Anda di halaman 1dari 29

BLOK 15 BEDAH MINOR

SKENARIO 2
DOSEN TUTORIAL :
Anita Rosa, drg, Sp.KG
Nur Erryzona, drg
KELOMPOK 15
 FAJAR RAMADHAN (1112014018)
 PUTRI DWI ANGGRAINI (1112014036)
 ADAM SAMSU (1112012001)
 RISA SASMITA (1112012030)
 ANGGUN NUR SHADRINA W (1112014007)
 ADHANINDA ISNARDWITA (1112014002)
 BENANZISKI MIEGASIVIA (1112014013)
 INAS RAFIDAH KHANSA (1112014021)
 MUTHIAH DINIASTI (1112014029)
 STEFANY TALITA VISA (1112014043)
 SYAFFIRA DAMARANTI A (1112014045)
LO. 1. Memahami dan Menjelaskan Alveolektomi

 LI.1.1. Definisi dan Tujuan Alveolektomi


 Alveolektomi adalah suatu tindakan bedah yang radikal
untuk mereduksi/mengambil prosesus alveolaris sehingga
bisa dilakukan aposisi mukosa, yaitu suatu prosedur yang
dilakukan untuk mempersiapkan linger sebelum dilakukan
terapi radiasi
Tujuan alveolektomi adalah :

 Membuang ridge alveolar yang tajam dan menonjol


 Membuang tulang interseptal yang sakit sewaktu dilakukan gingivektomy
 Untuk membuat kontur tulang yang memudahkan pasien dalam
melaksanakan pengendalian plak yang efektif.
 Untuk membentuk kontur tulang yang sesuai dengan kontur jaringan
gingival setelah penymbuhan.
 Untuk memudahkan penutupan luka primer.
 Utuk membuka mahkota klinis tambahan agar dapat dilakukan restorasi
yang sesuai.
LI.1.2. Indikasi dan Kontraindikasi
Alveolektomi
Indikasi:
 Pada prosesus alveolaris yang dijumpai adanya undercut, cortical plate yang tajam dan
puncak ridge yang tidak teratur sehingga mengganggu proses pembuatan dan adaptasi
gigi tiruan.
 Pada kasus gigi posterior yang tinggal sendiri sering mengalami ekstrusi atau supra-
erupsi. Tulang dan jaringan lunak pendukungnya berkembang berlebihan untuk
mendukung hal tersebut, sehingga bila gigi tersebut dicabut akan terlihat prosesus
alveolaris yang lebih menonjol.
 Pada kasus pencabutan gigi multiple, apabila setelah pencabutan gigi terdapat sisi
marginal alveolar yang kasar dan tidak beraturan atau jika ridge alveolar tinggi.
 Pada kasus dengan kelainan eksostosis, torus palatinus maupun torus mandibularis yang
besar yang dapat mengganggu fungsi pengunyahan,estetis, dan pemakaian gigi tiruan. 
Kontraindikasi:
 Pada pasien yang memiliki bentuk prosesus alveolaris yang tidak
rata, tetapi tidak mengganggu adaptasi gigi tiruan baik dalam hal
pemasangan, retensi maupun stabilitas.
 Pada pasien yang memiliki penyakit sistemik yang tidak terkontrol
yaitu penyakit kardiovaskuler, Diabetes Mellitus (DM) dan
aterosklerosis.
LI.1.3. Klasifikasi Alveolektomi
 Simple Alveolectomy
 Setelah dilakukan multiple extractions, lapisan alveolar bukal dan tulang
interseptal diperiksa untuk mengetahui adanya protuberansia dan tepi yang
tajam. Insisi dibuat melintangi interseptal crest. Mukoperiosteum diangkat
dengan hati-hati dari tulang menggunakan Molt curette no.4 atau elevator
periosteal.
 Kesulitan terletak pada permukaan flap pada tepi tulang karena periosteum
menempel pada akiran tulang, tetapi hal ini harus dilatih agar flap tidak lebih
tinggi dari dua per tiga soket yang kosong. Jika terlalu tinggi akan dapat
melepaskan perlekatan lipatan mukobukal dengan mudah, dengan konsekuensi
hilangnya ruang untuk ketinggian denture flange.
 Radical Alveolectomy
 Pembentukan kontur tulang bagian radiks dari tulang alveolar diindikasikan
karena terdapat undercuts yang sangat menonjol, atau dalam beberapa hal,
terdapat perbedaan dalam hubungan horizontal berkenaan dengan rahang
atas dan rahang bawah yang disebabkan oleh overjet. Beberapa pasien
mungkin memerlukan pengurangan tulang labial untuk mendapatkan
keberhasilan dalam perawatan prostetik.
LI.1.4. Teknik Alveolektomi4

 Teknik untuk alveolektomi maksila dan mandibula:


 Jika kasus salah satu dari gigi yang tersisa baru dicabut, mukoperiosteum harus dicek
untuk memastikan bahwa telah terdapat kedalaman minimum sebesar 10mm.Dari
semua tepi gingival yang mengelilingi area yang akan dihilangkan.
 Pastikan bahwa insisi telah dibuka mulai dari midpoint dari puncak alveolar pada titik
di pertengahan antara permukaan buccal dan lingual dari gigi terakhir pada satu garis,
yaitu gigi paling distal yang akan dicabut, menuju ke lipatan mukobukal pada sudut
450 setidaknya 15mm. tarik insisi ke area dimana gigi tersebut sudah dicabut
sebelumnya.
 Angkat flap dengan periosteal elevator dan tahan pada posisi tersebut.
 Bebaskan tepi flap dari darah menggunakan suction apparatus, dan jaga dari
seluruh area operasi.
 Letakkan bone shear atau single edge bone-cutting rongeur dengan satu blade
pada puncak alveolar dan blade lainnya dibawah undercut yang akan dibuang,
dimulai pada regio insisivus sentral atas atau bawah dan berlanjut ke bagian
paling distal dari alveolar ridge pada sisi yang terbuka.
 Bebaskan mukoperiosteal membrane dari puncak alveolar dan angkat menuju
lingual, sehingga plate bagian lingual dapat terlihat. Prosedur ini akan
memperlihatkan banyak tulang interseptal yang tajam.
 Hilangkan penonjolan tulang interseptal yang tajam tersebut dengan end-cutting rongeurs.
 Haluskan permukaan bukal dan labial dari alveolar ridge dengan bone file. Tahan bone
file pada posisi yang sama sebagai straight operative chisel , pada posisi jari yang sama,
dan file area tersebut pada dengan gerakan mendorong.
 Susuri soket dengan small bowl currete dan buang tiap spikula kecil tulang atau struktur
gigi atau material tumpatan yang masuk ke dalam soket. Ulangi prosedur ini pada sisi kiri
atas dan lanjutkan ke tahap berikutnya.
 Kembalikan flap pada posisi semula, kurang lebih pada tepi jaringan lunak, dan ratakan
pada posisi tersebut dengan jari telunjuk yang lembab
 Catat jumlah jaringan yang overlapping, yang notabene bahwa tulang dibawahnya telah
dikurangi, yang akhirnya meninggalkan tulang yang lebih sedikit dilapisi oleh jaringan lunak.
 Dengan gunting, hilangkan sejumlah mukoperiosteum yang sebelumnya terlihat overlap.
 Ratakan jaringan lunak tersebut kembali ketempatnya menggunakan jari telunjuk yang lembab,
perkirakan tepi dari mukoperiosteum, lalu catat apakah ada penonjolan tajam yang tersisa pada
alveolar ridge. Operator dapat merasakannya dengan jari telunjuk.
 Jika masih terdapat penonjolan dari tulang yang tersisa, hilangkan dengan bone fie.
 Jahit mukoperiosteum kembali ketempatnya. Disarankan menggunakan benang jahit, jahitan
interrupted dapat digunakan.
LI.1.5. Komplikasi Alveolektomi2

Efek yang biasanya dialami oleh pasien setelah tindakan alveolektomi biasanya berupa

• Pembengkakan yang umumnya terjadi pasca


• Hematoma.
operasi.
• Resorpsi tulang yang berlebihan.
• Rasa sakit dan ngilu pada tulang alveolar.
• Timbulnya rasa tidak enak pasca operasi.
• Parastesi
• Proses penyembuhan yang lambat.
• Peradangan di daerah jahitan.
• Osteomielitis.
• Lepasnya jahitan.
• Perdarahan.
LO. 2. Memahami dan Menjelaskan Vestibuloplasty

 LI.2.1. Definisi dan Tujuan Vestibuloplasty


 Vestibuloplasty adalah prosedur pembedahan dimana vestibulum oral
diperdalam dengan mengubah perlekatan dari jaringan lunak. Vestibuloplasty
dapat dilakukan dengan baik pada sisi labial atau lingual.
 Tujuan dari vestibuloplasty adalah untuk meningkatkan ukuran denture
bearing area dan untuk meningkatkan ketinggian alveolar ridge.
LI.2.2. Indikasi dan Kontraindikasi Vestibuloplasty

 Indikasi:
Resorbsi signifikan dari tulang alveolar mandibula atau maksilla yang
edentulus, sulkus vestibulum yang dangkal, denture bearing area yang tidak
memadai sehingga terlepasnya prostesis gigi dengan perlekatan otot lokal.
 Kontraindikasi:
Pasien yang didiagnosis memiliki hipertensi, diabetes melitus, kelainan
perdarahan (hemifilia, trombositopenik purpura), pasien dengan riwayat
penyakit jantung seperti myocardial infarction, pasien yang sedang hamil.
LI.2.3. Klasifikasi Vestibuloplasty8

 Berdasar luasnya Berdasar penyembuhannya


-Total = seluruh linggir
-Parsial = sebagian dari lengkung Re-epitelisasi sekunder
rahang misalnya anterior bawah, Cangkokan penutup
posterior bawah bilateral cangkokan mukosa pedikel
(milohioid). cangkokan mukosa bebas
cangkokan kulit dengan
 Berdasar pemotongan ketebalan sebagian (Split
-Terbuka = periosteal thickness skin)
-Tertutup = supraperiosteal,
submukosa, atau prosedur
pembuatan tembusan.
 Modifikasi
- Merendahkan lantai dasar mulut, pemisahan m. milohiodeus bilateral dan m. genioglossus
sebagian, dengan reposisi ke inferior.
- Linggir residual yang ada dan dinding vestibulum di sekitarnya (labial/bukal) dipersiapkan
dan dicangkok dengan kulit (ketebalan sebagian), teknik tempelan bukal.
 Berdasar pada stabilitas hasil
- cangkokan kulit dengan ketebalan sebagian
- cangkokan mukosa bebas
- cangkokan pedikel mukosa
- re-epitelisasi sekunder
LI.2.4. Teknik Vestibuloplasty
 1. Vestibuloplasty kemajuan mukosa atau vestibuloplasty submukosa
Dilakukan apabila prosesus alveolaris anatomis cukup dalam tetapi klinis prosesus
alveolaris itu rendah disebabkan perlekatan mukosa yang bergerak ke oklusal. Mukosa yang
menutupi prosesus tersebut cukup dan tidak ada jaringan parut.
Submukosa vestibuloplasti sangat ideal sebagai bentuk anatomi yang kondusif pada maxilla
sebagai rekontruksi prostetik. Insisi midline pada mukosa maxilla langsung dilakukan,
diikuti dengan pengurangan secara bilateral. Separasi supraperiosteal pada muskulus
intermediate dan perlekatan jaringan lunak telah selesai. Insisi yang tajam pada garis
jaringan intermediate dibuat perlekatan yang dekat dengan tepi dari alveolus maxillary.
Lapisan jaringan ini dapat dieksisi atau direposisikan pada bagian superior
  Initial Incision dan Submucosal Dissection Supraperiosteal Dissection
Gambar 4. Closure and Stent Placement

Penutupan dari insisi dan peletakan dari stent post


operasi atau pemasangan denture yang cekat ke
palatal diperlukan untuk menjaga posisi baru dari
perlekatan jaringan lunak. Mukosa disesuaikan
dengan vestibulum yang diperdalam. Surgical
stent ditempatkan dan ditahan di sirkumferensial.
Vestibulopasty submukosa di maksilla juga dapat
dikombinasikan dengan augmentasi hidroksiapatit
dari daerah alveolar ridge.
2. Secondary Epithelialisasi (repithelialisation)
Kazanjian teknik

Insisi dibuat di labial mukosa dan flap besar


mukosa labial dan vestibular tercermin. Flap
mukosa dijahit ke periosteum di vestibulum. Raw
lip menyembuhkan dengan granulasi dan
epithelialisation sekunder. Dapat dikombinasikan
dengan prosedur hidroksiapatit augmentasi.
Clark teknik
 Insisi horisontal di muco-gingival junction dan diseksi
supraperiosteal dilakukan jauh ke vestibulum. Di dasar vestibulum,
periosteum diinsisi horizontal. Margin periosteal inferior
ditinggikan. Flap mukosa ditransfer dan dijahit ke tulang ditutupi
dengan periosteum yang menyembuhkan dengan epithelisation
3. Grafting vestibuloplasty (kulit dan mukosa)

Insisi ditempatkan di sepanjang muco-


gingival junction dan vestibulum
diperdalam oleh diseksi supraperiosteal.
Flap mukosa dijahit ke periosteum di
vestibulum. Kulit atau cangkok mukosa
digunakan untuk menutupi permukaan
periosteal dan dijahit ke tepi luka. Graft
dapat ditempatkan pada stent yang aman
untuk mandibula dengan
circumferensial.
Teknik Caldwell
 Insisi diletakan di puncak ridge. Otot mylohioid digaris dan ridge
mylohioid dihapus. Flap dijahit di puncak. Gigi tiruan atau
spllinting dengan pemanjanjgan bagian sayap lingual difiksasi
dengan circumferensial.
Teknik Trauner

Dengan diseksi supraperiosteal permukaan medial


mandibula terekspose dan otot mylohioid terlepas
dari puncak mylohioid dan reposisi inferior oleh
jahitan, sehingga secara efektif perendaman dasar
mulut dan menghilangkan pengaruh otot milohioid
pada gigi tiruan. Permukaan periosteal yang tersisa
atau periosteum ditutupi dengan cangkok kulit dan
stent ditempatkan.
Teknik Obwegeser

 Insisi dilakukan pada mukogingival


junction di kedua permukaan wajah dan
lingual. Diseksi supraperiosteal
dilakukan. Otot mylohioid dan
genioglossus dilucuti. Cangkok kulit
tebal diamankan ke stent ditempatkan di
atas mandibula oleh circumferensial.
LI.2.5. Komplikasi Vestibuloplasty

Trauma pada n. mentalis pada pembukaan flap bukal di regio premolar


bawah, dan mengakibatkan anesthesia/disestesia, dan manifestasinya
berupa semutan pada bibir.
LO. 3. Memahami dan Menjelaskan Pengaruh Kompromise Medis terhadap Resorpsi
Tulang Alveolar

Pasien kompromis medis adalah pasien yang memiliki suatu kondisi kesehatan umum
tertentu (fisik, mental dan atau emosional) yang memiliki implikasi bagi ketetapan
prosedur-prosedur dental sehingga memerlukan beberapa modifikasi dalam perawatan
dental. Kondisi pasien kompromis medis ada bermacam – macam. Kondisi tersebut
antara lain adalah:
 Penyakit kardiovaskular
 Gangguan Endokrin
 Gangguan pernapasan
 Gangguan pembuluh darah
 Penyakit ginjal

Anda mungkin juga menyukai