DISUSUN OLEH:
FINE RAMADHANIYA FEBRI ADIPURI
G4B1017018
2020
BEDAH FLAP
A. Gambaran Umum
Bedah flap adalah istilah umum bagi semua prosedur bedah yang berkaitan
dengan perawatan saku periodontal dimana dilakukan pembukaan flap periodontal.
Flap periodontal dimaksudkan bagian gingiva dan/atau mukosa yang dengan
prosedur bedah dipisahkan dari jaringan di bawahnya untuk mendapatkan visibilitas
dan aksesibilitas ke permukaan akar gigi dan tulang alveolar (Carranza dkk., 2012).
Menurut fadi dkk, (2004) flap periodontal juga memungkinkan penggeseran gingiva
ke arah yang berbeda pada prosedur bedah mukogingiva.. Flap dibuat untuk
mendapatkan jalan masuk ke struktur dibawahnya biasanya tulang atau gigi atau
untuk prosedur koreksi, untuk mencapai daerah patologis, merawat luka atau
menggerakan jaringan untuk memperbaiki kerusakan (fadi dkk.,2004). Adapun
tujuan bedah flap adalah sebagai berikut.
1. Memberi akses untuk melakukan detoksifikasi akar.
2. Mengurangi poket yang meluas atau melebihi pertautan mukogingiva.
3. Meneyediakan atau mempertahankan daerah gingiva cekat yang cukup.
4. Membuka akses dan memudahkan prosedur untuk mencapai tulang dibawahnya,
untuk merawat cacat tulang.
Adapun kelebihan teknik bedah flap dalam penyakit periodontal yaitu:
1. Memungkinkan terjangkaunya akar dan tulang alveolar.
2. Jaringan padat dipertahankan dan dipergunakan untuk menutup luka
3. Jaringan luka dapat dimanipulasi apabila untuk memperbaiki morfologi jaringan
(Suryono. 2014).
B. Klasifikasi Flap
Flap periodontal dapat diklasifikasikan berdasarkan komponen jaringan,
penempatan tutup flap setelah bedah, dan perawatan papila
1. Klasifikasi flap menurut Carranza dkk, (2019) berdasarkan komponen jaringan
adalah flap berketebalan penuh (flap mukoperiosteal/full thickness flap) dan flap
berketabalan sebagian/ flap mukosa/partial thickness flap)
Gambar 1. Full thickness flap dan partial thickness flap
Gambar 6 . Desain flap konvensional/ teknik flap tradisional. A, Desain insisi: insisi bevel
internal, pembagian papilla dan insisi vertical digambar dengan garis putus-putus. B, Flap
dibuka dan jaringan pinggirannya dekat gigi masih tetap ditempatnya. C, semua jaringan
marginal dihilangkan, terjadi pemaparan tulang. D, jaringan kembali ke tempat semula.
Area proksimal tidak sepenuhnya tertutup.
Gambar 7 . Desain flap: flap insisi sulkular. A, desain insisi: insisi sulkular dan insisi
vertical digambar dengan garis putus-putus. B, flap dibuka, terjadi pemaparan tulang. C,
jaringan dikembalikan ke posisinya semula menutupi seluruh ruang interdental.
Insisi vertikal di fasial sebaiknya tidak dibuat pada bagian tengah papilla
interdental atau di atas permukaan radikular gigi. Insisi harus dibuat di sudut
garis gigi yang mengikutsertakan juga atau untuk menghindarinya secara
penuh. Insisi vertikal seharusnya juga didesain untuk menghindari terjadi flap
pendek (mesiodistal) dengan panjang yang terlalu besar, karena hal ini akan
mengakibatkan gangguan suplai darah. Beberapa pengamat mengusulkan
prosedur denudasi interdental yang terdiri dari insisi horizontal, bevel internal,
dan nonscalloped untuk menghilangkan papilla gingival dan mendenudasi
ruang interdental (Carranza dkk., 2019).
E. Flap Reposisi Apikal
Indikasi flap reposisi apikal yaitu, menghilangkan poket periodontal dan
menambah lebar gingiva cekat. Sedangkan kontraindikasinya yaitupoket yang
meluas ke bawah dari perbatasan mukogingiva. Tujuan flap reposisi apikal yaitu:
1. Mengurangi kedalaman poket dengan cara menempatkan tepi gingiva lebih ke
apikal.
2. Memperluas struktur akar yang dibuka agar lebih mudah melakukan prosedur
restoratif.
3. Gingiva matur yang ada lebih ke apikal dari permukaan gigi atau prosesus
alveolaris.
Pengambilan posisi flap pada saat penjahitan dilakukan dengan posisi pada akar
gigi 1-2mm koronal terhadap puncak alveolar (APF-T= apically poistened flap-
tooth), pada puncak tulang alveolar (APF- apicaly poistioned flap crest), dan apikal
terhadap puncak tulang alveolar (sub-krestal) (Suryono,2014).
Teknik dari flap reposisi apikal yaitu:
1. Insisi
a. Dibuat dua insisi pembuka vertikal melalui tulang pada kedua ujung daerah
operasi. Insisi harus dibuat di mesial atau distal dari poket periodontal
interdental terakhir yang akan dirawat dan jaringan terletak di interdental.
Insisi harus dibuat saling sejajar dan meluas ke mukosa alveolar pada saat
vestibulum. Internal incision dibuat sepanjang tepi gingiva dengan jarak 1
mm dari gingiva tepi dan dengan kedalaman sampai puncak tulang alveolar.
Gambar 9. Insisi dibuat 1 mm dari tepi gingiva
b. Insisi dihentikan dan dibuat melengkung di sekitar cervik gigi dan dapat
dibuat dalam dua tahap, insisi outline superfisial dan insisi pendalaman.
Papila interdental dibuka keluar dengan memperdalam insisi, yang
memungkinkan pisau diletakan dengan sudut lebih tajam. Tujuan dari insisi
ini adalah untuk memisahkan batas poket dan jaringan ikat inflamasi dari
dinding dalam flap. Gingival palatal dirawat dengan cara internal bevel
insisi, karena jaringan palatal tidak dapat di reposisi apikal. Sudut insisi
bervariasi sesuai dengan ketebalan jaringan dan dapat digunakan untuk
mengurangi jaringan.
Gambar 11.Penjahitan
4. Buat insisi berketebalan penuh atau sebagian untuk melepaskan flap donor dari
dasarnya , berhati-hati untuk menjaga keuntuhan dasar flap dan suplai darahnya.
7. Beri tekanan ringan didaerah flap selama 2-3 menit dengan kain kasa yang telah
dibasahi air atau salin
8. Peridontalpack
9. Kontrol 7 hari (Suryono dkk, 2014).
G. Flap Papila Ganda
Flap papila ganda merupakan modifikasi dari flap posisi lateral digunakan
untuk resesi gingiva yang sempit apabila jaringan interproksimal yang sehat cukup
banyak. Jarang terdapat kondisi yang yang memungkinkan dilakukannya flap papila
ganda, karena biasanya resesi yang terjadi terlalu lebar dan tidak dapat di tutupi
oleh papila terdekat.
H. Flap Reposisi Koronal
Indikasi posisi flap koronal adalah alternatif lain untuk mengkoreksi daerah
resesi gingiva yang multipel dan kurangnya daerah perlekatan gingiva Prosedur ini
sering didahului dengan autograf jaringan lunak bebas untuk menambah jaringan
berkeratin di daerah resorbsi tersebut.Teknik flap reposisi koronal yaitu:
1. Buat autograf jaringan lunak bebas di daerah apikal dari resesi. Biarkan graf
menyembuh dalam waktu 6-8 minggu.
2. Setelah anestesi lokal buat flap berketebalan penuh dengan insisi vertikal pada
tepi lateralnya Bersihkan tau detoksifikasi akar dengan kuret
3. Jahit flap
4. Beri tekanan ringan 23 menit untuk mendapatkan hemostatis
5. Pasang dressing
6. Buka jahitan setelah 7-10 hari.
I. Flap modifikasi Widman
Flap modifikasi Widman merupakan flap mukoperiosteal yang sederhana yang
dikombnasikan dengan insisi bevel terbalik dengan pengurangan tulang,
Indikasinya yaitu terdapat poket suprabony dan infraboni ringan, Perawatan ini juga
diindikasikan untuk poket yag menyeluruh, sedangkan untuk kontraindikasinya
yaitu gingiva cekat terlalu sempit dan sistemik. Tujuan ari flap ini adalah sebagai
berikut.
1. Mendapat akses ke permukaan akar untuk detoksifikasi akar
2. Mencapai akses dan kemudahan dalam penatalaksanaan cacat tulang.
3. Mendapatkan penutupan luka primer akhir prosedur
4. MEngurangi kedalaman poket dengan mendapatkan perlekatan epitel baru atau
pendekatan jaringan ikat dengan posisi lebih ke koronal
5. Menghasilkan penutupan luka dalam prosedur regeneratif.
Teknik dari flap modifikasi Widman adalah sebagai berikut.
1. Anestesi lokal
2. Dengan scalpel tajam dilakukaninsisi internal bevel, insisi ini dimulai dari awal
gingival margin sampai ke bagian apikal dari epitel hingga puncak tulng
alveolar, insisi membentuk sudut kurang lebih 45o dengan sumbu gigi.
Tujuannya untuk membuang epitel linng dari dinding poket serta epitel cekat
yang ada di dasar poket.
3. Membuat vertikal insisi di kedua sisi operasi insisi dimulai dari gingival margin
hingga ke alveolar.
4. Flap dipisahkan dari tulang dngan resparatorium jenis flap ang digunakan full
thickness
5. Setelah flap disibakan kemudian insisi horizontal dan sulkuler selanjutnya
semua deposit kalkulus nekrotik dibersihkan dengan kuret
6. Haluskan tulang yang tajam dan menonjol
7. Kembalikan flap
8. Periodontal dressing (Carranza dkk., 2019).
Gambar 17. ModifikasiWidman
J. Flap Mukogingival
Flap mukogingival adalah kuretase subgingiva yang dikerjakan dengan
pisau.Bagian yang terletak lebih dalam (epitek perlekatan epitel granulomatus)pada
poket periodontal dieksisi dan jaringan gingiva yang tersisa dilekatkan kembali ke
permukaan akar gigi yang telah dibersihkan, agar membentuk perlekatan baru
selama proses penyembuhan Flap gingiva ridak pernah dibuat melebihi peraturan
meukogingiva, jadi gingiva tetap melekat di tulang alveolar. Indikasi flap gingiva
yaitu:
1. Poket suprabony dengan kedalaman dangkal hingga moderate 5 mm dan
memilik lebar serta ketebalan jarigan berkeratin yang cukup.
2. Regio anterior dimana estetik menjadi pertimbanan dan diperlukan akses yang
baik ke permukaan akar untuk melakukan root planning,
Adapun kontraindikasinya yaitu:
a. Zona jaringan berkeratin yang tersedia tidak mencukupi.
b. Terdapat cacat tulang yang memerlukan koreksi
c. Terdapat poket palsu yang memerlukan koreksi
Tujuan untuk mengurangi poket dengan jalan membentuk perlekatan baru
jaringan epitel atau jaringan ikat terhadapgigidengan letaklebih ke koronal.
Tekniknya yaitu:
1. Asepsis
2. Insisi internal bevel menggunakan balde dari mulai tepi jaringan gingiva kearah
apikal hingga mencapai puncak tulag alveolar.
3. Gerakan blade kearah interproksimal baik bukal lingual hinggapapila
interdental.
4. Insisi sekunder dibuat dari dasar poket melewati serabut tan alveolar ke arah
interproksimal melewati serabut transeptal
5. Eksisi dengan kuret
6. Bersihkan semua jaringan nekrotik
7. Irigasi air steril dan salineLetakan kembali tepi flap ke permukaan akar
8. Jahit dengan matras vertikal atau terputus dubagian interproksimal
9. Tekan bagian fasial 2-3 menit
10. Pasang peridontal dressing (Carranza dkk., 2002).
K. Flap Palatal
Pada pembuatan flap palatal yang perlu diperhatkan adalah anatomi dari
eksostosis, papila insisif, arteri palatina major, dan rugae palatina (Carranza, dkk.,
2002).
L. Penjahitan
Menurut Carranza dkk., (2012), tujuan dari penjahitan adalah untuk pengaturan
flap sampai terjadi penyembuhan yaitu adanya perlekatan jaringan. Terdapat
berbagai macam tipe penjahitan, jarum jahit dan bahannya. Bahan jahit bisa
nonresorbable atau resorbable.
jaringan dari sudut kanan dan tidak kurang 2-3 mm dari insisi. Jarum kemudian
diangkat melalui jaringan, mengikuti kurva jarumnya. Flap periodontal ditutup
dengan jahitan mandiri ataupun kontinu. Jahitan kontinu menarik flap bukal dan
lingual atau flap palatal bersama-sama. Sedikit kemungkinan flap untuk menekuk
Jahitan pada berbagai tempat di papila interdental harus masuk dan keluar
jaringan pada lokasi titik pada garis imaginer yang membentuk segitiga pada
papilla interdental. Lokasi jahitan untuk penutupan flap palatal bergantung oleh
luasnya elevasi flap yang dilakukan. Flap dibagi menjadi empat kuadran seperti
pada gambar.
Gambar 19. Penempatan penjahitan untuk menutup flap palatal. Untuk flap ringan
/sedang, penjahitan ditempatkan di area yang diarsir, untuk flap lebih substansial,
ditempatkan di area sentral palatum.
Jika elevasi flap tipis atau sedang, jahitan ditempatkan pada kuadran yang
paling dekat dengan gigi. Jika elevasi flap banyak, jahitan dibuat pada bagian
1. Ligasi Interdental
Dua tipe ligasi interdental yang dapat digunakan yaitu director loop suture
Pada jahitan angka delapan, terdapat benang diantara dua flap. Jahitan ini
digunakan pada saat flap tidak berada dalam posisi yang saling menutup karena
Gambar 21 . Penjahitan angka delapan terputus digunakan pada flap bukal dan lingual.
Jenis ini mudah untuk dilakukan daripada ligasi langsung. Jahitan langsung
2. Sling ligation
Sling ligation dapat digunakan untuk flap pada satu permukaan gigi yang
flap bukal dan lingual tanpa mengikat flap bukal ke flap lingual. Digunakan
ketika kedua flap fasial dan lingual melibatkan banyak gigi. Jahitan diinisiasi
pada papilla fasial yang paling dekat dengan garis tengah, karena ini merupakan
tempat paling mudah untuk memposisikan simpul akhir. Continous sling suture
mengikat setiap papilla pada permukaan fasial. Ketika gigi terakhir sudah
flap lingual dijahit pada sepanjang gigi dengan pola yang hampir sama. Jahitan
berhenti lagi sepanjang gigi terakhir sebelum kemudian dibuat simpulan akhir.
Biasanya digunakan pada lengkung maksila karena gingiva palatal terikat dan
5. Anchor Suture
Gambar 24 . Penjahitan distal. Penjahitan digunakan untuk mendekatkan flap mesial atau
distal pada gigi sandaran.
Penutupan flap mesial atau distal pada gigi merupakan bagian terbaik dari tipe
jahitan ini. Jahitan dekat dengan flap fasial dan lingual dan beradaptasi dengan
ketat berlawanan dengan gigi. Jarum ditempatkan pada daerah sudut garis batas
permukaan flap fasial dan lingual dengan gigi, melewati flap berlawanan dan
disimpulkan. Tipe jahitan ini dapat diulang pada setiap area yang dirasa perlu.
6. Closed Anchor Suture
Teknik lain untuk flap yang berdekatan pada daerah edentolous mesial atau
distal ke gigi terdiri dari ikatan jahitan langsung yang menutup flap proksimal,
mengangkat satu benang sepanjang gigi dan kemudian ikatan dua benang
7. Periosteal Suture
Gambar 26. Penjahitan periosteal untuk flap yang dipindahkan secara apikal. Penahan
jahitan, ditunjukkan pada bagian bawah, dilakukan pertama kali, diikuti penutupan
penjahitan, ditunjukkan pada tepi koronal flap.
Tipe jahitan ini digunakan untuk menjaga kedudukan partial thickness flap.
Ada dua tipe jahitan ini yaitu holding suture dan closing suture. Holding suture
merupakan horizontal mattress suture yang ditempatkan pada dasar perpindahan
flap untuk mendapatkan posisi baru. Closing suture digunakan untuk menutupi
tepi flap terhadap periosteum (Carranza dkk.,2012).
Proses penyembuhan setelah bedah fla menurut Carranza dkk.,(2012) adalah sebagai
beikut.
1. Segera setelah penjahitan
Hubungan antara flap dan gigi atau permukaan tulang dicapai melalui
pembekuan darah yang terdiri dari reticulum fibrin dengan leukosit PMN,
eritrosit, debris sel mati, dan kapiler. Bakteri dan eksudat atau transudat juga
Ruang antara flap dan gigi atau permukaan tulang lebih tipis dan sel epitel
bermigrasi ke tepi atas flap. Ketika flap diadaptasikan dekat prosesus alveolaris,
Pembekuan darah digantikan oleh jaringan granulasi yang berasal dari jaringan
Serabut kolagen mulai terlihat pararel pada permukaan akar. Penyatuan flap ke
gigi masih lemah karena adanya serabut kolagen immature, walaupun aspek klinis
suprakrestal.
DAFTAR PUSTAKA
th
Carranza, F. A., Newman, MG., Takei H.H., 2002, Carranza’s periodontology 8 ed.,
WB Saunders Company: Phdelphia
Carranza., 2012. Carranza’s : Clinical Periodontology 11th Edition. St. Louis : Elsevier
Saunders.