Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NY. Y PRE & POST TOTAL HIP REPLACEMENT (THR)


DI RUANG RAWAT INAP BEDAH KELAS 1
DI RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

Ns. DIAN P. L SIREGAR, S.Kep


Latar Belakang
• Berjalan merupakan sebuah
aktifitas berpindah atau bergerak
untuk menempuh suatu jarak.
• Gerakan berjalan merupakan
gerakan yang memerlukan
koordinasi yang tinggi, dikontrol
oleh susunan saraf pusat dan
melibatkan sistem yang sangat
kompleks.
• Hip Joint atau sendi pinggul
merupakan salah satu komponen
atau penunjang terjadinya proses
berjalan
• Sendi ini akan menimbulkan gerakan menekuk paha saat terjadinya proses
berjalan (Guyton, 2007).
• Aktifitas sendi mengakibatkan beberapa gangguan yang mungkin
timbul pada sendi hip yang bersifat degeneratif maupun tidak,
seperti Ostheoatritis, Reumatoid Atrithis, post-
traumatic Hip dan avascular necrosis, yang akan menimbulkan
nyeri dan ketidakstabilan sendi yang
berkepanjangan dan mengakibatkan
terganggunya aktifitas seseorang.
• Tindakan operasi pergantian sendi atau Total Hip
Replacement (THR) akan menjadi pilihan untuk kasus-
kasus kronik ataupun akut (Utami, 2017).
• Tindakan post THR dapat menyebabkan
keterbatasan gerak sendi pada pinggul,
edema, kelemahan, nyeri, dan disability.
• Hal ini menyebabkan pasien kehilangan
kemandirian dalam merawat diri sendiri,
sehingga memperlambat proses
pemulihan dan menambah panjang hari
rawat
Tujuan
Tujuan Umum
Memaparkan asuhan keperawatan pada pasien pre dan
post operasi Total Hip Replacement (THR).

Tujuan Khusus
1. Melaksanakan pengkajian yang komprehensif pada pasien post operasi Total Hip Replacement
(THR)
2. Menegakan diagnosa keperawatan pada pasien post operasi Total Hip Replacement (THR)
3. Membuat perencanaan keperawatan pada pasien post operasi Total Hip Replacement (THR)
4. Melaksanakan implementasi keperawatan pada pasien post operasi Total Hip Replacement
(THR)
5. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien post operasi Total Hip Replacement (THR)
Anatomi & Fisiologi Normal

 Terbentuk atas beberapa tulang,


ligamen, dan otot
 Sendi ini terletak diantara pinggul
dan pangkal tulang paha atas.
 Sendi pinggul memiliki 2 bagian yaitu
femoral (head), dan acetabular (cup).
 Terdapat 3 gerakan utama pada
sendi pinggul yaitu gerakan fleksi-
ekstensi, gerakan abduksi-adduksi,
dan gerakan rotasi internaleksternal.
Ketiga gerakan ini terjadi bersamaan
pada saat kaki melakukan aktifitas
Arthritis
Trauma/
Reumatoi
Fraktur
d

Gangguan Avascula
Osteoart
pada Hip r
hritis
Joint Necrosis
(Sendi
Pinggul)
Total Hip

a) Nyeri kronis Replacement


Surgery
hebat yang
progresif
b) Kekakuan dalam
Abnormal panggul
Hip Joint c) Sendi pinggul
aus dan robek
d) kehilangan
stabilitas, dan
deformitas
Total Hip Replacement
adalah penggantian panggul yang
rusak berat dengan sendi buatan
untuk memberikan stabilitas dan
gerakan pada penderita penyakit
atau trauma sendi
(Smeltzer & Bare, 2002).
KOMPLIKASI
• Dislokasi Prostesis
• Drainase Luka
• Trombosis Vena Profunda
• Infeksi
TINJAUAN
KASUS
Rwayat kesehatan sekarang :
 Saat dilakukan pengkajian tanggal 25 Juni 2018, pasien
tampak meringgis kesakitan, bergerak secara hati-hati, Skala
Nama : Ny. Y nyeri 4, tampak benjolan dan kemerahan pada pangkal paha
Jenis Kelamin : Perempuan kanan dan teraba hangat. Pasien terpasang Skin traksi 4 kg
No. MR : 01019371 pada bagian kaki kanan. Pasien mengatakan sejak jatuh dan
Usia : 69 tahun tidak bisa bergerak, pasien susah tidur pada malam hari,
Tanggal Masuk : 22 Juni 2018 pasien sering terbangun, dan pada pagi hari tampak tidak
Tanggal Pengkajian: 25 Juni 2018 segar. Pasien juga mengatakan nafsu makan berkurang.
Tanggal Operasi : 26 Juni 2018  Tanggal 26 Juni 2018 dilakukan pengkajian ulang post operasi
Diagnosa Medis : Fraktur Column Femur Total Hip Replacement, klien tampak meringis kesakitan,
mengerang dengan skala nyeri 7, kaki kanan dengan kaki kiri
diganjal dengan bantal, terdapat luka operasi yang tertutup
perban pada pangkal paha kanan dan terdapat drainage.
Keluhan Utama
(Alasan Dirawat di Rumah Sakit) : Riwayat Kesehatan Dahulu
Nyeri pada pangkal paha kanan sejak 3  Bulan April 2018 pasien operasi katarak di Rumah Sakit
hari yang lalu akibat jatuh terpeleset. Daerah.
Pasien tetap sadar setelah kejadian,  Bulan Mei 2018, pasien dirawat selama 8 hari di RS. Stroke
tidak disertai muntah, perdarahan karena Hiperglikemia. Pasien mengatakan riwayat penyakit
ataupun kejang, dan tidak ada trauma Diabetes Melitus Type 2 ( DM type 2), sejak tahun 1980an
dibagian tubuh lainnya.
Pengkajian Fungsional Gordon
 Pola persepsi dan penanganan kesehatan : Pasien merasa khawatir dengan kondisi kesehatannya yang
sekarang dan menyerahkan sepenuhnya Pengobatan dan perawatan pada rumah sakit
 Pola nutrisi/metabolisme : Pasien mengatakan pada saat sakit mengalami penurunan nafsu makan. Pasien
hanya mampu makan 1/4 porsi dari makanan yang disediakan oleh rumah sakit. Pasien diberikan diet MB DD
1700 kalori.
 Pola eliminasi : Pasien mengatakan tidak ada masalah dengan eliminasi maupun defekasi sebelum maupun
sesudah di rawat di rumah sakit.
 Pola aktivitas dan latihan : Aktivitas pasien terganggu semenjak sakit, semua aktifitas perawatan diri dibantu
oleh keluarga, karena setiap akan bergerak pasien meringis kesakitan.
 Pola istirahat dan tidur : pasien mengatakan sulit tidur dengan nyaman karena merasakan nyeri pada
pangkal paha kanan.
 Pola kognitif-sensori :1) Pre operasi : Pasien mengatakan badan terasa lemas, berat dan nyeri pada pangkal
paha kanan dan diperburuk dengan mobilisasi skala nyeri 4. 2)Post operasi : Pasien menyatakan nyeri pada
pangkal paha kanan post operasi, dan pasien sesekali mengerang, keringat dingin, skala nyeri 7.
 Pola persepsi dan konsep diri : Pasien mengatakan merasa cemas dengan kondisinya saat ini, focus
pembicaraan dan pertanyaan pasien seputar penyakit dan operasi yang akan dilaluinya.
 Pola peran dan hubungan: Pasien adalah seorang janda dengan tiga anak laki-laki. Pasien tinggal dengan
kakak kandungnya
 Pola koping dan toleransi stres : Pasien mengatakan bahwa kondisinya saat ini memberikan sedikit
kecemasan bagi dirinya sendiri. Pasien membutuhkan keluarga sebagai sistem pendukung saat dirawat di
rumah sakit.
 Pola seksualitas : Pasien sudah janda dan memiliki tiga anak laki-laki.
 Pola keyakinan dan nilai : Pasien beragama islam dan selama dirawat di rumah sakit pasien tetap bisa
beribadah.
Pemeriksaan Fisik
Tanda vital TD : 115/78 mmHgN: 72 x/menitP : 20 x/menitS : 36,5 oc TD : 130/84 mmHgN: 94 x/menitP : 21 x/menitS : 36,8 oc
(Tanggal Pengkajian 25 Juni 2018) (Tanggal Pengkajian 26 Juni 2018)
Kepala Inspeksi : kepala tampak simetris, bersih, ketombe tidak ada, dan warna rambut tampak mulai memutih.Palpasi : tidak teraba
pembengkakan di kepala pasien, dan rambut tidak mudah rontok.
Mata Inspeksi : mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, mata bersih tidak ada sekret.Palpasi : tidak teraba
edema dibagian palpebra mata.
Hidung Inspeksi : hidung tampak simetris kiri dan kanan, tidak ada tampak kotoran di bagian hidung.Palpasi : tidak ada sumbatan jalan nafas,
tidak ada benjolan/massa di hidung.
Telinga Inpeksi : telinga simetris kiri dan kanan, tidak tampak ada serumen di bagian telinga.Palpasi : tidak teraba pembengkakan massa/tumor
dibagian telinga.Perkusi : fungsi pendengaran baik.
Mulut Inspeksi : mukosa bibir tampak kering dan pucat, tampak ada gigi berlubang.
Leher Tidak tampak adanya pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening.
DadaJantung Pergerakan dada simetris kiri dan kananInspeksi : iktus kordis tidak terlihatPalpasi : iktus kordis terba 2 jari LMCS RIC V, Perkusi :
Paru batas jantung normal, Auskultasi : irama teratur Inspeksi : pergerakan paru simetris, Palpasi : fremitus kiri dan kanan, Perkusi : sonor
Auskultasi : bunyi nafas vesikuler
Abdomen Inspeksi : simetris kiri dan kanan, acites tidak ada, Palpasi : distensi tidak ada, nyeri tekan tidak adaPerkusi : thympani, Auskultasi :
bising usus ada
EktremitasAta Tangan kiri terpasang infus IVFD RL 20 tts/menit, akral teraba hangat, CRT < 2 detikTangan kiri susah untuk digerakan, Udem (-),
s Bawah akral teraba hangat, CRT < 2 detik.Kekuatan otot : 555 555
Tidak bs diukur 555
Genitalia Tidak ada kelainan
1 Rongent 2) Pemeriksaan Labor
• Tanggal 22 Juni 2018 :
• Thorax : cor pulmo Hb 10,6 g/dl
dalam batas normal Leukosit 6.460 /mm3
Trombosit 375.000 /mm3
Hematokrit 32%

• Rontgen AP Pelvic Pre


Operasi : : tampak • Tanggal 29 Juni 2018:
fraktur colum femur Hb 9,7 g/dl
kanan tertutup Leukosit 6640 /mm3
Trombosit 299.000 /mm3
Hematokrit 29%
• Rontgen AP Pelvic Post
Operasi : Tampak hip • Tanggal 30 Juni 2018
Hb 11,7 g/dl
implant di genu dextra, Leukosit 6810 /mm3
posisi paten Trombosit 337.000 /mm3
Hematokrit 35%
ANALISA DATA
NYERI AKUT

TINDAKAN
FRAKTUR HAMBATAN
COLUMN FEMUR
OPERASI MOBILITAS
THR FISIK

RESIKO
INFEKSI
NYERI AKUT ANSIETAS
Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
Pre Operasi THR
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
1) Manajemen nyeri
2) Pemberian Analgetik
b) Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang kondisi kesehatan dan prosedur
operasi
1) Kontrol ansietas

Post Operasi THR


a. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan (pergantian panggul total); luka
post operasi
1)Manajemen nyeri
2)Pemberian Analgetik
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskletal
1)Terapi Latihan : Gerak Sendi
2)Ambulasi
3)Bantuan perawatan diri
c. Resiko Infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
1)Perawatan luka
2)Kontrol infeksi
Implementasi dan Evaluasi
• Pre operasi
• Implementasi yang dilakukan pada tanggal 25 Juni 2018 adalah melakukan
manajemen nyeri dan pemberian analgetik (kolaborasi) Parasetamol 500 mg,
karena nyeri yang dirasakan pasien mengganggu aktivitas klien kemudian pasien
diajarkan teknik non farmakologi seperti relaksasi nafas, dan distraksi dengan
mendengarkan musik, kemudian dilakukan evaluasi terhadap tindakan mengontrol
nyeri tersebut skala nyeri pasien berkurang dari 4 menjadi 2.
• Implementasi yang diberikan untuk mengurangi kecemasan adalah dengan
memberikan informasi tentang kondisi kesehatan pasien saat ini, prosedur
pembedahan yang akan dijalani, sensasi yang dirasakan selama dan setelah
menjalani operasi. Pemberikan informasi preoperative pada keluarga dan pasien
menimbulkan koping yang efektif bagi pasien (Smeltzer & Bare, 2002). Pasien
tampak tenang dan menyatakan kesediaan untuk mengikuti proses pengobatan,
dimulai dari persiapan pre operasi sampai post operasi.
• b.Post Operasi
Implementasi keperawatan dimulai pada tanggal 26 Juni
2018 didapatkan 5 diagnosa keperawatan pada pasien.
Diagnosa keperawatan pertama adalah nyeri akut.
Nyeri akut ini ditemukan pada pasien setelah empat
jam post operasi, dimana klien mengatakan nyeri disekitar
area luka operasi dan menyebar ke lutut, nyeri seperti
ditusuk- tusuk dan dirasakan terus menerus, skala nyeri 7.
Pasien tampak meringis dan mengerang, pasien tampak
fokus pada diri sendiri, akral dingin, denyut nadi cepat.
• Implementasi keperawatan yang diberikan adalah
memberikan posisi yang nyaman, memberikan obat
analgetik drip ketorolac 1 ampul dalam 500cc RL, terapi
relaksasi, dan pemantauan tanda-tanda vital. Hasil
implmentasi manajemen nyeri, didapatkan nyeri akut
turun dari skala 7 sampai skala 4 dan pada hari terakhir
impelementasi yaitu pada tanggal 30 April 2018, pasien
menyatakan nyeri sudah berkurang, skala nyeri 2-3 tetapi
tidak mengganggu aktifitas dan pasien telah diajarkan
manajemen nyeri non farmakologis dengan terapi
relaksasi. Masalah nyeri akut teratasi sebagian.
• Diangnosa kedua hambatan mobilitas fisik dengan kriteria hasil mobilitas.
Implementasi keperawatan yang dilakukan yaitu mengkaji kemampuan pasien
dalam melakukan aktifitas perawatan diri, mendorong pasien melakukan aktivitas
perawatan diri dan membantunya bila pasien tidak mampu bersama dengan
keluarga pasien, dan melakukan latihan gerak sendi sesuai dengan tingkat
kemampuan (bekerja sama dengan dokter).
• Terapi latihan gerak sendi dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan
pasien, hari pertama pasien latihan duduk di atas tempat tidur, hari kedua pasien
latihan duduk di pinggir tempat tidur dan menjuntaikan kaki, hari ketiga belajar
berdiri dan hari ke empat pasien berjalan dengan alat bantu walker dengan
pengawasan keluarga dan beberapa aktiftas perawatan diri dapat dilakukan
secara mandiri oleh pasien. Pasien memiliki semangat yang tinggi di setiap
latihan mobilisasi. Masalah hambatan mobilisasi fisik teratasi sebagian.
• Diagnosa yang ketiga yaitu resiko infeksi dengan kriteria
hasil tidak temukan tanda-tanda infeksi, pasien dan keluarga
mampu melakukan kontrol infeksi. Implementasi
keperawatan yang diberikan yaitu perawatan luka dengan
mencatat karakteristik luka, mengganti dan mencatat
haluaran drain, melakukan teknik perawatan luka,
membersihkan luka dengan tehnik steril dan kontrol infeksi
dengan memberikan anti biotik sesuai order dan memantau
tanda gejala infeksi. Kolaborasi pemberian antibiotik
ceftriaxone 2x1 gr. Hasil implementasi kontrol infeksi, sampai
tanggal 30 Juni 2018, tidak ditemukan tanda-tanda infeksi
dan hasil pemeriksaan labor normal.
Kesimpulan dan Saran
a. Kesimpulan
Berdasarkan asuhan keperawatan yang dilakukan selama enam hari tanggal 25-30 Juni 2018 pada Ny. Y (69
tahun) dengan pre dan post operasi THR penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan pengkajian pre dan post op secara konfrehensif dengan pengkajian riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik
dan pengkajian pola 11 fungsi Gordon dapat didokumentasikan secara komprehensif.
2. Berdasarkan hasil pengkajian pada pasien didapatkan diagnosa keperawatan berbasis Nursing Diagnosis (NANDA), pre
operasi yaitu yaitu nyeri akut dan cemas, dan diagnosa post operasi yaitu nyeri akut, hambatan mobilitas fisik, dan resiko
infeksi.
3. Berdasarkan diagnosa yang telah ditentukan, beberapa intervensi yang dibuat untuk mengatasi diagnosa keperawatan
yang ditemukan ada beberapa NIC dan beberapa aktivitasnya (ambulasi).
4. Implementasi keperawatan yang dilakukan mulai tanggal 25-30 Juni 2018, implementasi yang dilakukan sesuai dengan
perencanaan yang telah dibuat dan tidak diemukan kendala yang berarti selama pelaksanaan implementasi.
5. Pada akhir evaluasi, masalah keperawatan nyeri akut pre operasi teratasi sebagian dan diagnosa ini dimodifikasi karena
klien telah menjalani operasi. Diagnosa kedua, kecemasan teratasi karena klien sudah merasa tenang dan sudah
menjalani tindakan pembedahan dengan baik. Diagnosa ketiga, nyeri akut teratasi pada tanggal 30 Juni 2018 didapatkan
nyeri sudah terkontrol dan skala nyeri klien telah mengalami penurunan. Diagnosa keempat, hambatan mobilitas fisik
teratasi karena klien sudah dapat melakukan aktivitas fisik secara bertahap sesuai dengan program latihan fisik. Dan
diagnose yang kelima, resiko infeksi teratasi karena tidak ada ditemukan adanya tanda-tanda infeksi pada luka post
operasi dan hasil pemeriksaan labor menunjukkan nilai normal.
• B.Saran
• Diharapkan diskusi refleksi kasus ini dapat menjadi
tambahan referensi bagi teman sejawat untuk
meningkatkan pemberian asuhan keperawatan pada
pasien post operasi Total Hip Replacement.
Daftar Pustaka
 Australia Orthopaedic Association (AOA) Nasional Joint Replacement Registry, 2013. Hip and Knee Arthroplasty. Diakses
tanggal 25 Juni 2018 dari https://aoanjrr.sahmri.com/presentations-2013
 Brunner & Suddarth.(2001). Keperawatan medikal bedah. Edisi 8.Volume 2. Jakarta: EGC
 Guyton, Arthur C. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta; EGC
 Hidayat. 2006. Pengantar kebutuhan dasar manusia :aplikasi konsep dan dasar keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
 Jamari, dkk. (2012). Pengembangan prototype sambungan tulang panggul produk Indonesia. Laboratorium Perancangan
Teknik dan Tribologi, Universitas Diponegoro, Semarang. Juni 27, 2013. http://insentif.ristek.go.id
 Junaidi, Said. 2011. Pembinaan Fisik Lansia melalui Aktifitas Olahraga Jalan Kaki.Jurnal Media Ilmu Keolahragaan
Indonesia. Volume 1. Edisi 1. Juli 2011. ISSN: 2088-6802
 Lewis, et al. 2004. Medical Surgical Nursing Assesment and Management of Clinical Problems Volume 2. Mosby:
ELSEVIER.
 Muttaqin A. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Musculoskeletal. Jakarta: EGC.
 NANDA.2005.. Nursing Diagnoses: Definition and classifications 2005-2006. Philadelphia: NANDA International.
 Price, S. A. dan Wilson, L. M. (2006). Patofisiologi : Konsep Klinis ProsesProses Penyakit, Edisi 6, Volume 1. Jakarta: EGC
 Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, Edisi 8, Volume 3. Jakarta : EGC.
 Utami. 2017. Droop foot. Diakses 10 Juli 2018 dari :
eprints.ums.ac.id/54129/3/BAB%20I%20Drop%20foot%20ec%20THR.pdf
Be Blessed, Be Well, Be Great

Anda mungkin juga menyukai