Anda di halaman 1dari 26

BIDANG ILMU PERIODONSIA

DISUSUN OLEH:
FINE RAMADHANIYA FEBRI ADIPURI
G4B1017018

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN GIGI
PURWOKERTO

2020
BEDAH FLAP
A. Gambaran Umum
Bedah flap adalah istilah umum bagi semua prosedur bedah yang berkaitan
dengan perawatan saku periodontal dimana dilakukan pembukaan flap periodontal.
Flap periodontal dimaksudkan bagian gingiva dan/atau mukosa yang dengan
prosedur bedah dipisahkan dari jaringan di bawahnya untuk mendapatkan visibilitas
dan aksesibilitas ke permukaan akar gigi dan tulang alveolar (Carranza dkk., 2012).
Menurut fadi dkk, (2004) flap periodontal juga memungkinkan penggeseran gingiva
ke arah yang berbeda pada prosedur bedah mukogingiva.. Flap dibuat untuk
mendapatkan jalan masuk ke struktur dibawahnya biasanya tulang atau gigi atau
untuk prosedur koreksi, untuk mencapai daerah patologis, merawat luka atau
menggerakan jaringan untuk memperbaiki kerusakan (fadi dkk.,2004). Adapun
tujuan bedah flap adalah sebagai berikut.
1. Memberi akses untuk melakukan detoksifikasi akar.
2. Mengurangi poket yang meluas atau melebihi pertautan mukogingiva.
3. Meneyediakan atau mempertahankan daerah gingiva cekat yang cukup.
4. Membuka akses dan memudahkan prosedur untuk mencapai tulang dibawahnya,
untuk merawat cacat tulang.
Adapun kelebihan teknik bedah flap dalam penyakit periodontal yaitu:
1. Memungkinkan terjangkaunya akar dan tulang alveolar.
2. Jaringan padat dipertahankan dan dipergunakan untuk menutup luka
3. Jaringan luka dapat dimanipulasi apabila untuk memperbaiki morfologi jaringan
(Suryono. 2014).

B. Klasifikasi Flap
Flap periodontal dapat diklasifikasikan berdasarkan komponen jaringan,
penempatan tutup flap setelah bedah, dan perawatan papila
1. Klasifikasi flap menurut Carranza dkk, (2019) berdasarkan komponen jaringan
adalah flap berketebalan penuh (flap mukoperiosteal/full thickness flap) dan flap
berketabalan sebagian/ flap mukosa/partial thickness flap)
Gambar 1. Full thickness flap dan partial thickness flap

a. Flap berketabalan penuh (flap mukoperiosteal/full thickness flap)


Flap berketabalan penuh terbentuk atas gingiva, mukosa, submukosa,
dan periosteal. Flap ini dibuat dengan cara memisahkan jaringan lunak dari
tulang dengan pemotongan tumpul. Flap ini melibatkan jaringan lunak
termasuk periosteum untuk mencapai jalan masuk dan akses menuju tulang.
Flap ini disertai mukoperiosteum dan dibuka dengan periosteal elevator.
Indikasi flap berketebalan penuh yaitu:
1) Kerusakan tulang yang tidak teratur
2) Jika diperlukan osteoplasty
3) Hemiseksi/reseksi akar gigi
4) Keperluan implant
Adapun kontraindikasinya yaitu kasus-kasus partial flap.
Keuntungannya yaitu visibiltas dan asesbilitas baik, bisa mencapai daerah
furkasi, reposisi flap baik (lateral, koronal), sedangkan untuk kerugiannya
yaitu, oedem dan sakit post operatif, resesi gingiva. Adapun tekniknya
adalah sebagai berikut:
1) Buat insisi serong kedalam atau internal bevel dari tepi gingiva kearah
puncak tulang alveolar dengan mempertahankan gingival berkeratin
sebanyak mungkin. Insisi awal ini sebaiknya diperluas di sekeliling
leher gigi dan daerah interproksimal untuk mempertahankan tinggi
jaringan papila interdental untuk suturing.
Gambar 2. Insisi internal bevel

2) Pisahkan jaringan dari tulang dengan elevator periosteal agar flap


dapat dibuka dan mudah gerakan serta memberi akses yang cukup ke
struktur-struktur dibawahnya, seperti puncak tulang, nekrotik bila
diperlukan dapat dilakukan insisi arah vertikal agar flap dapat
disibakan dengan mudah.
3) Buat insisi sirkular kedua mengelilingi setiap gigi kearah puncak
tulang atau aspek koronal dari ligamen periodontium dengan pisau
bedah. Insisi kedua ini bertujuan untuk memutuskan serabut gingiva
suprakrestal dari permukaan gigi.

Gambar 3. Insisi Crevicular/sulcular

4) Pisau bedah atau pisau gingivektomi digunakan untuk membuang


jaringan yang tertinggal dengan cara memotong secara horizontal tepat
diatas puncak tulang. Insisi kedua dan ketiga memudahkan pembuangan
jaringan poket yang telah dieksisi.
Gambar 4. Insisi Horizontal

5) Buang jaringan yang telah dieksisi dengan kuret.


6) Lakukan debridemen jaringan granulomatus dari daerah cacat tulang.
7) Bersihkan permukaan akar dari kalkulus dan plak dengan alat ultrasonik
atau instrumen manual. Lakukan root planning pada permukaan akar
hingga permukaan halus, licin, dan keras.
8) Irigasi daerah bedah dan periksa kembali apakah masih ada deposit
yang tertinggal atau sisa sobekan jaringan.
9) Apabila perlu beri bahan-bahan kimia seperti asam sitrat, larutan
tetrasiklin untuk meningkatkan kondisi patologis permukaan akar.
Bahan-bahan kimia ini sebaiknya diaplikasikan pada permukaan akar
yang akan tertutup flap setelah pembedahan selesai.
10) Lakukan perawatan cacat tulang dan debrimen, graft, regenerasi, dan
reseksi tulang sesuai dengan kebutuhan.
11) Kembalikan flap ketempatnya semula atau lebih ke apikal sesuai
dengan keadaan di daerah bedah dan tujuan flap, kemudian suturing.
12) Pasang dressing periodontal, sebelumnya dapat menggunakan orabase
atau salep lain yang dioleskan sebelum pemasangan dressing, untuk
mencegah dressing tidak melekat ke benang jahit.
13) Lepaskan dressing dan jahitan setelah 7-10 hari (Sugiyono 2014).
b. Flap ketebalan sebagian (flap mukosa/partial thickness flap)
Flap ketebalan sebagian yaitu flap yang insisinya tidak mengikutkan
periosteum pada jaringan lunaknya dimana periosteum dibiarkan tetap
melekat pada tulang, tipe flap ini lebih sulit dan kegunaannya terbatas pada
situasi khusus. Flap ini terdiri atas gingiva, mukosa, atau submukosa tetapi
tidak termasuk periosteum. Flap ini dibuat dengan membuat insisi tajam
sampai ke dekat tulang alveolar, tetapi periosteum dan jaringan ikat tetap
dibiarkan melekat ke tulang dan menutupi tulang. Flap ini didesain untuk
menahan dan mempertahankan periosteal yang menutupi tulang. Indikasi
flap ketebalan sebagian yaitu:
1) Semua tipe periodontitis
2) Kedalaman poket lebih dari 6mm
Sedangkan kontraindikasinya yaitu:
1) Attached gingiva sempit
2) Jika diperlukan tindakan osteoplasty/ostectomy
Teknik untuk melakukan flap ini hampir sama dengan teknik flap
berketebalan penuh kecuali insisi awal dan cara merefleksi atau membuka
flap yang berbeda. Tekniknya adalah sebagai berikut.
1) Buatlah insisi serong ke dalam (internal bevel) menggunakan pisau
bedah mulai dari tepi gingiva, sejajar dan dekat ke permukaan luar
tulang, tetapi biarkan jaringan lunak setebal kurang lebih 0,5-1mm tetap
utuh dengan melekat ditulang. Pisau bedah yang biasa digunakan adalah
no 11, 12b, 15 atau 15c.
2) Pembuatan flap dilakukan dengan pisau bedah (sharp dssection). Hal
ini sering menyebabkan perdarahan yang banyak selama pembedahan
3) Pengembalian flap dilakukan dengan suturing dan pemasangan
periodontal pack (Fedi dkk.,2004).

Gambar 5. Internal bevel


2. Klasifikasi berdasarkan penempatan flap
a. Flap tidak diposisikan (unrepositioned/ undisplaced flap) yaitu flap yang
dikembalikan pada posisi semula pada waktu hendak dijahit.
b. Flap yang diposisikan (repositioned/ displaced flap) yaitu flap yang
diposisikan apikal, koronal atau lateral dari posisi semula pada waktu akan
dijahit. Flap dapat diposisikan karena dengan insisi gingiva cekat
dipisahkan dari tulang alveolar, sehingga bagian gingiva yang sudah tidak
melekat dapat digeser. Flap pada sisi palatal tidak dapat diposisikan, karena
pada sisi palatal tidak ada gingiva cekat (Carranza dkk., 2019).
3. Perawatan papila
Menurut Crranza dkk., (2019), flap dapat secara flap konvensional atau flap
pemeliharaan papilla (papilla preservation flap).
a. Flap Konvensional
Papila interdental dibagi dibawah titik kontak dari proksimal dua gigi
untuk memudahkan pembukaan flap bukal dan lingual. Insisi biasanya
berlekuk untuk menyesuaikan dengan morfologi gingival dan untuk
memelihara papilla sebanyak mungkin. Flap konvensional digunakan ketika
ruang interdental terlalu dangkal, dengan demikian menghalangi
kemungkinan untuk memelihara papilla dan ketika flap harus dipindahkan.
Flap konvensional meliputi flap modifikasi Widman, undisplaced flap,
apically displaced flap, dan flap untuk prosedur rekonstruksi.
b. Flap Pemeliharaan Papila
Menggabungkan seluruh papilla dalam satu flap dengan dilakukan insisi
interdental untuk memutuskan perlekatan jaringan ikat dan insisi horisontal
pada dasar papilla.
C. Desain Flap
Desain flap menurut Carranza, dkk., (2019) bergantung pada keputusan
operator dan tujuan dari operasi. Tingkat akses permukaan tulang dan akar dan
posisi akhir flap harus dipertimbangkan dalam desain flap. Pemeliharaan terhadap
suplai darah ke flap juga merupakan hal penting.
Dua dasar desain flap digunakan yaitu bergantung pada bagaimana keterlibatan
dengan papilla interdental, flap dapat dilakukan dengan membagi papilla
(conventional flap) atau memeliharanya (papilla preservation flap).Pada prosedur
flap konvensional, insisi flap fasial dan lingual atau palatal mencapai ujung papilla
interdental atau sekitarnya, dengan demikian pembagian papilla menjadi setengah
di fasial dan setengah palatal atau setengah lingual.

Gambar 6 . Desain flap konvensional/ teknik flap tradisional. A, Desain insisi: insisi bevel
internal, pembagian papilla dan insisi vertical digambar dengan garis putus-putus. B, Flap
dibuka dan jaringan pinggirannya dekat gigi masih tetap ditempatnya. C, semua jaringan
marginal dihilangkan, terjadi pemaparan tulang. D, jaringan kembali ke tempat semula.
Area proksimal tidak sepenuhnya tertutup.

Gambar 7 . Desain flap: flap insisi sulkular. A, desain insisi: insisi sulkular dan insisi
vertical digambar dengan garis putus-putus. B, flap dibuka, terjadi pemaparan tulang. C,
jaringan dikembalikan ke posisinya semula menutupi seluruh ruang interdental.

Keseluruhan prosedur bedah sebaiknya direncanakan di setiap detailnya


sebelum prosedur diinisiasi. Hal ini sebaiknya termasuk tipe flap, lokasi dan tipe
insisi, pengelolaan tulang, dan penutupan akhir flap dan penjahitan.
D. Insisi
Flap periodontal menggunakan insisi horizontal dan vertikal
1. Insisi Horizontal
Insisi horizontal dilakukan disepanjang margin gingival dalam arah mesial
atau distal. Terdapat dua tipe insisi horizontal yang direkomendasikan : insisi
bevel internal, yang dimulai dari margin gingival dan berakhir pada puncak
tulang alveolar, dan insisi crevicular, yang dimulai dari dasar poket dan
diarahkan ke margin tulang. Sebagai tambahan, insisi interdental yang
dilakukan setelah pembukaan flap. Insisi bevel internal adalah insisi paling
dasar dari semua prosedur flap. Ada tiga tujuan penting insisi ini yaitu :
1) Menghilangkan poket
2) Menghindarkan permukaan gingiva lain yang tidak terkait
3) Menghasilkan pinggiran flap yang tipis dan halus untuk adaptasi terhadap
pertemuan tulang dan gigi.
Insisi ini juga disebut insisi pertama karena insisi ini adalah inisisi awal
dalam pembukaan flap periodontal, dan insisi bevel terbalik karena bevelnya
pada arah yang berkebalikan dengan insisi gingivektomi. Pisau bedah nomour
15 sering digunakan untuk membuat insisi. Bagian gingival yang ditinggalkan
disekitar gigi mengandung epithelium poket dan jaringan granulomatus yang
berdekatan. Jaringan ini dibuang setelah insisi crevicular (kedua) dan
interdental (ketiga) dilakukan.
Insisi bevel internal dimulai dari area gingival dan diarahkan ke area pada
atau dekat dengan puncak tulang. Titik awal pada gingival ditentukan apakah
flap dipindahkan secara apical atau tidak dipindahkan. Insisi crevicular,
disebut juga insisi kedua, dibuat dari dasar poket ke puncak tulang. Insisi ini,
bersama dengan insisi bevel terbalik awal, membentuk irisan bentuk V
berakhir pada atau dekat dengan puncak tulang. Jaringan ini mengandung
hampir area terinflamasi dan granulomatus yang merupakan dinding lateral
poket. Bentuk paruh pisau nomor 12D biasanya digunakan untuk insisi ini.
Elevator periosteal diinsersikan kedalam insisi bevel internal awal dan flap
dipisahkan dari tulang. Ujung paling apical insisi bevel internal terlihat.
Dengan akses ini, dokter bedah dapat membuat insisi ketiga atau insisi
interdental untuk memisahkan collar gingival yang ditinggalkan disekitar gigi.
Pisau Orban biasanya digunakan untuk insisi ini. Insisi dibuat tidak hanya
disekitar area radikular fasial dan lingual tetapi juga interdental,
menghubungkan segmen fasial dan lingual untuk membebaskan secara
lengkap gingival disekitar gigi.
Ketiga insisi ini dapat menghilangkan gingival di sekitar gigi (poket
epithelium, dan jaringan granulomatus). Setelah penghilangan bagian jaringan
lunak, jaringan ikat pada lesi tulang ini sebaiknya dikuret sehingga seluruh
akar dan permukaan tulang yang berdekatan dengan gigi dapat diobservasi.
Flap dapat dibuka menggunakan hanya dengan insisi horizontal jika akses
tertentu dapat dicapai dan jika perpindahan flap apikal, lateral, atau koronal
tidak diantisipasi. Jika insisi vertikal tidak dibuat, flap disebut envelope flap.
2. Insisi Vertikal
Insisi vertikal atau oblique dapat digunakan dalam satu atau kedua akhiran
insisi horizontal, tergantung pada desain dan tujuan flap. Insisi vertikal pada
kedua akhiran dibutuhkan jika flap berpindah ke apikal. Insisi vertikal harus
diperluas melebihi garis mucogingival, mencapai mukosa alveolar, untuk
memberikan pelepasan flap agar dapat berpindah.

Gambar 8 insisi vertikal

Insisi vertikal di fasial sebaiknya tidak dibuat pada bagian tengah papilla
interdental atau di atas permukaan radikular gigi. Insisi harus dibuat di sudut
garis gigi yang mengikutsertakan juga atau untuk menghindarinya secara
penuh. Insisi vertikal seharusnya juga didesain untuk menghindari terjadi flap
pendek (mesiodistal) dengan panjang yang terlalu besar, karena hal ini akan
mengakibatkan gangguan suplai darah. Beberapa pengamat mengusulkan
prosedur denudasi interdental yang terdiri dari insisi horizontal, bevel internal,
dan nonscalloped untuk menghilangkan papilla gingival dan mendenudasi
ruang interdental (Carranza dkk., 2019).
E. Flap Reposisi Apikal
Indikasi flap reposisi apikal yaitu, menghilangkan poket periodontal dan
menambah lebar gingiva cekat. Sedangkan kontraindikasinya yaitupoket yang
meluas ke bawah dari perbatasan mukogingiva. Tujuan flap reposisi apikal yaitu:
1. Mengurangi kedalaman poket dengan cara menempatkan tepi gingiva lebih ke
apikal.
2. Memperluas struktur akar yang dibuka agar lebih mudah melakukan prosedur
restoratif.
3. Gingiva matur yang ada lebih ke apikal dari permukaan gigi atau prosesus
alveolaris.
Pengambilan posisi flap pada saat penjahitan dilakukan dengan posisi pada akar
gigi 1-2mm koronal terhadap puncak alveolar (APF-T= apically poistened flap-
tooth), pada puncak tulang alveolar (APF- apicaly poistioned flap crest), dan apikal
terhadap puncak tulang alveolar (sub-krestal) (Suryono,2014).
Teknik dari flap reposisi apikal yaitu:
1. Insisi
a. Dibuat dua insisi pembuka vertikal melalui tulang pada kedua ujung daerah
operasi. Insisi harus dibuat di mesial atau distal dari poket periodontal
interdental terakhir yang akan dirawat dan jaringan terletak di interdental.
Insisi harus dibuat saling sejajar dan meluas ke mukosa alveolar pada saat
vestibulum. Internal incision dibuat sepanjang tepi gingiva dengan jarak 1
mm dari gingiva tepi dan dengan kedalaman sampai puncak tulang alveolar.
Gambar 9. Insisi dibuat 1 mm dari tepi gingiva

b. Insisi dihentikan dan dibuat melengkung di sekitar cervik gigi dan dapat
dibuat dalam dua tahap, insisi outline superfisial dan insisi pendalaman.
Papila interdental dibuka keluar dengan memperdalam insisi, yang
memungkinkan pisau diletakan dengan sudut lebih tajam. Tujuan dari insisi
ini adalah untuk memisahkan batas poket dan jaringan ikat inflamasi dari
dinding dalam flap. Gingival palatal dirawat dengan cara internal bevel
insisi, karena jaringan palatal tidak dapat di reposisi apikal. Sudut insisi
bervariasi sesuai dengan ketebalan jaringan dan dapat digunakan untuk
mengurangi jaringan.

Gambar 10. Garis insisi

2. Membuka flap (Respatorium)


Periosteum dapat digunakan untuk memisahkan perlekatan gingiva dari
prosesus alveolaris sehingga flap dengan ketebalan penuh bisa dibuka.
Flap harus dapat dilepas dengan mudah dari gigi dan tuang, bila tidak mudah
dipisahkan insisi bevel terbalik harus diperdalam. Flap dibuka dalam dua tahap
pertama tepat untuk membuka tulang agar dapat dikuret dan kedua meepas flap
sebelum flap di reposisi ke apikal.
3. Memotong servikal dan jaringan granulasi
4. Scaling dan root planning
5. Reposisi apikal
Flap dibuka ke dasar vestibular, bila sudah dibuka flap cenderung
berkontraksi dan terlipat sehingga flap seringkali secara spontan terletak di
apikal, disini perlu diperhatikan bahwa flap sudah bergeser apikal sehingga
tepi-tepinya terletak tepat di atas puncak tulang alveolar.
6. Penjahitan
Jahitan mula-mula dilakuka pada insisi vertikal mesial dan distal. Jahitan
harus dilakukan didekat tepi flap bebas dan harus cukup terletak di apikal pada
perlekatan gingiva dari jaringan yang terfiksasi untuk medapat derajat reposisi
apikal yang dibutuhkan. Tepi flap ditahan baik dengan jahitan interdental yang
terpisah dan longgar atau dengan jahitan kontinu.
Jahitan kontinu dapat digunakan untuk memungkinkan manipulasi tepi flap
bila tepi tulang terbentuknya tidak teratur dan bila perlekatan gingiva
bervariasi.Jahitan kontinu tidak dapat menahan flap pada posisi apikal, tetapi
hanya berfungsi menahan flap agar tidak terlepas dari leher gigi-gigi. Derajat
posisi apikal dipertahankan dengan memasang dressing periodntal.

Gambar 11.Penjahitan

7. Pemasangan dressing periodontal


8. Pemulihan
Permukaan dalam flap yang berkontak dengan tulang dan gigi akan
mengalami inflamasi. Beku darag yang tipis digantikan oleh jaringan granulasi
dalam waktu satu minggu. Jaringan akan menjad jaringan ikat kolagen dalam
waktu 2-5 minggu.Permukaan dalam flap akan bergabung dengan tulang untuk
membentuk mukoperiosteum yang menambah lebar daerah perlekatan gingiva.
Kira-kira 2 hari setelah bedah epitelium akan mulai berpoliferasi dari tepi
flapke alas luka jaringan ikat. Epitelium akan bergeser ke apikal dengan
kecepatan 0,5 mm perhari untuk membentuk pertautan epitelium yang baru.
Perlekatan epitelium akan terbentuk dalam waktu 4 minggu. Beberapa resorpsi
tulang alveolar akan terjadi sebagai akibat dari permukaan flap tetapi dengan
perawatan yang teliti, resorpsi ini biasanya hanya terbatas yaitu sebesar 0,5 mm.
Perlekatan jaringan ikat akan terbentuk kembali antara jaringan marginal dan
sementum akar dari tepi tulang sampai ke dasar epitelium jungsional, dan JE
tdiak akan bermigrasi ke apikal.
9. Perawatan pasca operasi
Bengkak akan timbul selama hari pertama pasca operasidan perlahan-lahan
mengempis. Dressing dan jahitan baru dapat dibuka setelah satu minggu
kemudian. Pasien harus di motivasi untuk menyikat giginya dan membersihkan
gigi menggunakan floss (Fedi dkk., 2004).
F. Flap Reposisi Lateral
Flap reposisi lateral dibuat untuk memindahkan gingiva dari gigi yang
berdkatan atau tidak bergigi kedaerah penerima yang telah dipersiapkan terdahuu.
Indikasi dari flap reposisi lateral yaitu:
1. Menambah daerah gingiva cekat berkreatin.
2. Menutup daerah resesi terlokalisur dimana tinggi gingiva daerah proksimal
didekatnya terletak lebih korona.
3. Resesi tunggal
4. Adanya cleft
5. Adanta sisi donor
6. Vestibulum cukup dalam.
Kontraindikasi dari teknik ini yaitum digunakan pada kasus dimana ada resesi
yang menyeluruh. Teknik dari flap reposisi lateral yaitu:
1. Setelah dilakukan anastesi lokal buatlah insisi berbentuk seperti huruf V dengan
blade yang sesuai biasanya no 15 atau 15c, dan buat bevel pada tepi luka
disektar daerah penerims/exterbal bevel incision.

Gambar 12 insisi berbentuk v


2. Buang jaringan yang telah di insisi dengan kuret dan lakkan root planning pada
sementum hingga permukaan akar halus
3. Buat insisi vertikal di tempat yang jaraknya paling sedikit 1 setengah kali lebar
daerah penerima Insisi ini hendaknya dibuat sedikit bersudut.

Gambar 13 insisi vertikal

4. Buat insisi berketebalan penuh atau sebagian untuk melepaskan flap donor dari
dasarnya , berhati-hati untuk menjaga keuntuhan dasar flap dan suplai darahnya.

Gamabar 14 insisi berketbalan penuh


5. Tempatkan flap didaerah penerima hingga menutupi seluruh daerah cacat.
Apabila terlihat adanya tegangan pada flap sehingga bibir dan pipi tertarik, buat
insisi untuk mengendorkan flap dan angkatlah flap pada dasarnya.

Gambar 15 penemptan flap di daerah penerima

6. Jahit flap mulai dari arah apikal ke koronal.


Gambar 16. jahit flap

7. Beri tekanan ringan didaerah flap selama 2-3 menit dengan kain kasa yang telah
dibasahi air atau salin
8. Peridontalpack
9. Kontrol 7 hari (Suryono dkk, 2014).
G. Flap Papila Ganda
Flap papila ganda merupakan modifikasi dari flap posisi lateral digunakan
untuk resesi gingiva yang sempit apabila jaringan interproksimal yang sehat cukup
banyak. Jarang terdapat kondisi yang yang memungkinkan dilakukannya flap papila
ganda, karena biasanya resesi yang terjadi terlalu lebar dan tidak dapat di tutupi
oleh papila terdekat.
H. Flap Reposisi Koronal
Indikasi posisi flap koronal adalah alternatif lain untuk mengkoreksi daerah
resesi gingiva yang multipel dan kurangnya daerah perlekatan gingiva Prosedur ini
sering didahului dengan autograf jaringan lunak bebas untuk menambah jaringan
berkeratin di daerah resorbsi tersebut.Teknik flap reposisi koronal yaitu:
1. Buat autograf jaringan lunak bebas di daerah apikal dari resesi. Biarkan graf
menyembuh dalam waktu 6-8 minggu.
2. Setelah anestesi lokal buat flap berketebalan penuh dengan insisi vertikal pada
tepi lateralnya Bersihkan tau detoksifikasi akar dengan kuret
3. Jahit flap
4. Beri tekanan ringan 23 menit untuk mendapatkan hemostatis
5. Pasang dressing
6. Buka jahitan setelah 7-10 hari.
I. Flap modifikasi Widman
Flap modifikasi Widman merupakan flap mukoperiosteal yang sederhana yang
dikombnasikan dengan insisi bevel terbalik dengan pengurangan tulang,
Indikasinya yaitu terdapat poket suprabony dan infraboni ringan, Perawatan ini juga
diindikasikan untuk poket yag menyeluruh, sedangkan untuk kontraindikasinya
yaitu gingiva cekat terlalu sempit dan sistemik. Tujuan ari flap ini adalah sebagai
berikut.
1. Mendapat akses ke permukaan akar untuk detoksifikasi akar
2. Mencapai akses dan kemudahan dalam penatalaksanaan cacat tulang.
3. Mendapatkan penutupan luka primer akhir prosedur
4. MEngurangi kedalaman poket dengan mendapatkan perlekatan epitel baru atau
pendekatan jaringan ikat dengan posisi lebih ke koronal
5. Menghasilkan penutupan luka dalam prosedur regeneratif.
Teknik dari flap modifikasi Widman adalah sebagai berikut.
1. Anestesi lokal
2. Dengan scalpel tajam dilakukaninsisi internal bevel, insisi ini dimulai dari awal
gingival margin sampai ke bagian apikal dari epitel hingga puncak tulng
alveolar, insisi membentuk sudut kurang lebih 45o dengan sumbu gigi.
Tujuannya untuk membuang epitel linng dari dinding poket serta epitel cekat
yang ada di dasar poket.
3. Membuat vertikal insisi di kedua sisi operasi insisi dimulai dari gingival margin
hingga ke alveolar.
4. Flap dipisahkan dari tulang dngan resparatorium jenis flap ang digunakan full
thickness
5. Setelah flap disibakan kemudian insisi horizontal dan sulkuler selanjutnya
semua deposit kalkulus nekrotik dibersihkan dengan kuret
6. Haluskan tulang yang tajam dan menonjol
7. Kembalikan flap
8. Periodontal dressing (Carranza dkk., 2019).
Gambar 17. ModifikasiWidman
J. Flap Mukogingival
Flap mukogingival adalah kuretase subgingiva yang dikerjakan dengan
pisau.Bagian yang terletak lebih dalam (epitek perlekatan epitel granulomatus)pada
poket periodontal dieksisi dan jaringan gingiva yang tersisa dilekatkan kembali ke
permukaan akar gigi yang telah dibersihkan, agar membentuk perlekatan baru
selama proses penyembuhan Flap gingiva ridak pernah dibuat melebihi peraturan
meukogingiva, jadi gingiva tetap melekat di tulang alveolar. Indikasi flap gingiva
yaitu:
1. Poket suprabony dengan kedalaman dangkal hingga moderate 5 mm dan
memilik lebar serta ketebalan jarigan berkeratin yang cukup.
2. Regio anterior dimana estetik menjadi pertimbanan dan diperlukan akses yang
baik ke permukaan akar untuk melakukan root planning,
Adapun kontraindikasinya yaitu:
a. Zona jaringan berkeratin yang tersedia tidak mencukupi.
b. Terdapat cacat tulang yang memerlukan koreksi
c. Terdapat poket palsu yang memerlukan koreksi
Tujuan untuk mengurangi poket dengan jalan membentuk perlekatan baru
jaringan epitel atau jaringan ikat terhadapgigidengan letaklebih ke koronal.
Tekniknya yaitu:
1. Asepsis
2. Insisi internal bevel menggunakan balde dari mulai tepi jaringan gingiva kearah
apikal hingga mencapai puncak tulag alveolar.
3. Gerakan blade kearah interproksimal baik bukal lingual hinggapapila
interdental.
4. Insisi sekunder dibuat dari dasar poket melewati serabut tan alveolar ke arah
interproksimal melewati serabut transeptal
5. Eksisi dengan kuret
6. Bersihkan semua jaringan nekrotik
7. Irigasi air steril dan salineLetakan kembali tepi flap ke permukaan akar
8. Jahit dengan matras vertikal atau terputus dubagian interproksimal
9. Tekan bagian fasial 2-3 menit
10. Pasang peridontal dressing (Carranza dkk., 2002).
K. Flap Palatal
Pada pembuatan flap palatal yang perlu diperhatkan adalah anatomi dari
eksostosis, papila insisif, arteri palatina major, dan rugae palatina (Carranza, dkk.,
2002).
L. Penjahitan
Menurut Carranza dkk., (2012), tujuan dari penjahitan adalah untuk pengaturan
flap sampai terjadi penyembuhan yaitu adanya perlekatan jaringan. Terdapat
berbagai macam tipe penjahitan, jarum jahit dan bahannya. Bahan jahit bisa
nonresorbable atau resorbable.

Gambar 18. Bahan suturing

Untuk tekniknya jarum yang dipegang dengan needle holder dimasukkan ke

jaringan dari sudut kanan dan tidak kurang 2-3 mm dari insisi. Jarum kemudian
diangkat melalui jaringan, mengikuti kurva jarumnya. Flap periodontal ditutup

dengan jahitan mandiri ataupun kontinu. Jahitan kontinu menarik flap bukal dan

lingual atau flap palatal bersama-sama. Sedikit kemungkinan flap untuk menekuk

dan gaya pada flap lebih terdistribusikan.

Jahitan pada berbagai tempat di papila interdental harus masuk dan keluar

jaringan pada lokasi titik pada garis imaginer yang membentuk segitiga pada

papilla interdental. Lokasi jahitan untuk penutupan flap palatal bergantung oleh

luasnya elevasi flap yang dilakukan. Flap dibagi menjadi empat kuadran seperti

pada gambar.

Gambar 19. Penempatan penjahitan untuk menutup flap palatal. Untuk flap ringan
/sedang, penjahitan ditempatkan di area yang diarsir, untuk flap lebih substansial,
ditempatkan di area sentral palatum.

Jika elevasi flap tipis atau sedang, jahitan ditempatkan pada kuadran yang

paling dekat dengan gigi. Jika elevasi flap banyak, jahitan dibuat pada bagian

tengah kuadran palatum. Bisa dilakukan penggunaan periodontal dressing. Ketika

flap tidak berpidah ke apikal, tidak perlu dilakukam dressing.

1. Ligasi Interdental

Dua tipe ligasi interdental yang dapat digunakan yaitu director loop suture

dan jahitan berbentuk angka delapan.


Gambar 20. Simple loop suture digunakan pada flap bukal dan lingual.

Pada jahitan angka delapan, terdapat benang diantara dua flap. Jahitan ini

digunakan pada saat flap tidak berada dalam posisi yang saling menutup karena

posisi flap apikal atau insisi yang tidak berlekuk-lekuk.

Gambar 21 . Penjahitan angka delapan terputus digunakan pada flap bukal dan lingual.

Jenis ini mudah untuk dilakukan daripada ligasi langsung. Jahitan langsung

menghasilkan penutupan yang baik dari papila interdental dan sebaiknya

dilakukan saat bonegraft digunakan.

2. Sling ligation

Sling ligation dapat digunakan untuk flap pada satu permukaan gigi yang

mengikutsertakan dua daerah interdental


Gambar 22. Single interrupted sling suture digunakan untuk mengadaptasikan flap di
sekitar gigi.
3. Horizontal Mattress Suture

Sering digunakan pada daerah interproksimal diastem atau untuk jarak

interdental yang luas untuk beradaptasi dengan interproksimal papilla

berlawanan dengan tulang. Horizontal mattress suture dapat digabunggakan

dengan jahitan berlanjut atau juga independent sling suture.

4. Continuous independent sling suture

Continuous, independent sling suture, digunakan untuk mengadaptasikan

flap bukal dan lingual tanpa mengikat flap bukal ke flap lingual. Digunakan

ketika kedua flap fasial dan lingual melibatkan banyak gigi. Jahitan diinisiasi

pada papilla fasial yang paling dekat dengan garis tengah, karena ini merupakan

tempat paling mudah untuk memposisikan simpul akhir. Continous sling suture

mengikat setiap papilla pada permukaan fasial. Ketika gigi terakhir sudah

terjangkai, jahitan berhenti untuk menghindari penarikan jahitan fasial ketika

flap lingual dijahit pada sepanjang gigi dengan pola yang hampir sama. Jahitan

berhenti lagi sepanjang gigi terakhir sebelum kemudian dibuat simpulan akhir.

Biasanya digunakan pada lengkung maksila karena gingiva palatal terikat dan

fibros, dimana jaringan fasialnya lebih tipis dan bergerak.


Gambar 23 Continuous, independent sling suture

5. Anchor Suture

Gambar 24 . Penjahitan distal. Penjahitan digunakan untuk mendekatkan flap mesial atau
distal pada gigi sandaran.

Penutupan flap mesial atau distal pada gigi merupakan bagian terbaik dari tipe

jahitan ini. Jahitan dekat dengan flap fasial dan lingual dan beradaptasi dengan

ketat berlawanan dengan gigi. Jarum ditempatkan pada daerah sudut garis batas

permukaan flap fasial dan lingual dengan gigi, melewati flap berlawanan dan

disimpulkan. Tipe jahitan ini dapat diulang pada setiap area yang dirasa perlu.
6. Closed Anchor Suture

Gambar 25 . Closed Anchor Suture, teknik lain untuk penjahitan distal.

Teknik lain untuk flap yang berdekatan pada daerah edentolous mesial atau

distal ke gigi terdiri dari ikatan jahitan langsung yang menutup flap proksimal,

mengangkat satu benang sepanjang gigi dan kemudian ikatan dua benang

7. Periosteal Suture

Gambar 26. Penjahitan periosteal untuk flap yang dipindahkan secara apikal. Penahan
jahitan, ditunjukkan pada bagian bawah, dilakukan pertama kali, diikuti penutupan
penjahitan, ditunjukkan pada tepi koronal flap.

Tipe jahitan ini digunakan untuk menjaga kedudukan partial thickness flap.
Ada dua tipe jahitan ini yaitu holding suture dan closing suture. Holding suture
merupakan horizontal mattress suture yang ditempatkan pada dasar perpindahan
flap untuk mendapatkan posisi baru. Closing suture digunakan untuk menutupi
tepi flap terhadap periosteum (Carranza dkk.,2012).

M. Penyembuhan Setelah Bedah Flap

Proses penyembuhan setelah bedah fla menurut Carranza dkk.,(2012) adalah sebagai

beikut.
1. Segera setelah penjahitan

Hubungan antara flap dan gigi atau permukaan tulang dicapai melalui

pembekuan darah yang terdiri dari reticulum fibrin dengan leukosit PMN,

eritrosit, debris sel mati, dan kapiler. Bakteri dan eksudat atau transudat juga

berasal dari injuri ini.

2. 1-3 hari setelah bedah flap

Ruang antara flap dan gigi atau permukaan tulang lebih tipis dan sel epitel

bermigrasi ke tepi atas flap. Ketika flap diadaptasikan dekat prosesus alveolaris,

maka terdapat respon inflamasi minimal.

3. 1 minggu setelah pembedahan

Perlekatan epitel ke akar dicapai melalui hemidesmosom dan lamina basal.

Pembekuan darah digantikan oleh jaringan granulasi yang berasal dari jaringan

ikat gingival, sumsum tulang, dan ligament periodontal.

4. 2 minggu setelah pembedahan

Serabut kolagen mulai terlihat pararel pada permukaan akar. Penyatuan flap ke

gigi masih lemah karena adanya serabut kolagen immature, walaupun aspek klinis

dapat hampir normal.

5. 1 bulan setelah pembedahan

Perlekatan epitel yang baik terlihat dan terdapat penyusunan serabut

suprakrestal.
DAFTAR PUSTAKA
th
Carranza, F. A., Newman, MG., Takei H.H., 2002, Carranza’s periodontology 8 ed.,
WB Saunders Company: Phdelphia
Carranza., 2012. Carranza’s : Clinical Periodontology 11th Edition. St. Louis : Elsevier

Saunders.

Carranza, F. A., Newman, MG., Takei H.H., Klokevod., 2019, Carranza’s


periodontology 13 th ed, WB Saunders Cmpany: Phdelphia
Fedi, P.F., Vernino, A.R., Gray J., 2004, Silabus Periodonti ed. 4, EGC: Jakarta
Suryono., 2014, Bedah Dasar Peridonsia ed. 1, Depublish: Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai