Anda di halaman 1dari 23

PENGKAJIAN SISTEM

MUSKULOSKELETAL

DOMINGGOS.G, SKep, Ns
Data subyektif
1. Deskripsi/gambaran adanya masalah atau disfungsi
Onset dan lamanya masalah

Pertanyaan dihubungkan dengan riwayat masalah meliputi terjadinya


masalah, lamanya masalah, persepsi pasien mengenai masalah yang
dihadapi.
Nyeri atau ketidaknyamanan yang dihubungkan dengan
masalah
Bisa menggunakan PQRST (provokatif/paliatif, kualitas atau kuantitas,
radiation, severe, timing).
Pengobatan sekarang.
Banyak pasein dengan masalah muskuloskeletal menggunakan obat
sehingga perlu ditanya mengenai semua obat yang digunakan sekarang,
pengobatan sebelumnya dan efektifitasnya dan kemungkinan alergi terhadap
obat dan sifat alergi.
Efek masalah atau disfungsi pada aktivitas setiap hari.
Pertanyaan ditujukan mengenai ADL (kegiatan harian) seperti makan, mandi,
berpakaian, transfer, ambulasi dan tidur.
Data subyektif
2. Persepsi individu terhadap masalah atau disfungsi.
Pertanyaan ditujukan mengenai efek masalah pada
kehidupan, membuat modifikasi terhadap ADL, perasaan
tentang perubahan dan bagaimana melaksanakan
program pengobatan termasuk persepsi tentang rencana
pengobatan terhadap pasien.

3. Persepsi keluarga terhadap masalah individu.


Masalah seseorang umumnya mempunyai efek pada
orang lain terutama yang akrab (keluarga atau orang
terdekat) sehingga penting menentukan efek masalah
pasien seperti perasaan mereka akan kemampuannya
dalam memberikan support, kemampuan dalam
menerima perubahan peran dan kesadarannya dalam
memberikan dukungan di masyarakat saat pulang.
Data Obyektif
1. Behavior.
Status mental (orientasi terhadap waktu, orang dan tempat,
kemampuan untuk memahami perintah), kemampuan untuk
menghubungkan sesuatu dengan hal lain yang positif.
2. Penampilan umum
Usia, jenis kelamin, postur, status nutrisi.
3. Kulit
Turgor, tekstur (penebalan pada kulit), integritas (lecet,
kemerahan, luka, gangguan sirkulasi ke ekstremitas), temperatur
(hangat pada sendi yang nyeri), eritema di atas sendi yang
meradang, perubahan warna, pembengkakan pada ekstremitas
atau sendi (adanya serous, purulent atau darah pada kapsul
sendi), kebersihan general (indikasi ketidakmampuan melakukan
ADL).
Data obyektif

4. Kuku dan rambut


Kurang perawatan kuku dan rambut.
5. Deformitas
Dapat ditentukan berdasarkan perubahan pada ukuran,
atau posisi dari bagian tubuh. Beberapa contoh deformitas :
Deformitas leher angsa. Kontraktur fleksi sendi
metakarpofalangeal bagian proksimal yang ditemukan
pada rhematoid arthritis lanjut.
Skoliosis. Lengkung lateral dari spinal
Kifosis. Lengkung spinal thorakik.
Atropi. Menurunnya ukuran suatu ekstremitas atau
bagian tubuh.
Hipertropi. Pembesaran yang abnormal dari suatu organ
atau bagian tubuh.
Data obyektif

5. Kekuatan dan range of motion (rentang gerak).


Pengkajian kekuatan dan rentang gerak,
menentukan kemampuan fungsional seseorang.
Kekuatan. Kemampuan untuk melakukan pekerjaan
Rentang gerak. Normal pergerakan sesuai dengan struktur
suatu sendi.
Rentang gerak pasif. Pergerakan suatu sendi dalam
rentang normal oleh orang lain atau alat bantu mekanik.
Rentang gerak aktif. Pergerakan suatu sendi yang dapat
dilakukan tanpa bantuan.
Rentang gerak aktif dengan bantuan. Pergerakan aktif
suatu sendi oleh seseorang tapi dengan bantuan dari
orang lain atau alat bantu untuk melengkapi pergerakan.
Ketangkasan (dexterity). Koordinasi dan ketepatan dalam
melakukan pergerakan.
Data obyektif

Beberapa istilah yang dihubungkan dengan


kekuatan dan gerak, yaitu :
Paralisis.
Kelemahan.
Plegia.
Paresis.
Hemi.
Mono.
Para.
Quadri.
Pemeriksaan Fisik
1. Postur
Pemeriksaan dapat dilakukan saat pasien duduk, berdiri atau tidur
telentang.
Observasi body alignment dan stature.
Observasi deformitas, kurvatura spinal dan hipertropi atau atropi
iga, ukuran tubuh dan tinggi tubuh dihubungkan dengan umur
Adanya skar, massa, kulit terbuka atau drainase.
Catat gaya berjalan, postur, tinggi dan motorik yang abnormal.
Yang ditemukan adalah postur tegap, bahu dan panggul searah,
kaki menginjak dengan mudah di lantai. Spinal servikal dan
lumbal konkaf sedangkan spinal thorak konveks. Kedua sisi tubuh
nampak simetris.
Observasi variasi yang ditemukan adalah lordosis lumbal akibat
penyakit pada disk lumbal, pasien nampak lebih pendek atau
lebih rendah dari yang sebenarnya, gaya berjalan mungkin
abnormal seperti tertatih-tatih, ataksia (hilang keseimbangan).
Pemeriksaan Fisik

2. Kepala dan muka


Inspeksi bentuk kepala, telinga, dagu, pipi, distribusi
rambut, warna dan ketebalannya, leher bagian depan
dan belakang.
Normalnya kepala nampak simetris, telinga berada
pada area midtemporal tengkorak, pinae dekat
tengkorak, pada palpasi tidak teraba benjolan pada
kepala, rambut tebal.
Variasi yang ditemukan adalah tumor menyebabkan
kepala atau leher asimetris, nampak double chin atau
leher dan dagu struktur tidak jelas.
Mungkin ada tophi akibat gout pada pinae, kebotakan
akibat penyakit endokrin atau penggunaan obat
(steroid menyebabkan perubahan warna dan
kehilangan rambut).
Pemeriksaan Fisik

3. Leher dan spina servikal


Utk kaji ROM & sendi, anjurkan pasien utk letakan dagu pd dada
(fleksi 45o), miring ke kiri atau kanan (40o) dan hiperekstensi
(55o).
Variasi, ada hiperekstensi & fleksi yg terbatas karena perubhn pd
disk servikal atau osteoarthritis, (gerakan sendi >4 mm :
kelemahan ligament dan < 3 mm: kekakuan sendi akibat injury
atau arthritis).
Palpasi leher utk tentukan adanya massa, perubahan suhu,
pembesaran limfe node (kelenjar getah bening)
Tentukan kelembaban kulit & perubhn sensasi. Normalnya jar pd
leher lembut dan lunak, mudah digerakan,limfe node tdk dpt
diraba, tdk ada sensasi spasme, anasthesi.
Bila ditemukan pembesaran limfe node, kemungkinan peny
limfoma Hodgkin, non Hodgkin, leukemia atau kanker lainnya,
dan bila mati rasa atau kesemutan kemungkinan radikulopati
(kelainan pada akar saraf) servikal.
Pemeriksaan Fisik

4. Spina torakal dan lumbal


Pasien berdiri jika memungkinkan dgn membelakangi pemeriksa.
Perhatikan bgn belakang kepala & leher dlm hub dgn kolumna
spinal & anjurkan pasien utk sentuh ujung jari kaki dgn cara
membungkuk (fleksi, N 75o90o), hiperekstensi (N 30o),
miki/mika (N 35o) dan rotasi ke depan dan ke belakang (N 30o).
Inspeksi ini normalnya tidak ada laterality (penyimpangan ke
samping), otot sepanjang kolumna vertebra simetris, tidak ada
kulit yang terbuka.
Namun dapat ditemukan kurvatura lateral (scoliosis), kurvatura
torakal yang berlebihan (kiposis) atau lordosis. Otot paraspinal
asimetris (salah satu sisi lebih menonjol).
Pasien mungkin mengeluh nyeri punggung akibat ankilosis
spondilitis.
Pemeriksaan Fisik

5. Bahu
Ps berdiri dan belakangi pemeriksa.
Inspeksi keseimbangan dari tinggi bahu, bentuk dan tonjolan
tulang pada sendi bahu, skapula, dan klavikula.
Observasi ukuran dan ketajamam otot trapezius dan keadaannya
dalam menghubungkan leher dan bahu secara bersamaan.
Otot bisep, trisep dan deltoid.
Variasi ditemukan perubhn sendi bahu akibat trauma atau
arthritis, kehilangan sensori akibat arthropati servikal atau
sekunder terhadap CVA.
Kehilangan fungsi bahu dan ekstremitas dihubungkan dengan
atropi otot.
Utk kaji ROM anjurkan pasien utk angkat bahu (melihat simetri).
Angkat kedua lengan ke depan dan kemudian di atas kepala
lihat fleksi (180o), tekuk dan putar tangan ke belakang lihat
hiperekstensi (50o).
Pemeriksaan Fisik

6. Siku
Inspeksi area kulit lengan atas sekitar siku, inspeksi lengan saat
fleksi dan ekstensi akan adanya massa, edema pada sendi.
Bila ditemukan adanya nodul subkutaneus pada sendi siku
kemungkinan rheumatoid arthritis, ada tenderness atau
meningkat nyeri saat supinasi/pronasi siku & lengan dihub dgn
tendenitis atau epikondilitis (siku tennis).
Utk kaji maka lakukan ekstensi pasif cek adanya dislokasi atau
parsial dislokasi (subluksasi) siku dgn aporkan adanya
ketidaknyaman atau nyeri, fleksi siku yg sebagian, pronasi dan
tidak bisa menggunakan lengannya.
Normalnya sudut yg dibentuk adalah 5-15o. Utk tentukan ROM &
kekuatan otot anjurkan pasien fleksi siku (160o), ekstensi siku
(180o), supinasi dan pronasi (90o).
Bila ditemukan kehilangan fleksi dan ekstensi, pronasi dan
supinasi indikasi RA, OA, atau atropi post CVA, serebral palsy,
atau distropi otot.
Pemeriksaan Fisik

7. Pergelangan, tangan dan jari tangan.


Inspeksi dan palpasi semua area tangan dan
jari tangan seperti pergelangan tangan, sendi
interfalangeal, sendi metakarpofalangeal.
Normal tdk ada edem, nyeri, nodul, perubhn
warna & sendi yg meregang, tdk kemerahan,
deformitas, serta nampak pem da pd dorsal
tangan.
Utk kaji ROM maka anjurkan pasien utk tekuk
sendi metakarpofalangeal lalu luruskan.
Palpasi juga arteri radial dan ulnari akan
pulsasinya. Normal, kekuatan & jumlah sama
pd kedua pergelangan.
Pemeriksaan Fisik

8. Ekstremitas bawah dan panggul


Inspeksi mulai pd ekstremitas bawah dgn lihat gaya berjalan
pasien, dari depan, belakang dan dari samping.
Observ karakteristik ekstremitas termsk edema pd lutut,
pergelangan kaki.
Normal koordinasi ekstremitas bawah saat berdiri dgn lebar kaki
2-4 inci dan jauh langkah adalah 15-18 inci (tergantung tinggi
seseorang).
Observ & inspeksi pelvis dari belakang spt sakral, otot gluteal
(kesimetrisan), sendi panggul di atas trokanter mungkin ada nyeri
akibat bursitis, panggul yg tidak stabil indikasi fraktur pelvis,
miring pd panggul kemungkinan skoliosis, kaki yg tidak sama
panjang, atau kelemahan atau gangguan pada kaki.
Deviasi pada gluteal mungkin atropi otot, trauma, tumor atau kaki
yg tdk panjang.
Pemeriksaan Fisik

8. Ekstremitas bawah dan panggul


Inspeksi dari depan pinggul lihat ujung iliaka yg sejajar
dgn iliaka sebelahnya saat berdiri, palpasi pinggul
akan stabilannya dimana tidak ditemukan nassa
terutama pembesaran limfe node dan massa yang
dapat dilihat. Bila ditemukan pembesaran limfe node
kemungkinan infeksi ekstremitas bawah atau penyakit
keganasan.
Utk tentukan (ROM) anjurkan pasien tidur telentang
lalu angkat kaki dgn lutut ekstensi (pinggul fleksi N
90o), anjurkan utk lakukan abduksi & adduksi dgn
beberapa derajat sesuai kemampuan pasien
Tidur tengkurap, anjurkan utk angkat kaki lurus
melewati badan (N 25-30o). Bila tdk dpt lakukan
secara penuh mungkin osteoporosis, arthritis,
trauma.
Pemeriksaan Fisik

8. Ekstremitas bawah dan panggul


Utk ukur kekuatan otot maka anjurkan pasien dgn kaki
berjuntai lalu fleksi & diangkat lalu pemeriksa menekan
bagian atas lutut
Anjurkan pasien utk tidur tengkurap & tangan
diletakkan diatas panggul lalu pemeriksa tekan bawah
gluteal & anjurkan pasien utk angkat pahanya.
Utk tentukan kemungkinan congenital hip displasia
dilakukan tes Trendelenburg dimana anjurkan pasien
untuk berdiri kemudian salah satu kaki diangkat dan
ditekuk.
Normalnya pelvis bagian kaki yang diangkat ikut naik
sedangkan pada congenital hip dysplasia pelvis tetap
pada tingkat yang sama atau menurun.
Pemeriksaan Diagnostik
Sinar X. Sinar x standar akan tampakan perubhn
struktural atau fungsional pd tulang & sendi yg
secara umum digunakan utk nilai masalah atau
penyakit muskuloskeletal. Biasanya dua tampilan
yaitu anteropoaterior (AP) dan lateral (Lat).
Arthrography. Arthrography berikan visualisasi
radiografik setelah udara & media kontras
dimasukan ke sendi, utk lihat ligament (ikatan
sendi) & kartilago (tulang rawan) yg tdk bisa
tervisualisasikan dgn gunakan sinar x saja.
Pemeriksaan Diagnostik

Myelography. Tes ini utk evaluasi kerusakan jar


chorda spinalis dan ujungujung syaraf. Cakup
pemeriksaan fluoroskopi ruangan subarachnoid
stlh dilakukan injeksi dgn media kontras .
Scan tulang. Berikan tampilan gambar system tul
setelah injeksi radioactive tracer. Tes bantu
identifikasi pd titik langsung dimana terjadi
peningkatan metabolisme & juga utk deteksi
peny keganasan, trauma, masalah degeneratif
dan osteomyelitis.
Pemeriksaan Diagnostik

Scan computed tomography (scan CT). Berikan gambar


irisan melintang jar lunak & tul yg alami abnormal. Dengan
CT Scan terjaga paparan radiasi sampai tingkat minimum
pd pasien & tdk butuh manipulasi tambahan pd pasien
(merupakan bahan pertimbangan terhdp korban trauma).
Magnetic Resonance Imaging (MRI). MRI menyediakan
gambar sensitif yg dpt bedakan antara jaringan solid,
lemak, darah & tulang. Khususnya diagnosa lesi spinal yg
alami demyelinasi, tumor, penyakit discus, &
osteomyelitis.
Pemeriksaan Diagnostik

Arthroscopi. akan memvisualisasikan sendi secara


langsung dengan menggunakan arthroscope yang
dimasukkan kedalam sayatan. Alat ini digunakan
khususnya untuk mengevaluasi dan memperbaiki
penyakit di lutut.
Elektromyography. Mengukur potensi kerja otot
dalam menghasikan arus listrik.
Alat ini digunakan khusus untuk mendiagnosa
distrofi otot dan penyakit motor neuron.
Pemeriksaan Diagnostik

Analisis Cairan Synovial . Sebagian dari synovial


diambil dengan jarum berlobang besar yang
dimasukan kedalam kapsul sendi. Cairan tersebut
kemudian dianalisa terhadap penyakit-penyakit
sendi yaitu sepsis, perdarahan, inflamasi dan
noninflammasi.
Biopsy. Pada biopsy, sebagian dari tulang atau
jaringan diambil untuk pemeriksaan histologis . hal
ini biasanya dilakukan setelah diperoleh hasil dari
CT scan, bone scan atau sinar-x yang abnormal
atau yang tidak bisa disimpulkan. biopsi dapat
membantu membedakan antara lesi yang jinak dan
yang ganas.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai