Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH BEDAH MULUT

BEDAH DASAR

FLAP DAN INSISI

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Persyaratan Kepaniteraan Klinik


Fakultas Kedokteran Gigi Univesitas Islam Sultan Agung

Disusun Oleh:
Tiara Bistya Astari 21101900024

Pembimbing:
drg. M. Dian Firdausy, M.Sc (DMS)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVEERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 2

1.3 Tujuan ................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 3

1.1 Flap ....................................................................................................... 3

1.2 Insisi....................................................................................................11

BAB III PENUTUP ..........................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembedahan merupakan tindakan medis yang secara langsung dapat


mempengaruhi keutuhan jaringan tubuh. Pembedahan diawali dengan pembukaan
bagian tubuh menggunakan pisau bedah dan berakhir dengan penutupan bagian
tubuh/luka dengan penjahitan. Teknik pembedahan misalnya untuk pencabutan
gigi, odontektomi, dan perawatan lainnya yang memerlukan prosedur bedah.
Prosedur bedah yang digunakan salah satunyaadalah pembuatan flap.

Flap pada pembedahan merupakan pemindahan sementara suatu jaringan ke


jaringan lainnya yang bertujuan untuk peningkatan akses bedah.Prinsip dasar desain
flap harus memiliki ukuran yang memadai agar memberikan visualisasi yang baik
pada lokasi pembedahan namun dalam pengembalian kembali jaringan yang
dipisahkan tersebut harus baik dan penjahitan yang tidak terlalu kencang agar
mempercepat proses penyembuhan dan mencegah adanya komplikasi seperti
nekrosis serta robeknya flap.

Selain pembuatan flap, prosedur bedah lain yang sering dikenal adalah biopsi.
Biopsi adalah pemeriksaan diagnostik mikroskopis berupa pengangkatan jaringan
dari tubuh yang hidup yang dicurigai menjadi keganasan untuk pemeriksaan
diagnostik mikroskopis. Tujuan utama biopsi adalah untuk menentukan diagnosis
secara tepat sehingga dapat diberikan pengobatan yang tepat. Biopsi insisi adalah
salah satu jenis tipe biopsi yang dilakukan di rongga mulut. Insisi merupakan
sayatan dalam pembedahan dengan alat instrument bedah benda tajam yang
membentuk celah dalam organ. Teknik insisi harus dilakukan dengan tepat agar
jaringan yang diambil dapat menjadi sampel pada pemeriksaan laboratorium untuk
penegakan diagnosa dan penentuan perawatan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja jenis flap?


2. Apa syarat dan prinsip pembuatan flap ?

1
3. Bagaimana prosedur pembuatan flap?
4. Apa saja jenis insisi ?
5. Bagaimana cara melakukan teknik insisi yang tepat?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui jenis-jenis flap


2. Untuk mengetahui syarat dan prinsip flap
3. Untuk mengetahui prosedur dalam pembuatan flap
4. Untuk mengetahui jenis insisi
5. Untuk mengetahui prosedur insisi secara tepat

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Flap
A. Pengertian Flap
Flap merupakan suatu bagian dari jaringan gingiva, periosteum, atau mukosa
alveolar yang dipotong dari gigi dan processur alveolar dnegan suplai darah yang
tetap terpelihara. Tujuan dibuatnya flap adalah untuk memperluas lapang pandang
operator saat pembedahan dan akses menuju tulang dan permukaan akar.
Flap harus cukup luas sehingga dapat memberikan akses lapang pandang ke arah
daerah operasi, dasar flap minimal harus selebar margin atau bagian atas flap.
Sebagian besar flap dibuat di bagian buccal karena akan memberikan lapang
pandang yang baik dan jalan masuk alat yang mudah.

B. Syarat dan Prinsip dari Desain Flap


Syarat dan prinsip dalam desain flap adalah harus memperoleh suplai darah yang
cukup, mukosa mulut yang penuh dengan pembuluh darah dan dasar flap tidak
terlalu sempit maka nekrosis karena iskemia tidak akan terjadi, flap harus sesuai
ukurannya dan terbuka penuh (fully reflected). Persarafan juga menjadi syarat dan
prinsip desain flap, dimana desain flap diusahakan menghindari saraf yang terletak
di dalam terutama n.mentalis.
Flap yang dibuat terlalu kecil dapat menyebabkan operasi tidak dapat dilakukan
secara baik sebab akses dan daerah pandang kurang luas, jaringan akan mudah
robek sehingga menimbulkan nyeri dan memperlambat proses penyembuhan.

3
Prinsip pembuatan insisi dan flap :

1. Semua instrument bedah yang digunakan untuk membuat flap atau insisi harus
tajam dan sesuai dengan ukurannya.
2. Hindari memotong struktur yang vital seperti saraf danpembuluh darah.
3. Insisi yang panjang dan luas tidak hanya memberi akses yang baik dan
memudahkan operator juga dapat menyembuhkan lukasecara cepat.
4. Flap harus memiliki alas yang lebih lebar dari margin gingiva untuk
memastikan suplay darah yang cukup dan untuk mempercepat penyembuhan.
Jika dasar tutupnya terlalu sempit, suplai darah mungkin tidak memadai dan
menyebabkan flap nekrosis.

5. Untuk memiliki akses yang memadai ke akar premolar, flap harus meluas ke
anterior, mesial ke gigi kaninus, dan di posterior, di distal molar pertama.
Jika flap memiliki tiga sisi, maka flap meluas ke arah mesial ke gigi premolar
pertama.

4
6. Desain flap perlu memperhatikan seberapa banyak tulang yang akan
diangkat sehingga setelah pembedahan selesai, sayatan diletakkan di
atas tulang yang sehat. Jika sayatan terlalu dekat dengan pengangkatan
tulang akan berdampak pada proses penyembuhan yang lama.

Aturan dasar menurut Fragiskos (2007) yang berlaku untuk setiap prosedur
pembedahan mengenai insisi dan flap yaitu:
1. Insisi harus dilakukan dengan tegas, kontinyu stroke, bukan stroke
terputus. Selama sayatan, pisau bedah harus terus menerus bersentuhan
dengan tulang. Melakukan stroke di tempat yang sama berulang-ulang
dapat mengganggu penyembuhan luka.
2. Desain flap dan insisi harus dilakukan sedemikian rupa sehingga cedera
struktur anatomi dapat dihindari, seperti: bundel neurovaskular mental,
pembuluh darah palatal yang muncul dari palatina mayor, foramen
insisivum, saraf infraorbital, saraf lingual, saluran submandibular, saluran
parotis, pleksus vena hipoglosus, arteri bukal, saraf wajah dan arteri dan
vena wajah, yang pada dasarnya menjadi perhatian untuk prosedur
drainase abses yang dilakukan dengan insisi ekstraoral.
3. Insisi envelope dan insisi semilunar, yang digunakan dalam apikoektomi
dan pengangkatan ujung akar, setidaknya harus berada 0,5 cm dari sulkus
gingiva.
4. Insisi elips, yang digunakan untuk eksisi dari berbagai lesi jaringan
lunak, terdiri dari dua insisi cembung bergabung pada sudut tajam di
setiap ujung, sementara kedalaman insisi sedemikian rupa sehingga tidak
ada tegangan saat tepi luka ditutup dan dijahit.
5. Lebar flap harus cukup, sehingga bidang operasi mudah diakses, tanpa
membuat ketegangan dan trauma selama manipulasi.

5
6. Dasar penutup harus lebih lebar daripada margin gingiva bebas, untuk
memastikan suplai darah yang adekuat dan dapat meningkatkan
penyembuhan.
7. Flap itu sendiri harus lebih besar dari defisit tulang sehingga margin flap,
saat dijahit, berada di posisi yang tepat pada tulang yang utuh dan sehat,
sehingga mencegah flap robek.
8. Mukosa dan periosteum harus direfleksikan bersama. Ini dicapai (setelah
sayatan dalam) saat elevator secara continuous dijaga dan ditekan di
tulang.
9. Jika tidak dilakukan sayatan di sepanjang sulkus gingiva, untuk alasan
estetika, dan terutama pada gummy smile, luka yang dihasilkan pasti
dipertimbangkan, khususnya di permukaan labial gigi depan.
10. Selama prosedur pembedahan, tarikan yang berlebihan dan
menghancurkan atau melipat flap harus dihindari karena suplai darah
dapat terganggu dan wound healing dapat tertunda.
C. Klasifikasi Flap pada Rongga Mulut
1. Full Thickness Flaps (Flap Mukoperiosteal)
Flap berketebalan penuh (flap mukoperiosteal) terbentuk atas gingival,
mukosa, submucosa, dan periosteum. Flap ini dibuat dengan cara
memisahkan jaringan lunak dari tulang dengan pemotongan tumpul.
Penggunaan desain flap ini, diindikasikan untuk perawatan alveoplasti
multiple dan fistula oroantral.
Flap mukoperiosteal terdiri dari triangular flap, rectangular flap, Y
insisi dan horizontal flap (envelope flap).
a. Triangular Flap

Flap ini adalah hasil sayatan berbentuk L, dengan irisan horizontal


dibuat sepanjang sulkus gingiva dan insisi vertikal atau miring.
Sayatan vertikal dimulai kira-kira di lipatan vestibulum dan meluas ke
papilla interdental gingiva. Flap triangular dilakukan di bagian labial

6
atau buccal pada kedua rahang dan diindikasikan dalam bedah
pengangkatan ujung akar, kista kecil, dan apikoektomi.
Keuntungan:
Memastikan suplai darah yang cukup, memuaskan visualisasi,
stabilitas dan reapproximation yang sangat baik, mudah
dimodifikasi dengan sedikit pelepasan sayatan, atau sayatan
vertikal tambahan, atau bahkan perpanjangan sayatan horizontal.
Kerugian:
Akses terbatas ke akar panjang, flap yang dipegang dengan
retraktor akan membuat ketegangan dan menyebabkan kerusakan
pada attachment gingiva.

b. Rectangular Flap (Trapezoid Flap)

Flap ini memiliki dua releasing incision dengan dua insisi tambahan
yaitu di mesial dan di distal.
Keungtungan :
Akses yang lebih besar pada area dengan dimensi anteroposterior
terbatas.
c. Horizontal Flap (Envelope Flap)

Flap dengan membuat insisi horizontal pada tepi gingiva yang


diperpanjang di sepanjang garis servikal gigi. Sayatan dibuat di
sulkus gingiva dan meluas sepanjang empat atau lima gigi.
Connecting tissue di garis servikal gigi dan papilla interdental
dibebaskan. Envelope flap digunakan untuk operasi gigi seri, gigi
premolar, dan molar, pada permukaan labial atau buccal dan palatal

7
atau lingual, biasanya diindikasikan saat pembedahan prosedur
melibatkan garis servikal gigi (akar palatal), pencabutan gigi dengan
kisata, dll. Flap envelope yang digunakan pada apikoektomi harus
berjarak minimal 0,5 cm dari sulcus gingiva.
Keuntungan :
Menghindari sayatan vertical dan mudah dikembalikan ke posisi
semula.
Kekurangan :
Refleksi yang sulit (terutama palatal), ketegangan dengan resiko
ujung robek, terbatas visualisasi pada apikoektomi, akses terbatas,
kemungkinan cedera pembuluh darah palatal dan saraf.
d. Y Insisi
Insisi Y berguna untuk akses yang memadai pada torus palatal. Dua
tungkai anterior berfungsi sebagai pelepas sayatan menyediakan akses
yang lebih besar.

2. Partial-Thickness Flap (Flap Mukosa)


Flap mukosa terdiri atas gingiva, mukosa atau submukosa namun tidak
termasuk periosteum. Flap ini dibuat dengan membuat insisi tajam
sampai ke dekat tulang alveolar, tetapi periosteum dan jaringan ikat tetap
dibiarkan melekat ke tulang dan menutupi tulang.
a. Semilunar Flap

Semilunar flap dirancang untuk menghindari gingiva yang menempel


di pinggir saat mengerjakan apeks akar. Flap ini digunakan untuk

8
operasi periapikal pada batas tertentu. Flap semilunar memberikan
fasilitas jalan masuk dan melindungi terkoyaknya tepi gingiva. Desain
flap ini dibuat pada mukosa setinggi apeks gigi, ditempatkan pada
permukaan bukal processus alveolaris di sebelah apikal dari pertemuan
antara mukosa bergerak dan mukosa tidak bergerak. Flap semilunar yang
digunakan pada apikoektomi harus berjarak minimal 0,5 cm dari
sulcus gingiva.
Indikasi :
Kista nasoalveolar
Keuntungan :
Sayatan ini menghindari trauma pada papila dan margingingiva
Kerugian :
Flap yang sulit diangkat, akses terbatas karena keseluruhan akar
tidak dapat dilihat.
D. Prosedur Pembuatan Flap
1. Buatlah insisi serong ke dalam (internal bevel), dari dekat tepi gingiva ke
arah puncak tulang alveolar, dengan mempertahankan gingiva berkeratin
sebanyak mungkin.
2. Insisi awal diperluas ke sekeliling servikal gigi dan daerah interproksimal
untuk mempertahankan tinggi jaringan papilla interdental untuk
penjahitan.
3. Kemudian pisahkan jaringan dari tulang dengan elevator periosteal
(raspatorium) agar flap dapat dibuka dan mudah digerakkan, serta
memberi akses yang cukup ke struktur- struktur dibawahnya.
4. Setelah itu dibuat insisi kedua mengelilingi setiap gigi ke arah puncak
tulang atau aspek koronal dari ligamen periodontum dengan pisau bedah.
E. Teknik Handling Instrumen dalam Pembuatan Flap
Cara pemegangan atau handling instrument dalam pembuatan flap atau
teknik suturing harus diperhatikan untuk menjamin kontrol alat yang baik.
A. Scalpel
Pisau scalpel yang sering digunakan adalah berukuran nomor 15 atau
11. Ukuran nomor 11 digunakan untuk insisi abses dan hematoma

9
perianal. Pegangan scalpel digunakan seperti pena dengan kontrol
maksimal pada waktu pemotongan dilakukan.
Sayatan umumnya dimulai pada sudut garis gigi atau di papilla
interdental berdekatan dan dibawa miring ke apikal free gingiva. Sangat
tidak dianjurkan untuk melakukan sayatan lebih dari satu kali.

B. Pinset
Pinset dalam pembuatan flap dan teknik suturing terdiri dari dua jenis
yaitu pinset yang bergigi dan pinset yang tidak bergigi. Pinset harus
dipakai dengan prinsip memegang sumpit, dimana pinset merupakan
perpanjangan dari telunjuk dan ibu jari. Pinset biasanya dipegang oleh
tangan kiri. Saat melakukan prosedur pembedahan tanpa menggunakan
pinset, sebaiknya pinset tetap disimpan di tangan kiri dengan
menjepitnya menggunakan jari manis dan kelingking, sehingga ibu jari,
jari telunjuk, dan jari tengah bebas bekerja.

10
2.2 Insisi
A. Pengertian Insisi
Insisi adalah prosedur mengangkat sebagian kecil lesi. Sampel insisi yang
diperlukan jika lesi besar (diameter> 1 cm), pengambilan sampel di tempat yang
berisiko cara untuk memasukkan jaringan yang tampak normal dan abnormal.
Insisi pada sampel dilakukan dengan sempit dan dalam.

B. Prinsip Insisi
1. Insisi harus dilakukan dengan tegas, continuous, dan tidak boleh
terputus-putus. Selama pembedahan blade harus selalu bersentuhan
dengan tulang dengan teknik pens grap. Sayatan berulang akan
menggangu penyembuhan luka. Sudut awal masuk blade 90 0 dan ketika
insisi sudut menjadi 450.

11
2. Desain flap dan insisi harus sedemikian rupa sehingga dapat
menghindari cidera struktur anatomi.

3. Insisi di mulai dari bukal berakhiran pada papilla gingiva.

4. Insisi envelop dan semilunar digunakan untuk apikoektomi dan


pengakatan ujung akar, dengan jarak 0,5 cm dari sulkus gingiva.

5. Sayatan elips digunakan untuk eksisi lesi daringan lunak.

6. Lebar flap harus cukupagar area pembedahan dapat diakses tanpa


membuat ketegangan dan trauma.

7. Dasar lesi harus lebih lebar dari pada sisi yang bebas agar suplai
darah adekuat dan meningkatkan penyembuhan

8. Flap harus lebih besar dri defisit tulang sehingga margin flap saat
dijahit berada diposisi yang tepat pada tulang yang utuh dan sehat
untuk mencegah flap dehiscence dan robek.

9. Mukosa dan periosteum hrus direfleksikan bersama.

10. Pertimbangan khusus untuk insisi labial di sulkus gingiva karena


estetik terutama bagi pasien yang memiliki senyum lebar.

11. Prosedur pembedahan, retraksi yang berlebihan, membuka tutup flap


harus dihindari agar suplai darah tidak terganggu dan proses
penyembuhan terhambat.

C. Jenis Insisi
1. Insisi Linier
Dianjurkan pada penutupannya dimulai di tengah dan dilanjutkan setiap
pertengahan dari insisi yang tersisa. Arah jarum yang tegak lurus dengan
permukaan kulit dan juga tegak lurus sayatan kulit. Gerakan insisi harus
tegas dan dalam dengan satu kali sayatan. Jarak masuk dan keluarnya
jarum dari tepi sayatan sama dengan dalamnya jaringan yang diambil (x)
dan jarak antar jahitan sama dengan dua kali jarak tersebut (2x)

12
2. Insisi Ellips

Pada pembuatannya tentukan lebih dulu lebar dan incisi sesuai dengan
lesi, kemudian panjang insisi harus sama atau lebih besardari 3x lebar.

Cara Menutup Insisi Elips :


 Tidak boleh dimulai dari tengah tetapi harus dari keduaujung insisi

 Berakhir di tengah

 Jahitan tidak boleh sekaligus tetapi harus dua kali karenaarah jarum
harus tegak lurus dengan tepi insisi

 Untuk menghindari regangan dapat dikerjakan teknik


“undermining”

13
BAB III

PENUTUP

Flap merupakan proses pembedahan dengan pembukaan pada gingiva atau


mukosa yang dipisahkan dari jaringan di bawahnya guna perluasan lapang pandang
serta akses menuju tulang dan permukaan akar. Proses penyembuhan pasca bedah
sangat dipengaruhi oleh desain flap. Pembuatan flap yang baik harus memenuhi
persyaratan, yaitu flap di desain sedemikian rupa sehingga suplai darah dapat
dipertahankan dengan baik, desain flap juga harus dibuat dengan ukuran yang
memadai, sehingga dapat disingkapkan dari daerah operasi, flap dapat menutupi
kembali bagian yang awalnya terbuka, dan tidak dalam kondisi tegang pada saat
dilakukan penjahitan pada posisi semula.
Teknik insisi dalam bedah mulut merupakan teknik pembedahan yang
berguna untuk mengambil sebagian kecil sampel jarigan yang dicurigai mengarah
keganasan untuk pemeriksaan laboratorium. Jenis insisi memiliki dua macam
jenis yaitu insisi linier dan insisi ellips. Teknik insis ketika membuat sayatan
harus tegas, dalam dan satu kali sayatan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Hupp, J., Ellis, E., & Myron, T. (2008). Contemporary Maxillofacial Surgery. 5th
Edition. St: Louis: Elsevier.
Fragiskos,D. 2007 : Oral surgery. Associate professoe, oral and
maxillofacialsurgery. University of athens greece.New york.
Springer.

Malik, N. (2012). Textbook Of Oral And Maxillofacial Surgery. New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Publisher.
Peterson, L., Ellis, E., Hupp, J., & Tucker , M. (2003). Contemporary Oral And
Maxillofacial Surgery. St. Louis: Mosby.
SM, B. & Balaji, P. P., 2018. Oral and Maxillofacial Surgery. Third Edition ed.
India: Elsevier.

Urolagin, S. & Kale, T., 2013. Intraoral Incision, Design of Flaps and Management
of Soft Tissue.

15

Anda mungkin juga menyukai