Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA FISIOLOGIS

BY. M UMUR 2,4 TAHUN DENGAN KEBUTUHAN IMUNISASI CAMPAK


LANJUTAN

DI PUSKESMAS PARAKAN

Dosen pembimbing : Murdiyanto Tri Wibowo, SKM

Disusun Oleh :

NAMA : ASIP PRIYANI

NIM : P1337424219005

KELAS : ROSELLA

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN MAGELANG
TAHUN AJARAN 2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pertumbuhan adalah bertambah jumlah dan besarnya sel diseluruh
tubuh yg secara kuantitatif dapat diukur.Pertumbuhan merupakan perubahan
yg terbatas pada pola fisik yg dialami oleh individu. Pertumbuhan berkaitan
dg perubahan ukuran, besar, jumlah atau dimensi pada tingkat sel, organ
maupun individu. Pertumbuhan bersifat kuantitatifà dapat diukur dg satuan
BB (gr, Kg), satuan panjang (cm, m), umur tulang dan keseimbangan
metabolik (retensi kalsium dan nitrogen dalam tubuh). Pertumbuhan (growth)
à perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu bertambahnya jumlah, ukuran,
dimensi pada tingkat sel, organ maupun individu. Anak tidak hanya
bertambah besar secara fisik, melainkan juga ukuran dan struktur organ-organ
tubuh otak (Andriani et al., 2019).
Imunisasi merupakan salah satu upaya untuk melindungi penduduk
terhadap penyakit tertentu. Program imunisasi diberikan kepada populasi yang
dianggap rentan terjangkit penyakit menular, yaitu bayi, anak usia sekolah,
wanita usia subur, dan ibu hamil. Setiap bayi wajib mendapatkan lima
imunisasi dasar lengkap (LIL) yang terdiri dari : 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4
dosis polio, 3 dosis hepatitis B, dan 1 dosis campak. Dari kelima imunisasi
dasar lengkap yang diwajibkan tersebut, campak merupakan imunisasi yang
mendapat perhatian lebih yang dibuktikan dengan komitmen Indonesia pada
lingkup ASEAN dan SEARO untuk mempertahankan cakupan imunisasi
campak sebesar 90%. Hal ini terkait dengan realita bahwa campak adalah
salah satu penyebab utama kematian pada balita. Pencegahan campak
memiliki peran signifikan dalam penurunan angka kematian balita. Imunisasi
pada bayi mengharapkan agar setiap bayi mendapatkan kelima jenis imunisasi
dasar lengkap. Keberhasilan seorang bayi dalam mendapatkan 5 jenis
imunisasi dasar tersebut diukur melalui indikator imunisasi dasar lengkap.
B. Tujuan
1) Memberikan pelayanan asuhan kebidanan bayi fisiologis di Puskesmas
Pituruh
2) Meningkatkan kemampuan dalam melakukan pelayanan khususnya dalam
ranah yaitu mengenai asuhan kebidanan pada bayi fisiologis
C. Manfaat
1) Hasil laporan dapat digunakan untuk menambah wawasan tentang asuhan
kebidanan pada bayi fisiologis
2) Memberikan motivasi kepada petugas kesehatan khususnya bidan serta
mahasiswa kebidanan untuk meningkatkan pelayanan yang berkualitas,
aman, nyaman, yang memperhatikan aspek keprofesionalan.
BAB II
TINJAUAN TEORI ASUHAN BAYI BARU LAHIR

A. Tinjauan Medis Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir


1. Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badan saat
lahir kurang dari 2500 gram. Istilah BBLR sama dengan prematuritas.
Namun, BBLR tidak hanya terjadi pada bayi prematur, juga bayi yang cukup
bulan dengan BB < 2.500 gram(Andriani et al., 2019).
2. Fisiologis Bayi Baru Lahir
a. Sistem Pernafasan
Masa yang paling kritis neonatus adalah ketika harus mengatasi
resistensi paru pada saat pernapasan janin atau bayi pertama. Pada saat
persalinan kepala bayi menyebabkan badan khususnya toraks berada di
jalan lahir sehingga terjadi kompresi dan cairan yang terdapat dalam
percabangan trakheobronkial keluar sebanyak 10-28 cc (Andriani et al.,
2019). Setelah torak lahir terjadi mekanisme balik yang menyebabkan
terjadinya beberapa hal sebagai berikut yaitu:
(1) Inspirasi pasif paru karena bebasnya toraks dari jalan lahir
(2) Perluasan permukaan paru yang mengakibatkan perubahan penting:
pembuluh darah kapiler paru makin terbuka untuk persiapan
pertukaran oksigen dan karbondioksida, surfaktan menyebar
sehingga memudahkan untuk menggelembungnya alveoli, resistensi
pembuluh darah paru makin menurun sehingga dapat meningkatkan
aliran darah menuju paru, pelebaran toraks secara pasif yang cukup
tinggi untuk menggelembungkan seluruh alveoli yang memerlukan
tekanan sekitar 25 mm air.
(3) Saat toraks bebas dan terjadi inspirasi pasif selanjutnya terjadi
dengan ekspirasi yang berlangsung lebih panjang untuk
meningkatkan pengeluaran lendir
Diketahui pula bahwa intrauteri, alveoli terbuka dan diisi oleh cairan
yang akan dikeluarkan saat toraks masuk jalan lahir. Sekalipun
ekspirasi lebih panjang dari inspirasi, tidak selurh cairan dapat keluar
dari dalam paru. Cairan lendir dikeluarka dengan mekanisme berikut
yaitu perasan dinding toraks, sekresi menurun, dan resorbsi oleh
jaringan paru melalui pembuluh limfe (Andriani et al., 2019).
b. Sistem kardiovaskuler
Terdapat perbedaan prinsip antara sirkulasi janin dan bayi karena paru
mulai berkurang dan sirkulasi tali pusat putus. Perubahan ini
menyebabkan berbagai bentuk perubahan hemodinamik yang dapat
dijabarkan sebagai berikut :
(1) Darah vena umbilikalis mempunyai tekanan 30-35 mmHg dengan
saturasi oksigen sebesar 80-90% karena hemoglobin janin
mempunayi afinitas yang tinggi terhadap oksigen.
(2) Darah dari vena cava inferior yang kaya oksigen dan nutrisi
langsung masuk oramen ovale dari atrium kanan menuju atrium
kiri. Atrium kanan menerima aliran darah yang berasal dari vena
pulmonalis.
(3) Aliran darah dari vena cava superior yang berasal dari sirkulasi
darah ekstremitas bagian atas, otak, dan jantung, akan langsung
masuk atrium kanan dan selanjutnya langsung menuju ventrikel
kanan.
(4) Curah jantung janin pada saat mendekati aterm adalah sekitar 450
cc/kg/menit dari kedua ventrikel jantung janin.
(5) Aliran dari ventrikel kiri dengan tekanan 25-28 mmHg dengan
saturasi 60% sksn menuju ke arteri koroner jantung, eketremitas
bagian atas, dan 10% menuju aorta desenden
(6) Aliran dari ventrikel kanan, dengan tekanan oksigen 20-23 mmHg
dengan saturasi 55% akan menujuk ke aorta desenden yang
selanjutnya menuju ke sirkulasi abdomen dan ekstremitas bagian
bawah(Andriani et al., 2019).
Dampak hemodinamik dari berkembangnya paru bayi adalah aliran
darah menuju paru dari ventrikel kanan bertambah sehingga tekanan
darah pada atrium kanan menurun karena tersedot oleh ventrikel kanan
yang akhirnya mengakibatkan tekanan darah pada atrium kiri
meningkat dan menutup foramen ovale, shunt aliran darah atrium
kanan kekiri masih dapat dijumpai selama 12 jam dan total
menghilang pada hari ke 7-12 (Andriani et al., 2019).
c. Pengaturan Suhu
Menurut Andriani et al ( 2019) bayi dapat kehilangan panas dengan
mudah melalui berbagai cara yaitu:
(1) Konveksi: pendinginan melaui aliran udara di sekitar bayi. Suhu
udara di kamar bersalin tidak boleh kurang dari 20 C dan sebaiknya
tidak berangin. Tidak boleh ada pintu dan jendela yang terbka.
Kipas angin dan AC yang kuat harus cukup jauh dari area resusitasi.
Troli resusitasi harus mempunyai sisi untuk meminimalkan
konveksi ke udara sekitar bayi.
(2) Evaporasi: kehilangan panas melalui penguapan air pada kulit bayi
yang basah. Bayi baru lahiryang dalam keadaan basah kehilangan
panas dengan cepat melalui cara ini. Karena itu, bayi harus
dikeringkan seluruhnya, termasuk kepala dan rambut, sesegera
mungkin setelah dilahirkan.
(3) Radiasi: melalui benda padat dekat bayi yang tidak berkontak
secara langsung dengan kulit bayi. Panas dapat hilang secara radiasi
ke benda padat yang terdekat, misalnya jendela pada musim dingin.
Karena itu , bayi harus diselimuti, termasuk kpalanya, idealnya
dengan handuk hangat.
(4) Konduksi: melalui benda-benda padat yang berkontak dengan kulit
bayi
d. Sistem Ginjal
Ginjal bayi belum matur sehingga menyebabkan laju filtrasi
glomerulus rendah dan kemampuan reabsorbsi tubular terbatas. Urin
pertama keluar dalam 24 jam pertama dan dengan frekuensi yang
semakin sering sesuai intake(Andriani et al., 2019).
e. Sistem Pencernaan
Secara struktur sudah lengkap tapi belum sempurna, mukosa mulut
lembab dan pink. Lapisan keratin berwarna pink, kapasitas lambung
sekitar 15-30 ml, feses pertama berwarna hijau kehitaman(Andriani et
al., 2019).
3. Refleks Bayi Baru Lahir
a. Reflek Moro
Bayi akan mengembangkan tangan lebar dan melebarkan jari, lalu
membalikkan dengan tangan yang cepat seakan-akan memeluk
seseorang. Diperoleh dengan memukul permukaan yang rata dimana
dekat bayi dibaringkan dengan posisi telentang(Andriani et al., 2019).
b. Reflek Rooting
Timbul karena stimulasi taktil pipi dan daerah mulut. Bayi akan
memutar kepala seakan mencari putting susu. Refleks ini menghilang
pada usia 7 bulan(Andriani et al., 2019).
c. Reflek sucking
Timbul bersamaan dengan reflek rooting untuk mengisap puttingsusu dan
menelan ASI(Andriani et al., 2019).
d. Reflek batuk dan Bersin
e. Reflek Graps
Timbul jika ibu jari diletakkan pada telapak tangan bayi, lalu bayi akan
menutup telapak tangannya atau ketika telapak kaki digores dekat ujung
jari kaki, jari kaki menekuk(Andriani et al., 2019)
f. Reflek Walking dan Stapping
Reflek ini timbul jika bayi dalam posisi berdiri akan ada gerakan
spontan kaki melangkah ke depan walaupun bayi tersebut belum bisa
berjalan. Menghilang pada usia 4 bulan(Andriani et al., 2019).
g. Reflek Tonic Neck
Reflek ini timbul jika bayi mengangkat leher dan menoleh kekanan atau
kiri jika diposisikan tengkurap. Reflek ini bisa diamati saat bayi berusia
3-4 bulan(Andriani et al., 2019).
h. Reflek Babinsky
Muncul ketika ada rangsangan pada telapak kaki, ibu jari akan bergerak
keatas dan jari-jari lainnya membuka, menghilang pada usia 1
tahun(Andriani et al., 2019).
i. Reflek Galant
Ketika bayi tengkurap, gerakan bayi pada punggung menyebabkan
pelvis membengkok ke samping. Berkurang pada usia 2-3
bulan(Andriani et al., 2019).
j. Reflek Bauer / merangkak
Pada bayi aterm dengan posisi tengkurap. BBL akan melakukan gerakan
merangkak dengan menggunakan lengan dan tungkai. Menghilang pada
usia 6 minggu(Andriani et al., 2019).
4. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
Inisiasi Menyusui Dini dimulai sedini mungkin. Segera setelah bayi
lahir setelah tali pusat dipotong letakkan bayi tengkurap di dada ibu dengan
kulit ke kulit biarkan selama 1 jam/lebih sampai bayi menyusu sendiri,
selimuti dan beri topi. Suami dan keluarga beri dukungan dan siap
membantu selama proses menyusui. Pada jam perama si bayi menemukan
payudara ibunya dan ini merupakan awal hubungan menyusui yang
berkelanjutan yang bisa mendukung kesuksesan ASI Eksklusif selama 6
bulan. Berdasarkan penelitian bayi bar lahir yang dipisahkan dari ibunya
dapat meningkatkan hormon stres sekitar 50% dan membuat kekebalan
tubuh bayi menjadi menurun. Manfaat IMD bagi bayi adalah membantu
stabilisasi pernapasan, mengendalikan suhu tubuh lebih baik dibandingkan
dengan inkubtor, menjaga kolonisasi kuman yang aman untuk bayi dan
mencegah infeksi nosokomial. Kadar bilirubin bayi juga lebih cepat normal
karena pengeluaran mekonium lebih cepat sehingga dapat menurunkan
insiden ikterus bayi baru lahir. Kontak kulit ke kulit juga membuat bayi lebih
tenang sehingga didapat pola tidur yang lebih baik(Andriani et al., 2019).
a. Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi
Bayi baru lahir tidak dapat mengatur temperatur tubuhnya secara
memadaidan dapat dengan cepat kedinginan jika kehilangan panas tidak
segera dicegah. Bayi yang mengalami kehilangan panas (hipotermi)
beresiko tinggi untuk jatuh sakit atau meninggal, jika bayi dalam
keadaan basah atau tidak diselimuti mungkin akan mengalami
hipoterdak, meskipun berada dalam ruangan yang relatif hangat. Bayi
prematur atau berat lahir rendah sangat rentan terhadap terjadinya
hipotermia(Andriani et al., 2019).
IMUNISASI PADA BALITA
DPT HB Hib
1) Imunisasi DPT dasar diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan dengan
interval 4-6 minggu, DPT 1 diberikan pada umur 2-4 bulan, DPT 2
pada umur 3-5 bulan dan DPT 3 pada umur 4-6 bulan. Ulangan
selanjutnya (DPT 4) diberikan satu tahun setelah DPT 3 yaitu pada
umur 18-24 bulan dan DPT 5 pada saat masuk sekolah umur 5-7
tahun.
2) Sejak tahun 1998, DT 5 dapat diberikan pada kegiatan imunisasi di
sekolah dasar (BIAS). Ulangan DT 6 diberikan pada 12 tahun,
mengingat masih dijumpai kasus difteria pada umur >10 tahun.
3) Sebaiknya ulangan DT 6 pada umur 12 tahun diberikan dT (adult
dose), tetapi di Indonesia dT belum ada di pasaran.
4) Dosis DPT/DT adalah 0,5 ml, intramuskular, baik untuk imunisasi
dasar maupun ulangan.

Vaksin ini sebagai bentuk perlindungan dan pencegahan terhadap difteri,


tetanus, pertussis (batuk rejan), hepatitis B, dan infeksi Haemophilus
Influenzae tipe B (Setiyani & Sukesi, 2016).
Cara Pemberian dengan disuntikkan secara intramuscular pada anterelateral
paha atas dengan dosis 0,5 ml.
Kontraindikasi : kejang atau gejala kelainan otak pada bayi baru lahir atau
kelianan saraf serius.
Efek sampingnya yaitu reaksi local seperti bengkak, nyeri, dan kemerahan
pada lokasi suntikan disertai demam. Terkadang reaksi berat seperti demam
tinggi, irritabilitas (rewel), dan menangis dengan nada tinggi dalam 24 jam
setelah pemberian.
Penanganan efek samping dengan dianjurkan memberi minum lebih banyak
ASI, jika demam kenakan pakaian tipis,bekas suntikan dapat dikompres air
dingin. Jika demam beri paracetamol 15 mg/kg BB setiap 3-4 jam (maks 6
kali dalam 24 jam). Bayi boleh mandi atau diseka dengan air hangat. Jika
reaksi memberat dan menetap bawa bayi ke dokter.
Vaksin Campak
Merupakan vaksin hidup yang dilemahkan. Indikasi untuk pemberian
kekebalan aktif terhadap penyakit campak. Cara pemberian dan dosis: 0,5
ml disuntikkan secara subkutan pada lengan kiri atas atau anterolateral paha,
pada usia 9–11 bulan. Kontra indikasi: Individu yang mengidap penyakit
immune deficiency atau individu yang diduga menderita gangguan respon
imun karena leukemia, limfoma.
Efek samping:Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan
kemerahan selama 3 hari yang dapatterjadi 8–12 hari setelah vaksinasi.
Penanganan efek samping:Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum
lebih banyak (ASI atau sari buah). Jika demam pakaikan pakaian yang tipis.
Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin. Jika demam berikan
paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4 jam (maksimal 6 kali dalam 24 jam).
Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat. Jika reaksi tersebut
berat dan menetap bawa bayi ke dokter.

Imunisasi Lanjutan
Imunisasi lanjutan merupakan imunisasi ulangan untuk mempertahankan
tingkatkekebalan atau untuk memperpanjang masa perlindungan. Imunisasi
lanjutandiberikan kepada anak usia bawah tiga tahun (Batita), anak usia
sekolah dasar, danwanita usia subur. Vaksin yang diberikan adalah: vaksin
DT, vaksin TD
Imunisasi Tambahan
Imunisasi tambahan diberikan kepada kelompok umur tertentu yang
paling berisiko terkena penyakit sesuai kajian epidemiologis pada periode
waktu tertentu.Yang termasuk dalam kegiatan imunisasi tambahan adalah
sebagai berikut:
1) Backlog Fighting
Backlog Fightingmerupakan upaya aktif yang dilakukan untuk melengkapi
imunisasi dasar kepada anak yang berumur 1–3 tahun.Kegiatan Backlog
fighting ini diprioritaskan pada desa yang selama 2 (dua)tahun berturut-turut
tidak mencapai UCI (Universal Child Immunization).
2) Crash Program
Crash program merupakan kegiatan yang ditujukan untuk wilayah
yangmemerlukan intervensi secara cepat untuk mencegah terjadinya
KLB.Kriteria pemilihan daerah yang akan dilakukan crash program adalah
angkakematian bayi akibat PD3I tinggi, infrastruktur (tenaga, sarana, dana)
kurang. Desa yang selama 3 tahun berturut-turut tidak mencapai UCI. Crash
program bisadilakukan untuk satu atau lebih jenis imunisasi, misalnya
campak, atau campakterpadu dengan polio.
3) PIN (Pekan Imunisasi Nasional)
PIN merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan secara serentak di
suatunegara dalam waktu singkat.Kegiatan PIN ini bertujuan untuk
memutuskan mata rantai penyebaran suatupenyakit (misalnya polio).
Imunisasi yang diberikan pada PIN diberikan tanpamemandang status
imunisasi sebelumnya.
4) Sub-PIN
Sub PIN merupakan kegiatan serupa dengan PIN tetapi dilaksanakan pada
wilayah terbatas (beberapa provinsi atau kabupaten/kota).
5) Catch up Campaign
Campak Catch up campaign campak merupakan suatu upaya untuk
memutuskan transmisipenularan virus campak pada anak usia sekolah dasar.
Kegiatan ini dilakukandengan pemberian imunisasi campak secara serentak
kepada anak sekolah dasardari kelas satu hingga kelas enam atau yang
sederajat, serta anak usia 6–12 tahunyang tidak sekolah, tanpa
mempertimbangkan status imunisasi sebelumnya.Pemberian imunisasi
campak pada waktu catch up campaign campak di sampinguntuk memutus
rantai penularan, juga berguna sebagai booster atau imunisasiulangan (dosis
kedua).
6) Imunisasi dalam Penanganan KLB (Outbreak ResponseImmunization/ORI)
Pedoman pelaksanaan imunisasi dalam penanganan KLB disesuaikan
dengansituasi epidemiologis penyakit masing-masing.

Pertumbuhan pada Bayi


Pertumbuhan adalah bertambah jumlah dan besarnya sel diseluruh tubuh yg secara
kuantitatif dapat diukur.Pertumbuhan merupakan perubahan yg terbatas pada pola
fisik yg dialami oleh individu. Pertumbuhan berkaitan dg perubahan ukuran, besar,
jumlah atau dimensi pada tingkat sel, organ maupun individu. Pertumbuhan bersifat
kuantitatifà dapat diukur dg satuan BB (gr, Kg), satuan panjang (cm, m), umur tulang
dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen dalam tubuh).
Pertumbuhan (growth) à perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu bertambahnya
jumlah, ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ maupun individu. Anak tidak hanya
bertambah besar secara fisik, melainkan juga ukuran dan struktur organ-organ tubuh
otak (Andriani et al., 2019).

Pertumbuhan Bayi Usia 6-12 Bulan


1) Pada usia 12 bulan berat badan mencapai 3 kali berat badan lahir dan rata-rata
pertambahan adalah 90 - 150 gram/minggu.
2) Pada usia 12 bulan panjang badan rata-rata bertambah 25 - 30 cm. Pada usia
bayi ini sebagian besar peningkatan panjang badan terjadi pada batang
tubuh/badan dari pada kaki.
3) Lingkar kepala rata-rata bertambah 0.5 cm/bulan. Pada usia 12 bulan lingkar
kepala akan mencapai 46 - 47 cm.
4) Fontanel anterior (ubun-ubun depan) menjadi agak lebar pada usia 6 bulan
dan akan menutup pada usia 12 - 18 bulan. Fontanel posterior (ubun-ubun
belakang) menutup pada usia 6 - 8 minggu).
5) Pertumbuhan gigi susu pertamakali terjadi pada usia 6 - 8 bulan dengan
diawali keluarnya gigi seri tengah bawah. Umumnya ketika berisia 12 bulan
anak memiliki 6-8 gigi.
Perkembangan Bayi
Perkembangan (development) à perubahan yang bersifat kuantitatif dan
kualitatif.à bertambahnya kemampuan (skill) struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks, dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses
pematangan/ maturitas.Termasuk perkembangan kognitif, bahasa, motorik, emosi
dan perkembangan perilaku sebagai hasil dari ineraksi dengan lingkungannya.
Perkembangan merupakan perubahan yang bersifat progresif, terarah dan
terpadu/koheren. Progesif mengandung arti bahwa perubahan yang terjadi
mempunyai arah tertentu dan cenderung maju ke depan, tidak mundur ke
belakang. Terarah dan terpadu menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang pasti
antara perubahan yang terjadi pada saat ini, sebelumnya dan berikutnya
B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir
1. Data Subjektif
1) Identitas Bayi
a. Nama: Untuk mengenal bayi.
b. Jenis Kelamin: Untuk memberikan informasi pada ibu dan keluarga
serta memfokuskan saat pemeriksaan genetalia.
c. Anak ke-: Untuk mengkaji adanya kemungkinan sibling rivalry.
2) Identitas Orang Tua
a. Nama: Untuk mengenal ibu dan suami.
b. Umur: Usia orangtua mempengaruhi kemampuannya dalam
mengasuh dan merawat bayinya.
c. Suku/Bangsa : Asal daerah atau bangsa seorang wanita berpengaruh
terhadap pola pikir mengenai tenaga kesehatan, pola nutrisi dan
adat istiadat yang dianut.
d. Agama: Untuk mengetahui keyakinan orangtua sehingga dapat
menuntun anaknya sesuai dengan keyakinannya sejak lahir.
e. Pendidikan: Untuk mengetahui tingkat intelektual orangtua yang
dapat mempengaruhi kemampuan dan kebiasaan orangtua dalam
mengasuh, merawat dan memenuhi kebutuhan bayinya.
f. Pekerjaan: Status ekonomi seseorang dapat mempengaruhi
pencapaian status gizi. Hal ini dapat dikaitkan dengan pemenuhan
nutrisi bagi bayinya. Orangtua dengan tingkat sosial ekonomi yang
tinggi cenderung akan memberikan susu formula pada bayinya.
g. Alamat: Bertujuan untuk mempermudah tenaga kesehatan dalam
melakukan follow up terhadap perkembangan bayi.
3) Data Kesehatan
a. Riwayat Kehamilan: Untuk mengetahui beberapa kejadian atau
komplikasi yang terjadi saat mengandung bayi yang baru saja
dilahirkan. Sehingga dapat dilakukan skrining test dengan tepat dan
segera.
b. Riwayat Persalinan: Untuk menentukan tindakan segera yang
dilakukan pada bayi baru lahir.
2. Data Obyektif
1) Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum: Baik
b. Tanda-tanda Vital: Pernapasan normal adalah antara 30-50 kali per
menit, dihitung ketika bayi dalam posisi tenang dan tidak ada tanda-
tanda distress pernapasan. Bayi baru lahir memiliki frekuensi
denyut jantung 110-160 denyut per menit dengan rata-rata kira-kira
130 denyut per menit. Angka normal pada pengukuran suhu bayi
secara aksila adalah 36,5-37,5° C(Sih Rini Handayani & Mulyati,
2017).
c. Antropometri : Kisaran berat badan bayi baru lahir adalah 2500-
4000 gram, panjang badan sekitar 48-52 cm, lingkar kepala sekitar
32-37 cm, kira-kira 2 cm lebih besar dari lingkar dada (30-35 cm).
Bayi biasanya mengalami penurunan berat badan dalam beberapa
hari pertama yang harus kembali normal pada hari ke-10. Sebaiknya
bayi dilakukan penimbangan pada hari ke-3 atau ke-4 dan hari ke-
10 untuk memastikan berat badan lahir telah kembali.
d. Apgar Score: Skor Apgar merupakan alat untuk mengkaji kondisi
bayi sesaat setelah lahir dalam hubungannya dengan 5 variabel.
Penilaian ini dilakukan pada menit pertama, menit ke-5 dan menit
ke-10. Nilai 7-10 pada menit pertama menunjukkan bahwa bayi
berada dalam keadaan baik.
2) Pemeriksaan Fisik
a. Kulit: Seluruh tubuh bayi harus tampak merah muda,
mengindikasikan perfusi perifer yang baik. Bila bayi berpigmen
gelap, tanda-tanda perfusi perifer baik dapat dikaji dengan
mengobservasi membran mukosa, telapak tangan dan kaki. Bila
bayi tampak pucat atau sianosis dengan atau tanpa tanda-tanda
distress pernapasan harus segera dilaporkan pada dokter anak
karena dapat mengindikasikan adanya penyakit. Selain itu, kulit
bayi juga harus bersih dari ruam, bercak, memar, tanda-tanda
infeksi dan trauma.
b. Kepala: Fontanel anterior harus teraba datar. Bila cembung, dapat
terjadi akibat peningkatan tekanan intracranial sedangkan fontanel
yang cekung dapat mengindikasikan adanya dehidrasi. Moulding
harus sudah menghilang dalam 24jam kelahiran. Sefalhematoma
pertama kali muncul pada 12 sampai 36 jam setelah kelahiran dan
cenderung semakin besar ukurannya, diperlukan waktu sampai 6
minggu untuk dapat hilang. Adanya memar atau trauma sejak lahir
harus diperiksa untuk memastikan bahwa proses penyembuhan
sedang terjadi dan tidak ada tanda-tanda infeksi.
c. Mata: Inspeksi pada mata bertujuan untuk memastikan bahwa
keduanya bersih tanpa tanda-tanda rabas. Jika terdapat rabas, mata
harus dibersihkan dan usapannya dapat dilakukan jika
diindikasikan.
d. Telinga: Periksa telinga untuk memastikan jumlah, bentuk dan
posisinya. Telinga bayi cukup bulan harus memiliki tulang rawan
yang cukup agar dapat kembali ke posisi semulai ketika digerakkan
ke depan secara perlahan. Daun telinga harus berbentuk sempurna
dengan lengkungan-lengkungan yang jelas pada bagian atas. Posisi
telinga diperiksa dengan penarikan khayal dari bagian luar kantung
mata secara horizontal ke belakang ke arah telinga. Ujung atas daun
telinga harus terletak di atas garis ini. Letak yang lebih rendah dapat
berkaitan dengan abnormalitas kromosom, seperti Trisomi 21.
Lubang telinga harus diperiksa kepatenannya. Adanya kulit
tambahan atau aurikel juga harus dicatat dan dapat berhubungan
dengan abnormalitas ginjal.
e. Hidung: Tidak ada kelainan bawaan atau cacat lahir.
f. Mulut: Pemeriksaan pada mulut memerlukan pencahayaan yang
baik dan harus terlihat bersih, lembab dan tidak ada kelainan seperti
palatoskisis maupun labiopalatoskisis (Bibir sumbing).
g. Leher: Bayi biasanya berleher pendek, yang harus diperiksa adalah
kesimetrisannya. Perabaan pada leher bayi perlu dilakukan untuk
mendeteksi adanya pembengkakan, seperti kista higroma dan tumor
sternomastoid. Bayi harus dapat menggerakkan kepalanya ke kiri
dan ke kanan. Adanya pembentukan selaput kulit mengindikasikan
adanya abnormalitas kromosom, seperti sindrom Turner dan adanya
lipatan kulit yang berlebihan di bagian belakang leher
mengindikasikan kemungkinan adanya Trisomo 21.
h. Klavikula: Perabaan pada semua klavikula bayi bertujuan untuk
memastikan keutuhannya, terutama pada presentasi bokong atau
distosia bahu, karena keduanya berisiko menyebabkan fraktur
klavikula, yang menyebabkan hanya mampu sedikit bergerak atau
bahkan tidak bergerak sama sekali.
i. Dada: Tidak ada retraksi dinding dada bawah yang dalam.
j. Umbilikus: Tali pusat dan umbilikus harus diperiksa setiap hari
untuk mendeteksi adanya perdarahan tali pusat, tanda-tanda
pelepasan dan infeksi. Biasanya tali pusat lepas dalam 5-16 hari.
Potongan kecil tali pusat dapat tertinggal di umbilikus sehingga
harus diperiksa setiap hari. Tanda awal terjadinya infeksi di sekitar
umbilikus dapat diketahui dengan adanya kemerahan disekitar
umbilikus, tali pusat berbau busuk dan menjadi lengket.
k. Ekstremitas: Bertujuan untuk mengkaji kesimetrisan, ukuran,
bentuk dan posturnya. Panjang kedua kaki juga harus dilakukan
dengan meluruskan keduanya. Posisi kaki dalam kaitannya dengan
tungkai juga harus diperiksa untuk mengkaji adanya kelainan posisi,
seperti deformitas anatomi yang menyebabkan tungkai berputar ke
dalam, ke luar, ke atas atau ke bawah. Jumlah jari kaki dan tangan
harus lengkap. Bila bayi aktif, keempat ekstremitas harus dapat
bergerak bebas, kurangnya gerakan dapat berkaitan dengan trauma.
l. Punggung: Tanda-tanda abnormalitas pada bagian punggung yaitu
spina bifida, adanya pembengkakan, dan lesung atau bercak kecil
berambut.
m. Genetalia: Pada perempuan vagina berlubang, uretra berlubang dan
labia minora telah menutupi labia mayora. Sedangkan pada laki-
laki, testis berada dalam skrotum dan penis berlubang pada
ujungnya (Saifuddin, 2006).
n. Anus: Secara perlahan membuka lipatan bokong lalu memastikan
tidak ada lesung atau sinus dan memiliki sfingter ani.
o. Eliminasi: Keluarnya urine dan mekonium harus dicatat karena
merupakan indikasi kepatenan ginjal dan saluran gastrointestinal
bagian bawah.
3) Pemeriksaan Refleks
a. Morro: Respon bayi baru lahir akan menghentakkan tangan dan
kaki lurus ke arah luar sedangkan lutut fleksi kemudian tangan akan
kembali ke arah dada seperti posisi dalam pelukan, jari-jari nampak
terpisah membentuk huruf C dan bayi mungkin menangis. Refleks
ini akan menghilang pada umur 3-4 bulan. Refleks yang menetap
lebih dari 4 bulan menunjukkan adanya kerusakan otak. Refleks
tidak simetris menunjukkan adanya hemiparises, fraktur klavikula
atau cedera fleksus brakhialis. Sedangkan tidak adanya respons
pada ekstremitas bawah menunjukkan adanya dislokasi pinggul atau
cidera medulla spinaliss.
b. Rooting: Setuhan pada pipi atau bibir menyebabkan kepala menoleh
ke arah sentuhan. Refleks ini menghilang pada 3-4 bulan, tetapi bisa
menetap sampai umur 12 bulan khususnya selama tidur. Tidak
adanya refleks menunjukkan adanya gangguan neurologi berat.
c. Sucking: Bayi menghisap dengan kuat dalam berenspons terhadap
stimulasi. Refleks ini menetap selama masa bayi dan mungkin
terjadi selama tidur tanpa stimulasi. Refleks yang lemah atau tidak
ada menunjukkan kelambatan perkembangan atau keaadaan
neurologi yang abnormal.
d. Grasping: Respons bayi terhadap stimulasi pada telapak tangan bayi
dengan sebuah objek atau jari pemeriksa akan menggenggam (Jari-
jari bayi melengkung) dan memegang objek tersebut dengan erat.
Refleks inimenghilang pada 3-4 bulan. Fleksi yang tidak simetris
menunjukkan adanya paralisis. Refleks menggenggam yang
menetap menunjukkan gangguan serebral.
e. Startle: Bayi meng-ekstensi dan mem-fleksi lengan dalam
merespons suara yang keras, tangan tetap rapat dan refleks ini akan
menghilang setelah umur 4 bulan. Tidak adanya respons
menunjukkan adanya gangguan pendengaran.
f. Tonic Neck: Bayi melakukan perubahan posisi bila kepala diputar
ke satu sisi, lengan dan tungkai ekstensi ke arah sisi putaran kepala
dan fleksi pada sisi yang berlawanan. Normalnya refleks ini tidak
terjadi pada setiap kali kepala diputar. Tampak kira-kira pada umur
2 bulan dan menghilang pada umur 6 bulan.
g. Neck Righting: Bila bayi terlentang, bahu dan badan kemudian
pelvis berotasi ke arah dimana bayi diputar. Respons ini dijumpai
selama 10 bulan pertama. Tidak adanya refleks atau refleks menetap
lebih dari 10 bulan menunjukkan adanya gangguan sistem saraf
pusat.
h. Babinski: Jari kaki mengembang dan ibu jari kaki dorsofleksi,
dijumlah sampai umur 2 tahun. Bila pengembangan jari kaki
dorsofleksi setelah umur 2 tahun menunjukkan adanya tanda lesi
ekstrapiramidal.
i. Merangkak: Bayi membuat gerakan merangkak dengan lengan dan
kaki bila diletakkan pada abdomen. Bila gerakan tidak simetris
menunjukkan adanya abnormalitas neurologi.
j. Menari atau melangkah: Kaki bayi akan bergerak ke atas dan ke
bawah bila sedikit disentuhkan ke permukaan keras. Hal ini
dijumpai pada 4-8 minggu pertama kehidupan. Refleks menetap
melebihi 4-8 minggu menunjukkan keadaan abnormal.
k. Ekstruasi: Lidah ekstensi ke arah luar bila disentuh dan dijumpai
pada umur 4 bulan. Esktensi lidah yang persisten menunjukkan
adanya sindrom Down.
l. Galant’s: Punggung bergerak ke arah samping bila distimulasi dan
dijumpai pada 4- 8 minggu pertama. Tidak adanya refleks
menunjukkan adanya lesi medulla spinalis transversa.
3. Analisa
Perumusan diagnosa pada bayi baru lahir disesuaikan dengan
nomenklatur kebidanan, seperti Normal Cukup Bulan, Sesuai Masa
Kehamilan (NCB SMK). Masalah yang dapat terjadi pada bayi baru lahir
adalah bayi kedinginan. Kebutuhan BBL adalah kehangatan, ASI,
pencegahan infeksi dan komplikasi(Sih Rini Handayani & Mulyati, 2017).
4. Penatalaksanaan
Pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil disesuaikan dengan
rencana asuhan yang telah disusun dan dilakukan secara komprehensif,
efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada bayi(Sih Rini
Handayani & Mulyati, 2017).
5. Evaluasi
Penilaian atau evaluasi dilakukan segera setelah selesai melaksanakan
asuhan sesuai dengan kondisi bayi kemudian dicatat, dikomunikasikan
dengan ibu dan atau keluarga serta ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi
bayi.
BAB III

KASUS

I. PENGKAJIAN
Tanggal : 14 September 2021
Waktu : 08.30 WIB
Tempat : Ruang Imunisasi
II. IDENTITAS
a. Identitas bayi
Nama : By.M
Tanggal/Jam lahir : 15 April 2019/ 19.20 WIB
Jenis Kelamin : Laki-Laki
b. Identitas Orang tua

Nama ibu : Ny. S Pekerjaan : IRT


Umur : 36 tahun Alamat : Karang
Agama : Islam Tengah, Parakan,
Pendidikan : SMP Temanggung
Pekerjaan :
Nama suami : Tn. H Karyawan Swasta
Umur : 39 Alamat : Karang
tahun Tengah, Parakan,
Agama : Islam Temanggung
Pendidikan :
SMP

III. DATA SUBYEKTIF


1. Alasan datang
Ibu ingin mengimunisasikan bayinya, namun ibu belum mengetahui jenis
imunisasi yang diberikan dan belum mengetahui manfaatnya
Keluhan utama
Ibu mengatakan tidak ada keluhan
2. Riwayat kesehatan
a. Dahulu
Ibu mengatakan selama 2 tahun bayinya pernah menderita demam,
pilek dan batuk, namun tidak pernah mengalami sesak nafas
b. Sekarang
Ibu mengatakan saat ini bayinya tidak menderita demam, pilek
maupun batuk dan tidak pernah mengalami sesak nafas
c. Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang mempunyai riwayat
penyakit seperti demam, batuk, pilek maupun sesak nafas.
3. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas
a. Riwayat kehamilan ibu
- Umur kehamilan : 40 minggu
- Riwayat penyakit dalam hamil : Tidak ada
- Kebiasaan selama hamil :
 Pola Nutrisi
Ibu mengatakan selama hamil ibu makan sedikit tetapi
sering, ibu makan buah dan sayur. Minum 6-7 gelas sehari
jenis air putih dan 2 gelas susu.
 Pola Eliminasi
Ibu mengatakan selama hamil BAK menjadi lebih sering.
Dalam sehari ibu BAK 8-9 kali dengan warna kuning
jernih, bau khas, dan tidak ada keluhan.
Ibu mengatakan pola BAB yaitu 2 kali sehari dengan
konsistensi lembek, warna coklat kekuningan, bau khas.
 Pola Aktivita
Ibu mengatakan pola aktivitas selama hamil yaitu
mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti mencuci baju,
dan menyetrika baju, mencuci piring, dan bersih-bersih
rumah dibantu oleh suami.
 Pola Istirahat Tidur
Ibu mengatakan selama hamil tidur malam selama 7-8 jam
sehari, tidur siang 2 jam sehari dan ibu juga mengatakan
tidak ada keluhan selama istirahat maupun tidur.
 Pola Seksual
Ibu mengatakan pola hubungan seksual selama hamil yaitu
2x seminggu.
 Pola Hygiene
Ibu mengatakan mandi 2x sehari, keramas 2 hari sekali,
gosok gigi 3x sehari, namun selama hamil ganti pakaian 4x
sehari, ganti pakaian dalam setiap kali basah.
 Pola Hidup Sehat
Ibu mengatakan selama hamil terkadang olahraga ringan
pada pagi hari, misalnya jalan-jalan.
Ibu mengatakan ibu dan suami tidak merokok, minum
minuman beralkohol, konsumsi obat-obatan selain dari
resep dokter atau bidan, dan ibu juga mengatakan tidak
meminum jamu.
b. Riwayat persalinan (Natal)
- Tanggal lahir : 15 April 2019
- Jenis kelamin : Laki-Laki
- Tunggal/gemeli : Tunggal
- Komplikasi persalinan : Tidak ada
c. Riwayat nifas
Selama nifas tidak ada komplikasi
4. Riwayat tumbang
Pertumbuhan BB : BB lahir 3300 gram, BB sekarang 12,1 kg, PB lahir 49
cm, PB sekarang 90 cm
Perkembangan anak : Ibu mengatakan bayinya sudah bisa berjalan dan
berlari
Kelainan bawaan : Ibu mengatakan bayinya tidak ada kelainan bawaan
5. Riwayat imunisasi
Ibu mengatakan bayinya sudah diberi imunisasi suntik vitamin K saat
lahir, HB0, BCG, DPT1, DPT 2, DPT 3, Polio tetes, IPV, Campak, dan
DPT lanjutan.
6. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Pola nutrisi
Ibu mengatakan bayinya diberi susu, dan diberi makanan. Bayi diberi
susu semaunya bayi, diberi makanan tambahan 3x sehari berupa
setengah piring kecil nasi.
b. Pola eliminasi
- BAK
Frekuensi 7-8 kali sehari, berwarna kuning jernih
Keluhan/masalah : Tidak ada
- BAB
Frekuensi 2 kali sehari, berwarna kuning konsistensi lembek
- Keluhan/masalah : Tidak ada
c. Pola istirahat
Ibu mengatakan bayinya tidur tidur siang selama 1,5 jam/hari, tidur
malam selama 7-8 jam/hari
d. Pola aktifitas
Ibu mengatakan dalam sehari bayinya bermain dengan ibu dan
keluarga. Bayi bermain dengan mainan yang dipegang dan terkadang
diajak main ke rumah saudara.
e. Pola personal hygiene
Ibu mengatakan bayinya mandi 2 kali sehari, ganti baju minimal 3 kali
sehari
7. Pola sosial ekonomi
Ibu mengatakan keadaan dan kemampuan keluarga rata-rata sama dengan
lingkungan sekitar
IV. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Vital signs : N : 132 x/menit (98-140 x/menit saat bangun)
RR : 34 x/menit (24-40 x/menit)
T : 36,7 oC
2. Pengukuran antropometri
BB : 12,1 kg
PB : 90 cm
LK : 36 cm
LILA : 14 cm
3. Status present
Kepala : Mesocepal, ubun-ubun rata, rambut berwarna
hitam lebat
Mata : Simetris, conjungtiva merah muda, sclera putih
Hidung : Simetris, hidung bersih, tidak ada polip, tidak
ada secret
Mulut : Bibir lembab, gusi berwarna merah, lidah
berwarna merah, mukosa lembab
Telinga : Simetris, terdapat lobang telinga, telinga bersih
Leher :Tidak ada pembesaran vena jugularis, kelenjar
thyroid, dan kelenjar getah bening
Dada : Simetris, dada rata, pernafasan tenang dan
tidak ada tarikan dinding dada
Pulmo/jantung : Terdengar suara jantung lup dup
Abdomen : perut datar, kulit lembab
Genetalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Punggung : Simetris, pundak dan pinggul kanan dan kiri
memiliki tinggi yang sama
Anus : Terdapat lobang pada anus
Ekstremitas : Turgor kulit baik, kulit lembab, akral hangat
Kulit : Berwarna kemerahan, lembab
V. ANALISA
1. Diagnosa kebidanan
By. M umur 2,4 tahun dengan kebutuhan imunisasi Campak lanjutan
2. Diagnosa masalah
Tidak ada
VI. PENATALAKSANAAN
Tanggal : 14 September 2021 Jam : 08.35 WIB
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa bayinya dalam
keadaan sehat dan memenuhi syarat imunisasi.
Hasil : Ibu tampak senang karena mengetahui bahwa anaknya dalam
keadaan sehat dan memenuhi syarat untuk imunisasi.
2. Memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu tentang imunisasi
Campak adalah imunisasi yang digunakan untuk mencegah penyakit
campak.
Hasil : Ibu mengerti dan dapat memahami manfaat dari imunisasi
Campak.
3. Menjelaskan efek samping dari imunisasi Campak seperti demam atau
pusing, kehilangan nafsu makan, mual atau muntah, nyeri otot, lelah
dan leams, nyeri atau kemerahan di area penyuntikan
Hasil : Ibu mengerti dan mampu menjelaskannya kembali.
4. Mengatur posisi bayi, menganjurkan ibu menggendong bayinya dalam
posisi tidur sehingga apabila bayi rewel ketika diimunisasi ibu bisa
langsung menenangkannya.
Hasil : Bayi dalam posisi tidur, tangan dan kaki dipegangi Ibu,bayi
siap diimunisasi.
5. Memasukkan vaksin Campak 0,5 ml dan berikan secara intramuscular
Hasil : Vaksin telah masuk, dan tidak ada reaksi negatif dari vaksin.
6. Memberikan obat penurun demam (paracetamol 100mg) dengan dosis
½ sdm 3x1.
Hasil : Ibu mengerti dan bersedia melakukan anjuran bidan.
7. Menjelaskan kepada ibu bahwa imunisasi pada anaknya sudah lengkap
dan menganjurkan ibu apabila ada keluhan pada anak segera untuk
mengunjungi fasilitas kesehatan terdekat.
Hasil:Ibu mengerti dan bersedia datang apabila terjadi keluhan pada
anak
Magelang, .....................
2021
Pembimbing Lahan Praktikan

Andika Wahyusari, Asip Priyani


S.Tr.Keb
NIP. 197904022009032007 NIM: P1337424219005

Pembimbing Prodi

Murdiyanto Tri Wibowo, SKM


NIP.

Anda mungkin juga menyukai