PENDAHULUAN
Flap preservasi papila dan desain flap yang dimodifikasi, keduanya membutuhkan
ruang interdental yang luas sebagai prasyaratan agar menghasilkan nilai
fungsional dan estetika yang cukup baik. Untuk mendapatkan nilai estetika pada
gigi yang memiliki zona interproksimal yang sempit, Cortellini et al.pada tahun
1999 mengusulkan teknik flap preservasi Papilla Sederhana [4].
LAPORAN KASUS
Gambar 4 Bagian bawah flap yang dibalik telah dikerok (scrape) dan dipangkas
(trimm) untuk menghilangkan jaringan granulasi dan poket epitelium. Ketebalan
jaringan interdental mempertahankan suplai darah yang memadai, meminimalkan
kemungkinan resesi gingiva pasca operasi. Kerusakan tersebut di debridement
dengan kuret dan dilakukan scaling dan root planing yang menyeluruh. Gambar
5 Flap fasial yang berisi papila dibawa untuk kontak dengan baik dengan garis
insisi pada aspek palatal dan direct suture dilakukan. Gambar 6 Surgical dressing
ditempatkan untuk mengurangi kemungkinan perpindahan flap karena
pengunyahan, menyikat gigi atau gangguan oleh lidah. Gambar 7 Instruksi pasca
operasi diberikan, terapi antibiotik (amoksisilin 500 mg, tiga kali sehari dan
analgesik (Aceclofenac (325mg) dan Paracetamol (100 mg) dua kali sehari)
diresepkan selama 5 hari. Pasien diinstruksikan untuk berkumur dengan 0,2%
chlorhexidene dua kali sehari hari selama dua minggu. Periodontal dressing dan
jahitan dilepas satu minggu pasca operasi, penyembuhan tidak terganggu.
DISKUSI
Variasi dalam desain flap preservasi papila dapat digunakan dengan tepat ketika
peningkatan koronal flap di atas bone graft dan penempatan membran barier
dipertimbangkan. Flap preservasi papilla yang disederhanakan (simplified) dapat
menawarkan hasil estetika yang lebih baik pada gigi yang menunjukkan ruang
interdental yang sempit bahkan pada gigi posterior. Papilla interdental adalah
bagian gingiva yang menempati ruang antara 2 gigi yang berdekatan. Entitas
anatomi ini pertama kali dijelaskan pada tahun 1959 oleh Cohen [6]. Bentuk dan
ekstensi adalah hasil dari hubungan erat antara jaringan periodontal, bentuk gigi,
dan titik kontak [7,8]. Penting untuk MEMELIHARA integritas papiler selama
semua prosedur gigi dan meminimalkan KEHILANGAN sebanyak mungkin,
terutama selama dan setelah TERAPI periodontal [9,10].
Pada 1995, Cortellini et al. menerbitkan modifikasi dari teknik Evian et al. dan
Takei et al. menamakannya dengan modified papila preseration technique [11].
Para penulis, mengeksploitasi mobilitas buccal flap, menyarankan pendekatan
bukal ini untuk semua kasus di mana prosedur regeneratif harus diterapkan untuk
ruang interproksimal. Teknik yang dijelaskan sangat mirip dengan yang
dilaporkan 7 tahun sebelumnya oleh Checchi et al. [2, 3] Dalam Cortellini et al.
[12, 13] prosedur insisi hanya pada daerah bukal, sedangkan di teknik Checchi et
al. , terutama pada bukal, teknik preserasi papilla yang dimodifikasi memiliki
insisi interproksimal yang selalu lurus karena jahitan tertentu, sedangkan dalam
teknik Checchi et al., insisi tersebut bergigi dan lebih apikal; akhirnya, teknik
jahitan yang berbeda digunakan [14]. Semua teknik yang dijelaskan memiliki
prasyarat ruang interdental yang lebar untuk memungkinkan trauma minimal pada
jaringan interproksimal ketika didorong melaluinya [15,16]. Aspek lain terkait
dengan kondisi kebersihan mulut. Kemampuan pasien untuk melakukan kontrol
plak yang memadai melalui kebersihan mulut dapat mempengaruhi hasil dari
setiap pembedahsn rongga mulut, khususnya dalam kaitannya dengan kondisi
jaringan lunak [17].
KESIMPULAN
Terapi periodontal yang ideal membentuk keadaan periodontal yang sehat yang
dibuktikan dengan tidak adanya peradangan, poket periodontal dan pada pasien
dapat menjaga kesehatan di samping fungsi dan estetikanya. Kesimpulannya,
pembedahan flap periodontal pada regio anterior atau regio yang membutuhkan
nilai estetika tinggi dapat diatasi dengan insisi preservasi papilla.