Gambar 1. Desain flap untuk teknik flap konvensional atau tradisional. (A) Desain sayatan:
sayatan bevel internal, membelah papila, dan sayatan vertikal digambar dalam garis terputus. (B)
Flap telah diangkat, dan irisan jaringan di sebelah gigi masih terpasang. (C) Semua jaringan
marginal telah diangkat untuk mengekspos tulang di bawahnya (lihat defek di satu tempat). (D)
Jaringan telah dikembalikan ke posisi semula. Daerah proksimal tidak sepenuhnya tertutup
(Carranza, 2019).
Desain Flap
Macam-macam desain flap meliputi :
a. Envelope Flap
Flap ini didesain elemen horizontal dari tepi flap dipotong pada krevis gingiva dan
biasanya melalui beberapa bagian dari satu atau beberapa papila . dentalFlap disingkap
dengan cara melakukan insisi secara horizontal tanpa adanya insisi vertikal sehingga
terbentuk seperti amplop.
b. Flap Semilunar
Flap ini dilakukan dengan melakukan insisi semilunar. Desain Flap ini dibuat pada
mukosa setinggi apeks gigi.
c. Flap Triangular
d. Flap Trapesium
Dalam pembuatan flap periodontal ini melibatkan penggunaan insisi horizontal
(mesial-distal) dan vertikal (oklusal-apikal). Berikut macam-macam insisi pada bedah
periodontal :
a. External Bevel Incision
Insisi ini biasa disebut dengan simple bevel incision, dimana insisi ini dilakukan secara
horizontal dimulai pada permukaan apikal gingiva ke poket periodontal dan diarahkan ke
koronal terhadap gigi apikal gigi menuju dasar poket periodontal. Insisi ini digunakan
terutama untuk tindakan gingivektomi (Susilawati et all, 2019)
b. Internal Bevel Incision
Insisi ini dilakukan secara horizontal dari daerah tertentu pada gingiva (biasanya 1
mm dari margin gingiva) dengan arah miring menuju dekat crest atau tulang. Insisi bevel
internal adalah dasar untuk sebagian besar prosedur flap periodontal. Ini adalah sayatan dari
mana flap direfleksikan untuk mengekspos tulang dan akar di bawahnya (Carranza, 2019).
c. Crevicular Incision
Sayatan crevicular, yang juga disebut sayatan kedua, dibuat dari dasar poket hingga
puncak tulang. Sayatan ini, bersama dengan sayatan bevel terbalik awal, membentuk irisan
berbentuk V yang berakhir pada atau dekat puncak tulang.
Gambar 2. Tiga Insisi untuk Flap
(A) Internal Bevel Incision (B) Crevicular Incision(C) Interdental Incision (Carranza,
2019)
d. Crestal Incision
Insisi ini dimulai pada margin gingiba diarahkan ke apikal bawah melalui jaringan epitel
dan jaringan ikat ke tulang
e. Submarginal Incision
Insisi ini dimulai pada permukaan apikal gingiva ke margin gingiva
f. Oblique Incision
Insisi ini merupakan insisi dengan arah vertikal dan harus meluas sampai mucogingival
line/alveolar mukosa (Susilawati et all, 2019).
D. Implan
Implan gigi adalah tindakan pemasangan skrup khusus di tulang rahang, sebagai
tempat gigi palsu untuk menggantikan gigi yang hilang. Implan berhasil dilakukan pada
pasien pertama pada tahun 1095 untuk menambatkan gigi pengganti prostetik pada
rahang edentulous. Sistem implan dengan variasi desain (karakteristik geometris dan
permukaan) dan protokol yang dimodifikasi telah dikembangkan dan digunakan dengan
keberhasilan jangka panjang yang sama atau lebih baik. Saat ini, desain implan, teknik
penempatan bedah, waktu penyembuhan, dan protokol restoratif terus berkembang
dengan tujuan meningkatkan hasil. Penting bagi dokter untuk mengetahui anatomi
periimplant, memahami biologi, dan menghargai kapasitas fungsional implan
osseointegrated demi keberhasilan dilakukan implan ini (Carranza, 2019).
Saat ini, sebagian besar implan endosseous berulir dapat ditempatkan
menggunakan protokol satu tahap (non submerged) atau dua tahap (submerged). Pada
pendekatan satu tahap, implan atau abutment keluar melalui jaringan
mukoperiosteum/gingiva pada saat pemasangan implan, sedangkan pada pendekatan dua
tahap, bagian atas implan dan sekrup penutup sepenuhnya ditutup dengan penutup flap.
Gambar 3. Implan Satu Tahap Versus Operasi Implan Dua Tahap
(A) Operasi satu tahap dengan implan yang dirancang sedemikian rupa sehingga bagian
koronal dari implan meluas melalui gingiva. (B) Operasi satu tahap dengan implan yang
dirancang untuk digunakan pada operasi dua tahap. Sebuah penyangga penyembuhan
terhubung ke implan selama operasi tahap pertama. (C) Dalam operasi dua tahap, bagian
atas implan benar-benar terendam di bawah gingiva (Carranza, 2019)
DAPUS
Caranza, F.A., Newman, M.G., Takei, H.H., Klokkevold, P.R., 2019, Carranza’s Clinical
Periodontology, 13th ed, Philadelphia : Elsevier
Harsas, N. A., Safira, D., Aldilavita, H., Yukiko, I., Alfarikhi, M. P., Saadi, M. T., Feria, Q.,
Kiranahayu, R., dan Muchlisya, S. 2021. Currettage Treatment on Stage III and IV
Periodontitis Patients. 4(1): 48-52.
Susilawati, I.D., Depi, P., Peni, P., Melok, A.W., Desi, S.S., Yuliana, M.D. 2019. Keterampilan
Klinis Dasar Perawatan Periodontal. Jember : UPT Percetakan dan Penerbitan
Universitas Jember.
Widagdo, A. K., dan Murdiastuti, K. 2015. Gingivektomi Menggunakan Scalpel dan
Electrocautery pada Perawatan Gingival Enlargement Wanita Pubertas. 1(1): 1-2.