Anda di halaman 1dari 6

LO 2 MMMMM Macam-Macam Perawatan Fase II Bedah

Macam-Macam Perawatan Fase II Bedah


A. Kuretase
Kuretase merupakan sebuah prosedur mengikis dinding gingiva pada poket
periodontal untuk menghilangkan jaringan lunak yang telah terinfeksi menggunakan
kuret. Kuretase gingiva akan meninggalkan lapisan jaringan penghubung gingiva
sehingga terbentuk perlekatan baru. Tujuan kuretase adalah untuk menghilangkan
jaringan granulasi yang telah mengalami inflamasi kronis dan membentuk dinding lateral
dari poket periodontal. Kuretase juga bertujuan untuk memicu terbentuknya perlekatan
jaringan ikat baru pada akar gigi dengan mengeliminasi dinding poket, namun seringkali
hasil dari kuretase adalah pembentukan long junctional epithelium. Beberapa studi telah
menemukan bahwa tindakan kuretase tidak diperlukan, karena dengan dilakukan scaling
dan root planning yang adekuat, bakteri pada poket akan hilang sehingga penyembuhan
akan terjadi tanpa perlu melakukan pembuangan jaringan granulasi. Prosedur root
planning akan mengeliminasi bakteri pada permukaan akar sehingga akan terjadi
penyembuhan jaringan dengan sendirinya tanpa harus mengeliminasi jaringan granulasi
yang terinflamasi. Jaringan granulasi ini akan secara perlahan teresorbsi dan bakteri yang
tertinggal pada poket akan dihancurkan oleh system kekebalan tubuh pejamu. Kuretase
masih sering dilakukan karena dapat membantu membersihkan dinding poket meskipun
dikatakan hasil berupa long junctional epithelium juga dapat terbentuk hanya dengan
scaling dan root planning (Harsas et al.,2021).
B. Gingivektomi
Kata gingivektomi berarti eksisi gingiva, bisa juga diartikan sebagai perawatan
pemotongan jaringan gingiva dengan membuang dinding lateral poket yang bertujuan
untuk menghilangkan poket dan keradangan gingiva sehingga didapat gingiva yang
sifiologis, fungsional dan estetik baik. Selain itu, engan menghilangkan dinding poket,
gingivektomi memberikan visibilitas dan aksesibilitas untuk menghilangkan kalkulus
secara lengkap dan menghaluskan akar secara menyeluruh. Hal ini menciptakan
lingkungan yang menguntungkan untuk penyembuhan gingiva dan restorasi kontur
fisiologis gingiva (Carranza, 2019). Keuntungan teknik gingivektomi yaitu sederhana,
dapat mengeliminasi poket secara sempurna, lapangan penglihatan baik, morfologi
gingiva dapat diprediksi sesuai keinginan (Widagdo, 2015).
C. Flap Periodontal
Flap adalah bagian dari gingiva, mukosa alveolar atau periosteum yang
dipisahkan dari jaringan dibawahnya atau dipotong dari gigi dan prosesus alveolar
dengan suplai darah tetap terpelihara. Flap ini bagian dari gingiva, mukosa alveolar, atau
periosteum yang masih memiliki suplai darah pada saat diangkat atu dipisahkan dari gigi
dan tulang alveolar. Flap periodontal didesain untuk menyediakan atau mempertahankan
daerah apda gingiva cekat, membuka akses tulang dibwahnya, untuk merawat cacat
tulang, dan memudahkan proses regeneratif. Flap ini meliputi pembukaan gingiva dan
atau mukosa yang dipisahkan dari jaringan di bawahnya bertujuan untuk meluaskan
lapang pandang dan akses menuju tulang dan permukaan akar (Carranza, 2019).
Klasifikasi Flap dibagi berdasarkan penampakan tulang setelah pembukaan flap,
penempatan kembali flap, dan pengaturan papila (Susilawati et al, 2019) :
a. Berdasarkan penampakan tulang setelah pembukaan flap meliputi :
- Full Thickness Flap (Flap Ketebalan Penuh)
Flap berketebalan penuh (flap mukoperiosteal) terbentuk atas gingival, mukosa,
submukosa, dan periosteum sehingga tulang tampak. Flap ini dibuat dengan cara
memisahkan jaringan lunak dari tulang dengan pemotongan tumpul.
- Partial Thickness Flap (flap Ketebalan Sebagian)
Flap berketebalan sebagian terdiri atas gingiva, mukosa atau submukosa, tetapi
tidak termasuk periosteum. Flap ini dibuat dengan menyingkap hanya sebagian
ketebalan jaringan lunak dengan membuat insisi tajam sampai ke dekat tulang
alveolar, tetapi periosteum dan jaringan ikat tetap dibiarkan melekat ke tulang dan
menutupi tulang.
b. Berdasarkan penempatan flap setelah operasi meliputi :
- Nondisplaced Flap
Flap ini apabila flap dikembalikan dan dijahit pada posisi semula
- Displayed Flap
Flap ini ditempatkan secara apikal, koronal, atau lateral terhadap posisi awalnya.
c. Berdasarkan pengaturan papila meliputi :
- Flap Konvesional / Umum
Flap konvensional ialah flap yang dibuat dengan cara memisahkan interdental
papila di bawah titik kontak dari dua gigi yang berdekatan untuk memungkinkan
terbukanya flap bukal dan lingual
- Papilla Preservation Flap
Flap ini dimana keseluruhan papila diikutsertakan pada salah satu flap

Gambar 1. Desain flap untuk teknik flap konvensional atau tradisional. (A) Desain sayatan:
sayatan bevel internal, membelah papila, dan sayatan vertikal digambar dalam garis terputus. (B)
Flap telah diangkat, dan irisan jaringan di sebelah gigi masih terpasang. (C) Semua jaringan
marginal telah diangkat untuk mengekspos tulang di bawahnya (lihat defek di satu tempat). (D)
Jaringan telah dikembalikan ke posisi semula. Daerah proksimal tidak sepenuhnya tertutup
(Carranza, 2019).

Desain Flap
Macam-macam desain flap meliputi :
a. Envelope Flap
Flap ini didesain elemen horizontal dari tepi flap dipotong pada krevis gingiva dan
biasanya melalui beberapa bagian dari satu atau beberapa papila . dentalFlap disingkap
dengan cara melakukan insisi secara horizontal tanpa adanya insisi vertikal sehingga
terbentuk seperti amplop.
b. Flap Semilunar
Flap ini dilakukan dengan melakukan insisi semilunar. Desain Flap ini dibuat pada
mukosa setinggi apeks gigi.
c. Flap Triangular
d. Flap Trapesium
Dalam pembuatan flap periodontal ini melibatkan penggunaan insisi horizontal
(mesial-distal) dan vertikal (oklusal-apikal). Berikut macam-macam insisi pada bedah
periodontal :
a. External Bevel Incision
Insisi ini biasa disebut dengan simple bevel incision, dimana insisi ini dilakukan secara
horizontal dimulai pada permukaan apikal gingiva ke poket periodontal dan diarahkan ke
koronal terhadap gigi apikal gigi menuju dasar poket periodontal. Insisi ini digunakan
terutama untuk tindakan gingivektomi (Susilawati et all, 2019)
b. Internal Bevel Incision
Insisi ini dilakukan secara horizontal dari daerah tertentu pada gingiva (biasanya 1
mm dari margin gingiva) dengan arah miring menuju dekat crest atau tulang. Insisi bevel
internal adalah dasar untuk sebagian besar prosedur flap periodontal. Ini adalah sayatan dari
mana flap direfleksikan untuk mengekspos tulang dan akar di bawahnya (Carranza, 2019).
c. Crevicular Incision
Sayatan crevicular, yang juga disebut sayatan kedua, dibuat dari dasar poket hingga
puncak tulang. Sayatan ini, bersama dengan sayatan bevel terbalik awal, membentuk irisan
berbentuk V yang berakhir pada atau dekat puncak tulang.
Gambar 2. Tiga Insisi untuk Flap
(A) Internal Bevel Incision (B) Crevicular Incision(C) Interdental Incision (Carranza,
2019)

d. Crestal Incision
Insisi ini dimulai pada margin gingiba diarahkan ke apikal bawah melalui jaringan epitel
dan jaringan ikat ke tulang
e. Submarginal Incision
Insisi ini dimulai pada permukaan apikal gingiva ke margin gingiva
f. Oblique Incision
Insisi ini merupakan insisi dengan arah vertikal dan harus meluas sampai mucogingival
line/alveolar mukosa (Susilawati et all, 2019).
D. Implan
Implan gigi adalah tindakan pemasangan skrup khusus di tulang rahang, sebagai
tempat gigi palsu untuk menggantikan gigi yang hilang. Implan berhasil dilakukan pada
pasien pertama pada tahun 1095 untuk menambatkan gigi pengganti prostetik pada
rahang edentulous. Sistem implan dengan variasi desain (karakteristik geometris dan
permukaan) dan protokol yang dimodifikasi telah dikembangkan dan digunakan dengan
keberhasilan jangka panjang yang sama atau lebih baik. Saat ini, desain implan, teknik
penempatan bedah, waktu penyembuhan, dan protokol restoratif terus berkembang
dengan tujuan meningkatkan hasil. Penting bagi dokter untuk mengetahui anatomi
periimplant, memahami biologi, dan menghargai kapasitas fungsional implan
osseointegrated demi keberhasilan dilakukan implan ini (Carranza, 2019).
Saat ini, sebagian besar implan endosseous berulir dapat ditempatkan
menggunakan protokol satu tahap (non submerged) atau dua tahap (submerged). Pada
pendekatan satu tahap, implan atau abutment keluar melalui jaringan
mukoperiosteum/gingiva pada saat pemasangan implan, sedangkan pada pendekatan dua
tahap, bagian atas implan dan sekrup penutup sepenuhnya ditutup dengan penutup flap.
Gambar 3. Implan Satu Tahap Versus Operasi Implan Dua Tahap
(A) Operasi satu tahap dengan implan yang dirancang sedemikian rupa sehingga bagian
koronal dari implan meluas melalui gingiva. (B) Operasi satu tahap dengan implan yang
dirancang untuk digunakan pada operasi dua tahap. Sebuah penyangga penyembuhan
terhubung ke implan selama operasi tahap pertama. (C) Dalam operasi dua tahap, bagian
atas implan benar-benar terendam di bawah gingiva (Carranza, 2019)

DAPUS
Caranza, F.A., Newman, M.G., Takei, H.H., Klokkevold, P.R., 2019, Carranza’s Clinical
Periodontology, 13th ed, Philadelphia : Elsevier
Harsas, N. A., Safira, D., Aldilavita, H., Yukiko, I., Alfarikhi, M. P., Saadi, M. T., Feria, Q.,
Kiranahayu, R., dan Muchlisya, S. 2021. Currettage Treatment on Stage III and IV
Periodontitis Patients. 4(1): 48-52.
Susilawati, I.D., Depi, P., Peni, P., Melok, A.W., Desi, S.S., Yuliana, M.D. 2019. Keterampilan
Klinis Dasar Perawatan Periodontal. Jember : UPT Percetakan dan Penerbitan
Universitas Jember.
Widagdo, A. K., dan Murdiastuti, K. 2015. Gingivektomi Menggunakan Scalpel dan
Electrocautery pada Perawatan Gingival Enlargement Wanita Pubertas. 1(1): 1-2.

Anda mungkin juga menyukai