Candidiasis
Oropageal Esophageal
4
EPIDEMIOLOGI
Meningkat pada usia 20thn s/d 30 Bayi, Orangtua dan yang Bayi, Orangtua dan yang
– 40 imunitas rendah imunitas rendah
Wanita Kulit Hitam (62,8%) wanita Pasien terinfeksi HIV Pasien terinfeksi HIV
kulit putih (55%)
Masa subur > Menopause Pasien rawat inap (lanut 37% pemakaian
usia) kortekosteroid inhalasi / DM
5
ETIOLOGI
Candida Ablican
Non Ablican :
C. Galabrata
C. Tropicalis
C. Parapsilosis
C. Krusei
6
Perbedaan VVC Komplikasi dan
Non Komplikasi
VVC Komplikasi VVC Non-komplikasi
Menyebabkan gejala ringan sampai
Terjadi pada wanita penderita gejala berat
diabetes
Penggunaan immunosupresan
Infeksi HIV, DM
10
MANIFESTASI
KLINIK V V C
Gejala Tanda-tanda
11
MANIFESTASI KLINIK CANDIDIASIS OROFARING
Gejala Tanda-tanda
12
MANIFESTASI KLINIK CANDIDIASIS ESOFARING
Gejala Tanda-tanda
• Demam • Demam
• Nyeri saat menelan • Plak putih yang
• Nyeri retrospinal (dada hiperemik atau edema
bagian tangah) • Ulserasi esofagus
(penipisan ulkus pada
esofagus)
• Penyempitan lumen
13
Diagnosis dan Terapi Vulvo
Vaginal Candidiasis (non
Komplikasi)
DIAGNOSIS
• Krim Butoconazole 2%, 5 g secara • Krim Butoconazole 2% , 5 g secara • Suppositoria vagina asam borat 600
intravagina sebagai penggunaan intravagina untuk 3 malam mg, satu suppositoria secara
tunggal • Ovula Clotrimazole 100 mg, dua intravagina 2 x 1 hari selama 14
• Fluconazole 150 mg, 1 tablet oral tablet untuk 3 malam hari
dosis tunggal • Suppositoria vagina Miconazole 200 • Krim Clotrimazole 1%, 5 g secara
• Salep Tioconazole 6.5% , 5 g secara mg, satu suppositoria selama intravagina selama 7–14 malam
intravagina sebagai penggunaan (untuk) 3 malam • ovula Clotrimazole 100 mg, satu
tunggal • Krim Terconazole 0.8%, 5 g secara tablet selama 7 malam
intravagina untuk 3 malam • Krim Miconazole 2%, 5 g secara
• Suppositoria vagina Terconazole 80 intravagina selama 7 malam
mg, satu suppositoria untuk 3 • Suppositoria vagina Miconazole 100
malam mg, satu suppositoria selama 7
malam
• Ovula Nystatin 100,000-unit, satu
tablet selama 14 malam
• Krim Terconazole 0.4%, 5 g secara
intravaginal selama 7 malam
16
Terpi VVC Kekambuhan dan TATA
LAKSANA TERAPI PEMELIHARAAN
(SUPRESIF) VVC
TATA LAKSANA VVC KEKAMBUHAN
18
TATA LAKSANA TERAPI PEMERIHARAAN (SUPRESIF) VVC
Rekomendasi
Harian Mingguan Bulanan
CDC
• Oral flukonazole • Asam borat 600 • Clotrimazole • Fluconazole 150
100mg, 150mg, mg pada kapsul 500 mg mg secara oral
200mg seminggu gelatin vagina suppositoria 1 x 1 bulan
1x selama 6 setiap hari vagina 1 x 1 • Itraconazole
bulan selama minggu 400 mg secara
menstruasi (5 • Fluconazole 100 oral 1 x 1 bulan
hari) atau 150 mg
• Itraconazole secara oral 1 x
100 mg secara 1 minggu
oral 1 x 1 hari • Krim
• Ketoconazole Terconazole
100 mg secara 0.8%, 5 g pada
oral 1 x 1 hari vagina 1 x 1
minggu 19
TATA LAKSANA TERAPI VVC
KOMPLIKASI / NON ALBICAN
TATA LAKSANA TERAPI VVC KOMPLIKASI / NON ALBICAN
21
Infeksi Mikosis Superficial
Definisi, Jenis dan etiologinya
DEFINISI
Tinea
Cruris
Tinea Tinea
Pedis Corporis
Infeksi
Tinea
Microsporum
ETIOLOGI
Trichophyton
Epidemiologinya dan factor
resikonya
INFEKSI TINEA merupakan penyakit kedua yang sering di laporkan setelah jerawat yang
paling umum adalah Tinea Pedis menyerang > 25 juta manusia di amerika serikat/tahun
FAKTOR RESIKO
▪ Penggunaan pakaian basah yang lama
▪ Peningkatan lapisan kulit
▪ Gaya hidup sedentary
▪ Iklim yang lembab
▪ Penggunaan kolam renang umum
▪ Tidak menggunkan alas kaki
▪ Trauma kulit
▪ Nutrisi yang kurang baik
▪ Diabetes miletus
▪ immonocompromais
Patofisiologi Tinea infections dan
ONYCHOMYCOSIS
PATOFISIOLOGI
TINEA
INFECTIONS
Penularan utama : kontak langsung
dengan orang /permukaan yang
membawa dermatophyta
Inflamasi
TINEA BARBAE
Infeksi yang menyerang pada bagian area jenggot
TINEA CAPITIS
Infeksi pada kepala dan kulit kepala
- Kulit kepala bersisik, bintil yang disertai bercak,
ONYCHOMYCOSIS
pada bagian kepala Infeksi yang menyerang pada plat kuku atau bagian bawah kuku
- Banyak di temukan pada anak, bayi dan remaja - Kuku terjadi buram, tebal, kasar, kuning/kecoklatan dan rapuh
- Dapat di tularkan dari orang ke orang atau hewan - Lebih banyak menyerang kuku pada kaki di banding pada tangan
ke orang - Prevalensi meningkat seiring dengan usia nlanjut
TINEA PEDIS TINEA UNGUIUM TINEA KORPORIS TINEA KAPITIS
Pemeriksaan mikroskopik
Kultur jamur
KELOMPOK AZOLE
GOLONGAN
OBAT
ANTIJAMUR
KELOMPOK ALLILAMIN
KELOMPOK GRISEOFULVIN
KELOMPOK FLUSITOSIN
Farmakologi
Bila infeksi meluas ke tubuh,
INFEKSI TINEA infeksi melibatkan kuku atau
rambut, infeksi kronis/infeksi
yang tidak responsif terhadap
Anti jamur topical anti jamur topikal
• Bufenafine
• Ciklopiroe
• Clotrimozole
• Econazole Jika infeksi
• Efinaconazole dengan
• Haloprogin
inflamasi
• Ketoconazole
• Miconazole
kombinasi Terapi sistemik
• Naftifine dengan topical • Flukonazole ( 150mg/week – 6mg/kg/week)
• Nistatin steroid • Griseofulvin (0.5-1g/day – 10-20mg/kg/day)
• Oxiconazole • Itrakonazole (2x200mg – tidak ada)
• Sertaconazole • Ketokonazole (200-400mg/day – 3.3-
• Sulconazole
• Terbinafine
6.6mg/kg/day)
• Tolnaftate • Terbinafin (250mg/day -- <25kg : 125mg/day; 25-
35kg : 187.5mg/kg/day)
Pemilihan anti jamur topikal didasarkan pada tipe lesi dan lokasi infeksi
Terapi oral
(first line)
Itraconazole 2x200 mg/ minggu untuk 1 bulan
1x200 mg/minggu untuk 3 bulan
Transplantasi
Gejala-gejala reumatologis seperti artritis yang parah, perikarditis, dan erythema nodosum dapat ditemukan pada 10% hingga 30%
pasien dengan jamur endemik.
Diseminasi di luar paru-paru sering terjadi pada pasien dengan kekebalan seluler yang ditekan dan sering menghasilkan tanda-
tanda infeksi yang berkembang.
Lesi ulseratif oral dan kutaneus juga dapat timbul dengan infeksi jamur endemik.
Lesi kulit verukosa (seperti kutil) pada daerah yang terpapar sinar matahari pada wajah sangat sugestif untuk terjadinya
blastomikosis dan sering keliru untuk keganasan kulit.
Hepatomegali, splenomegali, dan insufisiensi adrenal juga dapat terjadi dengan penyebaran jamur endemik ke organ-organ
internal ini.
Kejang, tanda meningeal, dan hidrosefalus adalah temuan umum dengan penyebaran infeksi ke SSP dan menunjukkan prognosis yang
sangat buruk dalam pengaturan coccidioidomycosis diseminata.
Candidiasis
Manifestasi klinik
• Voriconazol IV
• Demam 6mg/kg lalu 4
Diagnosa • Muyeri dada mg/kg; oral 4 mg/kg
pleuritik • Lipid amphoterisin B
• Histopatologi : hifa 2-4 micron,
jarang ada spora • Echinocandin
• batuk, • Posaconazol IV
• Test diagnostic galactomannan 300mg; oral 300mg
dengan enzim immunosorbent • Hemoptisis 2x1; suspense 200
assay (EIA)
• Tanda neurologic mg
• Kombinasi terapi
Histoplasmosis
Tatalaksana pengobatan
• Paru akut :
1. Itrakonazol 200 mg/hari
2. Difus paru : Ampoterisin B
Diagnosa 3-5 mg/kg/hari lalu
Hitopatologi : Manifestasi klinik Itraconazole 200 mg 2x1
3. Komplikasi :
• sel tunggal, seperti ragi 2 sampai • Paru akut (flu, Metylprednisolon
5 mikron dengan tunas berbasis demam,
sempit menggigil, sakit • Paru kronis :
• Kultur specimen (darah, sputum, kepala, myalgia, 1. Ampoterisin B 0,3-0,5
sumsum tulang belakang) selama batuk mg/kg
14-21 day nonproduktif) 2. Peradangan : NSAID
3. Granulouma : Ampoterisin
Serologis : • Paru kronis B 40-50 mg dengan
• Menggunakan CF, ID dan LA (peradangan , Itraconazole 400 mg.
• Pada pasien HIV menggunakan
granuloma, 4. Fibrosis : Itraconazonazol
ELISA (specimen darah, urine atau fibrosis) 200 mg dua kali sehari
CSF)-> HPA (histoplasma
polisakarida antigen)
Blastomycosis
• Simpotamis:
1. fluconazole lalu
amphotericin B
2. Itraconazol
Diagnosa 3. Fluconazol +
• Kultur darah, CSF, cairan atau flucitocyn
jaringan • Non AIDS :
Manifestasi klinik 1. Ampoterisin B IV
• Tes antigen + > 1:4 (infeksi +flusitosin
• Penyakit paru simptomatis (batuk,
kriptococus) rales dan sesak nafas)
2. Lipid ampoterisin B IV
• AIDS :
• Pada pasien AIDS titer > 1:2048 • Pasien non AIDS (meningitis 1. Flukonazol 200-400 mg
kriptococal tidak spesifik) 2. Itrakonazol 200mg
• Pasien AIDS (deman dan sakit 3. Amfoterisin B IV
kepala) 1mg/kg