Anda di halaman 1dari 22

PENDAHULUAN

Pencabutan gigi dengan pembedahan harus dilakukan apabila pencabutan dengan tang
tidak mungkin dilakukan, gagal atau apabila gigi mengalami impaksi ataupun terpendam.
Baik untuk pencabutan gigi erupsi yang menimbulkan masalah, atau impaksi molar ketiga,
prinsip-prinsip pembedahan biasanya relatif serupa. Diawali dengan pembuatan flap
mukoperiosteal untuk mencapai jalan masuk ke tulang rahang. Kemudian jalan masuk ke gigi
dicapai dengan mengasah tulang secara konservatif. Akhirnya, jalan masuk yang tidak
terhalang diperoleh dengan mengasah tulang atau lebih baik dengan memotong gigi secara
berencana. Pada akhir prosedur ini jaringan lunak dikembalikan ke tempat semula dan
distabilisasi dengan jahitan.
Flap adalah suatu irisan gingiva dan atau mukosa yang secara bedah diangkat terpisah
dari jaringan di bawahnya untuk memperoleh lapang pandang dan akses terhadap tulang dan
permukaan akar.1
Flap dibuat untuk mendapatkan jalan masuk. Kecenderungan yang ada selama ini
adalah jarang melakukan pembuatan flap atau pembuatan flap yang terlalu kecil. Pada
pencabutan gigi, suatu pendekatan dengan pembuatan flap sering lebih konservatif dan
kurang traumatik dibanding dengan pencabutan berkepanjangan menggunakan tang/elevator,
yang pada dasarnya mengakibatkan cedera yang cukup berat pada jaringan lunak dan jaringan
keras.2

PERSYARATAN DESAIN FLAP


Ada beberapa persyaratan yang harus dilakukan pada prosedur flap yaitu: 2,3
a. Insisi flap harus bersifat continuous (bersambung) dan jangan terputus-putus. Prinsip
ini dilakukan dengan cara insisi menggunakan scalpel yang konstan menyentuh tulang
di bawahnya.
b. Insisi vertikal diawali pada daerah vestibulum bukalis dan diakhiri pada bagian
interdental dari gingival.
c. Persarafan
Desain insisi harus diusahakan menghindari struktur anatomi yang penting seperti
nervus mentalis, pembuluh darah palatal, foramen insisivus, nervus infraorbital,

nervus lingualis, kelenjar submandibular, kelenjar parotis, pleksis venous hupoglossal,


arteri bukalis, nervus fasial, arteri fasialis dan vena fasialis.
d. Perluasan flap Suplai darah
- Dasar flap harus lebih luas daripada ujung flap, hal ini dengan tujuan agar suplai
-

darah ke ujung flap tidak kurang, sehingga mencegah kematian flap.


Basis lebih lebih lebar dibanding tepi bebasnya (insisi tambahan pada bukal harus

serong).
Mempertahankan suplai darah (insisi harus sejajar dengan pembuluh darah guna

mempertahankan suplai darah).


- Hindari retraksi flap yang terlalu lama.
- Hindari ketegangan, jahitan yang berlebih atau keduanya
e. Ukuran
Kesalahan yang umum pada desain flap adalah ukurannya terlalu kecil, sehingga
mengakibatkan jalan masuk terhalang, visualisasi yang kurang, luka yang tak
menguntungkan. Perluasan harus memberikan lapang pandang yang sesuai. Agar
memudahkan akses pembedahan, atau ukurannya harus lebih besar dan jangan terlalu
kecil. Dan juga tidak boleh menimbulkan tegangan dan trauma saat dimanipulasi.
Perluasan yang berlebihan dari insisi serong tambahan dan penyibakan periosteum
yang berlebihan mengakibatkan invasi yang tidak perlu pada tempat perlekatan otot,
misalnya m. buccinator dan meningkatkan morbiditas pasca-pencabutan misalnya
perdarahan, rasa sakit dan pembengkakan. Waktu yang digunakan untuk
merencanakan pembuatan desain flap merupakan simpanan yang memberikan
keuntungan jangka panjang, termanifestasi berupa berkurangnya komplikasi dan
morbiditas.

INDIKASI FLAP RONGGA MULUT


Untuk memperoleh jalan masuk ke dalam struktur yang lebih dalam:2
-

Tulang (untuk mencapai jalan masuk ke gigi, mengurangi terjadinya fraktur,

perbaikan kontur)
Gigi (pencabutan gigi dengan pembedahan, pengambilan ujung akar atau frakmen

akar, bedah periradikular)


Patologi (biopsi, kuret, eksisi, enukleasi)
Prosedur praprostetik (alveoplasti, pengambilan torus, vestibuloplasti, implantologi)
Prosedur korektif atau rekonstruktif (koreksi/perbaikan kelainan kongenital atau
dapatan).

KLASIFIKASI FLAP
Flap diidentifikasi berdasarkan komposisi jaringan, lokasi, dan desain atau bentuknya.
Pembuatan flap harus memperhatikan bentuk dan letak insisi pada gingiva. Bentuk dan letak
insisi harus sedemikian rupa sehingga dapat menjamin penyembuhan luka dengan baik.
1. Berdasarkan Ketebalan
Berdasarkan komponen jaringan yang membentuknya atau ketebalannya, flap dibagi
menjadi 2 (dua) yaitu, full thickness flap (berketebalan penuh) atau flap mukoperiosteal
dan partial thickness flap (berketebalan sebagian) atau flap mukosa. 2
a. Flap Berketebalan Penuh (Flap Mukoperiosteal / Full-Thickness Flap)
Flap berketebalan penuh (flap mukoperiosteal) terbentuk atas gingival, mukosa,
submukosa, dan periosteum. Flap ini dibuat dengan cara memisahkan jaringan lunak
dari tulang dengan pemotongan tumpul.Tekniknya sebagai berikut. Buatlah insisi
serong ke dalam (internal bevel), dari dekat tepi gingiva ke arah puncak tulang
alveolar, dengan mempertahankan gingiva berkeratin sebanyak mungkin. Mata pisau
No.11,12b,15 atau 15c biasa digunakan untuk membuat insisi awal ini. Pisau No.11
atau 15c dengan tangkai yang telah dimodifikasi dapat digunakan dengan baik untuk
membuat insisi di daerah lingual atau palatal. Insisi awal ini sebaiknya diperluas ke
sekeliling leher gigi dan daerah interproksimal untuk mempertahankan tinggi jaringan
papilla interdental untuk penjahitan.Kemudian pisahkan jaringan dari tulang dengan
elevator periosteal (rasparatorium) atau chisel (blunt dissection), agar flap dapat
dibuka dan mudah digerakkan, serta memberi akses yang cukup ke strukturstruktur
di bawahnya, seperti puncak tulang, daerah cacat tulang, sementum nekrotik, dll.
Setelah itu dibuat insisi kedua mengelilingi setiap gigi ke arah puncak tulang atau
aspek koronal dari ligamen periodontium dengan pisau bedah, chisel Fedi atau chisel
Ochsenbein. Insisi kedua ini memutuskan serabut gingiva suprakrestal dari
permukaan gigi.Pisau bedah digunakan untuk membuang jaringan yang tertinggal,
dengan cara memotong secara horizontal tepat di atas puncak tulang (gambar 1).2
Penggunan disain flap dengan berketebalan penuh, diindikasi untuk perawatan
alveoplasti multiple dan fistula oroantral.
b. Flap Berketebalan Sebagian (Flap Mukosa/Partial-Thickness Flap)
3

Flap berketebalan sebagian terdiri atas gingiva, mukosa atau submukosa, tetapi
tidak termasuk periosteum. Flap ini dibuat dengan membuat insisi tajam sampai ke
dekat tulang alveolar, tetapi periosteum dan jaringan ikat tetap dibiarkan melekat ke
tulang dan menutupi tulang.
Teknik untuk melakukan flap ini hampir sama dengan teknik flap berketebalan
penuh, kecuali insisi awal dan cara merefleksi atau membuka flap yang berbeda.
Langkah langkahnya adalah sebagai berikut :
Buat insisi serong ke dalam (internal bevel) menggunakan pisau bedah, mulai
dari tepi gingival, sejajar dan dekat ke permukaan luar tulang, tetapi biarkan jaringan
lunak setebal kurang lebih 0,5-1 mm tetap utuh dan melekat ke tulang. Pisau bedah
yang biasa digunakan adalah No.11, 12b, 15, atau 15c.
Kemudian pemotongan dilakukan menggunakan pisau bedah (sharp dissection),
bukan elevator (blunt dissection). Hal ini sering menyebabkan perdarahan yang
banyak selama pembedahan. Pada prinsipnya sama dengan yang dilakukan pada
pembuatan flap berketebalan penuh.
Teknik ini dipertimbangkan apabila flap akan digeser atau ditransfer sehingga
menghindari daerah tulang yang terdedak.

2. Berdasarkan Outline (Desain/Bentuk)


Telah diuraikan berbagai jenis flap pada prosedur bedah mulut, dimana nama dari flap
itu sendiri berasal dari bentuk flapnya. Oleh karena itu banyak sekali bentuk flap pada
4

perawatan bedah mulut, akan tetapi yang terpenting pada pembuatan flap adalah desain
dasar pembuatan flap yang harus dipahami. 2,3
2.1 Flap Trapezoid
Bentuk trapesium ini dibentuk oleh suatu insisi horizontal sepanjang tepi
gingiva yang mengikuti alur tepi gingiva, dan ditambah dua insisi vertikal yang
menyerong pada bagian bukal. Ujung dari insisi vertikal berujung pada interdental
gingiva tepi. Agar tidak merusak servikal gigi tetangga pada saat penyembuhan.

Keuntungan: perluasan akses yang sempurna, memungkinkan untuk melakukan


pencabutan satu atau dua gigi, tidak menghasilkan tegangan jaringan, dan penutupan
kembali lebih mudah ke posisi awal, yang akan membantu penyembuhan yang
cepat.
Kerugian: dapat menyebabkan resesi gingiva
2.2 Flap Triangular
Bentuk flap jenis ini lebih dikenal sebagai flap bentuk L. Flap ini mirip dengan
jenis trapesium, tetapi perbedaannya terletak pada insisi vertikal pada bagian
bukalnya. Pada tipe triangular ini insisi vertikalnya hanya membutuhkan satu insisi
saja, yaitu bisa berbentuk bidang vertikal lurus dan juga bisa bentuk serong. Tipe ini
digunakan pada bagian bukal dan labial pada kedua rahang. Indikasi tipe ini adalah
pembedahan pada sisa akar yang terpendam, kista kecil, dan apikoektomi.

Keuntungan: persediaan darah yang cukup, visualisasi yang baik, penyembuhan


dan stabilitas sangat baik, mudah dimodifikasi bila memerlukan insisi vertikal
tambahan.
Kerugian: akses yang terbatas untuk melihat akar yang panjang, dan menimbulkan
ketegangan yang berlebih pada saat aplikasi flap retractor sehingga menyebakan
kecacatan pada gingiva pada saat penyembuhan.
2.3 Flap Envelope
Flap envelope ini merupakan hasil dari insisi horizontal sepanjang garis
servikal gigi. Insisi pada flap envelope ini dibuat pada bagian sulcus gingiva yang
diperluas sepanjang 4 5 gigi. Indikasi dari flap jenis ini adalah untuk bedah gigi
insisivus, premolar, dan molar, di permukaan labial atau bukal dan palatal atau
lingual, dan juga diindikasikan pada perawatan apikoektomi, kista, dan gigi impaksi.

Keuntungan: untuk menghindari pembuatan flap vertikal, dan juga meningkatkan


prognosis pada pengembalian dan penyembuhan flapnya dengan baik.
Kerugian: kesusahan pada saat merefleksikan flapnya (khususnya pada palatum),
tegangan flap baik tetapi memiliki resiko akhir robek pada flapnya, visualisasi yang
terbatas pada apikoektomi, akses yang terbatas, memungkinkan untuk terjadinya
kerusakan pembuluh darah dan saraf pada bagian palatal, mengalami kerusakan pada
gingiva cekat
2.4 Flap Semilunar
Flap jenis ini merupakan hasil dari insisi yang membengkok. Insisi ini dimulai
dari lipatan vestibular dan membentuk seperti busur dengan bagian yang cembung
6

mengarah ke gingiva cekat. Penjahitan akan lebih baik apabila tepi bawah dari flap
ini berada pada 2-3 mm di atas pertemuan mukosa bergerak dan cekat. Akhir dari
masing masing sisi yang diinsisi ini harus meluas minimal satu gigi dari area
pengurangan tulang. Flap semilunar digunakan untuk apikoektomi, penghilangan
kista berukuran kecil, dan sisa ujung akar.

Keuntungan: insisi yang kecil, refleksi yang mudah, tidak menyebabkan resesi
gingiva, tidak mengintervensi jaringan periodontal, oral higiene yang tinggi bila
dibandingkan dengan tipe flap lainnya.
Kerugian: kemungkinan salah perhitungan lokasi flapnya tinggi, karena flap diawali
pada bagian yang menjauhi tepi gingiva, akses dan visualisasi yang terbatas,
pengembalian flap yang susah.
2.5 Flap Tipe Lain
Tipe lain dari flaps adalah hasil dari insisi bentuk-Y dan bentuk-X. Flap ini
digunakan dalam prosedur pembedahan langit-langit, terutama untuk menghilangkan
eksostesi (torus palatina).

a. Flap bentuk Y
Insisi dibuat sepanjang midline palatum, ditambah dua insisi anterolateral,
dimana kedua cabang flap diinsisi mengarah ke gigi kaninus kanan dan kiri. Prosedur
flap ini diindikasikan untuk perawatan pembedahan eksositosis yang kecil pada
palatum.
b. Flap bentuk X
Jenis flap ini digunakan untuk pembedahan eksositosis yang besar. Yang
memiliki desain dasar seperti pada flap bentuk Y. Perbedaannya dari flap bentuk Y
7

adalah ditambah dua insisi arah posterolateral. Flap jenis ini akan mendapatkan akses
yang lebih baik dan luas daripada bentuk Y.

Flap jenis ini didesain untuk

menghindari terpotongnya arteri pada palatum karena sejajar dengan pembuluh darah
arteri.

2.6 Flap Pedikel


Pada flap jenis ini terdapat 3 bentuk flap yang digunakan untuk menutup oroantral
yaitu bukal, palatal, dan bridge.
a. Flap bukal
Flap tipe ini merupakan flap trapesium pada bukal, yang disesuaikan dengan
daerah yang akan ditutup. Flap jenis ini biasanya digunakan pada pasien yang
memiliki daerah tidak bergigi. Flap ini dihasilkan dari 2 insisi serong pada bagian
bukal. Setela flap dibuat, periosteum diinsisi secara melintang, hal ini bertujuan agar
flap semakin elastis untuk ditarik menutupi socket gigi pasca pencabutan.
b. Flap palatal
Flap jenis ini dilakukan bila vestibulum bukal dari daerah socket gigi tidak
memungkinkan untuk dilakukan flap bukal. Flap jenis ini menggunakan bagian
mukoperiosteal palatum yang dari posterior dibawa ke bukal dari socket gigi. Flap ini
selalu diikuti oleh pembuluh darah palatum (arteri palatina mayor). Setelah dirotasi ke
bukal, flap di jahit. Lalu daerah insisi ditutup dengan gingival pack selama beberapa
hari, agar daerah palatum bekas insisi tertutup oleh jaringan granulasi atau epitelisasi
ulang.

a. flap bukal

b. flap palatal

c. Flap bridge
8

Flap jenis ini adalah flap palatobukal dan perpendicular pada alveolar ridge.
Setelah diinsisi, flap dibawa ke posterior atau anterior tergantung dari kasusnya. Flap
ini digunakan untuk menutup lubang oroantral dengan tanpa melibatkan bagian
vestibular, dan digunakan hanya pada daerah sebelahnya yang kosong atau
edentulous.

ARMAMENTARIUM BEDAH 3,4


1. Instrumen Untuk Insisi Jaringan
Scalpel terdiri dari handle dan disposable mata pisau steril yang tajam. Paling banyak
digunakan handle scalpel no. 3 dan no. 7 yang lebih besar dan tipis

SCALPEL HANDLE NO 3

MACAM-MACAM BLADE

No 15

No 11

No 12

No 10

Mata pisau scalpel yang untuk bedah intraoral: pisau no. 15 (relatif kecil dan dapat
digunakan untuk membuat insisi di sekitar gigi terus kemukoperiosteum). Selain itu,
mata pisau no. 11 dan 12 juga seringdigunakan untuk intraoral. Mata pisau no. 11
memiliki ujung yang tajamyang biasa digunakan untuk membuat tusukan kecil insisi
seperti padainsisi abses. Mata pisau no. 12 yang bengkok berguna untuk
prosedur mukogingival dimana insisi harus dibuat dari aspek posterior gigi atau diarea
tuberositas maksila.
Mata pisau scalpel dipasang dengan hati-hati ke pegangannya dengan needle
holder untuk mencegah sayatan pada jari operator. Mata pisau dipegang di tepi superior
dan dipasang dengan bagian penahan pada handle mengarah ke atas. Mata pisau digeser
pada handle sampai ke posisi klik. Cara melepaskan mata pisaunya pun demikian.
Mata pisau scalpel dirancang untuk penggunaan satu pasien. Mata pisau ini akan
menjadi tumpul dengan mudah ketika dia berkontak dengan jaringan keras seperti tulang
dan gigi. Jika beberapa insisi darimukoperiosteum sampai ke tulang diperlukan,
dibutuhkan mata pisaukedua selama operasi tersebut. Mata pisau yang tumpul tidak akan
membuat insisi yang bersih dan tajam pada jaringan lunak, oleh karena ituharus diganti
ketika mata pisau sudah menjadi tumpul.

10

Cara memasang dan melepas pisau ke pegangannya


2. Instrumen Untuk Mengangkat Periosteum
Setelah insisi melewati mukoperiosteum sudah dibuat, mukosa dan periosteum harus
di refleksikan dari tulang dibawahnya dengan periosteal elevator. Instrumen yang umum
digunakan adalah Molt periosteal elevator no. 9. Instrumen ini memiliki ujung yang
tajam-lancip dan rata-lebar.
Periosteal elevator dapat digunakan untuk mereflek jaringan lunak dengan 3 cara:
Pertama, ujung lancip digunakan pada gerakan membongkar untuk mengangkat jaringan
lunak. Ini paling sering digunakan untuk mengangkat papila dental. Metode kedua adalah
gaya dorongan, dimana ujung yang lebar meluncur dibawah flap, memisahkan
periosteum dari tulang di bawahnya. Ini lebih efisien dan menghasilkan refleksi paling
bersih dari periosteum. Metode ketiga adalah gaya tarikan, atau mengikis. Ini kadang
berguna pada beberapa area tapi lebih ke menyobek atau menoreh periosteum jika tidak
digunakan hati-hati. Periosteal elevator juga dapat digunakan sebagai retraktor.

Ketika

gigi

sudah

diekstraksi,

jaringan lunak yang menempel disekeliling gigi harus dilepaskan. Instrumen yang sering
digunakan adalah Woodson periosteal elevator no.1. Instrumen ini relatif kecil dan
lembut dan dapat digunakan untuk menghilangkan jaringan lunak melewati sulkus
gingival.
11

3. Instrumen untuk meretraksi jaringan lunak


Sangat dibutuhkan sekali pengelihatan dan akses yang baik untuk melakukan
pembedahan yang baik. Oleh karena itu, terdapat bermacam retraktor untuk menarik pipi,
lidah, dan flap mukoperiosteal.
Retraktor pipi:
right-angle Austin retractor dan
offset broad Minnesota retractor

Kedua retraktor ini dapat menarik pipi dan flap mukoperiosteal secara stimultan.
Sebelum flap dibuat, retraktor menahan pada pipi dan ketika akan menyentuh flap,
retraktor ditempatkan pada tulang dan selanjutnya digunakan untuk menarik flap.
Retraktor lidah: Kaca mulut, Weider tongue retractor (retraktor yang lebar, berbentuk
hati yang bergigi tajam pada satu sisi sehingga dapat melawan lidah lebih kuat serta
menarik secara medial dan anterior), towel clip (biasa digunakan saat biopsi,
memerlukan anestesi lokal.

4. Instrumen Untuk Mengatur Hemorragi


Hemostat memiliki bermacam bentuk, dapat berupa relatif kecil, dan halus
(delicate) atau lebih besar, dan bisa lurus atau melengkung. Hemostat yang biasa
digunakan pada bedah mulut adalah hemostat lengkung.

12

Hemostat memiliki sebuah paruh yang panjang dan halus, digunakan untuk
menggenggam jaringan, dan sebuah pegangan yang mengunci. Hemostat juga sangat
berguna pada bedah mulut untuk menghilangkan jaringan granulasi pada soket gigi dan
untuk mengambil ujung akar yang kecil, serpihan kalkulus, fragmen restorasi amalgam,
dan partikel kecil lainnya yang jatuh ke area mulut atau luka.

5. Instrumen Untuk Menggenggam Jaringan


Dalam melakukan pembedahan jaringan lunak operator harus menstabilkan flap
jaringan lunak untuk melewatkan jarum jahit bedah.
a. Adson forceps, tang yang lembut (delicate) dengan geligi yang kecil yang dapat
digunakan untuk memegang jaringan dengan hati-hati dengan cara menstabilkannya.

b. Stillies forceps, tang

ini 7-9 inci lebih panjang dan

dapat dengan mudah

menggenggam jaringan pada

bagian posterior mulut.


c. Allis forceps yang memiliki pegangan yang dapat mengunci, yang biasanya
digunakan untuk mengambil jaringan yang lebih besar seperti epulis fissuratum.

d. Tang jaringan Russian


berujung bundar yang

memiliki

bentuk

besar

dan

sangat berguna untuk mengambil

gigi yang sudah diangkat dari soketnya. Ujungnya yang bundar ini mencegah
tergelincirnya benda yang dipegang.

13

6. Instrumen Untuk Pengambilan Tulang


a. Rongeur forcep
Memiliki pegas diantara pegangannya sehingga ketika tekanan tangan dilepaskan,
instrumen akan terbuka. Terdiri dari side-cutting forceps, side-cutting and endcutting forceps.

b. Blumenthal rongeurs
Memiliki kedua ujung side-cutting and end-cutting. Tang ini tidak boleh digunakan
untuk mengambil gigi karena dapat menumpulkan dan merusaknya.

c. Surgical chisel dan mallet


Tulang biasanya diambil dengan monobevel chisel, dan gigi biasanya dipotong dengan
bibeveled chisel. Penting untuk menajamkan dan sterilkan chisel sebelum digunakan
untuk pasien selanjutnya

d. Bone file

14

Digunakan untuk menghaluskan permukaan tulang sebelum menutup kembali flap


mukoperiosteal. Hindari menekan bone file ini karena akan menyebabkan kerusakan
pada tulangnya.

e. Bur dan Handpiece


Digunakan handpiece high-speed dengan carbide bur fissure no.557 atau no.703 atau
bur bundar no.8 untuk mengambil tulang kortikal. Untuk mengangkat tulang yang
besar seperti pengurangan torus, digunakan bur akrilik. Handpiece harus di strelilisasi
di dalam autoclave, dan tidak boleh membuang udara ke daera operatif seperti bor
dental.

7. Instrumen Untuk Mengambil Jaringan Lunak dari Kerusakan Tulang


Kuret periapikal memiliki bentuk bersudut, berujung ganda, dan digunakan untuk
mengambil jaringan lunak dari kerusakan tulang. Kegunaan utamanya untuk mengangkat
granuloma atau kista kecil dari lesi periapikal, dapat juga untuk mengambil jaringan
granulasi debris kecil dari soket gigi.

8. Instrumen Untuk Menjahit Mukosa


8.1.
Needle Holder
Pengangannya mengunci, berparuh pendek dan kuat. Untuk penjahitan
intraoral digunakan needle holder 6 inci (15 cm). Paruh dari needle holder lebih
pendek dan kuat daripada hemostat. Needle holder dipegang dengan ibu jari dan jari
manis. Jari telunjuk dan jari tengah untuk mengontrol pergerakan.

15

8.2.

Needle
Untuk menutup mukosa insisi -> jarum kecil setengah bulat atau three eights

circle. Jarum dipegang pada 2/3 jarak antara ujung depan dan akhir jarum.
8.3.
Suture Material
(1) Ukuran untuk mukosa oral: 3.0, (2.0 > 3.0), 6.0 biasanya digunakan untuk
penjahitan kulit muka
(2) Resorbabilitas: Resorbable (Catgut: <5hari; Chromic gut: 10-12 hari; asam
poligilokolik dan poliaktitik: 4 mg); Nonresorbable ( sutra, nilon, dan stainless
steel)
(3) Mono/polifilamen: Monofilamen (Gut atau chromic gut, nilon, dan stanless
steel); Polifilamen (Sutra, asam poligilokolik dan poliaktitik)
Karena berupa multipel filamen, cairan oral dapat terjebak diantaranya dan
menyimpan bakteri yang ada pada saliva. Benang monofilamen tidak
menyebabkan hal seperti pada polifilamen ini, tetapi dia lebih sulit untuk
diikat dan lebih mengiritasi lidah dan jaringan lunak.
Benang jahit yang umum untuk kavitas oral adalah sutra hitam no.3-0. Ukuran
ini sangat pas untuk kekuatannya, bahan dari sutra alami membuatnya mudah
untuk diikat dan ditoleransi oleh jaringan lunak sekitarnya
9. Gunting
16

9.1 Dean Scissor


Gunting benang jahit yang memiliki tepi pemotong yang pendek dan bergerigi
tajam, pegangannya yang cukup panjang dan meliku

9.2 Iris Scissor


Gunting jaringan lunak yang berbentuk kecil, berujung lancip dan tajam, merupakan
alat yang lembut (delicate) untuk pekerjaan yang halus

9.3 Metzembaum Scissor


Gunting jaringan lunak yang kasar, digunakan untuk menggali jaringan lunak dan
juga memotong-motong benang.

10. Instrumen Untuk Menahan Mulut Tetap Terbuka


10.1
Bite block
Digunakan untuk menahan rahang pasien saat akan mengekstraksi gigi, mencegah
terjadinya stress pada TMJ. Terbuat dari karet
10.2
Molt mouth prop
Digunakan apabila operator membutuhkan mulut untuk dibuka lebih lebar,
terutama pada pasien yang diberi sedasi kuat. Harus digunakan hati-hati karena
dapat memberikan tekanan yang besar pada gigi dan TMJ.

17

11. Instrumen Untuk Penghisapan


Untuk memberikan pengelihatan yang cukup,

darah,

saliva, dan larutan irigasi harus dihisap dari daerah operasi. Kebanyakan alat penghisap
didesain dengan beberapa jenis lubang sehingga jaringan lunak tidak akan terhisap dan
menyebabkan kerusakan jaringan. Alat penghisap Fraser memiliki lubang pada bagian
gagang yang dapat ditutup sesuai dengan keperluan. Saat jaringan keras dipotong dengan
larutan irigasi yang banyak, lubang ditutup sehingga larutan dapat dibuang dengan cepat.
Ketika melakukan penghisapan pada jaringan lunak, lubang tidak ditutup untuk
menghindari terjadinya cedera jaringan.
12. Instrumen Untuk Memindahkan Instrumen Steril
Transfer forceps adalah tang yang digunakan untuk memindahkan instrument dari
satu area steril ke area steril lainnya. Tang ini biasanya memiliki jepitan yang berat dan
membelok ke kanan, sehingga instrument lain seperti tang ekstraksi dapat dipindahkan
dari satu area ke area lainnya dan alat-alat yang kecil dapat dipindahkan tanpa
menjatuhkannya. Tang ini disimpan dalam wadah yang berisi larutan antibakteri, seperti
glutaraldehide. Wadahnya harus dikosongkan dan diisi dengan larutan yang baru tiap
harinya. Dan wadahnya harus dicuci dan diautoklaf paling tidak seminggu sekali.

13. Instrumen Untuk Irigasi


Ketika handpiece dan bur sedang digunakan pada tulang, penting untuk mengirigasi
area tersebut dengan aliran larutan irigasi terus-menerus. Irigasi akan mendinginkan bur
18

dan mencegah kerusakan pada tulang karena panas yang tinggi. Sebagai tambahan, saat
prosedur bedah selesai dan sebelum flap mukoperiosteal dijahit kemballi ke posisinya,
daerah pembedahan sebaiknya diirigasi dengan saline steril. Syringe plastik yang besar
dengan jarum 18-gauge tumpul biasanya digunakan untuk irigasi. Jarumnya harus
tumpul dan halus sehingga tidak melukai jaringan lunak, serta memiliki sudut untuk
mengarahkan aliran irigasi supaya lebih efisien.

14. Dental Elevator


Instrument ini digunakan untuk meluksasi gigi
(melonggarkan) dari tulang di sekelilingnya. Dengan
meluksasikan gigi sebelum penggunaan tang dapat
meminimalisir insidensi dari patahnya akar atau gigi dan juga memfasilitasi
pengangkatan patahan akar jika terjadi, karena akar yang tertinggal sudah longgar dalam
soket gigi. Sebagai tambahan dalam perannya untuk melonggarkan gigi dari tulang
diisekitarnya, dental elevator juga digunakan untuk melebarkan tulang alveolar. Dengan
memperluas lempeng tulang bucocortical, operator memfasilitasi pengangkatan gigi yang
memiliki jalur pengangkatan yang terbatas.

Elevator didesain dengan bentuk yang

spesifik untuk memfasilitasi pengambilan akar dari soketnya.


14.1. Komponen
Tiga komponen utama dari elevator adalah pegangan (handle), shank, mata
pisau (blade). Pegangan ini memiliki ukuran yang bermacam-macam, terdapat juga
bentuk cross-bar atau T-shaped. Penggunaannya harus hati-hati agar tidak
menghasilkan tenaga yang berlebih. Shank menghubungkan gagang dengan blade,
secara umum memiliki ukuran yang cukup besar dan kuat untuk mentransmisikan
gaya dari gagang menuju blade. Blade merupakan ujung yang bekerja untuk
mentransmisikan gaya ke gigi, tulang, atau keduanya.

19

14.2.

Tipe
Tiga tipe dasar dari elevator adalah (1) tipe lurus atau gouge type

(mencungkil); (2) tipe triangle atau pennant-shape type; (3) pick-type.


Tipe lurus merupakan elevator yang paling sering digunakan untuk meluksasi
gigi, mata pisaunya memiliki permukaan yang cekung pada satu sisi. Elevator
lurus berukuran kecil, no. 301, seringkali digunakan untuk meluksasi gigi yang
sudah erupsi. Elevator lurus yang lebih besar digunakan untuk memindahkan akar
dari soketnya dan juga digunakan untuk meluksasi gigi yang memiliki ruang yang
lebar (ukuran: No. 34S, no. 46 dan no. 77R).

A. Straight elevator, B&C. Mata pisau dari straight elevator yang konkaf

Elevator kedua yang paling banyak digunakan adalah elevator triangular atau
pennent-shape. Elevator triangular berguna ketika patahan akar gigi tertinggal
dalam soket. Contohnya adalah ketika molar pertama mandibula mengalami fraktur
dan meninggalkan akar distal dalam soket tetapi akar mesial ikut lepas bersama
mahkota, Ujung dari elevator triangular ditempatkan dalam soket, dengan bagian

20

shank bersandar pada lempeng tulang bagian bukal. Kemudian diputar dengan tipe
rotasi wheel-and-axle, dengan ujung elevator yang tajam meengikat sementum dari
akar distal yang tersisa; kemudian elevator diputar dan akar dikeluarkan. Elevator
triangular memiliki banyak tipe dan angulasi, tetapi tipe yang paling sering
digunakan adalah Cryer.

Elevator tipe ketiga yang


jarang

digunakan adalah pick-

type. Elevator tipe ini digunakan untuk memindahkan akar. Elevator pick-type yang
berat adalah Crane pick. Biasanya dibutuhkan pengeboran untuk membuat lubang,
kira-kira dengan kedalaman

3mm menuju akar.

Ujung dari elevator pick

dimasukkan ke dalam lubang, dengan lempeng tulang bukal dianggap sebagai titik
tumpu, akar diangkat dari soket gigi.

Tipe kedua dari pick adalah root tip pick, atau elevator apeks. Elevator apeks
adalah instrument yang sulit karena digunakan untuk mengeluarkan ujung akar
yang kecil dari soketnya.

21

Ditekankan bahwa instrument ini merupakan instrument yang tipis dan tidak
dapat digunakan sebagai elevator tipe wheel-and-axle atau pengungkit seperti
elevator Cryer atau Crane pick.

DAFTAR PUSTAKA

1. Carranza FA, Takei HH. The Periodontal Flap, Dalam Carranzas Clinical
Periodontology, Newman MG, Carranza FA, Takei HH. Ed ke-10, W.B. Saunders Co.
Philadelphia; 2002. H:795-800.
2. Pedersen GW. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Alih bahasa: Purwanto. Jakata: EGC.
1993. H: 47-51.
3. Fragiskos FD. Oral Surgery. Berlin: Springer; 2007. P: 33-39.
4. Balaji. 2007. Textbook Of Oral And Maxillofaxial Surgery. New Delhi: Elsevier. P: 6279. 112-3.

22

Anda mungkin juga menyukai