P2A0 PARTUS 01
PREMATURUS DENGAN 02
ANEMIA RINGAN
03
TIARA SUGIRAHMAH AULIYAH - 1102017231
04
Tinjauan Pustaka
01 Persalinan Prematur
Anemia dalam Kehamilan
01
02 Laporan Kasus 02
04 03
03 Analisa Kasus
04
2022
01 01
03
02
Tinjauan Pustaka
03
04
01
Persalinan
Prematur 02
03
04
Definisi
ACOG 01
■ persalinan yang berlangsung pada umur kehamilan 20-37 minggu dihitung
dari hari pertama haid terakhir
02
WHO
■ persalinan dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau berat janin
kurang dari 2500 gram
03
Himpunan Kedokteran Fetomaternal POGI (2005)
■ persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi pada usia kehamilan 22-37 minggu
04
Saifuddin A, Rcahimhadhi, T. et al. 2020. Persalinan Preterm. Ilmu Kebidanan Sarwono Edisi Keempat. Jakarta
Pribadi A, Permadi W, dkk. 2021. Obstetri Patologi. Edisi 4. FK UNPAD.
EPIDEMIOLOGI
Penyebab utama mortalitas dan morbiditas perinatal dan neonatal secara global
01
Amerika Serikat 8-10%
Indonesia 16-18% dari semua kelahiran hidup
02
Ibu yang pernah melahirkan bayi prematur berisiko 20-30% melahirkan bayi
prematur kembali pada kehamilan berikutnya
03
Umur kehamilan dan berat bayi lahir saling berkaitan dengan risiko kematian perinatal
• 32 minggu dengan berat bayi > 1500gr keberhasilan hidup sebesar 85%.
• < 32 mingu dengan berat lahir < 1.500gr keberhasilan hidup hanya sekitar 52%. 04
Johanes C,et all. Panduan Pengelolaan Persalinan Preterm Nasional. POGI, 2011. Bandung
Surya, Raymond., Pudyasturi, Sri. 2019. Vol 46. Persalinan preterm. CDK edisi suplemen-1: Hal 28-31.
Pribadi A, Permadi W, dkk. 2021. Obstetri Patologi. Edisi 4. FK UNPAD.
Faktor Risiko
Karakteristik Komplikasi Distensi uterus
pasien kehamilan berlebihan 01
■ Status ekonomi ■ ISK asimptomatis, ■ Kehamilan multiple
Ras pielonefritis Hidramnion
■
■ Umur Ibu ■ Penyakit ibu:
■
■ Diabetes 02
■ Riwayat persalinan - Hipertensi dalam ■ HAP
preterm kehamilan ■ Tindakan
Pekerjaan dan aktivitas - Asma pembedahan selama
■
■ Merokok - Hipertiroidisme kehamilan 03
■ Jarak antar kehamilan - Penyakit jantung ■ Infeksi pada ibu
■ Kehamilan dengan IVF - Anemia (malaria, TB, hepatitis)
■ Penggunaan obat bius ■ Kehamilan akibat
atau cocaine kegagalan IUD 04
Irwinda Rima. et all. Panduan Persalinan Preterm. POGI, 2019. Jakarta.
Pribadi A, Permadi W, dkk. 2021. Obstetri Patologi. Edisi 4. FK UNPAD.
Etiologi
01
Idiopatik (50%)
04
Saifuddin A, Rcahimhadhi, T. et al. 2020. Persalinan Preterm. Ilmu Kebidanan Sarwono Edisi Keempat. Jakarta
Cunningham G. F., Kenneth J., Leveno Steven L,. Hauth C John,. III Gilstrap Larry,. Wenstrom D Katharine. 2018. William Obstetrics 25th edition. USA: McGraw-Hill.
Johanes C,et all. Panduan Pengelolaan Persalinan Preterm Nasional . POGI, 2011. Bandung
Klasifikasi
Menurut usia kehamilan Menurut BB Bayi
Extremely preterm (< 28 minggu) Low Birth Weight ( < 2500 gram)
01
02
Very preterm (28 – 31 minggu) Very Low Birth Weight
(<1500gram)
03
Moderate to late preterm (32 – 36 Extremely Low Birth Weight
minggu) (<1000 gram)
04
Irwinda Rima. et all. Panduan Persalinan Preterm. POGI, 2019. Jakarta.
PATOFISIOLOGI
01
02
03
04
Saifuddin A, Rcahimhadhi, T. et al. 2020. Persalinan Preterm. Ilmu Kebidanan Sarwono Edisi Keempat. Jakarta
Pribadi A, Permadi W, dkk. 2021. Obstetri Patologi. Edisi 4. FK UNPAD.
01
SKORING
CREASY 02
• 1 – 5 = risiko rendah
• 6 – 9 = risiko sedang
• >10 = risiko tinggi 03
04
Johanes C,et all. Panduan Pengelolaan Persalinan Preterm Nasional . POGI, 2011. Bandung
Kontrakasi yang berulang sedikitnya 7-8 menit sekali, atau 2-3 kali dalam 10 menit
Kriteria diagnosis Adanya nyeri pada punggung sebelah bawah
Perdarahan bercak
Penipisan 50 – 80 %
02
Presentasi janin rendah, sampai mencapai spina ischiadika
03
Selaput ketuban pecah dapat merupakan tanda awal terjadinya persalinan
(kontraksi) atau sebaliknya
03
04
Irwinda Rima. et all. Panduan Persalinan Preterm. POGI, 2019. Jakarta.
Tatalaksana 01
persalinan preterm
(tanpa ketuban 02
pecah)
(diadaptasi dari Armson BA. Pretem Labour. In: Berghela V, editor.
Obstetrics Evidence Based Guidelines. Maternal Fetal Medicine. 3
ed. Philadelphia: CRC Press; 2017. p. 214 dan ACOG Committee
Opinion No. 713: Antenatal Corticosteroid Therapy for Fetal
Maturation. Obstetrics and gynecology. 2017;130(2):102-9)
03
04
Irwinda Rima. et all. Panduan Persalinan Preterm. POGI, 2019. Jakarta.
Tatalaksana 01
persalinan preterm
dengan ketuban 02
pecah
(diadaptasi dari Locatelli A and Consonni S. Pretem Premature
Rupture of Membrane. In: Berghela V, editor. Obstetrics Evidence
Based Guidelines. Maternal Fetal Medicine. 3 ed. Philadelphia: CRC
Press; 2017. p. 228)
03
04
Irwinda Rima. et all. Panduan Persalinan Preterm. POGI, 2019. Jakarta.
Rekomendasi ACOG
1. Kortikosteroid dosis tunggal untuk wanita 24-34 minggu dengan risiko persalinan dalam 7
hari
2. MgSO4 dapat menurunkan risiko serebral palsi pada bayi ketika dilahirkan sebelum usia
3.
32 minggu
Tokolitik lini pertama dengan terapi agonis beta adrenergic, calcium channel blocker,
01
NSAID untuk pemanjangan kehamilan hingga 48 jam (pemberian steroid antenatal)
4. Terapi maintenance dengan tokolitik untuk mencegah persalinan preterm dan
5.
meningkatkan luaran neonates tidak direkomendasikan
Pada wanita dengan rupture membrane atau kehamilan multiple yang berisiko akan lahir
02
dalam 7 hari, pemberian kortikosteroid dosis tunggal direkomendasikan pada kehamilan
24-34 minggu
6. Kortikosteroid dosis tunggal dapat dipertimbangkan sejak usia kehamilan 23 minggu pada
wanita hamil dengan risiko persalinan preterm yang akan lahir dalam 7 hari tanpa
03
mempertimbangkan status membrane
7. Pemberian ulang kortikosteroid tunggal pada wanita dengan kehamilan kurang dari 34
minggu yang berisiko lahir dalam 7 hari ke depan dan telah mendapat kortikosteroid lebih
dari 14 hari sebelumnya.
04
Simhan, N. 2016. Practice Bulletin Summary Management of Preterm Labor . The American College of Obstercians and Gynecologist. Vol 128 no 4.
01
Tokolitik 02
03
04
Irwinda Rima. et all. Panduan Persalinan Preterm. POGI, 2019. Jakarta.
Betametason : 2 x 12 mg i.m dengan jarak
02
03
Antibiotik
04
Irwinda Rima. et all. Panduan Persalinan Preterm. POGI, 2019. Jakarta.
01
Pencegahan
Persalinan Preterm 02
(diadaptasi dari Suhag A. Preterm birth prevention in asymptomatic women. In: Berghela V, editor.
Obstetrics Evidence Based Guidelines. Maternal Fetal Medicine. 3 ed. Philadelphia: CRC Press; 2017. p.
193-212, ACOG Practice Bulletin No. 130: Prediction and Prevention of Preterm Birth. Obstetrics and
gynecology. 2012;120(4), ACOG Practice Bulletin No.142: Cerclage for the management of cervical
03
insufficiency. Obstetrics and gynecology. 2014;123(2 Pt 1):372-9 dan NICE Guideline 25: Preterm labour
and birth. 2015)
04
Irwinda Rima. et all. Panduan Persalinan Preterm. POGI, 2019. Jakarta.
PROGNOSIS
01
Persalinan premature dan kelahiran bayi berat lahir rendah menyebabkan mortalitas dan
mobiditas perinatal yang tinggi. Namun, dengan NICU, tingkat kelangsungan hidup bayi
dengan berat antara 1.000 - 1.500 gram lebih dari 90%. Dengan penggunaan surfaktan,
02
angka kelangsungan hidup bayi lahir usia kehamilan 26 minggu sekitar 80%.
03
04
01
Anemia dalam
Kehamilan 02
03
04
Anemia merupakan keadaan tidak mencukupi eritrosit untuk
mengantarkan kebutuhan oksigen jaringan. Karena hal ini sulit diukur,
maka anemia didefinisikan sebagai rendahnya konsentrasi 01
hemoglobin (Hb), hitung eritrosit dan hematokrit dari nilai normal.
Hemoglobin ↓
02
Hematokrit ↓
Hitung Jenis Eritrosit ↓
03
MCV/MCH/MCHC Tidak berubah
Tabel 2.5 Normal perubahan hematologi maternal selama kehamilan
04
Wibowo, N., Irwinda, R., Hiksas, R. 2021. Anemia Defisiensi Besi pada Kehamilan. Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI.
WHO anemia pada kehamilan ditegakkan apabila kadar hemoglobin
(Hb) <11 gr/dL atau hematokrit (Ht) <33%, serta anemia pasca salin
apabila Hb <10 gr/dL.
Center for disease control and prevention kondisi dengan kadar Hb <
01
11 gr/dL pada trimester I dan III, Hb <10,5 gr/dL pada trimester II, serta
<10 gr/dL pada pasca salin.
02
Hb (gr/dL) Eritrosit (x1012/L) Ht(%)
Wanita dewasa 11,7 – 15,7 3,8 – 5,2 36 – 46 03
Wanita hamil >11 3,42 – 4,55 >33
Wanita pasca salin >10 3,42 – 4,55
Tabel 2.6 Nilai normal Hb, eritrosit dan hematokrit
>30
04
Wibowo, N., Irwinda, R., Hiksas, R. 2021. Anemia Defisiensi Besi pada Kehamilan. Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI.
Kehamilan mengakibatkan perubahan fisiologis ibu sehingga 01
meningkatkan risiko anemia, dimana paling rentan dimulai pada usia
02
kehamilan sekitar 20-24 minggu. Dari berbagai tipe anemia dalam
Diabetes Gestasional
02
Kehamilan multiple
Kehamilan remaja 03
Infeksi dan inflamasi dalam kehamilan
04
Wibowo, N., Irwinda, R., Hiksas, R. 2021. Anemia Defisiensi Besi pada Kehamilan. Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI.
01
Klasifikasi
02
Anemia
03
04
Wibowo, N., Irwinda, R., Hiksas, R. 2021. Anemia Defisiensi Besi pada Kehamilan. Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI.
Diagnosis
01
02
03
04
Wibowo, N., Irwinda, R., Hiksas, R. 2021. Anemia Defisiensi Besi pada Kehamilan. Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI.
Diagnosis Anemia Defisiensi Besi
dalam Kehamilan
(menggunakan RDW) 01
02
03
04
Wibowo, N., Irwinda, R., Hiksas, R. 2021. Anemia Defisiensi Besi pada Kehamilan. Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI.
TATALAKSANA
• Apabila diagnosis anemia telah ditegakkan lakukan pemeriksaan apusan darah
tepi untuk melihat morfologi sel darah merah
• Bila pemeriksaan apusan darah tepi tidak tersedia berikan suplementasi besi
dan asam folat.
01
Tablet yang tersedia di Puskesmas :
02
Umum
tablet penambah darah 60 mg besi elemental dan 250 mcg asam folat.
04
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Ed 1. Jakarta: KEMENKES RI.
TATALAKSANA
• Bila tersedia fasilitas pemeriksaan penunjang, tentukan penyebab anemia berdasarkan hasil
pemeriksaan darah perifer lengkap dan apusan darah tepi.
• Anemia mikrositik hipokrom dapat ditemukan pada keadaan:
a. Defisiensi besi: lakukan pemeriksaan ferritin. Apabila ditemukan kadar ferritin <15 ng/ml,
berikan terapi besi dengan dosis setara 180 mg besi elemental per hari. apabila kadar ferritin
01
normal, lakukan pemeriksaan SI dan TIBC
b. Thalassemia: perlu dilakukan tatalaksana bersama dokter spesialis penyakit dalam untuk
perawatan lebih spesifik.
02
Khusus
01
Transfusi untuk anemia dilakukan pada pasien dengan kondisi berikut:
02
Khusus
04
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Ed 1. Jakarta: KEMENKES RI.
KOMPLIKASI
01
02
03
01
02
03
04
Wibowo, N., Irwinda, R., Hiksas, R. 2021. Anemia Defisiensi Besi pada Kehamilan. Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI.
Komplikasi pada janin
01
02
03
04
Wibowo, N., Irwinda, R., Hiksas, R. 2021. Anemia Defisiensi Besi pada Kehamilan. Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI.
2022
01
02 Laporan Kasus 02
03
04
Identitas
Istri Suami
Nama
Umur
: Ny. E
: 32 th
Nama : Tn. O 01
Umur : 38 th
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Pekerjaan
Agama
: Wiraswasta
: Islam
02
Suku : Jawa Suku : Sunda
Golongan darah :- Golongan darah :-
03
Alamat : Kp. Penggilingan RT 010/007, Cakung, Bekasi
No.RM : 2136***
Tanggal Masuk : 3 September 2022 pukul 21.55 WIB
Tanggal Pemeriksaan: 3 September 2022 pukul 21.55 WIB
04
Anamnesis
Dilakukan autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 3 September 2022 pukul 21.55 WIB
Keluhan utama
01
Perut terasa mulas sejak pukul 14.00 WIB
tanggal 3 September 2022 02
Keluhan Tambahan 03
Keluar sedikit bercak kemerahan/flek
04
Riwayat Penyakit Sekarang
G2P1A0 dengan usia kehamilan
33-34 minggu
■ Perut terasa mulas sejak 7 jam SMRS
■ Keluar darah sedikit/flek 1 hari SMRS Mulas hilang timbul, namun semakin 01
intens disertai nyeri
■ Mulas 2-3 kali dalam 10 menit
■ Menyangkal keluar banyak darah disertai
cairan jernih dari jalan lahir
02
Gerakan janin masih aktif dirasakan
■ Riwayat berhubungan seksual dengan
suami 3 hari SMRS. 03
■ Mudah lelah dalam beraktivitas dan
mengurus anak yang masih berumur 5
Keluhan serupa pada kehamilan sebelumnya,
tahun dalam beberapa hari terakhir
riwayat trauma, demam, keputihan, nyeri BAK,
pusing, sesak, mata berkunang-kunang,
04
bengkak kedua tungkai disangkal
Riwayat Penyakit Dahulu
■ Keluhan serupa (-) ■ Penyakit jantung (-) ■ Penyakit diabetes (-)
01
■ Hipertensi (-) ■ Penyakit paru (-) ■ Penyakit ginjal (-)
02
Riwayat Penyakit Keluarga
03
■ Riwayat Hipertensi (+) ■ Riwayat Jantung (-) ■ Riwayat penyakit ginjal
pada ibu pasien ■ Riwayat penyakit paru (-)
■ Riwayat Diabetes (-) ■ Riwayat kelahiran
Mellitus (+) pada ayah
pasien
premature pada
keluarga (-)
04
Riwayat Riwayat Riwayat
kebiasaan Menstruasi Pernikahan
01
Haid Pertama: Usia
Pasien menyangkal • Menikah saat
15 tahun
adanya riwayat usia 22 tahun
merokok, konsumsi
Siklus haid : teratur,
tiap 1 bulan sekali • Menikah 1x
02
alkohol dan konsumsi (30 hari)
Lama hadi: 7 hari
zat-zat terlarang
Volume haid: 3-4 x
03
ganti pembalut (75 cc
/24 jam)
Keluhan (-) 04
Riwayat KB Riwayat Obstetri Riwayat ANC
• Jenis KB : Injeksi tiap 3 • Paritas : G2P1A0 Selama hamil pasien
bulan • HPHT : 25 - 12 – 2021 rutin setiap bulan ke 01
• Lama pemakaian: 1 tahun • HPL : 01 – 10 - 2022 bidan untuk
• Keluhan (-) Usia kehamilan: 33 - 34 melakukan
•
minggu pemeriksaan ANC.
02
Anak
No
Tahun
partus
Usia
kehamilan
Jenis
persalinan
Penolong Penyulit
JK BB
PB
Anak
sekarang
03
Pervagina 47
1. 2017 9 bulan
m
Bidan Lilitan L 2700 gram
cm
Baik
04
2. 2022 Hamil saat ini
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan umum
Keadan umum Tampak sakit ringan
01
Kesadaran composmentis
04
Status Obstetri
Pemeriksaan Luar
TFU : 23 cm 01
TBJ Klinis : (23-12) x 155 = 1.705 gram
Leopold I : Teraba bagian lunak, tidak melenting,
asimetris, kesan bokong 02
Palpasi Leopold II : Teraba lengkung kontinu pada bagian kiri
kesan punggung
Leopold III: Teraba bagian keras, bulat, simetris, 03
melenting, kesan kepala
Leopold IV: Bagian terbawah janin memasuki PAP
04
Status Obstetri 01
Pemeriksaan Luar
DJJ : 157 x/menit
Auskultasi 02
His : 2-3x10’ /15”
03
04
Status Obstetri
04
Pemeriksaan Penunjang
01
02
03
Fetal Heart Rate : 135 – 160 dpm 04
Basal Heart Rate : 136 dpm
Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium pada 3.09.22 pukul 23.57 WIB
Hasil Nilai Normal
Darah Lengkap
01
Hemoglobin 10.3 (L) 12 – 16 gr/dL
Hematokrit 32 (L) 38 – 47 % 02
Eritrosit 4.31 4.2 – 5.0 x 106 / mcL
Trombosit 320 150 – 450 x 103 /mcL
Leukosit 18.1 (H) 5.0 – 10.0 x 103 /mcL 03
MCV 73 (L) 80 – 96 fL
MCH 25 (L) 28 – 33 pg/mL
MCHC 34 33 – 63 gr/dL 04
Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium pada 3.09.22 pukul 23.57 WIB
Basofil
Hitung Jenis
0 0–1%
01
Eosinofil 1 1–6%
Neutrofil
Limfosit
89 (H)
7 (L)
50 – 70 %
20 – 40 %
02
NLR 12.71 (H) <= 5.80
Monosit 3 2–9%
LED 90 (H) <15 mm/jam
03
Golongan Darah + Rhesus
Golongan Darah B
04
Rhesus (+) Positif
Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium pada 3.09.22 pukul 23.57 WIB
Hemostasis
PT
PT (Kontrol)
9.0 (L)
11.1
10.3 – 12.9 detik
9.2 – 12.5 detik
01
APTT 32.1 25.8 – 33.7 detik
APTT (Kontrol) 33.7 28.4 -30.4 detik
Kimia Klinik 02
SGOT (AST) 13 <32 U/L
SGPT (ALT) 5 <31 U/L
Ureum
Ureum-Kreatinin
16 15 – 40 mg/dl
03
Kreatinin 0.6 0.51 – 0.95 mg/dl
eGFR 138.3 >60 ml/min/1.73 m2
04
GDS 114 80 – 170 mg/dl
Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium pada 3.09.22 pukul 23.57 WIB
01
Serologi
Anti HIV Non reaktif
HbsAg Non reaktif 02
Imunologi
COVAG Negatif 03
Antigen SARS COV-2
04
Resume
Ny. E, 32 tahun dengan G2P1A0 usia kehamilan 33-34 minggu datang ke IGD Kebidanan RSUD
Kab. Bekasi dengan keluhan perut mulas-mulas yang dirasakan sejak 7 jam SMRS. Pasien
merasakan mulas hilang timbul tetapi semakin lama dirasakan semakin sering disertai nyeri.
Mulas dirasakan oleh pasien 2-3 kali dalam waktu 10 menit. Keluhan lain yaitu terdapat sedikit
01
bercak kemerahan sejak 1 hari SMRS. Riwayat berhubungan badan dengan suami 3 hari SMRS.
Pasien mengaku dalam beberapa hari terakhir mudah lelah akibat mengurus keperluan rumah 02
tangga serta mengurus anak yang masih berusia 5 tahun. Gerakan janin masih dirasakan oleh
pasien, dengan DJJ 157x/menit. Pada pemeriksaan obstetric didapatkan pembesaran abdomen
(+) simetris, striae gravidarum (+), tinggi fundus 23 cm dan pemeriksaan leopold di dapatkan 03
bagian teratas bokong, punggung kiri, bagian terbawah kepala dan terdapat pembukaan 4cm.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan penurunan Hb (10.3), Ht (32), MCV (73), MCH (25)
dan peningkatan leukosit (18.1), neutrophil (89), LED (90).
04
Diagnosis Kerja
Ibu 01
G2P1A0 Gravida 33-34 minggu in partu Kala I Fase Aktif
dengan Prematur Kontraksi dengan Anemia Ringan 02
Janin 03
Janin tunggal hidup intrauterine, presentasi kepala,
DJJ 157x/menit regular 04
Tatalaksana
Medikamentosa 01
• IVFD Ringer Laktat 500 cc
• IV Terbutaline Sulfate 2 ampul (2x0,5mg) dalam RL 500
• IV Dexamethasone 10 mg/12 jam 02
• IV Ceftriaxone 3 x 1 gr
Non medikamentosa 03
• Observasi KU dan Tanda Vital Ibu
•
•
Observasi DJJ
Edukasi mengenai keadaan ibu dan janin
04
Prognosis
Ad vitam Dubia ad bonam
01
Ad functionam Dubia ad bonam 02
04
Follow up (5/09/22)
S Pasien P2A0 post partus pervaginam, nyeri luka jahitan perineum
O KU : Baik Kesadaran : Compos mentis TD : 120/60 mmHg
Suhu : 36,5oC HR : 82x/menit RR : 20x/menit
SpO2: 99% free air
Kepala
VAS :2
: Normocephal, Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-
01
Paru : Suara nafas vesikuler +/+, suara tambahan (-), Rhonki -/-. Wheezing -/-
Jantung : BJ I/BJ II reguler murni, suara BJ tambahan (-)
Payudara : Membesar (+), hiperpigmentasi areola (+), putting susu menonjol (+), Pengeluaran ASI (+) 02
Abdomen : linea nigra (+), striae gravidarum (+), TFU 2 jari dibawah umbilicus, kontraksi uterus baik
Ekstremitas : Akral hangat, edema -/-, CRT < 2 detik
Genitalia : Lochea rubra tidak berbau, ± 20 cc, luka laserasi (+) ruptur perineum grade I
Post Partum Pervaginam pada 4/09/2022 pukul 00.45 WIB
03
Jenis Kelamin: laki-laki
PB : 45 cm BBL : 2.050gr A/S : 8/9
Hasil Laboratorium:
Hb: 11.4 gr/dl Leukosit: 20.700
04
Follow up (5/09/22)
01
A P2A0 30 jam post partum pervaginam dengan persalinan prematur
04
Diagnosis Akhir
Ibu 01
P2A0 Post Partum Pervaginam dengan Persalinan
Preterm + Anemia Ringan
02
Janin 03
Neonatus Kurang Bulan Sesuai Masa Kehamilan
(NKB-SMK), BBLR 04
2022
03 01
03
02
Analisa Kasus
03
04
01
Bagaimana Penegakkan Diagnosis dan Tatalaksana pada
02
Persalinan Preterm?
03
04
Penegakkan Dagnostik
Teori : Kasus :
Tanda utama dari persalinan preterm adalah • Pasien G2P1A0 dengan usia kehamilan 33-34
adanya kontraksi yang disertai dengan
pembukaan dan penipisan serviks minggu dengan keluhan perut mulas-mulas
• Kontrakasi yang berulang sedikitnya 7-8 menit
sekali, atau 2-3 kali dalam 10 menit
yang dirasakan sejak 7 jam SMRS. 01
• Nyeri pada punggung sebelah bawah • Mulas hilang timbul tetapi semakin lama
• Perdarahan bercak dirasakan semakin sering disertai nyeri his
• Perasaan menekan pada daerah serviks
• Pemeriksaan serviks menunjukkan telah terjadi pasien 2-3 kali dalam waktu 10 menit selama 15 02
pembukaan sedikitnya 2 cm dan penipisan 50 detik
– 80 %
• Presentasi janin rendah, sampai mencapai • bercak kemerahan sejak 1 hari SMRS.
spina ischiadika
• Selaput ketuban pecah dapat merupakan
• tinggi fundus 23 cm dan pemeriksaan leopold 03
tanda awal terjadinya persalinan (kontraksi) di dapatkan bagian teratas bokong, punggung
atau sebaliknya kiri, bagian terbawah kepala dan terdapat
• Terjadi pada usia kehamilan 22 - 37 minggu.
pembukaan 4cm. 04
Teori : e) Antibiotik
a) Tirah Baring Antibiotik diberikan kehamilan mengandung risiko
b) Hidrasi dan Sedasi terjadinya infeksi seperti pada kasus KPD. Obat
c) Tokolitik diberikan peroral, yang dianjurkan adalah : eritromisin
Batas penggunaan obat tokolisis untuk mencegah 3 x 500 mg selama 3 hari. Obat pilihan lain adalah
●
persalinan preterm adalah 34 minggu. 5
Kalsium antagonis : Nifedipin 10 mg/ oral diulang 2-3
ampisilin 3 x 500 mg selama 3 hari atau dapat
menggunakan antibiotik lain seperti klindamisin. Tidak
01
kali/jam dianjurkan pemberian ko-amoksiklaf karena risiko NEC
● Magnesium sulfat : 4-6 gram/30 menit , kemudian 2- .
4 gram/jam (POGI, 2018) 02
● Golongan β2 sympathomimetics
d) Kortikosteroid, untuk pematangan surfaktan paru janin,
ACOG merekomendasikan pemberian pada usia kehamilan
24-34 minggu.
03
Betametason : 2 x 12 mg i.m dengan jarak pemberian
24 jam
Deksametason : 4 x 6 mg i.m dengan jarak pemberian 04
12 jam
Kasus :
1. IVFD Ringer Laktat 500 cc
2. IV Terbutaline Sulfate 2 ampul (2x0,5mg) dalam RL 500 ml
tatalaksana dimana pertama pasien diharuskan tirah baring, lalu pasien diberikan cairan
hidrasi melalu intravena yaitu infus RL yang dikombinasikan dengan tokolitik untuk
menghambat kontraksi miometrium dan dapat menunda persalinan. Tokolitik yang 01
diberikan pada kasus ini adalah Beta2- sympathomimetics yaitu diberi terbutaline yaitu 2
ampul bricasma dalam infus RL 0,5% dalam 10-20 tpm, sedangkan berdasarkan teori,
pemberian tokolitik dimulai dengan 0,25mg secara intravena dilanjutkan dengan pemberian
perinfus (drip) 0,01mg/menit, dipertahankan selama 8 jam. 02
3. IV Dexamethasone 10 mg/12 jam
Pada kasus ini juga diberi pemakaian kortikosteroid. Dianjurkan pada kehamilan 24 — 34
minggu, namun dapat dipertimbangkan sampai 36 minggu. Pemberian siklus tunggal 03
kortikosteroid adalah Deksametason : 4 x 6 mg i.m dengan jarak pemberian 12 jam
4. IV Ceftriaxone 3 x 1 gr
04
01
Apa Faktor Resiko pada Persalinan Preterm? 02
03
04
• Status sosioekonomi, penghasilan dan pendidikan yang Kasus :
rendah serta gizi buruk. Pada pasien ini faktor resiko yang
• Ras sesuai dengan teori salah satu nya
• Usia Saat Kehamilan—perempuan hamil berusia 10–19 adalah pekerjaan dan aktivitas fisik
tahun akan menghadapi risiko persalinan preterm yang yang berat saat kehamilan. Pasien
lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan yang hamil
ini mengurus keperluan rumah
pada usia 20–24 tahun.
• Jarak Antar Kehamilan—Risiko persalinan preterm
berkurang jika jarak antar kehamilan 18–23 bulan.
tangga dan mengasuh sendiri anak
berusia 5 tahun.
01
Penelitian oleh Nerlander, dkk. menyimpulkan jarak antar
kehamilan yang pendek berhubungan dengan persalinan Skor Creasy pada pasien ini adalah
preterm. Jarak antar kehamilan <3 bulan, jarak antar
kehamilan 3–5 bulan dan jarak antar kehamilan 6–12 bulan
9 (risiko sedang)
02
meningkatkan risiko persalinan preterm. Jarak antar
kehamilan <3 bulan juga berhubungan dengan very
preterm birth.
• Riwayat Persalinan Preterm Sebelumnya 03
• Merokok
• Pekerjaan dan Aktivitas fisik yang berat dan tekanan
mental/stress atau kecemasan yang tinggi.
• Kehamilan dengan Fertilisasi In Vitro (IVF)
• Penggunaan obat bius atau kokain
04
01
Apakah penurunan hemoglobin pada pasien dapat
dikategorikan sebagai anemia? 02
03
04
Teori: Kasus :
Pada pasien ini didapatkan hasil
WHO anemia pada kehamilan ditegakkan laboratorium penurunan hemoglobin
apabila kadar hemoglobin (Hb) <11 gr/dL sebesar 10.3 gr/dL dan hematokrit <33%
sehingga dapat dikategorikan sebagai
atau hematokrit (Ht) <33%, serta anemia
anemia derajat ringan. Namun diperlukan
pasca salin apabila Hb <10 gr/dL. pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui 01
CDC kondisi dengan; jenis dan penyebab anemia
- Hb < 11 gr/dL pada trimester I dan III
- Hb <10,5 gr/dL pada trimester II 02
- Hb <10 gr/dL pada pasca salin
03
04
Bagaimana Prognosis Kehamilan
Selanjutnya pada Pasien ini? 01
Prognosis dubia, karena pada pasien ini sudah memiliki riwayat
persalinan preterm dan menjadi salah satu faktor resiko, sehingga
02
pasien ini harus di edukasi agar mencegah terjadi nya persalinan
preterm dengan memberi jarak kehamilan untuk kehamilan 03
selanjutnya dan rutin melakukan ANC. Risiko persalinan preterm
berkurang jika jarak antar kehamilan 18–23 bulan
04
Daftar Pustaka
• Saifuddin A, Rachimhadhi, T. et al. 2020. Persalinan Preterm. Ilmu Kebidanan Sarwono Edisi
Keempat. Jakarta
• Cunningham G. F., Kenneth J., Leveno Steven L,. Hauth C John,. III Gilstrap Larry,. Wenstrom
D Katharine. 2018. William Obstetrics 25th edition. USA: McGraw-Hill. 01
• Johanes C,et all. Panduan Pengelolaan Persalinan Preterm Nasional. POGI, 2011. Bandung
• Surya, Raymond., Pudyasturi, Sri. 2019. Vol 46. Persalinan preterm. CDK edisi
suplemen-1: Hal 28-31.
• Irwinda Rima. et all. Panduan Persalinan Preterm. POGI, 2019. Jakarta. 02
• Pribadi A, Permadi W, dkk. 2021. Obstetri Patologi. Edisi 4. FK UNPAD.
• Simhan, N. 2016. Practice Bulletin Summary Management of Preterm Labor. The American
College of Obstercians and Gynecologist. Vol 128 no 4.
• Kementerian Kesehatan RI. 2013. Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar 03
dan Rujukan. Ed 1. Jakarta: KEMENKES RI.
• Wibowo, N., Irwinda, R., Hiksas, R. 2021. Anemia Defisiensi Besi pada Kehamilan.
Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI.
04
2022
01
Terimakasih 02