral segment are
more hypoplastic and do not extend up to the cleft
margin. Note the discrepancy of vermillon width with
excess vermillon at the cleft margin on the lateral side
compared to the medial side. The maxillary alveolus
exhibits asymmetry with an upward and outward rotation
of the greater segment.
Fig. 45.10 Unilateral cleft lip repair. (a) Preoperative and
(b) postoperative views of lip repair performed
by a modified Millard technique.

Fig. 45.12 (a, b) Variations of the bilateral cleft lip and palate
deformity. These photos show the typical anatomical abnormalities
seen in individuals with complete bilateral clefts of lip
and palate: lack of muscle in the prolabium, lack of the angular
peaks and typical dip of cupid’s bow, lack of a definite philtral
ridge or dimple in the prolabium, abnormally short and wide
columella, lack of adequate labial sulcus depth in the premaxillary
area, and flat nasal tip and flared alar base.

• CSL fiksasi interdental menggunakan wire 4.0 dan bahan komposit

Tujuan :
1.Mampu melakukan dan menjelaskan cara fiksasi dan imobilisasi yang tepat dan benar
2.Mampu melakukan dan menjelaskan prinsip perawatan fraktur dengan tindakan fiksasi dan
imobilisasi

Bahan dan alat


1.Jas praktikum
2.Papan nama
3.Diagnostic set (kaca mulut 2, sonde 1, escavator 1, pinset 1, nierbeken 1, tempat kapas kecil 1,
tampon)
4.Handuk kecil putih
5.Sarung tangan steril
6.Kasa steril
7.Wiring ukuran 4.0
8.Tang potong
9.Needle holder
10. Model kerja rahang atas dan bawah

Skenario
Pasien datang di puskesmas dengan keluhan kurang lebih 2 jam yang lalu dengan gigi 11, mobile
derajat 2

PROSEDUR
1. Kawat diukur dari tengah-tengah permukaan labial gigi I2 sampai tengah-tengah labial gigi
2.1. Potong kawat lalu lekukkan kawat mengikuti lengkung gigi di segmen ketiga gigi ini.
2. Area perlekatan komposit pada gigi direncanakan di tengah tengah gigi dalam arah serviko-
insisal namun lebih ke arah servikal. perlelakkan komposit tidak boleh mengenai gingiva atau
dekat sekali dengan gingiva. karcna akan menyulitkan pembersihan dan perlekatan serta
memberi tempat untuk penumpukan plak. Selelah tempat perletakan komposit ditentukan baru
daerah tersebut di etching dengan asam phosphate 35%. Setelah disemprot air dan dikeringkan
dan oleskan bonding tipis-tipis pada daerah yang telah dietsa Sinari selama sepuluh detik.
3. Kawat di fiksasi pada permukaan gigi
Dengan jari kiri. Perhatikan bahwa kawat menempel baik pada permukaan gigi komposit yang
digunakan sebaiknya adalah komposit yang estetik/anterior. Perletakan komposit dilakukan
lebih dulu pada gigi 21 (dapat juga dari 12). Ujung kawat diolesi sedikit dengan bonding
selama 10 detik. Lalu semprot dengan semprotan udara. Letakkan komposit dengan plastic
filling menutupi ujung kawat yang sudah ditempelkan ke permukaan labial gigi dan
seterusnya. Rapikan, bentuk perlekatan komposit berupa bulatan lonjong kecil atau persegi
Panjang. Perletakkan komposit tidak perlu terlalu tinggi. Cukup menutupi kawat di bagian
tersebut agar komposit tidak menempel pada permukaan inteproksimal gigi karena dapat
menjadi daerah tempat penumpukkan plak. Sinari perlekatan komposit resin tadi
4. lakukan hal yang sama pada gigi 11 dan selanjutnya pada 12. Perlekatan komposit dilakukan
secara berurutan dengan maksud agar lengkung kawat yang sudah sesuai dengan lengkung
gigi tadi tidak akan bergeser dari tempat yang sudah direncanakan
5. setelah selesai semua, rapikan dan haluskan sedikit tepi perlekatan komposit ke gigi dengan
bur kecepatan rendah. Cek oklusi selama dan setelah proses pemasangan fiksasi
6. lakukan open bur dan drainase, instruksikan pasien agar menghindari mastikasi makanan keras
diregio ini.
7. kunjungan kedua, keluhan pasien pada gigi 11 telah hilang.kemudian dilakukan perawatan
saluran akar
8. pada kunjungan ketiga, saluran akar di irigasi dikeringkan dan disterilisasi dengan kapas +
ChKM
9. pada kunjungan keempat pengisian saluran akar
10. kunjungan kelima fiksasi kawat komposit dilepas dengan hati2 menggunakan bur diamond,
setelah kawat dan komposit terlepas dari gigi, bersihkan sisa komposit yang menempel pada
permukaan gigi dengan stone bur berkecepatan rendah.

FIGURE 23- 1 7 Treatment of lingually displaced central and lateral incisors in apically mature tooth.
A, Appearance on presentation. B, Radiograph showing position of the teeth and the lack of root
fracture(s) . C, Position of teeth after digital reduction and stabilization with an arch wire bonded to
the teeth with composite resin. D , Immediate postreduction radiograph showing that the teeth have
been replaced into their sockets.

FIG URE 23-1 7, cont'd Treatment of lingually displaced central and lateral incisors in apically
mature tooth. E, Clinical appearance at 3 weeks just before the arch wire was removed. F, Clinical
appearance 1 week after arch wire removed. The patient was sent for endodontic therapy (G), and
composite was used to reconstruct the missing portion of the crown of tooth No. 9 (H)
FIGURE 23- 1 8 Technique of acid-etch composite stabilization of displaced teeth. A, Lower incisor
teeth displaced lingually. B, After digital repositioning, acid is applied to facial surfaces of displaced
incisors and one or two teeth on each side after isolation and drying. C, Composite material and wire
applied. D, Occlusion checked during and after stabilization.

• CSL fiksasi interdental essig


Tujuan :
1.Mampu melakukan dan menjelaskan cara fiksasi dan imobilisasi yang tepat dan benar
2. Mampu melakukan dan menjelaskan prinsip perawatan fraktur dengan tindakan fiksasi dan
imobilisasi

Bahan dan alat


1. Jas praktikum
2.Papan nama
3.Diagnostic set (kaca mulut 2, sonde 1, escavator 1, pinset 1, nierbeken 1, tempat kapas kecil 1,
tampon)
4.Handuk kecil putih
5.Sarung tangan steril
6.Kasa steril
7.Wiring ukuran 4.0
8.Tang potong
9. Needle holder
10. Model kerja rahang atas dan bawah
11. Set alat fiksasi dan ligasi : klem kawat, klem ligasi, lunacheck, gunting kawat dan tang
pemotong archbarr .
12. Bahan fiksasi dan ligasi : archbarr, kawat diameter 3.0 dan 4.0

Skenario
Pasien datang di puskesmas dengan keluhan kurang lebih 2 jam yang lalu dengan gigi 11, 12,
21 22 mobile derajat 2

Prosedur
1. Potong kawat dengan menggunakan tang potong, Panjang kawat sekitar 6-7 cm
2. Kontur kawat secara melintang sesuai lengkung gigi
3. Lilitkan kawat panjang mengelilingi gigi-gigi, melalui; misalnya : 13 s/d 23. Lilitan
dimulai dari distal gigi 13 bagian bukal, s/d distal gigi 23, kemudian menembus
interdental distal gigi 23 s/d bagian lingual, selanjutnya kawat ditarik kembali sepanjang
lingual s/d bagian distal gigi 13, menembus interdental 13 tembus ke bagian bukal dan
bertemu dengan ujung kawat asalnya dan dieratkan di distobukal gigi 13. dan dijepit
menggunakan needle holder kemudian diputar
1. Potong kelebihan kawat menggunakan tang potong
2. Setelah itu potong kawat untuk masing2 interdental dengan menggunakan tang potong,
Panjang kawat sekitar 5 cm
3. Masukkan kawat pada bagian interdental
Note: pada bagian labial ke arah palatal masukkan kawat pada bagian bawah kawat
sebelumnya, kemudian untuk bagian palatal ke arah labial masukkan kawat pada bagian
atas kawat sebelumnya
4. Kemudian kedua ujung kawat di rapatkan kearah labial dan di jepit menggunakan needle
holder lalu di putar/puntir agar terjadi ikatan/rapat/fiksasi
5. Potong kelebihan kawat dengan mengguanakan tang potong
6. Lakukan cara tersebut pada bagian interdental tetangganya
7. Setelah itu masukkan/rapatkan ujung kawat yang telah di potong ke arah interdental agar
tidak mengiritasi mukosa menggunakan lunacheck
The image part with relationship ID
rId39 was not found in the file.

FIGURE 23-1 9 Treatment of dentoalveolar fracture. A, Clinical appearance of fracture involving four
mandibular incisors. The teeth are apically mature and have minimal bone around lateral and apical
areas. B, Clinical appearance after digital reduction of fracture. Occlusal relationship is verified before
stabilization of these teeth. C , Radiographic appearance of teeth after digital reduction. D, Appearance
after application of Essig wire and suturing of mucosa. E, Cold-curing acrylic added for rigidity (Note:
Bonding an arch wire to the teeth with the acid-etch composite technique demonstrated in Figure 23-1 8
would b e preferable). Because o f maturity o f apices, root canal treatment should b e performed on these
teeth in 1 to 2 weeks after trauma. (B Courtesy Dr. Stephen Feinberg, University of Michigan, Ann
Arbor.)
• CSL biopsi eksisi mucocele
Ada tiga perawatan bedah untuk menangani mucocele pada bibir, pipi atau palatum, antara
lain Complete excision (Eksisi total), Marsupilization, Dissecting (pembedahan).8
Teknik operasi

-Anamnesis
-Inform consent
-cuci tangan
-siapkan alat dan bahan
-gunakan APD (masker-> Handscone)
Alat dan bahan
1. Povidone iodine
2. Cotton pellet
3. Alat od
4. Scalpel no. 15
5. Hecting set
6. Pinset jaringan
7. Gunting jaringan
8. Bahan anastetikum

Setelah dilakukan anastesi lokal, dibuat insisi berbentuk elips di mukosa sekitar untuk
memfasilitasi diseksi pada lesi. Dinding superior kista digenggam bersama dengan mukosa di
atasnya dan dipisahkan dari jaringan sekitarnya menggunakan gunting. Selama pembedahan
kista harus diambil dengan hati-hati, karena kista bisa dengan mudah pecah dan mengerut,
yang akan mepersulit pengangkatan lesi. Setelah pengangkatan lesi, mukosa pada jaringan
yang diinsisi dijahit (hanya pada mukosa), untuk menghindari cedera pada kelenjar ludah.
Gambar 2.7 Infiltrasi pada jaringan sehat disekitar lesi

Gambar 2.8 Insisi berbentuk elips sekitar lesi menggunakan scalpel

Gambar 2.9 Penjepitan dan pemotongan lesi menggunakan gunting jaringan

Gambar 2.10 Pengangkatan mukokel

Gambar 2.11 Daerah operasi setelah pengangkatan lesi


Gambar 2.12 Under mining margin mukosa menggunakan gunting

Gambar 2.13 penjahitan pada daerah post operasi

• CSL replantasi

Suatu teknik dlm memindahkan jaringan atau organ dr satu posisi yg lain, baik dari individu yg sama
maupun dr individu yg berbeda
Prinsip
memasukkan kembali gigi ke dalam soketnya kemudian fiksasi dan imobilisasi
Pedoman Perawatan Gigi Avulsi :
n Waktu gigi berada diluar soket
n Media Penyimpanan
n Penatalaksanaan Soket
n Penatalaksanaan Permukaan Akar
n Penatalaksanaan Replantasi
n Perawatan Endodontik
n Splinting
Prosedur
n Anamnesis & pemeriksaan klinis
n Pemeriksaan penunjang rontgen
n Pemeriksaan laboratorium sederhana
n Persiapan psikologis pasien
n Inform consent
Penatalaksanaan Replantasi
n Avulsi kurang dari 15 menit : larutan garam fisiologis → replantasi → fiksasi &
imobilisasi
n 15 menit – 2 jam : rendam gigi 30 menit → anestesi lokal → replantasi → fiksasi &
imobilisasi
n Lebih dari 2 jam : perawatan endodontik
n Pasien 6-10 tahun : rendam dalam larutan doxycyline 5% selama 5 menit
n Setelah replantasi & fiksasi kontak gigi lawan dikurangi
n Diet makanan lunak selama 2-3 minggu
Proses Replantasi Gigi

Perawatan Endodontik
n Ligamen periodontal (+) saat akan direplantasi & vitalitas gigi (-), perawatan endodontik
dianjurkan 7-14 hari setelah replantasi
n Ligamen periodontal (-) saat akan direplantasi, perawatan endodontik sebaiknya sebelum
replantasi
n Apeks terbuka monitor setiap 2 minggu untuk mengetahui revitalisasi.
n Tanda-tanda patologik (+) ekstirpasi & apeksifikasi, pengisian
Splinting
n Interdental wiring fixation
n Arch bar wiring
n Resin komposit splint + etsa asam
n Alat ortodontik bracket
n Metal cast splint
Acrylic splint
prosedur
1. Lakukan anestesi
2. Soket dibersihkan dari darah beku & benda asing secara hati2 dgn menggunakan kapas
yg dibasahi larutan saline steril, hindari melakukan kucet.
3. Gigi dimasukkan dlm soket tanpa tekanan
4. Lakukan foto rongen segera setelah replantasi utk melihat posisi gigi
5. Pasang splinting
6. Berikan antibiotik & antitetanus

CONTOH KASUS
Seorang pasien laki-laki umur 19 tahun datang ke klinik gigi jam 9 pagi, dengan keluhan gigi depan
rahang atas terlepas tetapi tidak membawa gigi-gigi tersebut, akibat kecelakaan lalu lintas semalam, kira-
kira jam 23. Bibir rahang atas dan bawah mengalami luka dan bengkak. Hasil pemeriksaan klinis adalah
keadaan umum baik, tensi 110/70 mmHg, nadi 70x/menit, palpasi kelenjar limfa kiri dan kanan terasa
lunak dan sakit. Didapati luka pada mukosa bibir rahang atas dan bawah. Gigi 11 dan 12 goyang derajat
2, gigi 21 dan 22 terlepas dari soketnya, mukosa gingiva regio gigi depan rahang atas tidak tampak
adanya kelainan. Pasien dianjurkan untuk mencari gigi yang avulsi di tempat kecelakaan, dan dimasukan
ke dalam larutan saline. Selain itu pasien dirujuk untuk injeksi anti tetanus. Jam 14, pasien kembali ke
klinik dengan menyerahkan gigi 21 dan 22 tersebut. Gigi tersebut dalam keadaan baik, tidak ditemukan
fraktur mahkota dan akar. Pemeriksaan foto ronsen (gambar 1A), nampak soket gigi 21 dan gigi 22 tidak
ada kelainan, dan tidak ada fraktur alveolar.

PENATALAKSANAAN
Setelah dilakukan pembersihan gigi 21 dan gigi 22 dengan larutan saline, dilakukan perawatan
endodontik di luar mulut untuk kedua gigi tersebut. Preparasi saluran akar, ekstirpasi, pengisian dengan
guttap percha point dengan sealer endomethasone, dan penutupan ujung foramen periapikal dengan
semen ionomer kaca.
Setelah tahapan endodontik dilakukan anestesi lokal pada regio gigi 21 dan gigi 22, kemudian dilakukan
pembersihan soket gigi dari bekuan darah, dengan larutan saline solution. Selanjutnya gigi 21 dan 22
diinsersikan ke dalam soketnya, dan dilakukan penyesuaian oklusi, kemudian difiksasi dengan
orthodontic bracket. Untuk mengatasi infeksi dan rasa nyeri diresepkan beberapa obat, yaitu Cefadroxil
kapsul 500 mg 2x1 selama 5 hari, asam mefenamat tablet 500 mg 2x1 selama 5 hari, obat kumur
Minosep. Pasien diinstruksikan untuk tidak mengunyah dan menggigit menggunakan gigi-gigi depan atas,
serta untuk sementara hanya mengkonsumsi makanan lunak. Pada kontrol hari ke-2, dilakukan
pemeriksaan foto ronsen (Gambar 1B) dengan hasil posisi gigi 21 dan 22 normal, gingiva regio gigi
depan atas sedikit bengkak, serta bibir bengkak. Pada kontrol hari ketujuh didapati nyeri gigi depan atas
telah berkurang, namun luka pada bibir belum sembuh. Pada kontrol hari ke 14 didapati gigi depan atas
goyang derajat 2 dan ngilu jika diperkusi. Pada kontrol hari ke-30, gigi 21 dan 22 tidak goyang.
Pemeriksaan foto ronsen ketiga (gambar 2) tidak didapati kelainan periapikal, orthodontic bracket
dilepas. Sedangkan pada kontrol bulan ke-
6, pasien sudah dapat mengunyah dengan gigi-gigi anterior tanpa keluhan. Pemeriksaan foto ronsen
keempat, tidak tampak kelainan periapikal.

• CSL Reposisi dislokasi TMJ


Dislokasi mandibula adalah pergerakan kondilus kea rah depan dari eminensia artikularis
yang memerlukan beberapa manipulasi untuk mereduksinya

Tujuan : mengembalikan fungsi dan posisi anatomi normal dari tmj


Reposisi
1. Pasien ditempatkan pada kursi yang tidak bersandaran dan menempel di dinding sehingga
punggung dan kepala pasien bersandar pada dinding
2. Sebelum melakukan pertolongan, balut ibu jari dengan kain kasa yang agak tebal untuk
mencegah tergigitnya ibu jari karena setelah berada pada posisi yang benar maka rahang
akan mengatup dengan cepat dan keras, setelah itu gunakan sarung tangan
3. Posisi operator berada di depan pasien
4. Letakkan ibu jari pada sepanjang bidang oklusal hingga daerah retromolar pad
(dibelakang dari m3) pada kedua sisi mandibula setinggi siku-siku operator dan jari-jari
yang lain memegang permukaan bawah mandibula
5. Berikan tekanan pada gigi-gigi molar rahang bawah untuk membebaskan kondilus dari
posisi terkunci di depan eminensia artikularis
6. Dorong mandibula ke belakang untuk mengembalikan ke posisi anatominya
7. Pemasangan barton head bandage untuk mencgah relokasi dan menghindari pasien
membuka mulut terlalu lebar dalam 24-48 jam. Pasien juga diinstruksikan untuk diet
makanan lunak
8. Pemberian obat berupa analgetik

Fiksasi
1. Buka elastic bandage
2. Lipat kedua ujungnya
3. Penempatan dimulai pada bagian dagu kemudian di lilitkan sepanjang bagian lateral
wajah dan lipat jika sudah sampai dibagian dahi lalu di jepit.

• CSL fiksasi interdental eyelet


Eyelet methode wiring atau “Ivy Loop”
Tujuan :
1.Mampu melakukan dan menjelaskan cara fiksasi dan imobilisasi yang tepat dan benar
2. Mampu melakukan dan menjelaskan prinsip perawatan fraktur dengan tindakan fiksasi dan
imobilisasi

Bahan dan alat


1. Jas praktikum
2. Papan nama
3. Diagnostic set (kaca mulut 2, sonde 1, escavator 1, pinset 1, nierbeken 1, tempat kapas
kecil 1, tampon)
4. Handuk kecil putih
5. Sarung tangan steril
6. Kasa steril
7. Tang potong
8. Needle holder
9. Model kerja rahang atas dan bawah
10. Set alat fiksasi dan ligasi : klem kawat, klem ligasi, lunacheck, gunting kawat dan tang
pemotong archbarr .
11. Bahan fiksasi dan ligasi : archbarr, kawat diameter 3.0 dan 4.0
prosedur
- Kawat dililitkan pada dua gigi saja, yakni, misalnya; gigi 46 & 47 yg dimulai pada
sepanjang bagian bukal gigi-gigi tsb, kemudian mengelilingi gig 47 dari bagian distal,
lingual dan masuk ke interdental di bagian mesial gigi 47, tembus ke bagian bukal tepat
di bawah kawat bagian bukal.
- Selanjutnya kawat dibelokkan lagi ke interdental mengelilingi kawat bukal dan melewati
bagian atasnya hingga menembus kembali interdental, mengelilingi bagian distal, lingual
dan menembus interdental bagian mesial gigi 46 hingga bertemu dengan ujung kawat di
bagian bukal.
- Akhirnya kedua ujung kawat tadi dieratkan dan untuk lebih memperketat fiksasi, maka
belokan kawat di interdental gigi 46 & 47 dipuntir,dieratkan sesuai kebutuhan.

• CSL alveolektomi 1 regio


Alveolektomi adalah pemotongan sebagian atau seluruhnya prosesus alveolaris pada
maksila atau mandibula
Tujuan : untuk mendapatkan protesa dengan retensi, stabilitas, estetik, dan fungsi yang
lebih baik.
Alat dan bahan
1. Jas praktikum
2. Papan nama
3. Alat od
4. Jarum
5. Kapas
6. Tampon
7. Benang
8. Desinfeksi : povidone iodine
9. Anatsetikum: pehacain
10. Disposable syringe
11. Sarung tangan
12. Larutan NaCl
13. Surgical blade (scalpel) no. 15
14. Periosteal elevator
15. Knabel tang, bur tulang
16. Bone file
17. Ponset jaringan
18. Hemostat
19. Gunting jaringan
Skenario
Pasien perempuan umur 50 tahun datang ke klinik rsgm unhas, mengeluh gusinya tidak rata, ada
rasa tajam dan sakit, serta ingin dibuatkan gigi palsu. Hasil anamnesis, satu bulan yang lalu gigi
43 telah dilakukan pencabutan. Secara intra oral tampak mukosa tidak rata, merah, dan sakit
kalua ditekan. Tekanan darah 110/80 (normal)
Prosedur
1. Menggunakan APD
2. Anamnesis
3. Desinfeksi (cotton pellet, pinset, povidone iodine)
4. Anastesi lokal (infiltrasi/blok) labial: 1,5 cc palatal: 0,5 cc (disposable siringe dan mirror)
5. Pemasangan scalpel
6. Insisi mukosa menggunakan scalpel no. 15 bentuk trapezium
7. Flap di angkat/buka menggunakan mucoperiosteal elevator
8. Jika ada tulang yang menonjol, potong menggunakan knabel tang/rounger
9. Tulang dihaluskan dengan bone file (kasar-halus)
10. Irigasi dengan menggunakan larutan salin (NaCl)
11. Flap kembali di tutup
12. Raba kembali untuk mengetahui apabila masih ada tulang yang menonjol
13. Mukosa flap di jahit (mulai dari sudut, interdental dan sisi yang lainnya kemudian simpul
2:1:1)
14. Daerah bekas operasi diolesi betadine
15. Instuksi pasien post operasi
16. Pemberian resep obat (antibiotic dan analgesic)
• CSL odontektomi kelas 1 A
Tujuan : pengangkatan gigi terpendam dalam tulang yang menghasilkan rasa yang tidak
menyenangkan/ nyeri
Alat dan bahan:
1. Skalpel steril disposibel

2. Periosteal elevator

3. Retraktor
4. Bur Tulang

5. Alat irigasi

6. Tang ekstraksi

(Tang RB) (tang RA)


7. Elevator

8. Desmotomes

9. Tang Rongeur

10. Bone File


11. Chisel and mallet
12. Needle holders

13. Gunting jaringan

14. Benang jahit

Prosedur :
1. Desinfeksi daerah operasi
2. Anestesi blok nervus alveolaris inferior dan nervus lingualis serta anestesi infiltrasi nervus
bukalis
3.Pembuatan flap jaringan lunak, terdapat dua jenis flap yang biasa digunakan yaitu :
- Desain envelope
- Flap triangular, sebuah desain envelope dengan insisi vertical
4. Membuka mahkota gigi impaksi sampai CEJ dan memberikan tempat elevator
5. Pemotongan mahkota (horizontal atau vertikal tergantung kemiringan gigi impaksi)
menggunakan handpiece bedah kecepatan
6. Hati-hati pada jaringan lunak lingual dan kedalaman pemotongan bedah
7. Memisahkan mahkota dari gigi dengan elevator lurus
8. Mengeluarkan tulang superior dan labial yang mengelilingi gigi
9. Pengangkatan gigi impaksi
10. Pembersihan/debridement dan penutupan luka
11. Posisi flap dikembalikan dan dijahit dengan 3-0 atau 4-0 chromic atau sutera hitam
12. Perawatan pasca bedah : antibiotika, analgetika, antiinflamasi dan roburansia
13. Mengevaluasi perdarahan setelah pembedahan sebelum memulangkan pasien
14. Instruksi setelah pembedahan
- Hindari makanan keras/kasar
- Jangan mengisap daerah bekas operasi
- Jangan sering meludah
- Jangan mengunyah permen karet/merokok
- Hindarkan daerah operasi dari panas
- Jangan kerja berat 48 jam pertama
- Jangan minum alkohol

• CSL pencabutan open method tanpa penyulit
FAKTOR PENYULIT ODONTEKTOMI
1. Kurvatur akar gigi yang abnormal
2. Hypersementosis
3. Dekatnya akar molar ketiga bawah dengan kanalis mandibularis
4. Padatnya tulang sekitar gigi impaksi
5. Ankilosis
6. Lapangan operasi kurang memadai
7. Dekatnya gigi impaksi molar ketiga atas dan kaninus atas dengan sinus maksilaris
8. Gigi impaksi molar ketiga atas terletak diatas akar molar kedua atas
9. Gigi molar ketiga atas berfusi dengan akar gigi molar kedua atas
10. Gigi molar ketiga atas dekat dengan proc.zygomatikus.

Indikasi: akar yang sangat divergen, jika tidak ada kelainan, fraktur dan impaksi.
Tujuan: pencabutan gigi dengan prosedur bedah/open metode dengan flap dan Teknik
separasi
Note: dilakukan jika close method tidak berhasil
Alat dan bahan: sama CSL odontektomi kelas 1 A
Prosedur:
1. anamnesis
2. inform concent
3. menggunakan APD
4. persiapan alat
5. Desinfeksi (cotton pellet, pinset, povidone iodine)
6. Anastesi lokal blok nervus alveolaris inferior dan nervus lingualis serta anestesi
infiltrasi nervus bukalis
7. Pemasangan scalpel
8. Insisi mukosa menggunakan scalpel no. 15
9. Flap di angkat/buka menggunakan mucoperiosteal elevator
10. Pencabutan gigi dengan menggunakan Teknik separasi
11. Pemisahan akar gigi MB, DB mulai dari mahkota sampai bifurcation
12. Pengangkatan gigi menggunakan tang
13. Pembersihan daerah kerja menggunakan cairan salin
14. Tutup flap dan dijahit
15. Daerah bekas operasi di olesi betadine
16. Intruksi pasien post operasi (sama CSL odontektomi kelas 1 A)
17. Pemberian resep
• CSL Radiologi
• CSL TMJ
• CSL LJP

Anda mungkin juga menyukai