PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi baru lahir (BBL) adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran, berusia 0-
28 hari. BBL memerlukan penyesuaian fisiologi berupa maturasi, adaptasi (menyesuaikan
diri dari kehidupan intrauteri ke kehidupan ekstraurine) dan toleransi BBL untuk dapat
hidup dengan baik. Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu
yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat
melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin (Sumi
& Isa, 2021).
Bayi yang baru lahir beberapa saat atau beberapa jam pertama akan melalui
kehidupan ekstrim karena pada masa yang paling dinamis dari seluruh siklus kehidupan
akibat berpindah dari ketergantungan total ke mandirian fisiologis, proses ini dikenal
dengan periode transisi. Oleh karena itu pada setiap kelahiran penting bagi tenaga
kesehatan untuk memikirkan tentang faktor-faktor kehamilan atau persalinan yang dapat
menyebabkan gangguan dijam pertama kehidupan di luar rahim seperti partus lama,
trauma lahir, infeksi, keluar mekunium dan penggunaan obat-obatan, sehingga angka
kematian ibu dan bayi dapat diminimalisir (Of et al., 2020).
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2019 Angka Kematian Bayi
(AKB) di dunia 34 per 1.000 kelahiran hidup, AKB Negara berkembang 37 per 1.000
kelahiran hidup dan AKB di Negara maju 5 per 1.000 kelahiran hidup. AKB di Asia
Tenggara 24 per 1.000 kelahiran hidup dan Asia Barat 21 per 1.000 kelahiran hidup. Pada
tahun 2019 AKB di Indonesia mencapai 25 per 1.000 kelahiran hidup, bila dibandingkan
dengan Malaysia, Filipina dan Singapura, angka tersebut lebih besar dibandingkan
dengan data pada pengumpulan data.
Menurut UNICEF angka kelahiran bayi baru lahir normal di dunia pada awal tahun
2020 adalah 13.020 bayi yang lahir dan bayi di Indonesia akan menyumbang sekitar 3,32
persen dari total 392,080, bayi “tahun baru”. Berdasarkan Sustainable Development
Goals (SDGs) pada goals ketiga mengenai kesehatan dan kesejahteraan, Angka Kematian
Neonatal di Indonesia pada tahun 2020 sebesar 24 per 1000 kelahiran hidup. Provinsi
dengan jumlah kelahiran neonatal tertinggi di Indonesia yaitu Sumatera Utara, Banten,
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Penurunan angka kematian
neonatal merupakan kontribusi sebesar 60% terhadap Angka Kematian Bayi.
Kematian bayi di Indonesia yang disebabkan oleh hipotermia sebesar 24,2% kasus.
Hipotermi menyumbang angka kematian bayi sebanyak 6,3% salah satu penyebab
hipotermi yaitu kurang baiknya penanganan bayi baru lahir. Salah satu penanganan yang
tepat bagi bayi baru lahir yaitu dengan melakukan Inisiasi Menyusui Dini. Dalam
pelaksanaan ini tubuh ibu dijadikan sebagai thermoregulator yang fungsinya untuk
mengatur suhu bayi saat bayi merasa kedinginan atau kepanasan. Kurang baiknya
penanganan bayi baru lahir yang dapat mengakibatkan bayi mengalami cacat seumur
hidup dan kematian. Hipotermi pada bayi baru lahir dapat mengakibatkan terjadi nya cold
stress yang selanjutnya dapat menyebabkan hipoksemia atau hipoglikemia dan
mengakibatkan kerusakan otak (Parti et al., 2020).
B. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan Umum
Diketahui gambaran asuhan keperawatan dengan pemenuhan kebutuhan rasa aman
pada bayi baru lahir.
2. Tujuan Khusus
a. Dideskripsikan hasil pengkajian kebutuhan rasa aman pada pasien bayi baru lahir.
b. Dideskripsikan diagnosa kebutuhan rasa aman pada pasien bayi baru lahir.
c. Dideskripsikan perencanaan kebutuhan rasa aman pada pasien bayi baru lahir.
d. Dideskripsikan implementasi kebutuhan rasa aman pada pasien bayi baru lahir.
e. Dideskripsikan evaluasi kebutuhan rasa aman pada pasien bayi baru lahir
C. TINJAUAN TEORI
Bayi baru lahir(BBL) adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran, berusia 0-28
hari. BBL memerlukan penyesuaian fisiologi berupa maturasi, adaptasi (menyesuaikan diri
dari kehidupan intrauteri ke kehidupan ekstraurine) dan toleransi BBL untuk dapat hidup
dengan baik. Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang
sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan
penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin (Sumi & Isa,
2021).
Bayi yang baru lahir beberapa saat atau beberapa jam pertama akan melalui
kehidupan ekstrim karena pada masa yang paling dinamis dari seluruh siklus kehidupan
akibat berpindah dari ketergantungan total ke mandirian fisiologis, proses ini dikenal
dengan periode transisi. Oleh karena itu pada setiap kelahiran penting bagi tenaga
kesehatan untuk memikirkan tentang faktor-faktor kehamilan atau persalinan yang dapat
menyebabkan gangguan dijam pertama kehidupan di luar rahim seperti partus lama,
trauma lahir, infeksi, keluar mekunium dan penggunaan obat-obatan, sehingga angka
kematian ibu dan bayi dapat diminimalisir (Of et al., 2020).
Kematian bayi di Indonesia yang disebabkan oleh hipotermia sebesar 24,2% kasus.
Hipotermi menyumbang angka kematian bayi sebanyak 6,3% salah satu penyebab
hipotermi yaitu kurang baiknya penanganan bayi baru lahir. Salah satu penanganan yang
tepat bagi bayi baru lahir yaitu dengan melakukan Inisiasi Menyusui Dini. Dalam
pelaksanaan ini tubuh ibu dijadikan sebagai thermoregulator yang fungsinya untuk
mengatur suhu bayi saat bayi merasa kedinginan atau kepanasan. Kurang baiknya
penanganan bayi baru lahir yang dapat mengakibatkan bayi mengalami cacat seumur
hidup dan kematian. Hipotermi pada bayi baru lahir dapat mengakibatkan terjadi nya cold
stress yang selanjutnya dapat menyebabkan hipoksemia atau hipoglikemia dan
mengakibatkan kerusakan otak (Parti et al., 2020).
Bayi yang dikatakan lahir normal adalah bayi yang menangis kuat, bergerak aktif, dan
warna kulit kemerahan. Apabila salah satu penilaian tadak ada pada bayi, bayi tidak
dikatakan lahir normal/fisiologis (Rukhiyah dan Yulianti, 2010).
Pada saat diberi makanan hisapan kuat, tidak mengantuk berlebihan, tidak muntah.
Tidak terlihat tanda-tanda infeksi pada tali pusat 9 seperti tali pusat merah, bengkak,
keluar cairan, bau busuk, berdarah, dapat berkemih selama 24 jam, tinja lembek, berwarna
hijau tua, tidak ada lendir atau darah pada tinja, bayi tidak menggigil, tangisan kuat, tidak
terdapat tanda : lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang-kejang halus tidak bisa tenang,
menangis terus menerus (Rukiyah dan Yulianti, 2010).
5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis menurut Prawirihardjo, 2007 :
a. Mata
1) Berkedip atau refleks corneal bayi berkedip karena ada sinar terang yang tiba-tiba
atau pada pandel atau pada obyek kearah kornea, jika tidak ada maka menunjukkan
adanya kerusakan pada saraf kranial.
2) Pupil kontriksi bila sinar terang diarahkan padanya, refleks ini harus ada.
3) Grabela ketukan halus pada grabela (bagian dahi antara 2 alis mata) menyebabkan
mata menutup dengan rapat.
3. Sistem Gastrointestinal
Pada saat lahir aktivitas mulut seperti menghisap dan menelan sudah berfungsi, rasa kecap
dan penciuman sudah ada, saliva tidak mengandung enzim ptyalin dalam 3 bulan pertama.
Volume lambung bayi baru lahir berkisar antara 25 – 50 ml kemudian bertambah menjadi
100 ml pada hari ke 10. Defisiensi lifase pada pancreas menyebabkan terbatasnya absorpsi
lemak sehingga kemampuan bayi untuk mencerna 12 lemak belum matang, maka susu
formula sebaiknya tidak diberikan pada bayi baru lahir .
4. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Pada neonatus fungsi ginjal belum sempurna karena jumlah nefron matur belum sebanyak
jumlah pada orang dewasa, luas permukaan glomerulus dan volume tubulus proksimal
tidak seimbang, serta aliran darah pada ginjal yang kurang. Bayi baru lahir cukup bulan
memiliki beberapa defisit structural dan fungsional pada system ginjalnya. Pada ginjal
bayi baru lahir terjadi penurunan aliran darah dan penurunan kecepatan filtrasi glomerulus
sehingga menyebabkan retensi cairan dan intoksikasi air.
6. Sistem Neurologi
Sistem neurologi neonatus belum berkembang sempurna baik secara anatomic maupun
fisiologis. Bayi baru lahir menunjukkan gerakan-gerakan yang tidak terkoordinasi, kontrol
otot masih buruk, mudah terkejut, dan tremor pada ekstremitas.
7. Sistem Hepatika
Segera setelah lahir, kadar protein meningkat, sedangkan kadar lemak dan glikogen
menurun. Sel hemopoetik mulai berkurang. Enzim 13 hati (seperti gluconil transferase)
masih kurang. Daya detoksifikasi hati belum sempurna, sehingga bayi menunjukkan gejala
ikterus fisiologis. Apabila ibu dapat cukup asupan besi selama hamil, bayi akan memiliki
simpanan besi yang dapat bertahan sampai bulan kelima kehidupannya di luar rahim.
8. Sistem Ginjal
Biasanya sejumlah kecil urine terdapat dalam kandungan kemih bayi saat lahir, tetapi bayi
baru lahir mungkin tidak mengeluarkan urine selama 12 jam sampai 24 jam. Bayi
berkemih 6-10 kali dengan warna urin pucat menunjukkan masukan cairan yang cukup.
9. Sistem Integumen
Kulit bayi sangat sensitive dan dapat rusak dengan mudah. Bayi cukup bulan memiliki
kulit kemerahan beberapa jam setelah lahir, setelah itu warna memucat menjadi warna
kulit normal. Kulit sering terlihat bercak, tangan dan kaki terlihat sedikit sianotik. Warna
kebiruan ini, akrosianosis, disebabkan oleh ketidakstabilan vasomotor, statis kapiler, dan
kadar hemoglobin yang tinggi. Keadaan ini normal, bersifat sementara, dan bertahan
selama 7 – 10 hari, terutama bila terpajan pada udara dingin.
10. Sistem Neuromuskuler
Sewaktu lahir fungsi motorik terutama dikendalikan oleh subkortikal. Setelah lahir, jumlah
cairan otak berkurang, sedangkan lemak dan protein bertambah. Mielinisasi terjadi setelah
bayi berusia dua bulan. Pertambahan sel berlangsung terus sampai anak berusia dua tahun.
8. PHATWAY
9. Rencana Asuhan Bayi Baru Lahir
a. Minum Bayi
Pastikan bayi diberi minum sesegera mungkin setelah lahir (dalam waktu 30 menit) atau
dalam 3 jam setelah masuk rumah sakit, kecuali apabila pemberian minum harus ditunda
karena masalah tertentu. Bila bayi dirawat di rumah sakit, upayakan ibu mendampingi
dan tetap memberikan ASI.
b. ASI Eksklusif
Anjurkan ibu memberikan ASI dini (dalam 30 menit 1 jam setelah lahir) dan eksklusif.
ASI eksklusif mengandung gizi yang diperlukan untuk tumbuh kembang bayi, mudah
dicerna dan efesien, mencegah berbagai macam penyakit infeksi. Jika ASI belum keluar,
bayi tidak usah diberi apa-apa, biarkan bayi menghisap payudara ibu sebagai stimulus
keluarnya ASI. Cadangan nutrisi dalam tubuh bayi cukup bulan dapat sampai selama 4
hari pasca persalinan. Prosedur pemberian ASI adalah sebagai berikut :
1) Anjurkan ibu untuk menyusui tanpa dijadwal siang malam (minimal 8 kali dalam 24
jam) setiap bayi menginginkan. Bila bayi melepaskan isapan dari satu payudara, berikan
payudara lain.
2) Tidak memaksakan bayi menyusui bila belum mau, tidak melepaskan isapan sebelum
bayi selesai menyusu, tidak memberikan minuman lain selain ASI, tidak menggunakan
dot atau empeng.
3) Menganjurkan ibu hanya memberikan ASI saja pada 4-6 bulan pertama.
4) Memperhatikan posisi dan perlekatan mulut bayi dan payudara ibu dengan benar.
5) Menyusui dimulai apabila bayi sudah siap, yaitu : mulut bayi membuka lebar, tampak
rooting reflex, bayi melihat sekeliling dan bergerak.
6) Cara memegang bayi : topang seluruh tubuh, kepala dan tubuh lurus menghadap
payudara, hidung dekat putting susu.
7) Cara melekatkan : menyentuhkan putting pada bibir, mulut terbuka lebar, gerakan
mulut kearah putting sehingga bibir bawah jauh di belakang areola.
8) Nilai perlekatan dan refleks menghisap : dagu menyentuh payudara, mulut terbuka
lebar, bibir bawah melipat keluar, areola diatas mulut bayi lebih luas dari pada di bawah
mulut bayi, bayi menghisap pelan kadang berhenti.
9) Menganjurkan ibu melanjutkan menyusui eksklusif.
c. Buang Air Besar (BAB)
Kotoran yang dikeluarkan oleh bayi baru lahir pada hari-hari pertama kehidupannya
adalah berupa mekoneum. Mekoneum adalah ekskresi gastrointestinal bayi baru lahir
yang diakumulasi dalam usus sejak masa janin, yaitu pada usia kehamilan 16 minggu.
Warna mekoneum adalah hijau kehitam-hitaman, lembut, terdiri atas mucus sel epitel,
cairan amnion yang tertelan, asam lemak dan pigmen empedu. Mekoneum ini keluar
pertama kali dalam waktu 24 jam setelah lahir. Mekoneum dikeluarkan seluruhnya 2-3
hari setelah lahir. Mekoneum yang telah keluar 24 jam menandakan anus bayi baru lahir
telah berfungsi. Jika mekoneum tidak keluar, bidan atau petugas harus mengkaji
kemungkinan adanya atresia ani dan megakolon. Warna feses bayi berubah menjadi
kuning pada saat berumur 4-5 hari, bayi yang diberi ASI, feses menjadi lembut, berwarna
kuning terang dan tidak berbau. Warna feses akan menjadi kuning kecoklatan setelah
bayi mendapatkan makanan. Frekuensi BAB bayi sedikitnya satu kali dalam sehari.
Pemberian ASI cenderung membuat frekuensi BAB bayi menjadi lebih sering . Pada hari
ke 4-5 produksi ASI sudah banyak, apabila bayi diberi ASI cukup maka bayi akan BAB
5 kali atau lebih dalam sehari
d. Buang Air Kecil (BAK)
Bayi baru lahir harus sudah BAK dalam waktu 24 jam setelah lahir. Hari selanjutnya
bayi akan BAK sebanyak 6-8 kali/hari. Pada awalnya volume urine bayi sebanyak 20-30
ml/hari, meningkat menjadi 100-200 ml/hari pada akhir minggu pertama. Warna urine
keruh/merah muda dan berangsur-angsur jernih karena intake cairan meningkat. Jika
dalam 24 jam bayi tidak BAK, harus mengkaji jumlah intake cairan dan kondisi uretra.
e. Tidur
Memasuki bulan pertama kehidupan, bayi baru lahir menghabiskan waktunnya untuk
tidur. Jenis tidur bayi adalah tidur aktif atau tidur ringan dan tidur lelap. Pada siang hari
hanya 15% waktu digunakan bayi dalam keadaan terjaga, yaitu untuk menangis, gerakan
mitorik, sadar dan mengantuk. Sisa waktu yang 85% lainnya digunakan bayi untuk tidur.
f. Kebersihan Kulit
Kulit bayi masih sangat sensitif terhadap kemungkinan terjadinya infeksi pada kulit bayi,
keutuhan kulit harus senantiasa dijaga. Verniks kaseosa bermanfaat untuk melindungi
kulit bayi, sehingga jangan dibersihkan pada saat memandikan bayi. Untuk menjaga
kebersihan kulit bayi, perawat harus memastikan semua pakaian, handuk, selimut dan
kain yang digunakan untuk bayi selalu bersih dan kering. Memandikan bayi terlalu awal
(dalam waktu 24 jam pertama) cenderung meningkatkan kejadian hipotermi. Untuk
menghindari terjadinya hipotermi, sebaiknya memandikan bayi setelah suhu tubuh bayi
stabil. (setelah 24 jam).
g. Perawatan Tali
Pusat Tali pusat harus selalu kering dan bersih. Tali pusat merupakan tempat koloni
bakteri, pintu masuk kuman dan biasa terjadi infeksi lokal. Perlu perawatan tali pusat
sejak manajemen aktif kala III pada saat menolong kelahiran bayi. Sisa tali pusat harus
dipertahankan dalam keadaan terbuka dan ditutupi kain bersih secara longgar. Pemakaian
popok sebaiknya popok dilipat di bawah tali pusat. Jika tali pusat terkena kotoran/feses,
maka tali pusat harus dicuci dengan sabun dan air mengalir, kemudian keringkan.
a. Penatalaksanaan perawatan tali pusat
1) Jangan bungkus pusat atau perut ataupun mengoleskan bahan atau ramuan apapun ke
puntung tali pusat.
2) Jangan menutup tali pusat dengan balutan kassa. Tali pusat cukup dibersihkan dengan
air bersih
h. Menjemur Bayi
Kita tahu bahwa sinar matahari pagi sangatlah baik bagi kesehatan. Hal tersebut juga
berlku bagi bayi. Setelah dilahirkan, fungsi hatinya belum sempurna dalam proses
pengelolaan bilirubin. Dimana kadar bilirubin dalam darah si bayi sangat tinggi dan hal
inilah yang menyebabkan bayi mengalami suatu proses fisiologis yang menyebabkannya
bayi kuning. Untuk mengatasinya, ada cara alami mengatasi hal tersebut, yaitu dengan
menjemurnya dibawah matahari pagi. Sinar matahari pagi. Sinar matahari pagi telah
dipercaya mampu memberikan efek kesehatan alami bagi tubuh. Salah satunya adalah
untuk menurunkan kadar bilirubin yang terlalu tinggi yang menjadi penyebab bayi
kuning pasca dilahirkan kedunia. Jadi melakukan penjemuran pada bayi yang baru lahir
di pagi hari adalah hal yang sangat penting. Cara menjemur bayi adalah sebagai berikut :
1) Lakukan di pagi hari saat matahari masih cerah dan masih hangat, waktu yang tepat
untuk menjemur bayi adalah pukul 07.00-09.00 WIB.
2) Jangan terlalu lama saat menjemur bayi, menjemur bayi sekitar 10-15 menit. 19
3) Hindari menjemur bayi di bawah sinar matahari langsung, karena kulit bayi masih
sensitif.
4) Gunakan baju tipis yang tembus matahari, dengan menggunakan pakaian yang tipis
badan bayi akan tetap terkena sinar matahari dengan maksimal.
5) Bolak balik badan bayi secara berkala
6) Jangan terlalu lama menjemur bayi karena bahaya hipotermi Manfaat menjemur bayi
adalah sebagai berikut :
1) Dapat menurunkan kadar bilirubin dalam darah
2) Membuat tulang bayi menjadi lebih kuat
3) Untuk memberi efek kehangatan pada bayi
4) Manghindarkan bayi dari stress
i. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada keluarga pasien
1) Hak pasien untuk mengetahui informasi
2) Kewajiban moral
3) Menghilangkan cemas dan penderitaan pasien
4) Meningkatkan kerjasama pasien maupun keluarga
10. Penatalaksanaan
a. Membersihkan jalan napas dan sekaligus menilai APGAR menit 1 membersihkan jalan
napas dengan cara :
1) Penolong mencuci tangan dan memakai sarung tangan yang steril
2) Bayi ditidurkan telentang kepala sedikit ekstensi, badan bayi dalam keadaan terbungkus
3) Pangkal penghisap lendir dibungkus dengan kain kasa steril, masukkan ke mulut
penolong
4) Tangan kanan penolong membuka mulut bayi kemudian jari telunjuk tangan kiri
dimasukkan kedalam mulut bayi sampai epiglottis (untuk menahan lidah bayi) jari
tangan kanan memasukkan pipa. Sejajar dengan jari telunjuk tangan kiri, isap lendir
sebanyak-banyaknya dengan arah memutar. 5) Masukkan berulang-ulang selang
kehidung, mulut, kemudian lendir diisap sebanyak-banyaknya.
5) Lendir yang diisapditampung diatas bengkok dan ujung pipa dibersihkan dengan kain
kasa.
6) Lakukan penghisapan sampai bayi menangis dan sampai lendirnya bersih, kemudian
bersihkan daerah telinga dan sekitarnya.
b. Mengeringkan badan bayi dari cairan ketuban dengan menggunakan kain yang halus atau
handuk.
c. Mendekapkan bayi ke ibu dan mendekatkan segera setelah lahir, hal ini bertujuan agar :
1) Ibu tenang melihat anaknya dalam keadaan normal
2) Ada kontak batin antara ibu dan anak
3) ASI cepat keluar, karena dengan rangsangan isapan bayi, akan mempercepat bayi akan
mempercepat keluar ASI
d. Membersihkan badan bayi dengan cara :
1) Menyiapkan tempat kapas, kapas dan minyak/baby oil
2) Membersihkan daerah muka dengan menggunakan kapas lembab. Pertama yang
dibersihkan adalah daerah atas, mulai dari bagian dalam keluar kemudian gunakan
kapas minyak untuk membersihkan daerah telinga. Selanjutnya muka dan sekitarnya
dibersihkan dengan kapas minyak sampai ke daerah leher.
3) Lakukan perawatan tali pusat, dan seputarannya.
e. Memberikan obat mata untuk mencegah terjadinya infeksi pada mata dengan cara mata
bayi dibersihkan, jari telunjuk dan ibu jari tangan kiri membuka mata dan tagan kanan
meneteskan obat, obat harus tepat diatas kelopak mata, setelah obat masuk bersihkan
daerah luar mata dengan kapas lembab, membersihkan alat-alat.
f. Melaksanakan pemeriksaan kesehatan bayi Maksudnya pemeriksaan adalah untuk
menemukan kelainan yang perlu mendapatkan tindakan segera dan kelainan yang
berhubungan kehamilan, persalinan dan kelahiran
a. Mengukur BB, PB, LK, LILA, LD
b. Observasi tanda-tanda vital (Nadi, Suhu, Respirasi)
c. Observasi keadaan refleks
g. Memasang pakaian bayi
h. Mengajarkan ibu cara membersihkan jalan lahir, membersihkan ASI dan manfaatnya,
perawatan tali pusat, perawatan bayi sehari-hari misalnya memandikan bayi.
i. Menjelaskan pentingnya memberikan ASI sedini mungkin sampai usia 2 tahun, makanan
tambahan buat bayi diatas usia 4 bulan, makanan bergizi bagi ibu, mengikuti program
KB segera mungkin (Prawirohardjo, 2007).
2. Analisa data
Table 2.3 analisa data
Ds : Belum dapat dikaji 1.Hipotermi
Do :
• Berat badan bayi normal
• Suhu bayi : 36,9’C, suhu incubator mode
air 33’celcius, humidity 53%
3. Diagnose keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat ditemukan pada bayi baru lahir, diantaranya: (SDKI 2016)
Diagnosa Keperawatan
1. Hipotermia ( D.0131 )
2. Risiko hypovolemia (D. 0034 )
3. Risiko infeksi ( D.0142 )
4. Risiko jatuh ( D.0143 )
5. Risiko gangguan perlekatan ( D.0127 )
4. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang dilakukan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (SIKI, 2018) dengan kriteria hasil berdasarkan Standar Luaran Keperawatan
Indonesia (SLKI, 2019).
5. Implementasi
Menurut Patricia A. Potter (2010), implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana
tindakan keperawatan yang telah disusun atau ditemukan, yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan pasien itu sendiri ataupun perawat secara mandiri dan juga dapat bekerjasama
dengan anggota tim kesehatan lainnya seperti ahli gizi dan fisioterapis. Perawat memilih
intervensi keperawatan yang akan diberikan kepada pasien. Berikut ini metode dan
langkah persiapan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan yang dapat dilakukan oleh
perawat :
a. Memahami rencana keperawatan yang telah ditentukan
b. Menyiapkan tenaga dan alat yang diperlukan
c. Menyiapkan lingkungan terapeutik
d. Membantu dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari 49
e. Memberikan asuhan keperawatan langsung
f. Mengkonsulkan dan memberi penyuluhan kepada klien dan keluarganya
Implementasi membutuhkan perawat untuk mengkaji kembali keadaan klien, menelaah
dan memodifikasi rencana keperawatan yang sudah ada. Mengidentifikasi area dimana
bantuan dibutuhkan untuk mengimplementasi, mengkomunikasikan intervensi
keperawatan. Implementasi dari asuhan keperawatan juga membutuhkan pengetahuan
tambahan keterampilan dan personal, setelah implementasi, perawat menuliskan dalam
catatan klien deskripsi singkat dari pengkajian keperawatan, prosedur spesifik dan respon
klien terhadap asuhan keperawatan atau juga perawat bisa mendelegenasikan
implementasi pada tenaga kesehatan lain termasuk memastikan bahwa orang yang
didelegasikan terampil dalam tugas dan dapat menjelaskan tugas sesuai dengan standar
keperawatan.
6. Evaluasi
Menurut Potter (2010), evaluasi merupakan proses yang dilakukan untuk menilai
pencapaian tujuan atau menilai respon klien terhadap tindakan keperawatan seberapa jauh
tujuan keperawatan telah terpenuhi. Evaluasi formatif adalah pengumpulan informasi
dengan tujuan memperbaiki pelajaran yang telah diberikan, sedangkan evaluasi sumatif
adalah suatu metode pengambilan keputusan diakhir pembelajaran yang memfokuskan
pada hasil belajar.
Adapun langkah-laangkah evaluasi keperawatan adalah sebagai berikut :
1. Mengumpulkan data keperawatan pasien
2. Menafsirkan (menginterpretasikan) perkembangan pasien
3. Membandingkan dengan keadaan sebelum dan sesudah dilakukan tindakan dengan
menggunakan kriteria pencapaian tuuan yang telah ditetapkan
4. Mengukur dan membandingkan perkembangan pasien dengan standar normal yang
berlaku
6. Penatalaksanaan Medis
1) Tes diagnostik
a. Jumlah sel darah putih (SDP) : 18000/mm3, neutrofil meningkat sampai 23.000-
24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis).
b. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia
atau hemolisis berlebihan).
c. Hematokrit (Ht) 43-61% (peningkatan sampai 65% atau lebih menandakan
polisitemia,penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragi
prenatal/perinatal).
d. Bilirubin total : 6mg/dl pada hari pertama kehidupan, lebih besar 8mg/dl 1-2 hari
dan 12mg/dl pada 3-5 hari.
e. Golongan darah dan RH. f. (Marllyn. E, Doenges, 2001).
1) Terapi
a. Non Farmakologi
Pengukuran nilai APGAR Score (pada menit pertama dan menit kelima setelah
dilahirkan)
Kontrol suhu, suhu rektal sekali kemudian suhu aksila
Penimbangan BB setiap hari
Jadwal menyusui
Higiene dan perawatan tali pusat
b. Farmakologi
Suction dan oksigen
Vitamin K
Perawatan mata (obat mata entromisin 0,5% atau tetrasimin 1%, perak nitral atau
neosporin)
Vaksinasi hepatitis B Vaksinasi hepatitis B direkomendasikan untuk semua bayi.
Tempat yang biasa dipakai untuk menyuntikkan obat ini pada bayi baru lahir
adalah muskulus vastus lateralis. (Bobak, M Irene, 2005).
PENGKAJIAN
Hari / Tgl Pengkajian : Minggu / 22 Agustus 2023
A. Data Demografi
1. Klien/ Pasien
Nama : By ny R
TTL : 22 Agustus 2023 jam 14:48 WIB
Usia : 0 hari
Anak ke : 2 dari 1 bersaudara
Jenis kelamin : Perempuan
Nama ayah : Tn E
Tanggal pengkajian : 22Agustus 2023
Tanggal masuk RS : 22 Agustus 2023
Alamat : JL.Mampang Rt 001/009 No. 5 Mampang pancoran depok.
Dx medis : BBL SC
B. Keluhan Utama
Bayi lahir Sesar di RS fatmawati jakarta tanggal 22 Agustus 2023 jam 14:48
WIB, saat ini Bayi teraba dingin, Suhu tubuh bayi 36,0 ˚ C.
C. Riwayat Klien
1. Riwayat Kehamilan
ANC : Bayi anak ke 2 dari 1 bersaudara, os melakukan ANC ke dokter kandungan
secara teratur
Riwayat penggunaan obat-obatan :
Lain-lain : -
2. Riwayat persalinan
Usia gestasi : 37 minggu
Berat badan lahir : 3100 gram
Jenis Persalinan : SC
Indikasi : Riwayat sc 1x
Apgar score : 7/9
IMD : tidak dilakukan IMD
Kelainan bawaan : tidak ada
Anak ke : G2P1A0
Kejadian penting selama proses persalinan: bayi lahir langsung menangis, tonus otot
kuat dan tampak cyanosis perifer, akral teraba dingin.
Faktor risiko ibu:
Pernah dilakkukan sesar 1x
3. Riwayat alergi :
Tidak ada
D. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada
E. Riwayat Penyakit Sekarang
1. Keadaan umum
a. Kesadaran : composmentis
b. Pemeriksaaan Tanda-Tanda Vital
1) Pernapasan : 50 x/mnt
2) Suhu : 36,0oC
3) Nadi : 148 x/mnt
4) Saturasi oksigen : 97%
2. Oksigenasi :
a. Irama napas : Reguler
b. Penggunaan alat bantu napas:
Spontan tanpa oksigen
c. Penggunaan otot bantu napas
Tidak ada
d. Sianosis: ada
3. Nutrisi:
a. Berat badan : 3100 gram
b. Panjang badan : 50 cm
c. Lingkar kepala : 35 cm
d. Lingkar dada : 31 cm
e. Lingkar perut : 30 cm
f. Lingkar lengan atas : 12 cm
g. Jenis Nutrisi:
Enteral : minum ASI 8x20 cc tgl 24/8/23 reflek hisap ada tapi
masih lemah
Parenteral : tidak terpasang ivfd
h. Terpasang OGT : tidak
i. Residu OGT : tidak ada
j. Muntah : Tidak
Warna :-
Frekuensi : - Jumlah : -
4. Cairan
a. Kebutuhan cairan : 160-240 ml/hari
b. Jenis minuman : ASI PASI
c. Turgor kulit : baik
d. Kapilary refill : <3detik
e. Balance cairan : -47 cc/12jam
f. Diuresis :2,6 cc/kgbb /12jam
5. Eliminasi
Bak : 97cc (dalam 12jam)
Bab : ada (dalam 12jam) Meconium : Ada
Konsistensi : Lunak
Warna : meconium
6. Aktifitas:
a. Gerakan : Aktif
b. Tangisan : kuat
c. Sistem Muskuloskeletal
1) Postur : fleksi
2) Tonus otot : Normal
H. Skiring
1. Skrining nutrisi
Indikator Penilaian Malnutrisi Skor
Tida Ya Nilai
k
1. Apakah pasien tampak kurus?
2. Apakah terdapat penurunan BB selama satu bulan
terakhir?
3. Apakah terdapat salah satu dari kondisi berikut :
a. Diare >5kali/hari dan/atau muntah >3kali/hari dalam
seminggu terakhir
b. Asupan makanan berkurang selama 1 minggu terakhir
4. Apakah terdapat penyakit atau keadaan yang
mengakibatkan pasien berisiko
Total Skor NA
Keterangan :
0 : Risiko Rendah
1-3 : Risiko Sedang
4–5 : Risiko Tinggi
Total 15
Skor asesmen risiko jatuh: (skor minimum 7, skor maksimum 23)
Skor 7-11: risiko rendah
Skor ≥ 12: risiko tinggi
I. Data penunjang :
1. Pemeriksaan penunjang :
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. hipotermia ( D.0131 )
2. Risiko hypovolemia (D. 0034 )
3. Risiko infeksi ( D.0142 )
4. Risiko jatuh ( D.0143 )
5. Risiko gangguan perlekatan ( D.0127 )
L. RENCANA KEPERAWATAN
Standar Standar
Diagnosa Standar Intervensi
NO Tanggal/Jam Keperawatan LuaranKeperawatan Keperawatan Indonesia
Indonesia Indonesia (SLKI) (SIKI)
(SDKI)
2. Risiko 22 S :-
hipovolemia agustus • Memonitor tanda
O:
berhubungan 2023 dan gejala
kekurangan hipovolemia (misal - Minum
intake frekuensi nadi
8x30cc
cairan( D.0034 meningkat,nadi
) teraba lemah) - Pampers:97
• Memonitor intake
- Bayi
output cairan
• Memonitor frekuensi terawat
nafas
menggunak
• Memonitor berat
badan an nesting
• Menghitung
- Akral teraba
kebutuhan cairan
• Mendokumentasikan dingin
hasil pemantauan
A :Hipotermia
P:
-Manajemen
Hipovolemia
P:
Promosi
perlekatan
HARI KE 2
NO DX. Tgl/jam Implementasi Respon Ttd
keperawatan
1. Resiko 23 • Memonitor suhu S :-
Hipotermia agustus tubuh sampai stabil
O:
( berhubungan 2023 tiap 2 jam jika perlu
dengan bayi • Mengidentifikasi - Suhu :36.8
baru lahir penyebab hipotermia 0
c
• Memonitor warna
dan suhu kulit - Bayi
• Menyediakan
terawat
lingkungan yang
hangat, atur suhu dalam
inkubator
inkubator
• Mengganti linen yang
basah - Bayi dalam
posisi
supine
- Bayi
terawat
menggunak
an nesting
- Akral teraba
hangat
A :Resiko
Hipotermia
P:
-Manajemen
Hipotermi
2. Risiko 23 S :-
hipovolemia agustus • Memonitor tanda
O:
berhubungan 2023 dan gejala
kekurangan hipovolemia (misal - Minum
intake frekuensi nadi
8x30cc
cairan( D.0034 meningkat,nadi
) teraba lemah) - Pampers:12
• Memonitor intake
5
output cairan
• Memonitor frekuensi - Bayi
nafas
terawat
• Memonitor berat
badan menggunak
• Menghitung
an nesting
kebutuhan cairan
• Mendokumentasikan - Akral teraba
hasil pemantauan
hangat
A :Hipotermia
P:
-Manajemen
Hipovolemia
P:
Promosi
perlekatan
Hari ke 3
NO DX. Tgl/jam Implementasi Respon Ttd
keperawatan
1. Risiko 24 S :-
hipovolemia agustus • Memonitor tanda
O:
berhubungan 2023 dan gejala
kekurangan hipovolemia (misal - Minum
intake frekuensi nadi
langsung
cairan( D.0034 meningkat,nadi
) teraba lemah) keputing ibu
• Memonitor intake
- Pampers:
output cairan
• Memonitor frekuensi 150
nafas
- Akral teraba
• Memonitor berat
badan hangast
• Menghitung
A :Hipotermia
kebutuhan cairan
• Mendokumentasikan P:
hasil pemantauan
-Manajemen
Hipovolemia
P:
Promosi
perlekatan
DAFTAR PUSTAKA
Anitah, S., Assocation, M., & Comunication, E. (2008). Bab 2 1. (pp. 2007–2010).
Arhamnah, S., & Fadilah, L. N. (2022). Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini Terhadap
Pencegahan Hipotermia Pada Bayi Baru Lahir : The Effect Of Early Initiation Of
Breastfeeding To Prevent Hypothermia In Newborn. Jurnal Kesehatan Siliwangi, 2(3), 779–
788.
Astari, R. Y., & Nurazizah, D. (2019). Perbandingan Metode Kolostrum dan Metode
Terbuka Terhadap Lama Pelepasan Tali Pusat pada Bayi Baru Lahir. Faletehan Health
Journal, 6(3), 91–98. https://doi.org/10.33746/fhj.v6i3.64
Chairunnisa, R. O., Juliarti, W., Tinggi, S., Kesehatan, I., & Tuah, H. (2022). Jurnal
Kebidanan Terkini ( Current Midwifery Journal ) Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
Normal. 2, 23–28. Damanik, R. K. (2019). 556-Article Text-1292-1-10-20190726. 2(2), 51–
60.
Ernawati, L. (2018). Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir. Jurnal Kebidanan, 1–20.
http://repo.poltekkesmedan.ac.id/jspui/bitstream/123456789/1001/1/LTA
Erna Wati Nim P07524117110 Pdf.pdf Hidyat. (2015). Adaptasi Bayi Baru Lahir, 2013, 32.
Ii, B. A. B., Inisiasi, P., & Dini, M. (2018). Konsep Inisiasi Menyusui Dini. IMD, 6–18.
Lydia Fransisca BR Sitepu. Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas Dengan Pelaksanaan
Bounding Attachment di Klinik Pratama Kita BR Sembiring Namu Ukur Selatan Kec Sei
Bingai Kab Langkat (2017). 1–73.
Maiti, & Bidinger. (2014). Laporan Tugas Akhir Bayi Baru Lahir. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Nurbiantoro, D. A., Ratnasari, F., Nuryani, N., Qohar, A., Jaenuri, A., Supandi, D.,
Syaefullah, A., Muharom, F., Jaelani, J., Zendrato, J., Efendi, I., Novendra, I., Basri, M. H.,
Payumi, P., Solihin, S., & Suhandi, S. (2022). Perawatan Tali Pusat Neonatus dan Manfaat
Tali Pusat Terbuka. Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (Pkm), 5(2), 427–
435. https://doi.org/10.33024/jkpm.v5i2.4644
Nurmaliah, S. R., & Pusat, T. (2020). Literature Review : Lamanya Pelepasan Tali Pusat
Pada Bayi Baru Lahir Dengan. 8(2), 148–153. 79 Of, C., Succedeneum, C., Rsud, I. N.,
Baji, L., & In, M. C. (2020). The Relationship Of Family Roles And Attitudes In Child Care
With. 1(2), 1–4. Parti, Malik, S., & Nurhayati. (2020). Pengaruh Perawatan Metode
Kanguru (PMK) terhadap Pencegahan Hipotermi pada Bayi Baru Lahir. Jurnal Bidan
Cerdas, 2(2), 66–71. https://doi.org/10.33860/jbc.v2i2.56
Rachman, T. (2018). Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir. Angewandte
Chemie International Edition, 6(11), 951–952., 10–27. Sabillah, Z. A. (2021). Asuhan
Kebidanan Neonatus pada Bayi Ny. E Neonatus Cukup Bulan sesuai Masa Kehamilan di Rs
Pmi Kota Bogor. https://repo.poltekkesbandung.ac.id/3387/7/Draft LTA Zenith Aura
Sabillah.pdf Sumi, S. S., & Isa, W. M. La. (2021). Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir
melalui Persalinan Normal dengan Lotus Birth dan Tanpa Lotus Birth. Jurnal Keperawatan
Silampari, 5(1), 148–155. https://doi.org/10.31539/jks.v5i1.2683
Umi a’adah. (2018). Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini (IMD) Terhadap Perubahan Suhu
Tubuh Bayi Sectio Caesarea Di Instalasi Bedah Sentral RSUP DR. Kariadi Semarang.
Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952., 2013–2015.
http://repository.unimus.ac.id/2058/3/BAB II.pdf
Tim May, Malcolm Williams, Richard Wiggins, and P. A. B. (2021). Winani, L. M., &
Wanufika, I. (2020). Bounding Attachment Dan Tingkat Stress Ibu Postpartum. Jurnal
Kesehatan, 9(1), 1–10. https://doi.org/10.37048/kesehatan.v9i1.130