Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.Yang telah
memberikan banyak nikmat-Nya kepada kami. Sehingga kami mampu
menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang kami rencanakan.Makalah
ini yang berjudul “Gangguan Nafas Pada Bayi Baru Lahir” kami buat dalam
rangka memenuhi salah satu syarat penilaian mata kuliah Asuhan
Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal yang meliputi nilai tugas, nilai
kelompok, nilai individu, dan nilai keaktifan.
Kami sebagai penyusun pastinya tidak pernah lepas dari kesalahan.
Begitu pula dalam penyusunan makalah ini yang mempunyai banyak
kekurangan.Oleh karena itu, kami mohon maaf atas segala kekurangannya.
Kami ucapkan terima kasih kepada pembimbing mata kuliah Organisasi
Manajemen Pelayanan Kebidanan yaitu Ibu Nina Primasari, SST, M.Keb yang
telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini.Tidak lupa pula kepada
teman-teman yang telah ikut berpartisipasi sehingga makalah ini selesai tepat pada
waktunya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB 1 ..................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
B. Rumusan masalah......................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
D. Diagnosis ...................................................................................................... 4
PENUTUP ............................................................................................................. 10
A. Kesimpulan ................................................................................................ 10
B. Saran ........................................................................................................... 11
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal merupakan salah satu unsur penentu
status kesehatan neonatal. Pelayanan kesehatan neonatal dimulai sebelum bayi dilahirkan,
melalui pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil. Pertumbuhan dan
perkembangan bayi periode neonatal merupakan periode yang paling kritis karena dapat
menyebabkan kesakitan dan kematian bayi (Saifudin, 2002).
Penatalaksanaan bayi baru lahir memiliki tiga tujuan utama yaitu untuk mendeteksi
masalah medis sedini mungkin sehingga dapat diobati secara tepat, mempermudah
adaptasi pada kehidupan ekstraueri, melindungi bayi baru lahir dari proses bahaya seperti
hipotermi dan infeksi (Rudolph, 2006).
Angka kematian bayi di Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan
dengan negara-negara anggota ASEAN lainnya. Indonesia menduduki ranking ke-6
setelah Thailand (20 per 1.000 kelahiran hidup), Vietnam (18 per 1.000 kelahiran hidup),
Malaysia (10 per 1.000 kelahiran hidup), Brunei Darussalam (8 per 1.000 kelahiran
hidup), dan Singapura (3 per1.000 kelahiran hidup), (DepKes RI, 2008).
Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka
Kematian Bayi (AKB) sebesar 32 kematian/1000 kelahiran hidup (Hendriyana, 2013).
Menurut (Riset Kesehatan Dasar) RISKESDAS 2007, penyebab kematian neonatal 0-6
hari adalah gangguan pernafasan (37%), prematurias (34%), sepsis (12%), hipotermi
(7%), ikterus (6%) dan kelainan kongenital (1%) .
Menurut DepKes RI, angka kematian sepsis neonaturum cukup tinggi 13-15 % dari
angka kematian bayi baru lahir. Masalah yang sering timbul sebagai komplikasi sepsis
neonaturum adalah meningitis, kejang, hipotermi, hiperbilirubin, gangguan nafas, dan
minum (DepKes, 2007).
Penelitian telah menunjukkan bahwa lebih dari 50 % kematian bayi terjadi dalam
periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi
baru lahir sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan cacat
seumur hidup, bahkan kematian. Misalnya sebagai akibat hipotermi pada bayi baru lahir
1
dapat terjadi cold stress yang selanjutnya dapat menyebabkan hipoksemia dan
mengakibatkan kerusakan otak. Akibat selanjutnya adalah perdarahan otak, syok, dan
keterlambatan tumbuh kembang. Contoh lain misalnya, kurang baiknya pembersihan
jalan nafas waktu lahir dapat menyebabkan masuknya cairan lambung kedalam paru-paru
yang mengakibatkan kesulitan pernapasan (Prawirohardjo, 2009).
Pemeriksaan Bayi Baru Lahir (BBL) bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin
bila terdapat kelainan pada bayi atau bayi mengalami masalah kesehatan. Risiko terbesar
kematian bayi baru lahir terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, sehingga bila bayi lahir
di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama
24 jam pertama (Depkes, 2011).
B. Rumusan masalah
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Gangguan nafas pada bayi baru lahir (BBL) adalah keadaan bayi yang sebelumnya
normal atau bayi dengan asfiksia yang sudah dilakukan resusitasi dan berhasil, tetapi
beberapa saat kemudian mengalami gangguan napas, biasanya mengalami masalah
sebagai berikut :
Frekuensi nafas bayi lebih 60 kali/menit, mungkin menunjukan satu atau lebih tanda
tambahan gangguan napas
Frekuensi napas bayi kurang 40 kali/menit
Bayi dengan sianosis sentral ( biru pada lidah dan bibir)
Bayi apnu (nafas berhenti lebih 20 detik)
Gangguan napas merupakan salah satu kegawatan perinatal yang dapat memberi
dampak buruk bagi BBL, yaitu kematian atau apabila dapat bertahan hidup dengan
gejala sisa atau sekuele
Bila terjadi apnu, ini merupakan salah satu tanda bahaya atau “Danger Sign” yang
harus segera ditangani di manapun BBL tersebut berada
Gangguan napas dapat diakibatkan oleh banyak faktor penyebab, namun penanganan
awal kegawatannya yang merupakan hal yang sangat penting.
3
6. Kelainan lain : sindrom aspirasi meconium, transient tachypnea of the newborn
penyakit membran hialin
Bila menurut masa gestasi, prnyebab gangguan napas adalah sebagai berikut:
D. Diagnosis
Anamnesis
Waktu timbulnya gangguan nafas
Usia kehamilan
Pengobatan steroid antenatal
Faktor predisposisi : Ketuban pecah dini (KPD), demam pada ibu sebelum
persalinan
Riwayat asfiksia dan persalinan dengan tindakan
Riwayat aspirasi
4
Pemeriksaan fisis
5
60 – 90 kali/menit Tanpa Tarikan dinding dada atau Gangguan
merintih saat ekspirasi atau sianosis nafas
sentral ringan
60 – 90 kali/menit Dengan Sianosis sentral Kelaianan
jantung
Tetapi Tarikan dinding dada atau kongenital
tanpa merimtih
bila tersedia fasilitas oksigen, maka klasifikasi gangguan nafas dapat dibuat berdasarkan table
dibawah ini
Parameter 0 1 2
Frekuensi nafas Kurang dari 60/menit 60-80 Lebih dari 80
Sianosis Tidak sianosis Sianosis hilang dengan Sianosis menetap
pemberian oksigen walaupun diberi
oksigen
Retraksi Tidak ada Retraksi ringan Retraksi berta
Suara Nafas Suara napas dikedua Suara nafas dikedua paru Tidak ada suara
paru : baik : menurun nafas dikedua paru
Merintih Tidak merintih Dapat didengar dengan Dapat didengar
stetoskop tanpa alat bantu
Pemeriksaan penunjang
Dilakukan pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan laboratorium
6
E. Manajemen Umum
1. Pasang infus intravena sesuai kondisi bayi, yang paling sering dan bila bayi tidak
dalam keadaan dehidrasi berikan infus dekstrosa 10%
Pantau selalu tanda vital
Jaga patensi jalan nafas
Berikan oksigen (2-3 liter/menit dengan kateter nasal)
2. Jika bayi mengalami apnu:
Lakukan tindakan resusitasi sesuai tahap yang diperlukan
Lakukan penilaian lanjut
3. Bila terjadi kejang, hentikan kejang
4. Segera periksa kadar glukosa darah
5. Pemberian nutrisi adekuat
Setelah manajemen umum, segera dilaukan manajemen lanjut sesuai dengan kemungkinan
penyeban dan jenis atau derajat gangguan nafas.
Sesuai dengan fasilitas yang ada, yang dapat dikelola di puskesmas adalah gangguan Nafas
ringan dan gangguan nafas sedang (sesuai kasus), sedangkan gangguan Nafas berat, dan
kelainan jantung kongenital harus segera dirujuk kerumah sakit rujukan.
Beberapa bayi cukup bulan yang mengalami gangguan napas ringan pada waktu lahir
tanpa gejala-gejala lain disebut Transient Tachypne of the Newborn (TTN), terutama
terjadi setelah bedah sesar. Biasanya kondisi tersebut akan membaik dan sembuh sendiri
tanpa pengobatan. Meskipun demikian, pada beberapa kasus, gangguan napas ringan
merupakan tanda awal dari infeksi sistemik.
7
Berikan ASI bila bayi mampu mengisap. Bila tidak, diberikan ASI perah dengan
menggunakan salah satu cara alternative pemberian minum.
Kurangi pemberian O2 secara bertahap bila ada perbaikan gangguan napas. Hentikan
pemberian O2 jika frekuensi napas antara 40-60 x/menit.
Amati bayi setelah 24 jam berikutnya, jika frekuensi napas menetap antara 40-60 x/menit,
tidak ada tanda-tanda sepsis, dan tidak ada maslah lain yang memerlukan perawatan, bayi
dapat dipulangkan.
8
Amati bayi selama 24 jam setelah pemberian antibiotic dihentikan. Bila bayi kembali
tampak kemerahan tanpa pemberian O2 selama 3 hari, minum baik dan tak ada alasan
bayi tetap tinggal di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gangguan nafas pada bayi baru lahir (BBL) adalah keadaan bayi yang sebelumnya normal
atau bayi dengan asfiksia yang sudah dilakukan resusitasi dan berhasil, tetapi beberapa saat
kemudian mengalami gangguan napas, biasanya mengalami masalah sebagai berikut :
Frekuensi nafas bayi lebih 60 kali/menit, mungkin menunjukan satu atau lebih tanda
tambahan gangguan napas
Frekuensi napas bayi kurang 40 kali/menit
Bayi dengan sianosis sentral ( biru pada lidah dan bibir)
Bayi apnu (nafas berhenti lebih 20 detik)
10
B. Saran
Berbagai upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi
penyebab utama kematian bayi baru lahir, meliputi pelayanan antenatal yang
berkualitas, asuhan persalinan normal atau dasar, dan pelayanan asuhan neonatal
oleh tenaga professional.
Dengan memahami makalah ini diharapkan kita sebagai tenaga medis mampu
untuk memberikan asuhan kehamilan, persalinan, BBL yang cepat, tepat dan benar
yaitu dengan mampu mendeteksi keadaan yang dinilai membahayakan dan
menanganinya sesuai dengan prosedur yang berlaku (Standar operasional prosedur)
dalam penanganan kondisi kegawatdaruratan.
11
DAFTAR PUSTAKA
12