Anda di halaman 1dari 10

Alveoloplasty

Digunakan untuk menghaluskan dan merekontur tulang alveolar, tujuannya adalah


menyediaakan prosthesis support yang baik. Setelah dilakukan retraksi gigi,
rekonturing alveolar process penting dilakukan untuk perawatan prosto. Terkadang
terdapat residual crest yang irregular, undercut atau bone spicules dimanajika tidak
dihilangkan akan mengganggu retensi dan stabilisasi dr penempatan protesa sekalgus
memberikan injury. Ketika pasca ekstrasi dilihat ada abnormalitas dr alveolar ridge
maka alveoplasty harus dilakukan. Penting juga memperhatikan jumlah tulang yang
dibuang hanyalah yang menghalangi perawatan.

Tujuan Alveoplasty :

1. Untuk menghilangkan kontur ridge dengan cepat.


2. Alveolar ridge harus disisakan selebar mungkin untuk menahan distribusi
beban kunyah yang diberikan.
3. Ridge yang dikontur tidak harus sehalus mungkin namun bagian yang tajam
harus dihilangkan dan tepi harus membulat.
4. Jaringan mukosa yang yang menutupi harus memiliki ketebalan, densitas dan
kemampuan tekan yang baik untuk menahan transmisi gaya mastikasi yang
diberikan pada tulang.
5. Pada pasien muda , jumlah tulang yang dihilangkan harus sedikit mungkin
karena proses resorbsi yang lebih lama dibanding orang yang lebih tua.

Indikasi :
1. Tulang interseptal yang terinfeksi
2. Sisa akar yang tertinggal / impaksi
3. Menghilangkan undercut
4. Tulang yang irregular dan tajam
5. Prognati maksila
6. Adanya torus palatinus maupun torus palatinus yang besar
7. Prosesus alveolaris yang dijumpai kista/tumor.

Kontraindikasi :
1. Pasien muda karena sifat tulang masih sangat elastis maka proses resborbsi
tulang cepat dibanding pasien tua
2. Jika bentuk prosesus alveolaris irregular namun tidak mengganggu

Faktor-faktor yang harus diperhatikan :


 Bentuk prosesus alveolaris  dapat memberikan kontak dan dukungan yang
maksimal. Yaitu bentuk U yang seluas mungkin tujuannya mampu
memberikan tekanan yang maksimal.
 Sifat tulang yang diambil  Tulang yang diambil harus kompakta bukan
spongiosa.
 Usia Pasien  Pembuangan tulang sedikit mungkin krn resorbsi tulang pasien
muda lebih lama dan mungkin tidak perlu dilakukan trimming.
 Penambahan free graft  Apabila
 terjadi undercut ketika dilakukan trimming maka perlu dilakukan bone graft.

Jenis jenis alveoloplasti :

Menurut balaji :

a. Alveoloplasti primer

Alveoloplasti primer adalah teknik alveoloplasti yang dilakukan segera setelah


ekstraksi dilakukan / bersaaman dengan waktu ektraksi. Digunakan dengan mengikis
(trimming) dan menghilangkan tulang alveolar bagian labiobuccal yang diikuti oleh
bagian interdental dan interadicular dan dilakukan bersamaan setelah gigi diesktraksi

Indikasi :

1. Untuk immediate denture

2. Pasien dengan tulang alveolar yang menonjol dan padat setelah ekstraksi

Teknik :

 Insisi full thickness mucoperiosteal pada bagian creviscular dengan desain


envelope flap atau triangular flap

 Cutting rongeur yang tajam dipegang dengan salah satu beak dibawah tepi
tulang pada soket dan satunya lagi di tepi ridge

 Hilangkan sebagian kecil dari tulang yang dibutuhkan, gunakan bone file
untuk menghaluskan permukaan tulang

 Membran mukosa di jahit diatas tulang septa interradicular

 Pada kasus pembuatan immidiate denture, hal yang harus disiapkan adalah
gunakan template dan tekankan pada area tersebut, jika ada preaasure point
maka harus ditrim lagi.

Dean Interseptal Primary Alveoplasti

Merupakan alternative dari teknik Alveoloplasti sederhana yang berupa penghilangan


tulang intraseptal dan reposisi tulang kortikal labial.

Tujuan: untuk mereduksi ketebalan ridge dalam jumlah


yang hanya mengeliminasi undercut.

Indikasi: Daerah dengan konturridge yang relative


regular &memiliki ketinggian yang cukup, namun
memiliki undercut pada kedalaman vestibulumnya
akibat konfigurasi alveolar ridge tindakan dapat
dilakukan saat ekstraksi gigi atau periode penyembuhan awal pasca-bedah.
Prosedur:

1. Pembuatan flap mukoperiostealuntuk mengekspos puncak alveolar


ridge
2. Potong bagian intraseptal dari tulang alveolar dengan rongeur kecil
3. Lakukan tekanan dengan jari untuk mematahkan lempeng labiokortikal
dari arah palatal & mendekatkan lempeng palataluntuk menentukan
kapan pemotongan tulang telah selesai & meyakinkan mukosa tidak
rusak
4. Meratakan iregularitas tulang dengan bone file
5. Mukosa alveolar dapat disatukan dengan teknik interrupted atau
continuous suture.
6. Dapat dipasang splint atau gigi tiruan imediat yang dialasi dengan
bahan lining lunakuntuk menjaga posisi tulang sampai terjadi proses
penyembuhan (healing)
 Keuntungan:
o Prominensia labial dari alveolar ridge dapat direduksi tanpa harus mereduksi
ketinggian ridge secara signifikan
o Perlekatan periosteal terhadap tulang di bawahnya dapat dijaga
o Perlekatan otot ke area alveolar ridge tidak terganggu
 Kerugian utama: penurunan ketebalan ridge yang sangat jelas terlihat

Alveoloplasti sekunder

Ketika bedah corrective tulang telah selesai pada area edentulouse ridge terdapat
irregulitas setelah inisiasi pada proses penyembuhan , maka harus dilakukan
secondary alveoloplasty. Tepi edentulouse yang tajam dapat menyebabkan iritasi
denture. Biasanya ditemukan pada regio anterior mandibula. Ditandai dengan gejala
umum yaitu rasa sakit pada saat palpasi diatas ridge atau pada saat menggunakan gigi
tiruannya. Ridge tampak irregular yang disebut sebagai “feather edge ridge “. Insisi
dengan desain envelope flap pada sisi bukal atau labial, lakukan recontouring dengan
bone file, bur atau rongeurs, pastikan tidak ada bagian yang irregular ( bukan berarti
halus sempurna) cara mengetahuinya dengan palpasi (jika masih sakit berarti masih
ada yang irregular), irigasi dengan menggunakan saline untuk menghilangkan debris
dan bagian kecil tulang avascular, flap ditutup.

Menurut fragiskos:

Alveoloplasty setelah
ekstraksi 1 gigi

Ketika gigi hypererupted karena kehilangan gigi antagonisnya , iregulitas tulang


biasanya tampak setelah gigi hipererupsi tersebut diekstraksi. Hal ini dapat
menyebabkan masalah pada proses penyembuhan normal dan ketidak abnormalan
pada tulang alveolar, sehingga akan menyebabkan kerusakan pada penempatan
protesa nantinya. Pada beberapa kasus, recounturing yang segera diperlukan setelah
pencabutan.

Caranya adalah :

 Setelah pencabutan gigi , dibuat flap dengan design envelope flap


 Haluskan permukaan alveolar ridge dengan menggunakan rongeur atau
dengan menggunakan bur tulang

 Haluskan permukaan tulang


dengan menggunakan bone file

 Gingiva yang berlebihan digunting dengan menggunakan gunting jaringan


lunak

 Are tersebut diirigasi dengan menggunakan larutan saline yang banyak

 Jahit

Alveoloplasti setelah ekstraksi 2 atau 3 gigi

Ketika 2 atau 3 gigi dari maksila atau mandibula akan di ekstraksi, prosedurnya
hampir sama dengan ekstraksi pada 1 gigi seperti diatas. Lebih spesifik, setelah
ekstraksi gigi, jika terdapat permukaan irregular kasar dari margin alveolar/intraseptal
maka :

1. Insisi dengan bentuk/ desain


wedge-shaped dari area mesial dan
distal socket

2. Buka jaringan mucoperiosteum dan hilangkan margin tulang dengan rongeur


3. Haluskan permukaan tulang dengan bur / bone file

4. Lakukan penjahitan dari sisi lingual ke sisi bukal

Alveoloplasti setelah ekstraksi multiple ( banyak gigi)


Setelah pemeriksaan klinis dan radiograf pada gigi yang akan di ekstraksi, dilakukan
lokal anastesi dan semua gigi dilakukan pencabutan dengan hati hari, sehingga
dinding alveolar tetap utuh

Langkah langkahnya :

 Insisi sepanjang alveolar ridge untuk memotong interdental papila dari gingiva


 Buka dan elevasikan flap mucoperiosteal untuk membuka tulang yang akan di
rekontur

 Hilangkan bagian tulang yang tajam (tulang intraseptal yang iregular) dengan
rogeur
 Haluskan dengan menggunakan bone file sampai halus ketika disentuh

 Jaringan gingival yang berlebihan digunting dengan menggunakan gunting


jaringan lunak

 Irigasi dengan menggunakan larutan saline yang banyak


 Lakukan penjaitan

Anda mungkin juga menyukai