Anda di halaman 1dari 44

ALVEOLEKTO

MI
• Ihda Nur Ilahiya 40622054
• Ilham Apri Saputra 40622055
• Inneke Berlyan Wibisono 40622056
• Irfan Fathur Rahman 40622057
DEFINISI ALVEOLEKTOMI
Alveolektomi adalah suatu tindakan pengurangan tulang soket dengan cara mengurangi plat
labial atau bukal dari prosessus alveolar dengan pengambilan septum interdental dan interadikuler
untuk mereduksi atau mengambil prosessus alveolus disertai dengan pengambilan septum
interdental dan interadikuler sehingga bisa dilaksanakan aposisi mukosa. Alveolektomi termasuk
bagian dari bedah preprostetik yaitu tindakan bedah yang dilakukan untuk persiapan pemasangan
gigi tiruan.
TUJUAN ALVEOLEKTOMI

01 02 03
Membuang ridge alveolus yang Memperbaiki abnormalitas Memperbaiki kelainan dan
tajam dan menonjol dan kerusakan pada ridge perubahan alveolar ridge yang
alveolar berpengaruh dalam adaptasi
gigi tiruan

04 05
Pengambilan eksostasis, torus Menghilangkan undercut yang
palatinus maupun torus dapat menganggu pemasangan
mandibularis yang besar yang gigi tiruan
dapat mengganggu
pemakaian gigi tiruan
INDIKASI ALVEOLEKTOMI
1. Pada prosessus alveolaris yang dijumpai adanya undercut, cortical plate yang tajam dan puncak ridge
yang tidak teratur sehingga mengganggu proses pembuatan dan adaptasi gigi tiruan
2. Pada kasus gigi posterior yang tinggak sendiri sering mengalami ekstrusi atau supra-erupsi. Tulang dan
jaringan lunak pendukungnya berkembang berlebihan untuk mendukung hal tersebut, sehingga bila gigi
tersebut dicabut akan terlihat prosessus alveolaris yang lebih menonjol
3. Pada kasus pencabutan gigi multiple, apabila setelah pencabutan gigi terdapat sisi marginal alveolar
yang kasar dan tidak beraturan atau jika ridge alveolar tinggi
4. Pada kasus dengan kelainan eksostosis, torus palatinus maupun torus mandibularis yang besar yang
dapat mengganggu fungsi pengunyahan estetis dan pemakaian gigi tiruan
KONTRAINDIKASI ALVEOLEKTOMI
Kontraindikasi alveolektomi adalah :
1. Pada pasien yang memiliki bentuk prosessus alveolaris yang tidak rata, tetapi tidak mengganggu
adaptasi gigi tiruan baik dalam hal pemasangan, retensi maupun stabilitas
2. Pada pasien yang memiliki penyakit sistemik yang tidak terkontrol yaitu penyakit kardiovaskular,
diabetes mellitus (DM) dan aterosklerosis
KLASIFIKASI ALVEOLEKTOMI
Alveolektomi Setelah Pencabutan Satu Gigi
Tindakan ini dilakukan karena daerah yang edentulous sudah mengalami resorpsi sehingga bila gigi tersebut dicabut akan
terlihat prosessus alveolaris yang lebih menonjol. Pada kasus gigi posterior yang tinggal sendiri menimbulkan kendala dan
memerlukan tindakan yang khusus karena sering mengalami ekstrusi atau supra-erupsi. Tulang dan jaringan lunak pendukungnya
berkembang berlebihan untuk mendukung hal tersebut. Pada lengkung rahang atas, keberadaan sinus maksilaris menambah rumit
masalah karena erupsi yang memanjang sering disertai dengan penurunan sinus. Alveolektomi dilakukan segera setelah pencabutan
gigi atau sekunder. Serpihan tulang atau tulang yang terpisah dari periosteum yang terjadi karena pencabutan dibuang terlebih
dahulu. Diikuti dengan reduksi undercut yang tidak dikehendaki dan tonjolan-tonjolan tulang lainnya.
KLASIFIKASI ALVEOLEKTOMI
Prosedur
1. Suatu flap didesain sebagai jalan pembuka untuk pelaksanaan perbaikan linggir alveolar; flap yang biasa digunakan adalah tipe
envelope, karena tipe ini memberikan lapangan pandang yang luas dan mudah dalam pengerjaannya; flap dibuka ke pertemuan
mukosa bergerak dan tidak bergerak dan sedikit pengangkatan tepi mukoperiosteum sebelah palatal agar tepi tulang alveolar
dapat diperiksa
2. Serpihan tulang atau tulang yang terpisah dari periosteum yang terjadi karena pencabutan dibuang terlebih dahulu kemudian
diikuti dengan reduksi undercut dan tonjolan-tonjolan lainnya; hal ini biasa dilakukan dengan menggunakan tang rongeur
pemotong tulang atau dengan menggunakan bur disertai irigasi larutan saline steril
KLASIFIKASI ALVEOLEKTOMI
Prosedur
3. Permukaan tulang dihaluskan dengan menggunakan bone file dengan tekanan dan tarikan; bagian
yang dioperasi diirigasi dengan larutan saline steril kemudian diamati kehalusan dari tulang dengan
melakukan kompresi menggunakan jari, kemudian luka ditutup dengan penjahitan terputus
KLASIFIKASI ALVEOLEKTOMI
Alveolektomi Setelah Pencabutan Dua Atau Tiga Gigi
Prosedurnya hampir sama dengan yang diterangkan diatas pada pencabutan satu gigi. Tindakan ini
dilakukan apabila setelah pencabutan gigi terdapat sisi marginal alveolar yang kasar dan tidak beraturan atau
jika ridge alveolar tinggi
KLASIFIKASI ALVEOLEKTOMI
Alveolektomi Setelah Pencabutan Dua Atau Tiga Gigi
Pertama kali bagian dari mukosa diinsisi bentuk oval dari mesial dan distal ke soket gigi yang dicabut;
tulang dihaluskan dengan ronguer dan bur, selanjutnya diirigasi, kemudian luka dijahit; jika pada palpasi terdapat
tulang yang kasar pada soket yang dipencabutan, tulang dibentuk dengan menggunakan bone file, dan bisa
dikombinasikan dengan ronguer
KLASIFIKASI ALVEOLEKTOMI
Alveolektomi Setelah Pencabutan Multiple
Insisi dibuat pada ridge alveolar untuk memotong papilla interdental dan gingiva dilepaskan dari prosessus
alveolaris; segera sesudah didapat ruangannya, ujung-ujung tulang dibuang (tulang interseptal dan penonjolan
tulang) menggunakan ronguer; setelah mukoperiosteum diangkat, tulang dihaluskan dengan bone file, sesudah itu
permukaan tulang diperiksa kehalusannya dengan menggunakan jari tangan; tepi dari flap juga dirapikan dengan
gunting jaringan lunak agar diperoleh kontak yang baik setelah pengambilan tulang selanjutnya larutan saline
yang banyak digunakan untuk mengirigasi daerah operasi kemudian diikuti dengan penjahitan luka; permukaan
tulang yang halus menghasilkan stabilitas dan retensi yang diharapkan pada gigi tiruan penuh
KLASIFIKASI ALVEOLEKTOMI
Alveolektomi Pada Edentulous Alveolar Ridge
Setelah pencabutan gigi dan luka telah sembuh dalam waktu yang cukup lama, sering terjadi permukaan
tulang alveolar yang tidak rata. Hal ini biasanya terjadi karena tidak memeriksa dengan teliti permukaan tulang
setelah pencabutan gigi. Dalam beberapa kasus, tulang harus dihaluskan untuk mencegah kerusakan dan
membuang hambatan pada pemasangan gigi tiruan penuh. Apabila penonjolan tulang besar, pertama insisi dibuat
sepanjang puncak ridge alveolar dari penonjolan tulang yang dilokalisasi dan kemudian mukoperiosteum dibuka;
selanjutnya daerah tersebut dihaluskan dengan bone file dan tulang di palpasi untuk memastikan kehalusan dari
tulang diikuti dengan irigasi larutan saline yang banyak pada daerah operasi dan terakhir dilakukan penjahitan
Alat & Bahan
● Diagnostic set
● Spuilt 3 cc
● Scalpel + Blade no. 15
● Needle + Needle holder
● Rasparatorium
● Knalbel tang
● Bone file
● Gunting jaringan
● Lidokain
● Betadine
● Tampon + kapas
● Larutan saline 0,9%
● Benang jahit
SCALPEL (HANDLE & BLADE)
RONGEUR FORCEPS
PERIOSTEAL ELEVATOR
BONE FILE
NEEDLE & NEEDLE HOLDER
SUTURING MATERIAL & SYRINGE
IRIGATION
PROSEDUR KERJA
1. Disinfeksi dengan betadine
2. Anastesi
3. Insisi mukosa sepanjang puncak alveolar secara horizontal dan menggunakan scalpel kemudian
diperlebar ke vertikal dimana basis lebih besar dari atap
4. Flap mukoperiosteal dilepaskan dari tulang dengan rasparatorium
5. Sediakan tampon untuk menekan pendarahan
6. Tulang alveolar yang tajam/runcing dipotong dengan knalbel tang/rongeus
7. Tulang dihaluskan dengan bone file
8. Irigasi dengan menggunakan larutan saline
9. Flap kemudian dikembalikan kemudian dijahit
10. Daerah bekas operasi diolesi betadine dan pasien diinstruksikan menggigit tampon
11. Beri resep
INSISI & PENGANGKATAN FLAP
Teknik
1. Pengangkatan tepi tulang yang tajam dengan menggunakan knalbel tang
Teknik
2. Tulang dihaluskan dengan menggunakan bone file
Teknik
3. Irigasi daerah operasi dengan larutan saline
4. Jahit dengan teknik interrupted suture
5. Setelah 1 minggu setelah operasi, dilakukan kontrol
PROSEDUR
1. Jika salah satu dari gigi yang tersisa baru dicabut, mukoperiosteum harus dicek untuk memastikan
bahwa telah terdapat kedalaman minimum sebesar 10 mm dari semua tepi gingival yang mengelilingi
area yang akan dihilangkan
2. Angkat flap dengan periosteal elevator dan tahan pada posisi tersebut dengan jari telunjuk tangan kiri
atau dengan hemostat yang ditempelkan pada tepi flap atau dengan tissue retactor
3. Bebaskan tepi flap dari darah menggunakan suction apparatus dan jaga dari seluruh area operasi
4. Letakkan bone shear atau single edge bone-cutting rongeur dengan satu blade pada puncak alveolar
dan blade lainnya dibawah undercut yang akan dibuang, dimulai pada regio insisivus sentral atas atau
bawah dan berlanjut ke bagian paling distal dari alveolar ridge pada sisi yang terbuka
PROSEDUR
5. Bebaskan mukoperiosteal membrane dari puncak alveolar dan angkat menuju lingual/palatal, sehingga
plate bagian lingual/palatal dapat terlihat. Prosedur ini akan memperlihatkan banyak tulang interseptal
yang tajam
6. Hilangkan penonjolan tulang interseptal yang tajam tersebut dengan end cutting rongeurs
7. Haluskan permukaan bukal dan labial dari alveolar ridge dengan bone file
8. Susuri soket dengan small-bowl currete dan buang tiap serpihan kecil tulang atau struktur gigi atau
material tumpatan yang masuk kedalam soket. Ulangi prosedurini pada sisi kiri atas dan lanjutkan ke
tahap berikutnya
9. Kembalikan flap pada posisi semula, kurang lebih pada tepi jaringan lunak dan ratakan pada posisi
tersebut dengan jari telunjuk yang lembab
10. Catat dan jumlah jaringan bertindih yang tulang dibawahnya telah dikurangi yang akhirnya
meninggalkan tulang yang lebih sedikit dilapisi oleh jaringan lunak
PROSEDUR
11. Dengan gunting, hilangkan sejumlah mukoperiosteum yang sebelumnya terlihat bertindih
12. Ratakan jaringan lunak tersebut kembali ketempatnya menggunakan jari telunjuk yang lembab,
perkirakan tepi dari mukoperiosteum, lalu catat apakah ada penonjolan tajam yang tersisa pada
alveolar ridge. Operator dapat merasakannya dengan jari telunjuk
13. Jika masih terdapat penonjolan dari tulang yang tersisa, hilangkan dengan bone file
14. Jahit mukoperiosteum kembali ke tempatnya. Disarankan menggunakan benang jahitan sutra hitam
continue nomor 000. walaupun demikian, penjahitan terputus juga dapat digunakan jika diinginkan
KOMPLIKASI PASCA ALVEOLEKTOMI
Dalam melakukan suatu tindakan bedah, tidak terlepas dari kemungkinan terjadinya komplikasi, demikian pula
halnya dengan tindakan alveolektomi. Efek yang dialami pasien setelah tindakan alveolektomi biasanya dapat berupa :
1. Pembengkakan yang umumnya terjadi pasca operasi
2. Rasa sakit dan ngilu pada tulang alveolar
3. Parastesi
4. Peradangan di daerah jahitan
5. Lepasnya jahitan
6. Perdarahan
7. Hematoma
8. Resorpsi tulang berlebihan
9. Timbulnya rasa tidak enak pasca operasi (ketidaknyaman)
10. Proses penyembuhan yang lambat
11. Osteomielitis
Tetapi semua hal tersebut dapat diatasi dengan melakukan prosedur operasi serta tindakan-tindakan pra dan
pasca operasi yang baik
INSTRUKSI POST OPERASI
1. Tampon digigit selama 30-60 menit
2. Jangan menghisap-hisap daerah bekas operasi
3. Kurangi intensitas meludah
4. Konsumsi makanan yang agak lunak
5. Jangan merokok hari pertama
6. Jangan kerja berat 48 jam pertama
7. Minum obat sesuai anjuran dokter
RESEP
R/ Amoxycillin tab 500 mg No.XV
S 3 dd 1
R/ Asam mefenamant tab 500 mg No. IX
S 3 dd 1
R/ BecomC No. V
S 1 dd 1
INSISI
DEFINISI INSISI

Insisi adalah pembuatan jalan keluar nanah atau pus secara bedah menggunakan pisau
bedah, insisi dibuat untuk mencegah terjadinya perluasan abses/infeksi ke jaringan lain,
mengurangi rasa sakit, menurunkan jumlah populasi mikroba beserta toksinnya,
memperbaiki vaskularisasi jaringan (karena pada daerah abses vaskularisasi jaringan
biasanya jelek) sehingga tubuh lebih mampu menanggulangi infeksi yang ada dan
pemberian antibiotik lebih efektif dan mencegah terjadinya jaringan parut akibat
drainase spontan dari abses
TUJUAN INSISI

01 02 03
Mencegah terjadinya perluasan Mengurangi rasa sakit pada Membuka akses atau jalan
abses/infkesi ke jaringan lain suatu abses keluar pada suatu abses

04 05
Sesuaikan kedalaman sayatan. Sayatan Pastikan sayatan cukup panjang agar drainase
harus cukup dalam untuk mencapai kavitas dapat dilakukan secara adekuat dan ada
yang berisi abses, namun tidak terlalu ruang untuk menggunakan klem dan
dalam karena dapat melukai dinding dasar melakukan packing; umunya panjang sayatan
abses dan mengakibatkan perdarahan antara 2/3 sampai panjang diameter abses
Indikasi tindakan insisi adalah

INDIKASI semua abses kulit, kecuali abses


kulit yang sangat superfisial
seperti folikulitis. Insisi
INSISI diindikasikan untuk kasus abses
lainnya, misalnya abses gigi atau
abses peritonsilar
KONTRAINDIKASI INSISI
Kontraindikasi insisi abses dengan anastesi lokal

Abses yang
Selulitis.
letaknya
Selulitis
Abses yang cukup dalam Kondisi
tanpa abses
berukuran di area yang pasien yang
tidak perlu
besar sulit untuk tidak stabil
dilakukan
dilakukan
insisi dan
anastesi
drainase
lokal
ALAT & BAHAN
● Povidone iodine 10%
● Diagnostic set standart
● Syringe disposable 3 cc
● Pehacain atau lidokain
● Blade no. 11 atau no. 15
● Handle scalpel no. 3
● Needle holder
● Pinset chirugis
● Klem bengkok
● Drain karet
● Jarum jahit dan benang silk 3,0
● Kasa, tampon, cotton pellet dan cotton roll
steril
● Plester
● Duk lubang steril
● Nacl 9%
PROSEDUR
1. Asepsis area insisi dengan larutan antiseptik sebelum tindakan
2. Anastesi daerah kerja menggunakan anastesi mandibular block (inferior alveolaris nerve block), lingual
nerve block dan infiltrasi pada bagian muccobuccal fold
3. Melakukan insisi superfisial dengan blade tidak terlalu dalam
4. Insisi dilakukan pada bagian paling fluktuatif atau paling banyak akumulasi pus dengan tujuan
memfasilitasi keluarnya pus mengikuti gravitasi
5. Drainase abses dilakukan dengan diseksi tumpul ke segala arah dengan cara memasukkan klem
bengkok pada kavitas abses dengan beak tertutup, kemudian membuka beak di dalam kavitas abses
dan mengeluarkannya dengan beak terbuka
6. Setelah pus yang keluar sudah minimal, dilakukan irigasi kavitas abses dengan normal saline diulang
beberapa kali
PROSEDUR
7. Dilakukan pemasangan drain karet dan stabilisasi dengan jahitan. Drain tidak perlu dipasang apabila
abses tidak terlalu besar. Tujuan jahitan yaitu menyatukan mukosa atau merekatkan jaringan/mukosa
yang satu dengan jaringan/mukosa yang akan direkatkan
8. Setelah insisi dilakukan pemberian antibiotik selama 5-7 hari
9. Pemberian analgetik untuk mengurangi rasa sakit
TERIMAKAS
IH

Anda mungkin juga menyukai