Revisian PKM
Revisian PKM
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................................1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
2.1 Tinjauan Tentang Neonatus Prematur............................................................3
2.2 Kegunaan Ekstrak Vanillla.............................................................................3
2.3 Keunikan Produk............................................................................................4
2.5 Target Program...............................................................................................5
BAB 3 TAHAP PELAKSANAAN..........................................................................5
3.1 Penemuan Ide Karya......................................................................................5
3.4 Tahapan Proses Pembuatan............................................................................7
3.5 Metode Implementasi Produk........................................................................8
BAB 4 BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN........................................................8
4.1 Anggaran Biaya..............................................................................................8
4.2 Jadwal Kegiatan.............................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................9
LAMPIRAN-LAMPIRAN.....................................................................................10
Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota, dan Dosen Pembimbing........................10
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan.......................................................18
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas............19
Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Pelaksana................................................21
SURAT PERNYATAAN KETUA PELAKSANA...............................................21
ii
1
BAB 1. PENDAHULUAN
Apnea atau henti nafas pada neonatus didefinisikan sebagai pola napas
abnormal dengan episode henti napas selama lebih dari 20 detik atau kurang dari
10 detik, disertai desaturasi atau bradikardia [ CITATION Dia17 \l 1033 ]. Henti nafas
merupakan salah satu komplikasi paling sering dialami bayi prematur dengan
prevalensi 25-50%. Kejadiannya meningkat seiring dengan berkurangnya atau
semakin mudanya usia kandungan saat bayi tersebut dilahirkan. Apnea of
prematurity (AOP) terjadi pada lebih dari 50% bayi dengan berat lahir <1500 g
dan 80% pada bayi dengan berat lahir <1000 g [ CITATION Bah19 \l 1033 ].
Terjadinya henti nafas pada bayi premature karena imaturitas pada batang
otak bayi. Sedangkan batang otak merupakan pusat dimana pernafasan diatur,
oleh karena itu dapat menimbulkan henti nafas pada bayi premature. Periode henti
nafas yang terjadi pada bayi premature akan membaik dengan sendirinya seiring
pertambahan usia bayi tersebut. Henti nafas yang terjadi pada bayi menjadi salah
satu penyebab kematian bayi yang meningkat. Hasil Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 menunjukkan AKN (angka Kematian
Neonatus) sebesar 15 per 1.000 kelahiran hidup, AKB (Angka Kematian Bayi) 24
per 1.000 kelahiran hidup, dan AKABA (Angka Kematian Balita) 32 per 1.000
kelahiran hidup [CITATION KEM18 \l 1033 ].
Selain mengalami henti nafas, bayi prematur juga dianggap memiliki
sensitifitas rasa nyeri yang rendah. Namun belakangan ini terdapat penelitian yang
membuktikan bahwa bayi premature dapat merasakan sensai nyeri selama
pelaksanaan prosedur yang menyakitkan. Studi menyebutkan bahwa bayi
premature dapat merasakan sensasi nyeri setelah usia kehamilan melewati 26
minggu. Pada studi tersebut juga ditunjukkan bahwa indera penciuman bayi
prematur lebih matang dibandingkan indera lainnya [ CITATION nes15 \l 1033 ].
Komplikasi yang muncul pada bayi lahir premature mengakibatkan bayi
menjadi rewel dan susah tidur. Bayi prematur dengan perawatan di ruang NICU
sering mendapatkan tindakan pengambilan sampel darah. Rasa sakit selama dan
sesudah proseduk injeksi mengakibatkan bayi menjadi rewel dan tidak nyaman
sehingga tidur bayi terganggu. Sedangkan tidur merupakan bentuk adaptasi bayi
terhadap lingkungannya. Bayi berusia 0-5 bulan menjalani kehidupan dengan 80-
90% tidur. Kebutuhan tidur bayi tidak hanya dapat dilihat dari aspek kualitas saja
namun juga kuantitasnya. Pada bayi yang memiliki kualitas tidur degan baik,
maka bayi dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik.
Kualitas tidur bayi sangat mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan
bayi. Dimana bayi dengan kualitas tidur yang baik maka memiliki perkembangan
yang baik pula, bayi yang aktif dan tumbuh normal biasanya mempunyai waktu
tidur yang baik. Membiasakan bayi yang tidur siangnya cukup maka akan
meningkatkan kecerdasan otak bayi, namun perlu diperhatikan juga jangan
2
membiasakan bayi tidur pada sore hari karena dapat menyebabkan bayi rewel
pada malam hari (Wong, 2019).
Pada bayi dengan perawatan di RS atau perawatan premature, akan
mendapatkan beberapa obat untuk membantu pernafasannya tetap stabil.
Pemasangan infus pada bayi juga mengakibatkan rasa tidak nyaman, selain itu
pemberian obat untuk apnea dapat membawa efek samping bagi bayi. Saat ini
telah dilakukan beberapa penelitian terkait efektifitas terapi nonfarmakologi
terhadap periode apnea atau henti nafas pada bayi prematur. Aromaterapi yang
diteliti adalah aroma vanilla yang ditunjukkan memiliki efektifitas terhadap
penurunan periode apnea dan penurunan rasa sakit injeksi pada bayi premature.
Ditegaskan bahwa bau vanili, yang merupakan salah satu bau harum ini,
merangsang saraf penciuman, mengatur pernapasan. Satu studi melaporkan
(Marlier et al., 2005) menemukan bahwa bau ekstrak vanili mengurangi apnea
sebesar 44% [ CITATION Bah19 \l 1033 ].
Aroma vanilla dan ASI dapat membantu menurunkan periode henti nafas
pada bayi lahir prematur. Selain itu juga dapat membantu bayi untuk lebih tenang
saat dilakukan pengambilan sampel darah vena. Aroma vanilla tidak bekerja
seefektif aroma ASI terhadap penurunan sensasi nyeri selama prosedur
pengambilan darah. Namun aroma vanilla dapat menurunkan durasi tangisan dan
rengekan bayi setelah pengambilan sampel darah. Selain itu penggunaan
aromaterapi minim efek dibandingkan penggunaan terapi farmakologis untuk bayi
premature [ CITATION Placeholder1 \l 1033 ].
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan di atas, maka kami
mengusulkan sebuah solusi untuk membuat produk fungsional berupa gelang
berbasis aromaterapi. Kelebihan dari gelang aromaterapi ini yaitu berbentuk
gelang yang memudahkan untuk digunakan pada bayi dan tidak mudah lepas.
Efek penggunaan dari gelang aromaterapi ini yaitu dapat membantu bayi lebih
tenang setelah dilakukan pengambilan sampel darah, menurunkan. Selain itu
aroma vanilla juga membantu untuk menurunkan periode henti nafas pada bayi.
Tujuan dari program ini adalah membuat gelang yang dapat membantu
mengurangi periode henti nafas bayi premature. Selain itu juga dapat
menenangkan bayi dari rasa sakit akibat tindakan injeksi selama perawatan.
Target utama pegunaan gelang ini adalah bayi premature yang sedang menjalani
perawatan. Sedangkan manfaat dari proposal PKM-KI kami adalah membantu
tenaga kesehatan dan orangtua untuk memberikan perawatan bagi bayi premature,
mengurangi tingkat kematian bayi akibat apnea (prevelensi kematian bayi di awal)
dan membantu memberikan kenyamanan bagi bayi prematur.
3
membantu menurunkan periode apnea, oleh karen itu aroma vanilla juga bisa
membantu menurunkan periode apnea walaupun tidak seefektif aroma ASI.
Produk fungsional yang tim kami rancang memiliki bentuk gelang,
dipakaikan pada pergelangan tangan bayi. Bentuk gelang diharapkan mampu
meningkatkan efektifitas aroma karen bayi sering mengayunkan tangannya ke
daerah kepala atau ke daerah indera penciuman yaitu hifung. Aromaterapi
yang ada pada gelang dapat diisi ulang, jika dirasa aroma yang ada pada
kertas sudah hilang atau berkurang kertas dapat diganti cara yang mudah.
Perubahan warna yang terjadi pada kertas menandakan pengurangan aroma,
dan kertas dapat diganti dengan yang baru. Untuk pemakaian kertas yang
sudah berisi ektrak vanilla ini dapat digunakan kurang lebih 2-3 hari.
perlu membuka kemasan kapas dan memasangkan kapas berisi cairan ekstrak
vanilla kedalam gelang. Setiap kapas aromaterapi mengandung 15 tetes
campuran ektrak vanilla. Hal tersebut berdasarkan jurnal [ CITATION Bah19 \l
1033 ], untuk mendapatkan hasil yang terbaik memerlukan campuran ekstrak
vanilla sebanyak 15 tetes. Kapas aromaterapi bisa diganti kembali setiap 6-8
jam atau ketika aroma yang dihasilkan sudah mulai memudar.
vanilla khusus yang telah dicampur dengan gliserin kedalam kapas, dimana
larutan diteteskan sebanyak 15 tetes menggunakan pipet. Kapas yang sudah
mengandung aromaterapi dipasang pada gelang, dan kemudian dipakaikan
pada tangan bayi. Selain itu tersedia larutan vanilla, sehingga jika kapas
sudah mulai memudar aromanya bisa ditetesi kembali.
3.5 Metode Implementasi Produk
Pasangkan gelang yang sudah di pasang kapas aromaterapi disalah satu
pergelangan tangan pasien. Jika kapas aromaterapi sudah habis aromanya dan
pasien masih membutuhkan aromaterapi, maka ganti kapas aromaterapi
dengan kapas yang baru. Cara mengganti kapas yaitu dengan melepaskan
gelang terlebih dahulu dari pasien, setelah itu tetesi kapas aromaterapi yang
dengan ekstrak vanilla (khusus aromaterapi) dengan dosis 15 tetes, lalu ganti
kapas aromaterapi yang lama dengan yang baru. Kapas aromaterapi hanya di
gunakan satu kali saja, setelah itu di buang, untuk gelang bisa di gunakan
kembali dan dapat di bersihkan ketika akan di gunakan pasien lain.
DAFTAR PUSTAKA
Anam, C. & Sulistijino, E., 2019. Kadar Interlukin-4 dan Interlukin-8 Fese
Neonatus Prematur yang Mendapat ASI, Predominan ASI, Predominan Susu
Formula, dan Susu Formula. Majalah Kesehatan, Volume 6 Nomor 1(1-10), p.
majalah kesehatan.
Kambur, B. N., 2019. Impact of de odors of vanilla extract and breast milk on the
frequency of apnea in preterm neonates. Japan Journal of Nursing Science ·, p. 3.
Kanbur, B. N. & Balci, S., 2019. Impact of The Odors of Vanilla Extract and
Breast Milk on The Frequency of Apnea in Preterm Neonates. Japan Academy of
Nursing Science , pp. 1-7.
Neshat, H. & Jebreili, M., 2015. Effects of Breast Milk and Vanilla Odors on
Premature Neonate's Heart Rate and Blood Oxygene Saturation During and After
Vunipuncture. Pediatrics and Neonatology , pp. 1-7.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Universitas Airlangga Universitas Indonesia -
Tinggi
Bidang Ilmu Keperawatan Keperawatan Anak -
Tahun Masuk- 2002-2005 2010 – 2013 -
Lulus
Judul Skripsi/ Pengaruh Pendidikan Pengaruh Penggunaan -
Tesis/ Disertasi Kesehatan tentang Seragam Rompi
Dismenorhea dan Bergambar oleh Perawat
Management Nyeri terhadap Kecemasan
Terhadap Sikap Anak Prasekolah Akibat
Remaja Putri Hospitalisasi di Ruang
Menghadapi Anak RST Dr. Sopraoen
Dismenorhea di SMEA Malang dan RSUD
Dharmawanita Kanjuruhan Kepanjen
Kromengan Malang
Nama 1. Nursalam, M.Hons 1. Nani Nurhaeni,MN -
Pembimbing/ 2. Nuzul 2. Fajar Tri
Promotor Quraniati,S.Kep.,Ns W.,M.Kep.,Sp.Kep.,An
Penelitian
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Hibah Penelitian Fundamental.
Pengembangan Produk
No Uraian Biaya (Rp.)
.
1. Sewa Google Drive 500.000,-
2. Kerjasama pembuatan gelang 3.500.000,-
3. Pembuatan larutan vanilla dan kapas 1.000.000,-
SUBTOTAL 5.000.000,-
Biaya Bahan Habis Pakai
1. Ekstrak Vanilla 500.000,-
2. Glyserin 200.000,-
3. Pipet dan Gunting 100.000,-
4. Handscoon 100.000,-
SUBTOTAL 900.000,-
Biaya Transportasi
1. Biaya transportasi (@Rp.500.000/bulan) 1.500.000,-
SUBTOTAL 1.500.000,-
Lain-Lain
1. ATK, Pengadaan laporan dan biaya ads 650.000,-
2. Biaya Internet (@Rp.450.000/bulan) 1.350.000,-
3. Biaya proses pengemasan 600.000,-
SUBTOTAL 2.600.000,-
JUMLAH TOTAL 10.000.000,-
21