Anda di halaman 1dari 19

REFERAT

“KEPUTIHAN”
Sultan Bahrain Nur Jusuf (1102017224)

Pembimbing : dr. Ronny, Sp.OG


PENDAHULUAN
• Masalah keputihan adalah masalah yang sejak lama menjadi persoalan bagi kaum wanita.
• Tidak banyak yang tahu apa itu keputihan dan terkadang menganggap remeh masalah keputihan ini.
• Keputihan adalah istilah keluarnya cairan dari genitalia seorang wanita yang bukan darah.
• Sekitar 90% remaja putri di Indonesia berpotensi mengalami keputihan karena Indonesia adalah daerah
yang beriklim tropis, sehingga jamur, virus dan bakteri mudah tumbuh dan berkembang yang
mengakibatkan banyaknya kasus keputihan pada remaja putri Indonesia.
DEFINISI
Keputihan (fluor albus, white discharge, leucorrhea) adalah keluarnya cairan
selain darah dari dalam vagina, dapat berupa lendir putih, kekuningan, kelabu,
maupun kehijauan.

kondisi fisiologis maupun


patologis
EPIDEMIOLOGI
Secara Global
Kejadian keputihan
mencapai 75%

Indonesia
Kejadian keputihan pada wanita
mencapai 70% termasuk ibu
hamil

Dan sekitar 90% remaja putri


berpotensi mengalami
keputihan
ETIOLOGI
FISIOLOGIS
(Proses alami tubuh)
• Pengaruh hormon estrogen dan progesteron yang dihasilkan selama
ovulasi
• Terjadi peningkatan vaskularisasi dari endometrium sehingga menjadi
lebih sembab
• Kelenjar di endometrium menjadi berliku-liku sehingga mensekresikan
cairan jernih.
• Hormon estrogen & progesteron lendir serviks menjadi cair
sehingga timbul flour albus.
Ciri-ciri flour albus fisiologis :
• Cairan berwarna jernih atau
kadang putih kental
• Tidak berbau
• Tidak disertai nyeri, rasa gatal
& rasa terbakar
• Jumlah yang keluar sedikit
ETIOLOGI
PATOLOGIS
Infeksi organisme patogen
(Trichomonas vaginalis, Candida sp,
gardnella sp & Neisseria
Gonorrhoeae)

Ciri-ciri flour albus patologis :


Terdapat banyak leukosit, jumlahnya banyak, timbul terus
menerus, warnanya berubah (biasanya kuning, hijau, abu-abu,
dan menyerupai susu), disertai dengan keluhan (gatal, panas,
dan nyeri) serta berbau (apek, amis, dan busuk).
FAKTOR RISIKO

01. Kelelahan fisik 02. Ketegangan psikis

03. Kebersihan diri


MANIFESTASI KLINIS

Kandidosis Vulvovaginalis
Sekitar 60% menyerang wanita, rasa gatal, disuria
Vaginosis bakterialis eksternal, dan dispareunia superfisial. Duh tubuh
Pada 50% kasus bersifat asimtomatik, berwarna putih susu dan bergumpal-gumpal, eritema
duh tubuh vagina berwarna putih keabu- dan edema pada vagina serta vulva.
abuan, cair, banyak, dan berbau amis.
MANIFESTASI KLINIS

Trikomoniasis
Sekitar 10-50% bersifat asimtomatik, rasa gatal,
disuria, duh tubuh vagina berwarna putih kekuningan
dan berbusa, serta gambaran strawberry cervix pada
pemeriksaan dengan spekulum.
MANIFESTASI KLINIS

Gonokokus
Pada infeksi karena Gonokokus, kelainan dapat ditemui adalah orifisium uretra
eksternum merah, edema, dan sekret yang mukopurulen, labia mayora dapat
bengkak, merah dan nyeri tekan. Kadang-kadang kelenjar bartholini ikut
meradang dan terasa nyeri waktu berjalan atau duduk. Pada pemeriksaan
melalui spekulum terlihat serviks merah dengan erosi dan sekret mukopurulen.
MANIFESTASI KLINIS

Chlamydia
Pada infeksi klamidia biasanya tidak bergejala. Sekret vagina yang
berwarna kuning seperti pus. Sering kencing dan terdapat
perdarahan vagina yang abnormal.
DIAGNOSIS
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan Penunjang
• Pengukuran pH
• Penilaian sediaan basah (KOH 10% & NaCL 0,9%)
• Pewarnaan gram
• Test pap smear
PENATALAKSAAN
• Fisiologi : Tidak ada pengobatan khusus, penderita diberi edukasi untuk menghilangkan
kecemasannya.
• Patologis : terapi keputihan disesuaikan dengan etiologinya.

Regimen alternatif:
• Metronidazol 2 g per oral dosis
BV :
tunggal
• Metronidazol 400-500 mg per oral 2x
• Tinidazol 2 g secara oral dalam dosis
sehari selama 5-7 hari
tunggal
• Gel metronidazol intravaginal (0,75%)
• Tinidazol 1 g per oral selama 5 hari
sekali sehari selama 5 hari
• Klindamisin 300 mg per oral 2x
• Krim klindamisin intravaginal (2%) sekali
sehari selama 7 hari
sehari selama 7 hari
• Dequalinium chloride 10 mg tablet
vagina 1 hari selama 6 hari
PENATALAKSANAAN Kandidosis Vagina :
• Flukonazol 150 mg sebagai
dosis tunggal
• Itrakonazol 200 mg 2x sehari
Vaginitis Aerobik :
• Krim klindamisin 2% 5 g intravaginal selama 7-21 selama 1 hari
• Perawatan intravaginal
hari.
• Penggunaan kombinasi klindamisin intravaginal meliputi:
• Klotrimazol tablet vagina 500
dan steroid intravaginal. misalnya hidrokortison
mg sebagai dosis tunggal atau
300-500mg intravaginal selama 7-21 hari
• Dalam kasus dengan komponen atrofi yang 200 mg sekali sehari selama 3
hari
signifikan, estrogen lokal dapat ditambahkan
• Miconazole vaginal ovule 1200
mg sebagai dosis tunggal atau
400 mg sekali sehari selama 3
hari
• Econazole vaginal pessary 150
mg sebagai dosis tunggal
PENATALAKSANAAN
Trikomoniasis Vaginalis :
• Metronidazol 400-500 mg per oral 2x sehari
selama 5-7 hari
• Metronidazol 2 g per oral dosis tunggal
• Tinidazol 2 g secara oral dalam dosis
tunggal

Neisseria Gonorrheae
• Cefixime 1 x 400mg dosis tunggal/oral
Pengobatan lain
• Kanamisin 2g im dosis tunggal, atau
• Ceftriaxone 250mg, im dosis tunggal
PENATALAKSANAAN
Chlamydia Trachomatis
• Doxyxycline 100mg 2x/hari per oral selama 7
hari
Regimen alternatif :
• Azithromycin 1g dosis tunggal
• Levofloxacin 500mg 1x sehari per oral selama Edukasi :
7 hari • Menjaga kebersihan alat kelamin
• Menjaga kebersihan pakaian dalam
• Tidak bertukar handuk
• Menghindari penggunaan celana ketat
• Menghindari cuci vagina
• Mencuci tangan sebelum mencuci alat
kelamin
• Rutin mengganti pembalut
• Mengelola stress
KOMPLIKASI
• Keputihan patologis yang berlangung terus menerus akan menganggu fungsi organ
reproduksi wanita khususnya pada bagian saluran indung telur yang dapat
menyebabkan infertilitas.

• Pada ibu hamil dapat menyebabkan keguguran, Kematian Janin dalam Kandungan
(KJDK), kelainan kongenital, lahir premature.
DAFTAR PUSTAKA
1. Centers for Disease Control and Prevention. (2015). Vulvovaginal Candidiasis. Available at https://www.cdc.gov.
2. Sunarti. Perbedaan Perilaku Remaja Putri dalam Mencegah Keputihan Sebelum dan Sesudah Diterapkan Metode Think Pair Share di
Pondok Pesantren As-Salafi Susukan Semarang Semarang: STIKES Ngudi Waluyo Ungaran 2015.
3. Kusmiran, Eny. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika;2012.
4. Abid, M., Jyoti, Kumar, K., Khan, R., Ali, S., Chandra, P., Rani, R., & Khan, N.A. (2016). Assessment of Leucorrhea diseases in
female students.Journal of Scientific and Innovative Research. 5(4), April, pp. 116–118. https://jsirjournal.com
5. Momodu I., Omisi G. (2016). Impact Of Shared Sanitation Toilets On Candidiasis Infection Among Females In Auchi Community, Edo
State, Nigeria.Thesis.Ghana : Kwame Nkrumah University of Science and Technology.https://datad.aau.org
6. Murtiastutik, D. (2008). Infeksi Menular Seksual. Edisi pertama. Surabaya: Airlangga University Press
7. Prianti, T., Husnul, K., Yulia, T., (2021). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Flour Albus pada Ibu Hamil. Journal of Midwifery
Science and Women’s Health. 1(2), Mei, pp.64-69.
8. Marhaeni, G. A., (2016). Keputihan pada wanita. Jurnal Skala Husada. 13(1), April, pp. 30–38.
9. Eldith, H., Adinta, A., (2020). Characteristics of Pathological Fluor Albus on Outpatient in Permata Serdang Mother and Child Hospital Year
2019. MMJ. 1(2), November, pp.57-62
10. Sherrald, J., Janet., Gilbert, D., et al. (2018). 2018 European (IUSTI/WHO) International Union against sexually transmitted infections
(IUSTI) World Health Organisation (WHO) guideline on the management of vaginal discharge. International Journal of STD & AIDS. 29(13),
Juni, pp.1258-1272.
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai