Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi baru lahir (BBL) adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran, berusia 0-
28 hari. BBL memerlukan penyesuaian fisiologi berupa maturasi, adaptasi (menyesuaikan
diri dari kehidupan intrauteri ke kehidupan ekstraurine) dan toleransi BBL untuk dapat
hidup dengan baik. Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu
yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat
melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin (Sumi
& Isa, 2021).
Bayi yang baru lahir beberapa saat atau beberapa jam pertama akan melalui
kehidupan ekstrim karena pada masa yang paling dinamis dari seluruh siklus kehidupan
akibat berpindah dari ketergantungan total ke mandirian fisiologis, proses ini dikenal
dengan periode transisi. Oleh karena itu pada setiap kelahiran penting bagi tenaga
kesehatan untuk memikirkan tentang faktor-faktor kehamilan atau persalinan yang dapat
menyebabkan gangguan dijam pertama kehidupan di luar rahim seperti partus lama,
trauma lahir, infeksi, keluar mekunium dan penggunaan obat-obatan, sehingga angka
kematian ibu dan bayi dapat diminimalisir (Of et al., 2020).
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2019 Angka Kematian Bayi
(AKB) di dunia 34 per 1.000 kelahiran hidup, AKB Negara berkembang 37 per 1.000
kelahiran hidup dan AKB di Negara maju 5 per 1.000 kelahiran hidup. AKB di Asia
Tenggara 24 per 1.000 kelahiran hidup dan Asia Barat 21 per 1.000 kelahiran hidup. Pada
tahun 2019 AKB di Indonesia mencapai 25 per 1.000 kelahiran hidup, bila dibandingkan
dengan Malaysia, Filipina dan Singapura, angka tersebut lebih besar dibandingkan
dengan data pada pengumpulan data.
Menurut UNICEF angka kelahiran bayi baru lahir normal di dunia pada awal tahun
2020 adalah 13.020 bayi yang lahir dan bayi di Indonesia akan menyumbang sekitar 3,32
persen dari total 392,080, bayi “tahun baru”. Berdasarkan Sustainable Development
Goals (SDGs) pada goals ketiga mengenai kesehatan dan kesejahteraan, Angka Kematian
Neonatal di Indonesia pada tahun 2020 sebesar 24 per 1000 kelahiran hidup. Provinsi
dengan jumlah kelahiran neonatal tertinggi di Indonesia yaitu Sumatera Utara, Banten,
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Penurunan angka kematian
neonatal merupakan kontribusi sebesar 60% terhadap Angka Kematian Bayi.
Kematian bayi di Indonesia yang disebabkan oleh hipotermia sebesar 24,2% kasus.
Hipotermi menyumbang angka kematian bayi sebanyak 6,3% salah satu penyebab
hipotermi yaitu kurang baiknya penanganan bayi baru lahir. Salah satu penanganan yang
tepat bagi bayi baru lahir yaitu dengan melakukan Inisiasi Menyusui Dini. Dalam
pelaksanaan ini tubuh ibu dijadikan sebagai thermoregulator yang fungsinya untuk
mengatur suhu bayi saat bayi merasa kedinginan atau kepanasan. Kurang baiknya
penanganan bayi baru lahir yang dapat mengakibatkan bayi mengalami cacat seumur
hidup dan kematian. Hipotermi pada bayi baru lahir dapat mengakibatkan terjadi nya cold
stress yang selanjutnya dapat menyebabkan hipoksemia atau hipoglikemia dan
mengakibatkan kerusakan otak (Parti et al., 2020).
B. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan Umum
Diketahui gambaran asuhan keperawatan dengan pemenuhan kebutuhan rasa aman
pada bayi baru lahir.
2. Tujuan Khusus
a. Dideskripsikan hasil pengkajian kebutuhan rasa aman pada pasien bayi baru lahir.
b. Dideskripsikan diagnosa kebutuhan rasa aman pada pasien bayi baru lahir.
c. Dideskripsikan perencanaan kebutuhan rasa aman pada pasien bayi baru lahir.
d. Dideskripsikan implementasi kebutuhan rasa aman pada pasien bayi baru lahir.
e. Dideskripsikan evaluasi kebutuhan rasa aman pada pasien bayi baru lahir

C. TINJAUAN TEORI

1. Pengertian Bayi baru lahir (BBL)

Bayi baru lahir(BBL) adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran, berusia 0-28
hari. BBL memerlukan penyesuaian fisiologi berupa maturasi, adaptasi (menyesuaikan diri
dari kehidupan intrauteri ke kehidupan ekstraurine) dan toleransi BBL untuk dapat hidup
dengan baik. Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang
sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan
penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin (Sumi & Isa,
2021).

Bayi yang baru lahir beberapa saat atau beberapa jam pertama akan melalui
kehidupan ekstrim karena pada masa yang paling dinamis dari seluruh siklus kehidupan
akibat berpindah dari ketergantungan total ke mandirian fisiologis, proses ini dikenal
dengan periode transisi. Oleh karena itu pada setiap kelahiran penting bagi tenaga
kesehatan untuk memikirkan tentang faktor-faktor kehamilan atau persalinan yang dapat
menyebabkan gangguan dijam pertama kehidupan di luar rahim seperti partus lama,
trauma lahir, infeksi, keluar mekunium dan penggunaan obat-obatan, sehingga angka
kematian ibu dan bayi dapat diminimalisir (Of et al., 2020).

Kematian bayi di Indonesia yang disebabkan oleh hipotermia sebesar 24,2% kasus.
Hipotermi menyumbang angka kematian bayi sebanyak 6,3% salah satu penyebab
hipotermi yaitu kurang baiknya penanganan bayi baru lahir. Salah satu penanganan yang
tepat bagi bayi baru lahir yaitu dengan melakukan Inisiasi Menyusui Dini. Dalam
pelaksanaan ini tubuh ibu dijadikan sebagai thermoregulator yang fungsinya untuk
mengatur suhu bayi saat bayi merasa kedinginan atau kepanasan. Kurang baiknya
penanganan bayi baru lahir yang dapat mengakibatkan bayi mengalami cacat seumur
hidup dan kematian. Hipotermi pada bayi baru lahir dapat mengakibatkan terjadi nya cold
stress yang selanjutnya dapat menyebabkan hipoksemia atau hipoglikemia dan
mengakibatkan kerusakan otak (Parti et al., 2020).

2. Klasifikasi Bayi Baru Lahir


1. Neonatus menurut masa gestasinya
1) Kurang bulan (preterm infant) : 249 hari (37 minggu)
2) Cukup bulan (term infant) : 259-293 hari (37 minggu-42 minggu)
3) Lebih bulan (postterm infant) : >249 hari (> 42 minggu)
2. Neonatus menurut berat badan lahir
1. Bayi berat badan lahir rendah :<2500 gr
2. Bayi berat badan lahir cukup : 2500 kg-4000 kg.
3. Berat badan lahir lebih : >4000 kg
3. Neonatus menurut bedat badan lahir terhadap masa gestasi (masa gestasi dan ukuran berat
lahir yang sesuai untuk masa kehamilan) :
1. Neonatus cukup/kurang/lebih bulan
2. Sesuai/kecil/besar ukuran masa kehamilan
4. Tahapan bayi baru lahir :
1) Umur 0 – 7 hari disebut neonatal dini.
2) Umur 8 – 28 hari disebut neonatal lanjut (Sabillah, 2021)

3. Tanda-Tanda Bayi Baru Lahir Bayi


baru lahir normal mempunyai beberapa antara lain Appearance Color (warna kulit),
seluruh tubuh kemerah-merahan, Pulse(heart rate) atau frekuensi jantung >100x/menit,
Gremace (reaksi terhadap rangsangan),menangis atau batuk/bersin, Activity (tonus otot),
gerak aktif, Respiration (usaha napas).Segera setelah lahir, letakkan bayi diatas kain yang
bersih dan kering yang sudah disiapkan diatas perut ibu. Apabila tali pusat pendek, maka
letakkan bayi diantara kedua kaki ibu, pastikan bahwa tempat tersebut dalam keadaan
bersih dan kering.Segera lakukan penilaian pada awal bayi baru lahir antara lain :
a. Apakah bayi bernafas atau menangis kuat tanpa kesulitan?
b. Apakah bayi bergerak aktif?
c. Bagaimana warna kulit, apakah berwarna kemerahan ataukah ada sianosis?

Bayi yang dikatakan lahir normal adalah bayi yang menangis kuat, bergerak aktif, dan
warna kulit kemerahan. Apabila salah satu penilaian tadak ada pada bayi, bayi tidak
dikatakan lahir normal/fisiologis (Rukhiyah dan Yulianti, 2010).
Pada saat diberi makanan hisapan kuat, tidak mengantuk berlebihan, tidak muntah.
Tidak terlihat tanda-tanda infeksi pada tali pusat 9 seperti tali pusat merah, bengkak,
keluar cairan, bau busuk, berdarah, dapat berkemih selama 24 jam, tinja lembek, berwarna
hijau tua, tidak ada lendir atau darah pada tinja, bayi tidak menggigil, tangisan kuat, tidak
terdapat tanda : lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang-kejang halus tidak bisa tenang,
menangis terus menerus (Rukiyah dan Yulianti, 2010).

4. Ciri-Ciri Bayi Normal


1. Berat badan 2500 – 4000 gr
2. Panjang badan 48-52 cm
3. Lingkar dada 30-38 cm
4. Lingkar kepala 33-35 cm
5. Frekuensi jantung 120-160x/menit
6. Pernafasan ±40-60x/menit
7. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup
8. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna
9. Kuku agak panjang dan lemas
10. Genetalia pada perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora, dan laki-laki
testis sudah turun dan skrotum sudah ada
11. Reflek isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
12. Reflek moro atau gerak memeluk jika dikagetkan sudah baik
13. Reflek graps atau megenggam sudah baik
14. Eliminasi baik, meconium keluar dalam 24 jam pertama, meconium berwarna
kecoklatan (Ernawati, 2018) 10

5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis menurut Prawirihardjo, 2007 :
a. Mata
1) Berkedip atau refleks corneal bayi berkedip karena ada sinar terang yang tiba-tiba
atau pada pandel atau pada obyek kearah kornea, jika tidak ada maka menunjukkan
adanya kerusakan pada saraf kranial.
2) Pupil kontriksi bila sinar terang diarahkan padanya, refleks ini harus ada.
3) Grabela ketukan halus pada grabela (bagian dahi antara 2 alis mata) menyebabkan
mata menutup dengan rapat.

b. Mulut dan tenggorokan


1) Menghisap bayi harus memulai gerakan menghisap kuat pada area sirkumoral sebagai
respon terhadap rangsangan, reflek ini harus tetap ada selama masa bayi, bahkan tanpa
rangsangan sekalipun, seperti pada saat tidur.
2) Menguap respon spontan terhadap penurunan oksigen dengan meningkatkan jumlah
udara inspirasi, harus tetap sepanjang hidup.

c. Perubahan metabolisme karbohidrat

6. Adaptasi Bayi Baru Lahir


Adaptasi bayi baru lahir menurut (Hidyat, 2015):
1. Perubahan Sistem Pernafasan
Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta
dan setelah bayi lahir pertukaran gas terjadi pada paru-paru (setelah tali pusat dipotong).
Saat kepala bayi melewati jalan lahir, ia akan mengalami penekanan yang tinggi pada
thoraksnya dan tekanan ini akan hilang setelah bayi lahir. Proses mekanis ini
menyebabkan cairan yang ada didalam paru-paru terdorong kebagian perifer paru.
Tekanan intrathoraks yang negatif disertai dengan aktivasi nafas yang pertama 11
memungkinkan adanya udara masuk kedalam paru-paru. Setelah beberapa kali nafas
pertama, udara dari luar mulai mengisi jalan nafas pada trakea dan bronkus, sehingga
semua alveolus mengembang karena terisi oleh udara. Fungsi alveolus dapat maksimal
jika dalam paru-paru bayi terdapat surfaktan yang adekuat. Surfaktan membantu
menstabilkan dinding alveolus agar tidak kolaps atau akhir pernapasan.
2. Perubahan Sistem Peredaran Darah
Darah bayi baru lahir harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan bersirkulasi
keseluruh tubuh guna menghantarkan oksigen kejaringan. Agar terbentuk sirkulasi yang
baik guna mendukung kehidupan luar rahim, terjadi dua perubahan besar, yaitu :
1).Penutupan foramen ovale pada atrium paru dan aorta
2).Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru dan aorta
Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam pembuluh darah :
1) Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh darah sistemik meningkat dan
tekanan atrium kanan menurun. Aliran darah menuju atrium kanan berkurang sehingga
menyebabkan penurunan volume dan tekanan pada atrium tersebut
2) Pernapasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah paru dan meningkatkan
tekanan atrium kanan. Oksigen pada pernafasan pertama ini menimbulkan relaksasi
system pembuluh darah paru.

3. Sistem Gastrointestinal
Pada saat lahir aktivitas mulut seperti menghisap dan menelan sudah berfungsi, rasa kecap
dan penciuman sudah ada, saliva tidak mengandung enzim ptyalin dalam 3 bulan pertama.
Volume lambung bayi baru lahir berkisar antara 25 – 50 ml kemudian bertambah menjadi
100 ml pada hari ke 10. Defisiensi lifase pada pancreas menyebabkan terbatasnya absorpsi
lemak sehingga kemampuan bayi untuk mencerna 12 lemak belum matang, maka susu
formula sebaiknya tidak diberikan pada bayi baru lahir .
4. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

Pada neonatus fungsi ginjal belum sempurna karena jumlah nefron matur belum sebanyak
jumlah pada orang dewasa, luas permukaan glomerulus dan volume tubulus proksimal
tidak seimbang, serta aliran darah pada ginjal yang kurang. Bayi baru lahir cukup bulan
memiliki beberapa defisit structural dan fungsional pada system ginjalnya. Pada ginjal
bayi baru lahir terjadi penurunan aliran darah dan penurunan kecepatan filtrasi glomerulus
sehingga menyebabkan retensi cairan dan intoksikasi air.

5. Sistem Kekebalan Imunologi


Pada sistem imunologi terdapat beberapa jenis immunoglobulin (suatu protein yang
mengandung zat antibodi) diantaranya adalah IGG(Immunoglobulin Gamma G), dibentuk
banyak dalam bulan kedua setelah bayi dilahirkan, Immunoglobulin Gamma G pada janin
berasal dari ibunya melalui plasenta. Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang,
sehingga menyebabkan rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang
matang dan memberikan kekebalan alami maupun yang didapat. Kekebalan alami terdiri
dari struktur pertahanan tubuh yang berfungsi mencegah atau meminimalkan infeksi.

6. Sistem Neurologi
Sistem neurologi neonatus belum berkembang sempurna baik secara anatomic maupun
fisiologis. Bayi baru lahir menunjukkan gerakan-gerakan yang tidak terkoordinasi, kontrol
otot masih buruk, mudah terkejut, dan tremor pada ekstremitas.

7. Sistem Hepatika
Segera setelah lahir, kadar protein meningkat, sedangkan kadar lemak dan glikogen
menurun. Sel hemopoetik mulai berkurang. Enzim 13 hati (seperti gluconil transferase)
masih kurang. Daya detoksifikasi hati belum sempurna, sehingga bayi menunjukkan gejala
ikterus fisiologis. Apabila ibu dapat cukup asupan besi selama hamil, bayi akan memiliki
simpanan besi yang dapat bertahan sampai bulan kelima kehidupannya di luar rahim.

8. Sistem Ginjal
Biasanya sejumlah kecil urine terdapat dalam kandungan kemih bayi saat lahir, tetapi bayi
baru lahir mungkin tidak mengeluarkan urine selama 12 jam sampai 24 jam. Bayi
berkemih 6-10 kali dengan warna urin pucat menunjukkan masukan cairan yang cukup.

9. Sistem Integumen
Kulit bayi sangat sensitive dan dapat rusak dengan mudah. Bayi cukup bulan memiliki
kulit kemerahan beberapa jam setelah lahir, setelah itu warna memucat menjadi warna
kulit normal. Kulit sering terlihat bercak, tangan dan kaki terlihat sedikit sianotik. Warna
kebiruan ini, akrosianosis, disebabkan oleh ketidakstabilan vasomotor, statis kapiler, dan
kadar hemoglobin yang tinggi. Keadaan ini normal, bersifat sementara, dan bertahan
selama 7 – 10 hari, terutama bila terpajan pada udara dingin.
10. Sistem Neuromuskuler
Sewaktu lahir fungsi motorik terutama dikendalikan oleh subkortikal. Setelah lahir, jumlah
cairan otak berkurang, sedangkan lemak dan protein bertambah. Mielinisasi terjadi setelah
bayi berusia dua bulan. Pertambahan sel berlangsung terus sampai anak berusia dua tahun.

7. Tanda-Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir


Tanda-tanda bahaya bayi baru lahir menurut (Maiti & Bidinger, 2014)
a. Pernafasan sulit atau lebih dari 60x/menit
b. Kehilangan cairan dalam bentuk diare (sedikit feses yang dikelilingi genangan air pada
popok)
c. Suhu bayi >38,3 ºC atau >36,4 ºC
d. Setiap perubahan warna termasuk pucat dan sianosis
e. Peningkatan Jaundice (warna kekuningan) pada kulit ,
f. Kulit bayi kering (terutama dalam 24 jam pertama), biru, pucat, atau memar
g. Menolak untuk meminum ASI selama 2x berurutan
h. Hisapan saat menyusu lemah, rewel, sering muntah, mengantuk berlebihan
i. Distensi abdomen, menangis saat mencoba mengeluarkan feses, ada atau tidak ada
feses
j. Popok tidak basah selama 18 – 24 jam, atau kurang dari 6 popok yang basah perhari,
setelah bayi berusia 4 hari
k. Rabas atau perdarahan dari tali pusat, sirkumsisi atau segala area pembukaan (kecuali
mucus vagina atau pseudomentruasi)
l. Bayi yang tidak dapat tenang atau terus menangis dengan suara tinggi
m. Latergi, kesulitan untuk membangunkan bayi
n. Tali pusat mulai mengeluarkan bau tidak enak atau mengeluarkan pus
o. Bagian putih mata bayi menjadi kuning dan warna kulit tampak kuning, coklat atau
persik
p. Bayi menjadi lesu, tidak mau makan
q. Tidak ada BAB dalam 3 hari, tidak ada BAK dalam 24 jam. Tinja lembek/encer, sering
berwarna hijau tua, ada lendir atau darah
r. Menggigil, rewel, lemas mengantuk, kejang, tidak bisa tenang, menagis terus menerus

8. PHATWAY
9. Rencana Asuhan Bayi Baru Lahir
a. Minum Bayi
Pastikan bayi diberi minum sesegera mungkin setelah lahir (dalam waktu 30 menit) atau
dalam 3 jam setelah masuk rumah sakit, kecuali apabila pemberian minum harus ditunda
karena masalah tertentu. Bila bayi dirawat di rumah sakit, upayakan ibu mendampingi
dan tetap memberikan ASI.
b. ASI Eksklusif
Anjurkan ibu memberikan ASI dini (dalam 30 menit 1 jam setelah lahir) dan eksklusif.
ASI eksklusif mengandung gizi yang diperlukan untuk tumbuh kembang bayi, mudah
dicerna dan efesien, mencegah berbagai macam penyakit infeksi. Jika ASI belum keluar,
bayi tidak usah diberi apa-apa, biarkan bayi menghisap payudara ibu sebagai stimulus
keluarnya ASI. Cadangan nutrisi dalam tubuh bayi cukup bulan dapat sampai selama 4
hari pasca persalinan. Prosedur pemberian ASI adalah sebagai berikut :
1) Anjurkan ibu untuk menyusui tanpa dijadwal siang malam (minimal 8 kali dalam 24
jam) setiap bayi menginginkan. Bila bayi melepaskan isapan dari satu payudara, berikan
payudara lain.
2) Tidak memaksakan bayi menyusui bila belum mau, tidak melepaskan isapan sebelum
bayi selesai menyusu, tidak memberikan minuman lain selain ASI, tidak menggunakan
dot atau empeng.
3) Menganjurkan ibu hanya memberikan ASI saja pada 4-6 bulan pertama.
4) Memperhatikan posisi dan perlekatan mulut bayi dan payudara ibu dengan benar.
5) Menyusui dimulai apabila bayi sudah siap, yaitu : mulut bayi membuka lebar, tampak
rooting reflex, bayi melihat sekeliling dan bergerak.
6) Cara memegang bayi : topang seluruh tubuh, kepala dan tubuh lurus menghadap
payudara, hidung dekat putting susu.
7) Cara melekatkan : menyentuhkan putting pada bibir, mulut terbuka lebar, gerakan
mulut kearah putting sehingga bibir bawah jauh di belakang areola.
8) Nilai perlekatan dan refleks menghisap : dagu menyentuh payudara, mulut terbuka
lebar, bibir bawah melipat keluar, areola diatas mulut bayi lebih luas dari pada di bawah
mulut bayi, bayi menghisap pelan kadang berhenti.
9) Menganjurkan ibu melanjutkan menyusui eksklusif.
c. Buang Air Besar (BAB)
Kotoran yang dikeluarkan oleh bayi baru lahir pada hari-hari pertama kehidupannya
adalah berupa mekoneum. Mekoneum adalah ekskresi gastrointestinal bayi baru lahir
yang diakumulasi dalam usus sejak masa janin, yaitu pada usia kehamilan 16 minggu.
Warna mekoneum adalah hijau kehitam-hitaman, lembut, terdiri atas mucus sel epitel,
cairan amnion yang tertelan, asam lemak dan pigmen empedu. Mekoneum ini keluar
pertama kali dalam waktu 24 jam setelah lahir. Mekoneum dikeluarkan seluruhnya 2-3
hari setelah lahir. Mekoneum yang telah keluar 24 jam menandakan anus bayi baru lahir
telah berfungsi. Jika mekoneum tidak keluar, bidan atau petugas harus mengkaji
kemungkinan adanya atresia ani dan megakolon. Warna feses bayi berubah menjadi
kuning pada saat berumur 4-5 hari, bayi yang diberi ASI, feses menjadi lembut, berwarna
kuning terang dan tidak berbau. Warna feses akan menjadi kuning kecoklatan setelah
bayi mendapatkan makanan. Frekuensi BAB bayi sedikitnya satu kali dalam sehari.
Pemberian ASI cenderung membuat frekuensi BAB bayi menjadi lebih sering . Pada hari
ke 4-5 produksi ASI sudah banyak, apabila bayi diberi ASI cukup maka bayi akan BAB
5 kali atau lebih dalam sehari
d. Buang Air Kecil (BAK)
Bayi baru lahir harus sudah BAK dalam waktu 24 jam setelah lahir. Hari selanjutnya
bayi akan BAK sebanyak 6-8 kali/hari. Pada awalnya volume urine bayi sebanyak 20-30
ml/hari, meningkat menjadi 100-200 ml/hari pada akhir minggu pertama. Warna urine
keruh/merah muda dan berangsur-angsur jernih karena intake cairan meningkat. Jika
dalam 24 jam bayi tidak BAK, harus mengkaji jumlah intake cairan dan kondisi uretra.
e. Tidur
Memasuki bulan pertama kehidupan, bayi baru lahir menghabiskan waktunnya untuk
tidur. Jenis tidur bayi adalah tidur aktif atau tidur ringan dan tidur lelap. Pada siang hari
hanya 15% waktu digunakan bayi dalam keadaan terjaga, yaitu untuk menangis, gerakan
mitorik, sadar dan mengantuk. Sisa waktu yang 85% lainnya digunakan bayi untuk tidur.
f. Kebersihan Kulit
Kulit bayi masih sangat sensitif terhadap kemungkinan terjadinya infeksi pada kulit bayi,
keutuhan kulit harus senantiasa dijaga. Verniks kaseosa bermanfaat untuk melindungi
kulit bayi, sehingga jangan dibersihkan pada saat memandikan bayi. Untuk menjaga
kebersihan kulit bayi, perawat harus memastikan semua pakaian, handuk, selimut dan
kain yang digunakan untuk bayi selalu bersih dan kering. Memandikan bayi terlalu awal
(dalam waktu 24 jam pertama) cenderung meningkatkan kejadian hipotermi. Untuk
menghindari terjadinya hipotermi, sebaiknya memandikan bayi setelah suhu tubuh bayi
stabil. (setelah 24 jam).
g. Perawatan Tali
Pusat Tali pusat harus selalu kering dan bersih. Tali pusat merupakan tempat koloni
bakteri, pintu masuk kuman dan biasa terjadi infeksi lokal. Perlu perawatan tali pusat
sejak manajemen aktif kala III pada saat menolong kelahiran bayi. Sisa tali pusat harus
dipertahankan dalam keadaan terbuka dan ditutupi kain bersih secara longgar. Pemakaian
popok sebaiknya popok dilipat di bawah tali pusat. Jika tali pusat terkena kotoran/feses,
maka tali pusat harus dicuci dengan sabun dan air mengalir, kemudian keringkan.
a. Penatalaksanaan perawatan tali pusat
1) Jangan bungkus pusat atau perut ataupun mengoleskan bahan atau ramuan apapun ke
puntung tali pusat.
2) Jangan menutup tali pusat dengan balutan kassa. Tali pusat cukup dibersihkan dengan
air bersih
h. Menjemur Bayi
Kita tahu bahwa sinar matahari pagi sangatlah baik bagi kesehatan. Hal tersebut juga
berlku bagi bayi. Setelah dilahirkan, fungsi hatinya belum sempurna dalam proses
pengelolaan bilirubin. Dimana kadar bilirubin dalam darah si bayi sangat tinggi dan hal
inilah yang menyebabkan bayi mengalami suatu proses fisiologis yang menyebabkannya
bayi kuning. Untuk mengatasinya, ada cara alami mengatasi hal tersebut, yaitu dengan
menjemurnya dibawah matahari pagi. Sinar matahari pagi. Sinar matahari pagi telah
dipercaya mampu memberikan efek kesehatan alami bagi tubuh. Salah satunya adalah
untuk menurunkan kadar bilirubin yang terlalu tinggi yang menjadi penyebab bayi
kuning pasca dilahirkan kedunia. Jadi melakukan penjemuran pada bayi yang baru lahir
di pagi hari adalah hal yang sangat penting. Cara menjemur bayi adalah sebagai berikut :
1) Lakukan di pagi hari saat matahari masih cerah dan masih hangat, waktu yang tepat
untuk menjemur bayi adalah pukul 07.00-09.00 WIB.
2) Jangan terlalu lama saat menjemur bayi, menjemur bayi sekitar 10-15 menit. 19
3) Hindari menjemur bayi di bawah sinar matahari langsung, karena kulit bayi masih
sensitif.
4) Gunakan baju tipis yang tembus matahari, dengan menggunakan pakaian yang tipis
badan bayi akan tetap terkena sinar matahari dengan maksimal.
5) Bolak balik badan bayi secara berkala
6) Jangan terlalu lama menjemur bayi karena bahaya hipotermi Manfaat menjemur bayi
adalah sebagai berikut :
1) Dapat menurunkan kadar bilirubin dalam darah
2) Membuat tulang bayi menjadi lebih kuat
3) Untuk memberi efek kehangatan pada bayi
4) Manghindarkan bayi dari stress
i. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada keluarga pasien
1) Hak pasien untuk mengetahui informasi
2) Kewajiban moral
3) Menghilangkan cemas dan penderitaan pasien
4) Meningkatkan kerjasama pasien maupun keluarga

10. Penatalaksanaan
a. Membersihkan jalan napas dan sekaligus menilai APGAR menit 1 membersihkan jalan
napas dengan cara :
1) Penolong mencuci tangan dan memakai sarung tangan yang steril
2) Bayi ditidurkan telentang kepala sedikit ekstensi, badan bayi dalam keadaan terbungkus
3) Pangkal penghisap lendir dibungkus dengan kain kasa steril, masukkan ke mulut
penolong
4) Tangan kanan penolong membuka mulut bayi kemudian jari telunjuk tangan kiri
dimasukkan kedalam mulut bayi sampai epiglottis (untuk menahan lidah bayi) jari
tangan kanan memasukkan pipa. Sejajar dengan jari telunjuk tangan kiri, isap lendir
sebanyak-banyaknya dengan arah memutar. 5) Masukkan berulang-ulang selang
kehidung, mulut, kemudian lendir diisap sebanyak-banyaknya.
5) Lendir yang diisapditampung diatas bengkok dan ujung pipa dibersihkan dengan kain
kasa.
6) Lakukan penghisapan sampai bayi menangis dan sampai lendirnya bersih, kemudian
bersihkan daerah telinga dan sekitarnya.
b. Mengeringkan badan bayi dari cairan ketuban dengan menggunakan kain yang halus atau
handuk.
c. Mendekapkan bayi ke ibu dan mendekatkan segera setelah lahir, hal ini bertujuan agar :
1) Ibu tenang melihat anaknya dalam keadaan normal
2) Ada kontak batin antara ibu dan anak
3) ASI cepat keluar, karena dengan rangsangan isapan bayi, akan mempercepat bayi akan
mempercepat keluar ASI
d. Membersihkan badan bayi dengan cara :
1) Menyiapkan tempat kapas, kapas dan minyak/baby oil
2) Membersihkan daerah muka dengan menggunakan kapas lembab. Pertama yang
dibersihkan adalah daerah atas, mulai dari bagian dalam keluar kemudian gunakan
kapas minyak untuk membersihkan daerah telinga. Selanjutnya muka dan sekitarnya
dibersihkan dengan kapas minyak sampai ke daerah leher.
3) Lakukan perawatan tali pusat, dan seputarannya.
e. Memberikan obat mata untuk mencegah terjadinya infeksi pada mata dengan cara mata
bayi dibersihkan, jari telunjuk dan ibu jari tangan kiri membuka mata dan tagan kanan
meneteskan obat, obat harus tepat diatas kelopak mata, setelah obat masuk bersihkan
daerah luar mata dengan kapas lembab, membersihkan alat-alat.
f. Melaksanakan pemeriksaan kesehatan bayi Maksudnya pemeriksaan adalah untuk
menemukan kelainan yang perlu mendapatkan tindakan segera dan kelainan yang
berhubungan kehamilan, persalinan dan kelahiran
a. Mengukur BB, PB, LK, LILA, LD
b. Observasi tanda-tanda vital (Nadi, Suhu, Respirasi)
c. Observasi keadaan refleks
g. Memasang pakaian bayi
h. Mengajarkan ibu cara membersihkan jalan lahir, membersihkan ASI dan manfaatnya,
perawatan tali pusat, perawatan bayi sehari-hari misalnya memandikan bayi.
i. Menjelaskan pentingnya memberikan ASI sedini mungkin sampai usia 2 tahun, makanan
tambahan buat bayi diatas usia 4 bulan, makanan bergizi bagi ibu, mengikuti program
KB segera mungkin (Prawirohardjo, 2007).

11. Konsep APGAR


1. Pengertian APGAR APGAR score adalah suatu metode tes sederhana untuk melakukan
penilaian kesejahteraan bayi baru lahir untuk menentukan tindakan yang harus dilakukan
supaya proses adaptasi kehidupan intra-uteri ke ekstra uteri dapat 23 terfasilitasi dengan
baik. Tes ini dapat dilakukan dengan mengamati bayi segera setelah lahir (dalam menit
pertama) dan setelah 5 menit. Lakukan hal ini dengan cepat, karena jika niainya rendah,
berarti bayi tersebut membutuhkan tindakan segera. (Wagino dan Putrono, 2016).
Indikator metode APGAR adalah sebagai berikut :
1. A = “Appearance” (warna kulit), perhatikan warna tubuh bayi.
2. P = “Pulse” (denyut), dengarkan denyut jantung bayi dengan stetoskop atau palpasi denyut
jantung dengan jari.
3. G = “Grimace” (seringai), gosok berulang-ulang dasar kedua tumit kaki bayi dengan jari.
Perhatikan reaksi pada muka, ketika lender pada mukanya dibersihkan, atau ketika lender
dari mulu dan tenggorokannya dihisap.
4. A = “Activity”, perhatikan cara bayi baru lahir menggerakkan kaki dan tangannya bergerak
sebagai reaksi terhadap rangsangan tersebut.
5. R = “Respiration” (pernafasan), perhatikan dada dan abdomen bayi atau perhatikan upaya
bernafasnya.
Tabel 2.1 APGAR
Nilai 0 1 2
Appearance Color Seluruh badan Warna kulit tubuh Warna kulit tubuh,
(warna kulit) biru atau normal merah tangan dan kaki
pucat muda, tetapi normal merah
tangan dan kaki muda, tidak ada
kebiruan sianosis
Pulse (heart rate) Tidak ada < 100x/menit 100x/menit
atau frekuensi
jantung
Grimace (reaksi Tidak ada stimulasi Meringis Meringis atau
terhadap respon atau menangis bersin atau
rangsangan) terhadap lemah ketika batuk saat
distimulus stimulasi saluran
nafas
Activity (tonus Lemah atau Sedikit bergerak Bergerak aktif
otot) tidak ada
Respiration Tidak ada Lemah atau tidak pernafasan baik
(usaha nafas) teratur dan teratur
Menangis kuat,

Kriteria penilaian APGAR adalah :


a. Jika skor APGAR 7-10 : bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa.
b. Jika skor APGAR 4-6 : Asfiksia neonatorum sedang, pada pemeriksaan fisik akan terlihat
frekuensi jantung lebih dari 100x/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek
iritabilitas tidak ada. c. Jika skor APGAR 0-3 : asfiksia neonatorum berat, pada
pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100x/menit, tonus otot buruk,
sianosis berat dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada.

12. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber dan untuk
mengevaluasi status kesehatan klien (Nursalam, 2001).
a. Data Subjektif
1) Identitas bayi
2) Identitas orang tua
3) Nama, umur, ras atau suku, agama, status perkawinan, pekerjaan. Maksud ini adalah untuk
identitas (mengenal) klien dan menentukan status sosial ekonominya yang harus kita
ketahui.
4) Keluhan utama keadaan bayi saat dilihat
5) Riwayat kesehatan (riwayat kesehatan sekarang dan riwayat kesehatan keluarga)
6) Riwayat kehamilan dan persalinan
7) Riwayat kebidanan yang lalu meliputi jumlah anak, perjalanan persalinan aterm, berat
badan bayi, dan masalah-masalah yang dialami ibu.
8) Riwayat Natal
9) Riwayat sosial dan ekonomi Riwayat sosial dan ekonomi meliputi status perkawinan,
respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan ibu, riwayat KB, dukungan keluarga,
pengambilan keputusan dalam keluarga, gizi yang dikonsumsi dan kebiasaan makan,
kebiasaan hidup sehat, merokok dan minuman keras, 36 mengkonsumsi obat-obat
terlarang, kegiatan sehari-hari, tempat dan petugas kesehatan yang di inginkan.
b. Data Objektif
1) Pengkajian fisik
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis
memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan
dicatat dalam rekam media. Rekam medis dari pemeriksaan fisik akan membantu dalam
penegakan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien. Pemeriksaan fisik pada bayi
dapat dilakukan oleh bidan, perawat atau dokter untuk menilai status kesehatannya. Waktu
pemeriksaan dapat dilakukan saat bayi baru lahir, 24 jam setelah lahir (sesaat sesudah bayi
lahir pada saat kondisi atau suhu tubuh sudah stabil dan setelah dilakukan pembersihan
jalan nafas atau resusitasi,pembersihan badan bayi, perawatan tali pusat) dan akan pulang
dari rumah sakit.
2) Tujuan prinsip pemeriksaan fisik
a) Menentukan status kesehatan
b) Mengidentifikasi masalah
c) Mengambil data dasar untuk menentukan rencana tindakan
d) Untuk mengenal dan menemukan kelainan yang perlu mendapat tindakan segera
e) Untuk menentukan data objektif dari riwayat keperawatan klien
3) Prinsip Pemeriksaan Fisik
a) Jelaskan tujuan dan prosedur pada orang tua dan minta persetujuan tindakan.
b) Cuci dan keringkan tangan pakai sarung tangan.
c) Pastikan pencahayaan baik.
d) Periksa apakah bayi dalam keadaan hangat, buka bagian yang akan diperiksa (jika bayi
telanjang pemeriksaan harus dibawah lampu pemancar) dan segera selimuti kembali
dengan cepat.
e) Periksa bayi secara sistematis dan menyeluruh
4) Persiapan peralatan dan perlengkapan
5) Prosedur pelaksanaan Penilaian APGAR dilakukan dengan cara memeriksa warna kulit,
denyut jantung, refleks terhadap stimulus taktil, tonus otot, dan pernapasan. Masing-
masing aspek akan diberikan poin tergantung kondisi bayi.
6) Pengukuran Antropometri Pemeriksaan antropometri meliputi : lingkar kepala (33-35 cm),
lingkar dada (30-33 cm), berat badan (2500-4000 gram) dan panjang badan (45-50 cm).
7) Head to toe
a) Postur Inspeksi bayi baru lahir akan memperlihatkan posisi di dalam Rahim selama
beberapa hari, tanyakan atau periksa status bayi dan pelajari riwayat persalinan. Tekanan
saat dalam Rahim pada anggota gerak atau bahu dapat menyebabkan ketidaksimetrisan
wajah untuk sementara atau menimbulkan tahanan saat ekstremitas ekstensi.
b) Tanda –tanda vital
a. Pernapasan : < dari 30x/menit normal frekuensinya (40-60x/menit)
b. Nadi : takikardi 170x/menit normal frekuensinya (100-160x/menit)
c. Suhu : 35,0 derajat selsius normalnya (36,5 – 37,5 derajat selsius)
c) Pengukuran Umum
Berat badan lahir 2500-4000 gram, panjang badan dari kepala sampai tumit 45-55 cm,
lingkar kepala diukur pada bagian yang terbesar yaitu oksipito-frontalis 33-35 cm, lingkar
dada mengukur 38 pada garis buah dada sekitar 30-33 cm, lingkar abdomen mengukur di
bawah umbilicus, ukuran sama dengan lingkaran dada.
d) Integumen
Warna kulit biasanya merah muda, ikterik fisiologis dialami oleh 50% bayi cukup bulan
dan hiperpigmentasi pada areola, genetalia dan linia nigra. Perubahan warna normal
seperti akrosianosis-sianosis tangan dan kaki dan kurtis marmorata-motting sementara
ketika bayi terpapar suhu rendah. Kondisi hari kedua sampai ketiga, mengelupas, kering,
tidak terdapat edema kulit, beberapa pembuluh darah terlihat jelas di abdomen.
e) Kepala
Lakukan inspeksi pada daerah kepala. Raba sepanjang garis sutura dan fontanel, apakah
ukuran dan tampilannya normal. Sutura yang berjarak lebar mengindikasikan bayi
preterm, moulding yang buruk atau hidrosefalus. Pada kelahiran spontan letak kepala
sering terlihat tulang kepala tumpang tindih yang disebut moulding/moulase. Keadaan ini
normal kembali setelah beberapahari sehingga ubun-ubun mudah diraba. Perhatikan
ukuran dan ketegangannya.
f) Wajah
Wajah harus tampak simetris. Terkadang wajah bayi tampak asimetris hal ini dikarenakan
karena posisi bayi di intrauteri, perhatikan kelainan wajah yang khas seperti sindrom down
atau sindrom plere robin. Perhatikan juga kelainan wajah akibat trauma lahir seperti
laserisasi, paresi N. Fasialis.
g) Mata
Goyangkan kepala bayi secara perlahan-lahan supaya mata terbuka, lakukan inspeksi
daerah mata, periksa jumlah, posisi atau letak mata, periksa adanya strabismus yaitu
koordinasi mata yang belum sempurna, periksa adanya glaucoma kongital. Mulanya akan
39 tampak sebagai pembesaran kemudian sebagai kekeruhan pada kornea, katarak kongital
akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna putih. Pupil harus tampak bulat, terkadang
ditemukan bentuk seperti lubang kunci (kolobama) yang dapat mengindikasikan adanya
defek retina, periksa adanya trauma seperti palpebral, perdarahan konjungtiva atau retina,
periksa adanya secret pada mata, konjungtivis oleh kuman gonokokus dapat menjadi
panoflalmia dan menyebabkan kebutaan dan apabila ditemukan epichantus melebar
kemungkinan bayi mengalami sindrom down.
h) Hidung
Bentuk hidung utuh/simetris, sianosis dan adanya sekret.
i) Mulut
Warna sianosis dan tekstur lembab, apakah ada secret dijalan napas.
j) Telinga
Telinga simetris kiri kanan, tidak ada lesi, tidak ada cairan yang keluar dari lubang telinga,
bersih dan tidak ada cidera.
k) Leher
Ukuran leher normalnya pendek dengan banyak lipatan tebal. Leher berselaput
berhubungan dengan abnormalitas kromoson. Periksa kesimetrisannya. Pergerakannya
harus baik, jika terdapat keterbtasan pergerakan kemungkinan ada kelainan tulang leher.
Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan kerusakan pada fleksus brakhialis.
Lakukan perabaan untuk mengidentifikasi adanya pembengkakan. Periksa adanya
pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis.
l) Dada
Paru dan Jantung Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernafas, apabila tidak simetris
kemungkinan bayi mengalami pneumotoraks, paresis diafragma 40 atau hernia
diafragmatika. Pernafasan bayi yang normal dinding dada dan abdomen bergerak secara
bersamaan. Tekanan sternum atau intercostal pada saat bernafas bersamaan. Tekanan
sternum atau intercostal pada saat bernafas perlu diperhatikan. Frekuensi pernafasan bayi
normal antara 40-60x/menit. Perhitungannya harus sampai satu menit penuh karena
terdapat periodeic breathing, di mana pola pernafasan pada neonatus terutama pada
premature ada henti napas yang berlangsung 20 detik dan terjadi sacara berkala. Pada bayi
cukup bulan, putting susu sudah terbentuk dengan baik dan tampak simetris. Payudara
dapat tampak membesar tetapi ini normal. Lakukan palpasi pada daerah dada, untuk
menentukan ada tidaknya fraktur klavikula dengan cara meraba ictus cordis dengan
menentukan posisi jantung dan lakukan auskultasi paru dan jantung dengan menggunakan
stetoskop untuk menilai frekuensi dan suara napas/jantung. Secara normal, frekuensi
denyut jantung antara 120- 160x/menit.
m) Abdomen
Bentuk simetris, bising usus normalnya 5-15x/menit, masa tidak ada.
n) Tali pusat
Pemeriksaan tali pusat apakah tali pusat terbungkus kassa steril atau tidak, kering atau
basah, ada kemerahan, bengkak dan ada cairan berbau.
o) Ekstremitas Atas
Kedua lengan harus sama panjang, periksa dengan cara meluruskan kedua lengan
kebawah, kedua lengan harus bebas bergerak. Jika gerakan kurang kemungkinan adanya
kerusakan neurologis atau fraktur. Periksa jumlah jari apakah adanya polidaktili atau
sidaktili, telapak tangan harus terbuka, garis tangan yang hanya satu buah berkaitan
dengan abnormalitas kromoson, seperti trisomy 21, amati adanya paronisia pada kuku
yang dapat terinfeksi atau tercabut sehingga menimbulkan luka dan perdarahan.
p) Ekstremitas Bawah
Periksa kesimetrisan tungkai dan kaki, panjang kedua kaki dengan meluruskan keduanya
dan bandingkan, kedua tungkai harus dapat bergerak bebas jika ruang gerak berkurang
berkaitan dengan adanya trauma, misalnya fraktur, kerusakan neurologis. Periksa adanya
polidaktili dan sidaktili pada jari kaki.
q) Spinal
Periksa spinal dengan cara menelungkupkan bayi, cari adanya tanda-tanda abnormalitas
seperti spina bifida, pembengkakan, lesung atau bercak kecil berambut yang dapat
menunjukkan adanya abnormalitas medulla spinalis atau kolumna vertebra.
r) Genetalia
Pada bayi laki-laki panjang penis 3-4 cm dan lebar 1-1,3 cm. periksa posisi lubang uretra.
Prepusium tidak boleh ditarik karena akan menyebabkan fimosis, periksa adanya
hipospadia dan epispadia, skrotum harus dipalpasi untuk memastikan jumlah testis ada
dua. Pada bayi perempuan cukup bulan, labia mayora menutupi labia monora, lubang
uretra terpisah dengan lubang vagina, terkadang tampak adanya secret yang berdarah dari
vagina. Hal ini disebabkan oleh pengaruh hormone ibu (Withdrwl bedding).
s) Anus
Pemeriksaan anus untuk mengetahui ada tidaknya atresiani.
t) Kulit
Perhatikan kondisi kulit bayi, periksa adanya ruam dan bercak atau tanda lahir, periksa
adanya pembengkakan, perhatikan adanya 42 vernik kaseoasa (zat yang bersifat lemak
yang berfungsi sebagai pelumas atau sebagai isolasi panas yang akan menutupi bayi cukup
bulan). Perhatikan adanya lanugo (rambut halus yang terdapat pada punggung bayi)
jumlah yang banyak terdapat pada bayi kurang bulan daripada bayi cukup bulan
H. Refleks Pada Neonatus
Yaitu suatu gerakan yang terjadi secara otomatis dan spontan tanpa disadari pada bayi
normal, dibawah ini beberapa penampilan dan perilaku bayi, baik secara spontan karena
adanya rangsangan atau bukan.
1. Tonik neek reflex, yaitu gerakan spontan otot kuduk pada bayi normal, bila ditengkurapkan
akan secara spontan memiringkan kepalanya.
2. Rooting reflex, yaitu bila jari menyentuh daerah sekitar mulut bayi membuka mulutnya
dan memiringkan kepalanya kearah maka ia akan datangnya jari.
3. Grasping reflex, bila jari kita menyentuh telapak tangan bayi maka jari jarinya akan
langsung menggenggam sangat kuat.
4. Moro reflex, reflek yang timbul diluar kemauan, kesadaran bayi.
5. Starle reflex, reaksi emosional berupa hentakan dan gerakan seperti mengejang pada
lengan dan tangan dan sering diikuti dengan nangis.
6. Stapping reflex, reflek kaki secara spontan apabila bayi diangkat tegak dan kakinya satu
persatu disentuhkan pada dasar muka bayi seolah olah berjalan.
7. Refleks mencari putting (rooting), yaitu bayi menoleh kearah sentuhan di pipinya atau
didekat mulut, berusaha untuk menghisap.
8. Refleks menghisap (suckling), yaitu areola putting susu tertekan gusi bayi, lidah dan
langit-langit sehinggasinus laktiferus tertekan dan memancarkan ASI.
9. Refleks menelan (swallowing), dimana ASI dimulut bayi mendesak otot didaerah mulut
dan faring sehingga mengaktifkan refleks menelan dan mendorong ASI kedalam lambung
(Rukhiyah, Yulianti, 2012).
tabel 2.2 Indikator Pemeriksaan Refleks Neonatus
Pemeriksaan Cara Kondisi Normal Kondisi Patologis
Refleks Pengukuran

Berkedip Sorotkan cahaya Dijumpai pada Jika tidak dijumpai


ke mata bayi tahun pertama menunjukkan
kebutaan
Tanda Babinski Gores telapak Jari kaki Bila pengembangan
kaki sepanjang mengembang jari kaki
tepi luar, di dan ibu jari kaki dorsofleksi
mulai dari dorsofleksi, di setelah umur 2
tumit jumpai sampai tahun adanya lesi
umur 2 tahun ekstrapiramidal
Moro’s Ubah posisi Lengan ekstensi Refleks yang
dengan tiba- jari-jari menetap lebih
tiba atau pukul mengembang dari 4 bulan
meja/tempat kepala terlempar adanya kerusakan
tidur ke belakang, otak, respons
tungkai sedikit tidak simetris
ekstensi, lengan adanya
kembali ke hemiparesis,
tengah dengan fraktur klavikula
tangan atau cidera
menggenggam fleksus
tulang belakang branchialis. Tidak
dan ekstremitas ada respons
bawah ekstens. ekstremitas
Lebih kuat bawah adanya
selama 2 bulan dislokasi atau
menghilang cidera medulla
pada umur 3-4 spinalis
bulan
Menggenggam Letakkan jari di Jari-jari bayi Fleksi yang tidak
(Palmars telapak tangan melengkung di simetris
Grap’s) bayi dari sisi sekitar jari yang menunjukkan
ulnar, jika diletakkan di adanya paralysis,
refleks lemah telapak tangan refleks
atau tidak ada bayi dari sisi menggenggam
berikan bayi unar, refleks ini yang menetap
botol/dot, menghilang dari menunjukkan
karena umur 3-4 bulan ganggusan 44
menghisap reflek serebral
akan
mengeluarakan
reflek
Rooting Gores sudut Bayi yang memutar Tidak adanya refleks
mulut bayi kearah pipi yang menunjukkan
garis tengah di gores, refleks adanya gangguan
bibir ini menghilang pendengaran
pada umur 3-4
bulan. Tetapi
bisa menetap
sampai umur 12
bulan khususnya
tidur
Kaget Bertepuk tangan Bayi mengekstensi Tidak adanya refleks
dengan keras dan memfleksi menunjukkan
lengan dalam adanya gangguan
berespons pendengaran
terhadap suara
yang keras
tangan tetap
rapat, refleks ini
akan
menghilang
setelah umur 4
bulan
Menghisap Berikan bayi boto Bayi menghisap Refleks yang lemah
atau dot dengan kuat atau ada
dalam berespons menunjukkan
terhadap kelambatan
stimulus, reflek perkembangan
ini menetap atau keadaan
selama masa neurologi yang
bayi dan abnormal
mungkin terjadi
selama tidur
tanpa stimulus

2. Analisa data
Table 2.3 analisa data
Ds : Belum dapat dikaji 1.Hipotermi
Do :
• Berat badan bayi normal
• Suhu bayi : 36,9’C, suhu incubator mode
air 33’celcius, humidity 53%

Ds : Belum dapat dikaji 2.Resiko hipovolemi


Do :
• TTV: HR : 140x/menit, RR : 40x/menit,
suhu 36.8’C, saturasi oksigen 100%, crt 3
detik, akral hangat

Ds : Belum dapat dikaji 3.Resiko infeksi


Do :
• Suhu : 36,8’C
• Terpasang infus perifer di vena dorsal arch
dextra rembesan darah tidak ada, bengkak
tidak ada, kemerahan tidak ada

Ds : Belum dapat dikaji 4.Resiko jatuh


Do :
• Skor jatuh 15.
• Terpasang id band, kancing kuning, dan
segitiga resiko jatuh.
• Bayi dalam incubator tertutup rapat dan
inkubator dikunci

Ds : ibu masih dirawat diruangan ICU 5.Risiko


Do : gangguan perlekatan
• Bayi dirawat di perina sejak lahir
• Bayi berada dalam inkubator

3. Diagnose keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat ditemukan pada bayi baru lahir, diantaranya: (SDKI 2016)
Diagnosa Keperawatan
1. Hipotermia ( D.0131 )
2. Risiko hypovolemia (D. 0034 )
3. Risiko infeksi ( D.0142 )
4. Risiko jatuh ( D.0143 )
5. Risiko gangguan perlekatan ( D.0127 )
4. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang dilakukan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (SIKI, 2018) dengan kriteria hasil berdasarkan Standar Luaran Keperawatan
Indonesia (SLKI, 2019).

Tabel 2.4 Intervensi (Perencanaan)

Standar Diagnosa Standar LuaranKeperawatan


Standar Intervensi Keperawatan
Keperawatan
Indonesia (SLKI) Indonesia (SIKI)
Indonesia (SDKI)

Hipotermia (D.0131) Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipotermia (I. 14507)


berhubungan dengan keperawatan 1x 24 jam Observasi:
bayi baru lahir diharapkan termoregulasi • Monitor suhu tubuh sampai
membaik dengan kriteria hasil : stabil tiap 2 jam jika perlu
Suhu tubuh dalam rentang • Identifikasi penyebab
normal 36,5-37,5’c hipotermia
• Monitor warna dan suhu kulit
Terapeutik:
• Sediakan lingkungan yang
hangat, atur suhu inkubator
• Ganti linen yang basah

Risiko hipovolemia Setelah diberikan tindakan Manajemen hipovolemik


berhubungan keperawatan selama 3x24 jam ( I.03116)
kekurangan intake diharapkan status cairan Observasi:
cairan( D.0034) membaik, dengan kriteria hasil: • Monitor tanda dan gejala
hipovolemia (misal frekuensi
Status cairan ( L.03028) nadi meningkat,nadi teraba
• Kekuatan dan frekuensi nadi lemah)
meningkat • Monitor intake output cairan
• Output urine membaik • Monitor frekuensi nafas
• Monitor berat badan
Teraupetik:
• Hitung kebutuhan cairan
• Dokumentasikan hasil
pemantauan

Risiko infeksi Setelah diberikan tindakan Pencegahan infeksi


berhubunggan keperawatan selama 3x 24 jam ( L.02075)
dengan ketidak diharapkan tingkat infeksi Observasi :
adekuatan pertahanan menurun dan status imun • Berikan lingkungan dengan
tubuh, efek prosedur membaik, dengan kriteria hasil: baik
invasif (D.0148) Tingkat infeksi ( L.14137) • Monitor tanda dan gejala
• Tidak ada demam dan infeksi lokal dan sistemik
letargi • Monitor tanda gejala infeksi
• Kultur darah negatif Teraupetik:
• Batasi jumlah pengunjung
• Cuci tangan sebelum dan
sesudah kegiatan
• Perawatan pasien
• Jaga lingkungan aseptik
Edukasi
• Ajarkan cuci tangan
• Jelaskan prosedur kepada
keluarga

Risiko jatuh (D.0143) Setelah dilakukan Tindakan Pencegahan jatuh (L.14540)


berhubungan dengan keperwatan 1 x 24 jam resiko Observasi:
usia < 2 tahun) jatuh tidak terjadi kriteria hasil: • Identifikasi faktor resiko
Jatuh tidak terjadi jatuh, sekali setiap shift
• Identifikasi faktor lingkungan
yang meningkatkan resiko
jatuh
Terapeutik:
• Pastikan roda tempat tidur
terkunci
• Pasang handrail tempat tidur

Risiko gangguan Setelah dilakukan Tindakan Promosi perlekatan (L.10342)


perlekatan (D.0127 ) keperawatan 3x 24 jam Observasi:
berhubungan dengan diharapkan tingkat perlekatan • Identifikasi payudara ibu
perpisahan antara ibu meningkat. (bengkak, mastitis, putting
dan bayi akibat kriteria hasil: lecet)
hospitalisasi, • Orang tua bayi dapat • Identifikasi pemahaman
penghalang fisik melakukan kontak mata, keluarga terhadap masalah
berupa incubator berbicara, tersenyum dan Terapeutik:
berespon terhadap isyarat • Diskusikan dengan ibu
bayi. masalah selama proses
menyusui
• Hargai privasi keluarga
• Fasilitasi keluarga dalam
pengambilan keputusan dan
pemecahan masalah.

5. Implementasi
Menurut Patricia A. Potter (2010), implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana
tindakan keperawatan yang telah disusun atau ditemukan, yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan pasien itu sendiri ataupun perawat secara mandiri dan juga dapat bekerjasama
dengan anggota tim kesehatan lainnya seperti ahli gizi dan fisioterapis. Perawat memilih
intervensi keperawatan yang akan diberikan kepada pasien. Berikut ini metode dan
langkah persiapan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan yang dapat dilakukan oleh
perawat :
a. Memahami rencana keperawatan yang telah ditentukan
b. Menyiapkan tenaga dan alat yang diperlukan
c. Menyiapkan lingkungan terapeutik
d. Membantu dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari 49
e. Memberikan asuhan keperawatan langsung
f. Mengkonsulkan dan memberi penyuluhan kepada klien dan keluarganya
Implementasi membutuhkan perawat untuk mengkaji kembali keadaan klien, menelaah
dan memodifikasi rencana keperawatan yang sudah ada. Mengidentifikasi area dimana
bantuan dibutuhkan untuk mengimplementasi, mengkomunikasikan intervensi
keperawatan. Implementasi dari asuhan keperawatan juga membutuhkan pengetahuan
tambahan keterampilan dan personal, setelah implementasi, perawat menuliskan dalam
catatan klien deskripsi singkat dari pengkajian keperawatan, prosedur spesifik dan respon
klien terhadap asuhan keperawatan atau juga perawat bisa mendelegenasikan
implementasi pada tenaga kesehatan lain termasuk memastikan bahwa orang yang
didelegasikan terampil dalam tugas dan dapat menjelaskan tugas sesuai dengan standar
keperawatan.

6. Evaluasi
Menurut Potter (2010), evaluasi merupakan proses yang dilakukan untuk menilai
pencapaian tujuan atau menilai respon klien terhadap tindakan keperawatan seberapa jauh
tujuan keperawatan telah terpenuhi. Evaluasi formatif adalah pengumpulan informasi
dengan tujuan memperbaiki pelajaran yang telah diberikan, sedangkan evaluasi sumatif
adalah suatu metode pengambilan keputusan diakhir pembelajaran yang memfokuskan
pada hasil belajar.
Adapun langkah-laangkah evaluasi keperawatan adalah sebagai berikut :
1. Mengumpulkan data keperawatan pasien
2. Menafsirkan (menginterpretasikan) perkembangan pasien
3. Membandingkan dengan keadaan sebelum dan sesudah dilakukan tindakan dengan
menggunakan kriteria pencapaian tuuan yang telah ditetapkan
4. Mengukur dan membandingkan perkembangan pasien dengan standar normal yang
berlaku

6. Penatalaksanaan Medis
1) Tes diagnostik
a. Jumlah sel darah putih (SDP) : 18000/mm3, neutrofil meningkat sampai 23.000-
24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis).
b. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia
atau hemolisis berlebihan).
c. Hematokrit (Ht) 43-61% (peningkatan sampai 65% atau lebih menandakan
polisitemia,penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragi
prenatal/perinatal).
d. Bilirubin total : 6mg/dl pada hari pertama kehidupan, lebih besar 8mg/dl 1-2 hari
dan 12mg/dl pada 3-5 hari.
e. Golongan darah dan RH. f. (Marllyn. E, Doenges, 2001).

1) Terapi
a. Non Farmakologi
 Pengukuran nilai APGAR Score (pada menit pertama dan menit kelima setelah
dilahirkan)
 Kontrol suhu, suhu rektal sekali kemudian suhu aksila
 Penimbangan BB setiap hari
 Jadwal menyusui
 Higiene dan perawatan tali pusat
b. Farmakologi
 Suction dan oksigen
 Vitamin K
 Perawatan mata (obat mata entromisin 0,5% atau tetrasimin 1%, perak nitral atau
neosporin)
 Vaksinasi hepatitis B Vaksinasi hepatitis B direkomendasikan untuk semua bayi.
Tempat yang biasa dipakai untuk menyuntikkan obat ini pada bayi baru lahir
adalah muskulus vastus lateralis. (Bobak, M Irene, 2005).

ASUHA KEPERAWATAN PADA BY NY R DENGAN DIAGNOSA MEDIS BBL

PENGKAJIAN
Hari / Tgl Pengkajian : Minggu / 22 Agustus 2023

A. Data Demografi
1. Klien/ Pasien
Nama : By ny R
TTL : 22 Agustus 2023 jam 14:48 WIB
Usia : 0 hari
Anak ke : 2 dari 1 bersaudara
Jenis kelamin : Perempuan
Nama ayah : Tn E
Tanggal pengkajian : 22Agustus 2023
Tanggal masuk RS : 22 Agustus 2023
Alamat : JL.Mampang Rt 001/009 No. 5 Mampang pancoran depok.
Dx medis : BBL SC
B. Keluhan Utama

Bayi lahir Sesar di RS fatmawati jakarta tanggal 22 Agustus 2023 jam 14:48
WIB, saat ini Bayi teraba dingin, Suhu tubuh bayi 36,0 ˚ C.

C. Riwayat Klien
1. Riwayat Kehamilan
ANC : Bayi anak ke 2 dari 1 bersaudara, os melakukan ANC ke dokter kandungan
secara teratur
Riwayat penggunaan obat-obatan :
Lain-lain : -
2. Riwayat persalinan
Usia gestasi : 37 minggu
Berat badan lahir : 3100 gram
Jenis Persalinan : SC
Indikasi : Riwayat sc 1x
Apgar score : 7/9
IMD : tidak dilakukan IMD
Kelainan bawaan : tidak ada
Anak ke : G2P1A0
Kejadian penting selama proses persalinan: bayi lahir langsung menangis, tonus otot
kuat dan tampak cyanosis perifer, akral teraba dingin.
Faktor risiko ibu:
Pernah dilakkukan sesar 1x
3. Riwayat alergi :
Tidak ada
D. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada
E. Riwayat Penyakit Sekarang
1. Keadaan umum
a. Kesadaran : composmentis
b. Pemeriksaaan Tanda-Tanda Vital
1) Pernapasan : 50 x/mnt
2) Suhu : 36,0oC
3) Nadi : 148 x/mnt
4) Saturasi oksigen : 97%
2. Oksigenasi :
a. Irama napas : Reguler
b. Penggunaan alat bantu napas:
Spontan tanpa oksigen
c. Penggunaan otot bantu napas
Tidak ada
d. Sianosis: ada
3. Nutrisi:
a. Berat badan : 3100 gram
b. Panjang badan : 50 cm
c. Lingkar kepala : 35 cm
d. Lingkar dada : 31 cm
e. Lingkar perut : 30 cm
f. Lingkar lengan atas : 12 cm
g. Jenis Nutrisi:
 Enteral : minum ASI 8x20 cc tgl 24/8/23 reflek hisap ada tapi
masih lemah
 Parenteral : tidak terpasang ivfd
h. Terpasang OGT : tidak
i. Residu OGT : tidak ada
j. Muntah : Tidak
Warna :-
Frekuensi : - Jumlah : -
4. Cairan
a. Kebutuhan cairan : 160-240 ml/hari
b. Jenis minuman : ASI  PASI
c. Turgor kulit : baik
d. Kapilary refill : <3detik
e. Balance cairan : -47 cc/12jam
f. Diuresis :2,6 cc/kgbb /12jam
5. Eliminasi
Bak : 97cc (dalam 12jam)
Bab : ada (dalam 12jam) Meconium : Ada
Konsistensi : Lunak
Warna : meconium
6. Aktifitas:
a. Gerakan : Aktif
b. Tangisan : kuat
c. Sistem Muskuloskeletal
1) Postur : fleksi
2) Tonus otot : Normal

F. Pemeriksaan Head to toe


1. Integumen
Suhu : Teraba dingin
Warna kulit : kemerahan
Lanugo : ada
Integritas kulit:
 Utuh
 Kemerahan

2. Kepala dan leher


a. Tengkorak : Simetris
Kelainan : Tidak
Tulang tengkorak/sutura : Belum menutup
Ubun – ubun : normal
b. Warna dan distribusi rambut : Hitam dan tipis
c. Kelopak mata (bentuk & gerak)
Bentuk : Simetris
Gerak : Simetris
d. Konjungtiva
Warna : Pink
Bentuk : normal
e. Sklera : Normal
f. Pupil
Reflek cahaya : Positif
g. Telinga
Bentuk dan ukuran : Simetris
Kebersihan : Bersih
h. Hidung
Bentuk, terdapat septum deviasi :Ya
i. Bibir : lembab
j. Leher
Bentuk : Normal
3. Dada, paru-paru dan jantung
a. Pengembangan dada : Simetris
b. Suara paru : Vesikuler
c. Suara jantung : S1 dan S2 murni
4. Abdomen
a. Bentuk : Simetris
b. Bising usus : ada
c. Lambung : Timpani
d. Hati : Pekak
e. Usus : Timpani
f. Hepar : Tidak teraba
g. Limpa : Tidak teraba
h. Tali pusat : Basah dan terawat terbuka
5. Alat kelamin
Kelainan : Tidak ada
Kebersihan : Bersih
Iritasi : tidak
6. Ekstremitas : Simetris
a. Kelainan : normal
b. Akral : dingin
c. Udema : tidak
7. Refleks :

 moro: reflek kejutan dibagian extermitas atas atau bawah


(ada respon)
 graspy: ada reflek genggam extermitas atas dan bawah
(ada reflek)
 stepping: menunjukan reflek seperti berjalan
(belum ada reflek berjalan)
 Rooting: menunjukan reflek seperti mencari putting susu
(ibu belum menyusui bayi )
 sucking: menunjukan reflek hisap yang kuat
(ada namun masih belum kuat)
G. Pengkajian Psikososial

1. Kunjungan orang tua terhadap bayi


Ibu
Ayah
2. Interaksi orang tua dan bayi
Sentuhan, PMK juga dilakukan pada tgl 24/9/23

3. Kesediaan menerima informasi : Ya


4. Pendidikan keluarga : SMA sederajat
5. Bahasa yang digunakan : Indonesia
6. Kebutuhan Penterjemah : Tidak
7. Budaya / Suku / Etnis : Sunda
8. Kemampuan baca tulis : Ya
9. Pilihan cara belajar : Lisan
10. Topik Edukasi yang dibutuhkan
 Tentang penyakit pasien
 Cuci tangan
 Diet dan nutrisi
 Prosedur PMK
 Pemakaian alat medic
 Gelang penanda resiko jatuh
 Hak dan kewajiban pasien
 Jaminan rawat inap
 Managemen nyeri (NNS)

H. Skiring
1. Skrining nutrisi
Indikator Penilaian Malnutrisi Skor
Tida Ya Nilai
k
1. Apakah pasien tampak kurus? 
2. Apakah terdapat penurunan BB selama satu bulan 
terakhir?
3. Apakah terdapat salah satu dari kondisi berikut :
a. Diare >5kali/hari dan/atau muntah >3kali/hari dalam 
seminggu terakhir
b. Asupan makanan berkurang selama 1 minggu terakhir 
4. Apakah terdapat penyakit atau keadaan yang 
mengakibatkan pasien berisiko
Total Skor NA
Keterangan :
0 : Risiko Rendah
1-3 : Risiko Sedang
4–5 : Risiko Tinggi

2. Skrining Risiko Jatuh Pada Anak (Humpty Dumpty)


parameter Kriteria nilai skor
Usia  < 3 tahun 4 4
 3 – 7 tahun 3
 7 – 13 tahun 2
 ≥ 13 tahun 1
Jenis kelamin  Laki-laki 2 2
 Perempuan 1
Diagnosis  Diagnosis neurologi 4 1
 Perubahan oksigenasi (diagnosis 3
respiratorik, dehidrasi, anemia,
anoreksia, sinkop, pusing, dsb.)
 Gangguan perilaku / psikiatri 2
 Diagnosis lainnya 1
Gangguan kognitif  Tidak menyadari keterbatasan dirinya 3 3
 Lupa akan adanya keterbatasan 2
 Orientasi baik terhadap diri sendiri 1
Faktor lingkungan  Riwayat jatuh / bayi diletakkan di tempat 4 3
tidur dewasa 3
 Pasien menggunakan alat bantu / bayi
diletakkan dalam tempat tidur bayi /
perabot rumah
 Pasien diletakkan di tempat tidur 2
 Area di luar rumah sakit 1
Respons terhadap:  Dalam 24 jam 3 1
1. Pembedahan/  Dalam 48 jam 2
sedasi /  > 48 jam atau tidak menjalani 1
anestesi pembedahan / sedasi/ anestesi

2. Penggunaan  Penggunaan multipel: sedatif, obat 3


medikamentosa hipnosis, barbiturat, fenotiazin, 1
antidepresan, pencahar, diuretik, narkose
 Penggunaan salah satu obat di atas
 Penggunaan medikasi lainnya / tidak ada 2
medikasi 1

Total 15
Skor asesmen risiko jatuh: (skor minimum 7, skor maksimum 23)
 Skor 7-11: risiko rendah
 Skor ≥ 12: risiko tinggi

3. Skrining Tingkat Nyeri Pada Bayi <12 Bulan (NIPS)


Kriteria penilaian :
PARAMETER FINDING POINTS
Ekspresi wajah Otot-otot relaks 0
Otot wajah tegang, alis 1
berkerut, meringis
Menangis Tenang, tidak menangis 0
Merengek ringan 1
Menangis keras, 2
melengking (menangis
merintih pada bayi yang
terintubasi)
Pola bernapas Bernafas normal 0
Tidak teratur, lebih cepat, 1
tersedak
Lengan Relaks 0
Tegang, lengan lurus, 1
kaku atau ekstensi, cepat
ekstensi
Kaki Relaks 0
Tegang, kaki lurus, kaku 1
atau ekstensi, cepat
ekstensi
Kesadaran Tenang, tidur tenang 0
Terjaga gelisah, meronta- 1
ronta
Total NA
0 : Tidak nyeri
1-2 : Nyeri ringan
3-4 : Nyeri sedang
>4 : Nyeri berat

I. Data penunjang :
1. Pemeriksaan penunjang :

a. Pemeriksaan Darah 22 September 2023

Data Metode Hasil Satuan Nilai


rujukan
Hematologi
Hemoglobin Cyanmenthemoglobin 12.0 g/dl 15.2-24.6
Hematokrit Calculation 35.0 % 50.0-82.0
Leukosit Optical 6,9 Ribu/ul 9.4-34.0
Trombosit Optical 309 Ribu/ul 217-497
Eritrosit Optical 3.36 Juta/ul 4.00-6.8
Indeks eritrosit
MCV Optical 104.1 Fl 94.0-150.0
MCH Calculation 35.8 Pg 29.0-45.0
MCHC Calculation 34.4 g/dl 24.0-36.0
RDW-CV Calculation 17.7 % 11.5-14.5
Kimia klinik
Fungsi hati
Bilirubin total Diazo gen.2 5.49 Mg/dl <=17
Bilirubin direk Diazo gen.2 0.32 Mg/dl <=0.2
Bilirubin indirek Calculation 5.17 <=0.6
SERO-
IMUNOLOGI
Golongan darah Agglutination AB/RH+

b. Pemeriksaan Thorax Foto :tidak dilakukan pemeriksaan RO thorax

i. Pengobatan : tidak ada obat- obatan


J. ANALISA DATA

Tanggal Data Diagnosa


22 Ds : Belum dapat dikaji 1.Hipotermi
agustus Do :
2023 • Berat badan bayi 3100 gram
• Suhu bayi : 36,9’C, suhu incubator
mode air 33’celcius, humidity 53%

22 Ds : Belum dapat dikaji 2.Resiko hipovolemi


agustus Do :
2023 • TTV: Hr : 138x/menit, RR :
38x/menit, suhu 36.9’C, saturasi
oksigen 100%, crt 3 detik, akral
hangat

22 Ds : Belum dapat dikaji 3.Resiko infeksi


agustus Do :
2023 • Suhu : 36,9’C
• Terpasang infus perifer di vena dorsal
arch dextra rembesan darah tidak ada,
bengkak tidak ada, kemerahan tidak
ada

22 Ds : Belum dapat dikaji 4.Resiko jatuh


agustus Do :
2023 • Skor jatuh 15.
• Terpasang id band, kancing kuning,
dan segitiga resiko jatuh.
• Bayi dalam incubator tertutup rapat
dan inkubator dikunci

22 Ds : ibu masih dirawat diruangan ICU 5.Risiko


agustus Do : gangguan perlekatan
2023 • Bayi dirawat di perina sejak 24
Agustus 2023
• Bayi berada dalam inkubator

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. hipotermia ( D.0131 )
2. Risiko hypovolemia (D. 0034 )
3. Risiko infeksi ( D.0142 )
4. Risiko jatuh ( D.0143 )
5. Risiko gangguan perlekatan ( D.0127 )

L. RENCANA KEPERAWATAN
Standar Standar
Diagnosa Standar Intervensi
NO Tanggal/Jam Keperawatan LuaranKeperawatan Keperawatan Indonesia
Indonesia Indonesia (SLKI) (SIKI)
(SDKI)

1 22 agustus Hipotermia Setelah dilakukan Manajemen hipotermia


2023 (D.0131) tindakan keperawatan (I. 14507)
Jam 15:00 berhubungan 1x 24 jam diharapkan Observasi:
wib dengan bayi baru termoregulasi membaik • Monitor suhu
lahir dengan kriteria hasil : tubuh sampai
Suhu tubuh dalam stabil tiap 2 jam
rentang normal 36,5- jika perlu
37,5’c • Identifikasi
penyebab
hipotermia
• Monitor warna
dan suhu kulit
Terapeutik:
• Sediakan
lingkungan yang
hangat, atur suhu
inkubator
• Ganti linen yang
basah

2 22 agustus Risiko Setelah diberikan Manajemen hipovolemik


2023 hipovolemia tindakan keperawatan ( I.03116)
Jam 15:00 berhubungan selama 3x24 jam Observasi:
wib kekurangan diharapkan status cairan • Monitor tanda
intake membaik, dengan dan gejala
cairan( D.0034) kriteria hasil: hipovolemia
(misal frekuensi
Status cairan ( L.03028) nadi
• Kekuatan dan meningkat,nadi
frekuensi nadi teraba lemah)
meningkat • Monitor intake
• Output urine output cairan
membaik • Monitor
frekuensi nafas
• Monitor berat
badan
Teraupetik:
• Hitung kebutuhan
cairan
• Dokumentasikan
hasil pemantauan

3 22 agustus Risiko infeksi Setelah diberikan Pencegahan infeksi


2023 berhubunggan tindakan keperawatan ( L.02075)
Jam 15:00 dengan ketidak selama 3x 24 jam Observasi :
wib adekuatan diharapkan tingkat • Berikan
pertahanan infeksi menurun dan lingkungan
tubuh, efek status imun membaik, dengan baik
prosedur invasif dengan kriteria hasil: • Monitor tanda
(D.0148) Tingkat infeksi dan gejala infeksi
( L.14137) lokal dan
• Tidak ada sistemik
demam dan • Monitor tanda
letargi gejala infeksi
• Kultur darah Teraupetik:
negatif • Batasi jumlah
pengunjung
• Cuci tangan
sebelum dan
sesudah kegiatan
• Perawatan pasien
• Jaga lingkungan
aseptik
Edukasi
• Ajarkan cuci
tangan
• Jelaskan prosedur
kepada keluarga

4 22 agustus Risiko jatuh Setelah dilakukan Pencegahan jatuh


2023 (D.0143) Tindakan keperwatan 1 (L.14540)
Jam 15:00 berhubungan x 24 jam resiko jatuh Observasi:
wib dengan usia < 2 tidak terjadi kriteria • Identifikasi faktor
tahun) hasil: resiko jatuh,
Jatuh tidak terjadi sekali setiap shift
• Identifikasi
faktor lingkungan
yang
meningkatkan
resiko jatuh
Terapeutik:
• Pastikan roda
tempat tidur
terkunci
• Pasang handrail
tempat tidur

5 22 agustus Risiko gangguan Setelah dilakukan Promosi perlekatan


2023 perlekatan Tindakan keperawatan (L.10342)
Jam 15:00 (D.0127 ) 3x 24 jam diharapkan Observasi:
wib berhubungan tingkat perlekatan • Identifikasi
dengan meningkat. payudara ibu
perpisahan kriteria hasil: (bengkak,
antara ibu dan • Orang tua bayi mastitis, putting
bayi akibat dapat lecet)
hospitalisasi, melakukan • Identifikasi
penghalang fisik kontak mata, pemahaman
berupa incubator berbicara, keluarga terhadap
tersenyum dan masalah
berespon Terapeutik:
terhadap isyarat • Diskusikan
bayi. dengan ibu
masalah selama
proses menyusui
• Hargai privasi
keluarga
• Fasilitasi
keluarga dalam
pengambilan
keputusan dan
pemecahan
masalah.

M. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


HARI 1

NO DX. Tgl/jam Implementasi Respon Ttd


keperawatan
1. Hipotermia 22 • Memonitor suhu S :-
(D.0131) agustus tubuh sampai stabil
O:
berhubungan 2023 tiap 2 jam jika perlu
dengan bayi • Mengidentifikasi - Suhu :36.0
baru lahir penyebab hipotermia 0
c
• Memonitor warna
dan suhu kulit - Bayi
• Menyediakan
terawat
lingkungan yang
hangat, atur suhu dalam
inkubator
inkubator
• Mengganti linen yang
basah - Bayi dalam
posisi
supine
- Bayi
terawat
menggunak
an nesting
- Akral teraba
dingin
A :Hipotermia
P:
-Manajemen
Hipotermi

2. Risiko 22 S :-
hipovolemia agustus • Memonitor tanda
O:
berhubungan 2023 dan gejala
kekurangan hipovolemia (misal - Minum
intake frekuensi nadi
8x30cc
cairan( D.0034 meningkat,nadi
) teraba lemah) - Pampers:97
• Memonitor intake
- Bayi
output cairan
• Memonitor frekuensi terawat
nafas
menggunak
• Memonitor berat
badan an nesting
• Menghitung
- Akral teraba
kebutuhan cairan
• Mendokumentasikan dingin
hasil pemantauan
A :Hipotermia
P:
-Manajemen
Hipovolemia

3 Risiko infeksi 22 • Memberikan S :-


berhubunggan agustus lingkungan dengan
O:
dengan ketidak 2023 baik
adekuatan • Memonitor tanda dan - Tali pusat
pertahanan gejala infeksi lokal
bayi masih
tubuh, efek dan sistemik
prosedur • Memonitor tanda basah,
invasif gejala infeksi
tidak
(D.0148) • Mencuci tangan
sebelum dan sesudah bengkak
kegiatan
dan tidak
• Menjaga lingkungan
aseptik berbau
• Mengajarkan cuci
- Suhu
tangan
• Menjelaskan tubuh
prosedur kepada
dalam
keluarga
rentang
normal (S;
35,90C)
A:
Resiko infeksi
P:
- Pencegaha
n infeksi
(I. 02075)
4 Risiko jatuh 22 S: -
(D.0143) agustus • Mengidentifikasi
O:
berhubungan 2023 faktor resiko jatuh,
dengan usia < sekali setiap shift - Bayi
2 tahun) • Identifikasi faktor
terpasang
lingkungan yang
meningkatkan resiko ID band
jatuh
kancing
• Memastikan roda
tempat tidur terkunci kuning dan
• Memasang handrail
segitiga
tempat tidur
resiko
jatuh
- Bayi
dirawat
didalam
incubator
tertutup
dan roda
terkunci
- Skor
resiko
jatuh 14
A:
Resiko jatuh
P:
Pencegahan
jatuh :resiko
jatuh tidak
terjadi
5 Risiko 22 • Mengidentifikasi S:-
gangguan agustus payudara ibu
O:
perlekatan 2023 (bengkak, mastitis,
(D.0127 ) putting lecet) - Ayah dan
berhubungan • Mengidentifikasi
ibu bayi
dengan pemahaman keluarga
perpisahan terhadap masalah sering
antara ibu dan Terapeutik:
menjenguk
bayi akibat • Mengdiskusikan
hospitalisasi, dengan ibu masalah bayi
penghalang selama proses
- Ibu bayi
fisik berupa menyusui
incubator • Menghargai privasi datang dan
keluarga
memerah
• Memfasilitas
keluarga dalam ASI
pengambilan
langsung
keputusan dan
pemecahan masalah. - Ibu bayi
berbicara
pada bayi
A:
Resiko
gangguan
perlengkatan

P:
Promosi
perlekatan

HARI KE 2
NO DX. Tgl/jam Implementasi Respon Ttd
keperawatan
1. Resiko 23 • Memonitor suhu S :-
Hipotermia agustus tubuh sampai stabil
O:
( berhubungan 2023 tiap 2 jam jika perlu
dengan bayi • Mengidentifikasi - Suhu :36.8
baru lahir penyebab hipotermia 0
c
• Memonitor warna
dan suhu kulit - Bayi
• Menyediakan
terawat
lingkungan yang
hangat, atur suhu dalam
inkubator
inkubator
• Mengganti linen yang
basah - Bayi dalam
posisi
supine
- Bayi
terawat
menggunak
an nesting
- Akral teraba
hangat
A :Resiko
Hipotermia
P:
-Manajemen
Hipotermi

2. Risiko 23 S :-
hipovolemia agustus • Memonitor tanda
O:
berhubungan 2023 dan gejala
kekurangan hipovolemia (misal - Minum
intake frekuensi nadi
8x30cc
cairan( D.0034 meningkat,nadi
) teraba lemah) - Pampers:12
• Memonitor intake
5
output cairan
• Memonitor frekuensi - Bayi
nafas
terawat
• Memonitor berat
badan menggunak
• Menghitung
an nesting
kebutuhan cairan
• Mendokumentasikan - Akral teraba
hasil pemantauan
hangat
A :Hipotermia
P:
-Manajemen
Hipovolemia

3 Risiko infeksi 23 • Memberikan S :-


berhubunggan agustus lingkungan dengan
O:
dengan ketidak 2023 baik
adekuatan • Memonitor tanda dan - Tali pusat
pertahanan gejala infeksi lokal
bayi masih
tubuh, efek dan sistemik
prosedur • Memonitor tanda basah,
invasif gejala infeksi
tidak
(D.0148) • Mencuci tangan
sebelum dan sesudah bengkak
kegiatan
dan tidak
• Menjaga lingkungan
aseptik berbau
• Mengajarkan cuci
- Suhu
tangan
• Menjelaskan tubuh
prosedur kepada
dalam
keluarga
rentang
normal (S;
36,80C)
A:
Resiko infeksi
P:
- Pencegaha
n infeksi
(I. 02075)
4 Risiko jatuh 23 S: -
(D.0143) agustus • Mengidentifikasi
O:
berhubungan 2023 faktor resiko jatuh,
dengan usia < sekali setiap shift - Bayi
2 tahun) • Identifikasi faktor
terpasang
lingkungan yang
meningkatkan resiko ID band
jatuh
kancing
• Memastikan roda
tempat tidur terkunci kuning dan
• Memasang handrail
segitiga
tempat tidur
resiko
jatuh
- Bayi
dirawat
didalam
incubator
tertutup
dan roda
terkunci
- Skor
resiko
jatuh 14
A:
Resiko jatuh
P:
Pencegahan
jatuh :resiko
jatuh tidak
terjadi
5 Risiko 23 • Mengidentifikasi S:-
gangguan agustus payudara ibu
O:
perlekatan 2023 (bengkak, mastitis,
(D.0127 ) putting lecet) - Ayah dan
berhubungan • Mengidentifikasi
ibu bayi
dengan pemahaman keluarga
perpisahan terhadap masalah sering
antara ibu dan Terapeutik:
menjenguk
bayi akibat • Mengdiskusikan
hospitalisasi, dengan ibu masalah bayi
penghalang selama proses
- bayi
fisik berupa menyusui
incubator • Menghargai privasi datang dan
keluarga
bayi
• Memfasilitas
keluarga dalam menetek
pengambilan
langsung
keputusan dan
pemecahan masalah. ke ibu
- Ibu bayi
berbicara
pada bayi
A:
Resiko
gangguan
perlengkatan

P:
Promosi
perlekatan

Hari ke 3
NO DX. Tgl/jam Implementasi Respon Ttd
keperawatan
1. Risiko 24 S :-
hipovolemia agustus • Memonitor tanda
O:
berhubungan 2023 dan gejala
kekurangan hipovolemia (misal - Minum
intake frekuensi nadi
langsung
cairan( D.0034 meningkat,nadi
) teraba lemah) keputing ibu
• Memonitor intake
- Pampers:
output cairan
• Memonitor frekuensi 150
nafas
- Akral teraba
• Memonitor berat
badan hangast
• Menghitung
A :Hipotermia
kebutuhan cairan
• Mendokumentasikan P:
hasil pemantauan
-Manajemen
Hipovolemia

2 Risiko infeksi 24 • Memberikan S :-


berhubunggan agustus lingkungan dengan
O:
dengan ketidak 2023 baik
adekuatan • Memonitor tanda dan - Tali pusat
pertahanan gejala infeksi lokal
bayi masih
tubuh, efek dan sistemik
prosedur • Memonitor tanda basah,
invasif gejala infeksi
tidak
(D.0148) • Mencuci tangan
sebelum dan sesudah bengkak
kegiatan
dan tidak
• Menjaga lingkungan
aseptik berbau
• Mengajarkan cuci
- Suhu
tangan
• Menjelaskan tubuh
prosedur kepada dalam
keluarga
rentang
normal (S;
36,90C)
A:
Resiko infeksi
P:
- Pencegaha
n infeksi
(I. 02075)
3 Risiko jatuh 24 S: -
(D.0143) agustus • Mengidentifikasi
O:
berhubungan 2023 faktor resiko jatuh,
dengan usia < sekali setiap shift - Bayi
2 tahun) • Identifikasi faktor
terpasang
lingkungan yang
meningkatkan resiko ID band
jatuh
kancing
• Memastikan roda
tempat tidur terkunci kuning dan
• Memasang handrail
segitiga
tempat tidur
resiko
jatuh
- Bayi
dirawat
didalam
incubator
tertutup
dan roda
terkunci
- Skor
resiko
jatuh 14
A:
Resiko jatuh
P:
Pencegahan
jatuh :resiko
jatuh tidak
terjadi
4 Risiko 24 • Mengidentifikasi S:-
gangguan agustus payudara ibu
O:
perlekatan 2023 (bengkak, mastitis,
(D.0127 ) putting lecet) - Ayah dan
berhubungan • Mengidentifikasi
ibu bayi
dengan pemahaman keluarga
perpisahan terhadap masalah sering
antara ibu dan Terapeutik:
menjenguk
bayi akibat • Mengdiskusikan
hospitalisasi, dengan ibu masalah bayi
penghalang selama proses
- bayi
fisik berupa menyusui
incubator • Menghargai privasi menetek
keluarga
langsung
• Memfasilitas
keluarga dalam ke ibu
pengambilan
langsung
keputusan dan
pemecahan masalah. - Ibu bayi
berbicara
pada bayi
A:
Resiko
gangguan
perlengkatan

P:
Promosi
perlekatan
DAFTAR PUSTAKA

Anitah, S., Assocation, M., & Comunication, E. (2008). Bab 2 1. (pp. 2007–2010).
Arhamnah, S., & Fadilah, L. N. (2022). Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini Terhadap
Pencegahan Hipotermia Pada Bayi Baru Lahir : The Effect Of Early Initiation Of
Breastfeeding To Prevent Hypothermia In Newborn. Jurnal Kesehatan Siliwangi, 2(3), 779–
788.
Astari, R. Y., & Nurazizah, D. (2019). Perbandingan Metode Kolostrum dan Metode
Terbuka Terhadap Lama Pelepasan Tali Pusat pada Bayi Baru Lahir. Faletehan Health
Journal, 6(3), 91–98. https://doi.org/10.33746/fhj.v6i3.64
Chairunnisa, R. O., Juliarti, W., Tinggi, S., Kesehatan, I., & Tuah, H. (2022). Jurnal
Kebidanan Terkini ( Current Midwifery Journal ) Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
Normal. 2, 23–28. Damanik, R. K. (2019). 556-Article Text-1292-1-10-20190726. 2(2), 51–
60.
Ernawati, L. (2018). Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir. Jurnal Kebidanan, 1–20.
http://repo.poltekkesmedan.ac.id/jspui/bitstream/123456789/1001/1/LTA
Erna Wati Nim P07524117110 Pdf.pdf Hidyat. (2015). Adaptasi Bayi Baru Lahir, 2013, 32.
Ii, B. A. B., Inisiasi, P., & Dini, M. (2018). Konsep Inisiasi Menyusui Dini. IMD, 6–18.
Lydia Fransisca BR Sitepu. Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas Dengan Pelaksanaan
Bounding Attachment di Klinik Pratama Kita BR Sembiring Namu Ukur Selatan Kec Sei
Bingai Kab Langkat (2017). 1–73.
Maiti, & Bidinger. (2014). Laporan Tugas Akhir Bayi Baru Lahir. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Nurbiantoro, D. A., Ratnasari, F., Nuryani, N., Qohar, A., Jaenuri, A., Supandi, D.,
Syaefullah, A., Muharom, F., Jaelani, J., Zendrato, J., Efendi, I., Novendra, I., Basri, M. H.,
Payumi, P., Solihin, S., & Suhandi, S. (2022). Perawatan Tali Pusat Neonatus dan Manfaat
Tali Pusat Terbuka. Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (Pkm), 5(2), 427–
435. https://doi.org/10.33024/jkpm.v5i2.4644
Nurmaliah, S. R., & Pusat, T. (2020). Literature Review : Lamanya Pelepasan Tali Pusat
Pada Bayi Baru Lahir Dengan. 8(2), 148–153. 79 Of, C., Succedeneum, C., Rsud, I. N.,
Baji, L., & In, M. C. (2020). The Relationship Of Family Roles And Attitudes In Child Care
With. 1(2), 1–4. Parti, Malik, S., & Nurhayati. (2020). Pengaruh Perawatan Metode
Kanguru (PMK) terhadap Pencegahan Hipotermi pada Bayi Baru Lahir. Jurnal Bidan
Cerdas, 2(2), 66–71. https://doi.org/10.33860/jbc.v2i2.56
Rachman, T. (2018). Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir. Angewandte
Chemie International Edition, 6(11), 951–952., 10–27. Sabillah, Z. A. (2021). Asuhan
Kebidanan Neonatus pada Bayi Ny. E Neonatus Cukup Bulan sesuai Masa Kehamilan di Rs
Pmi Kota Bogor. https://repo.poltekkesbandung.ac.id/3387/7/Draft LTA Zenith Aura
Sabillah.pdf Sumi, S. S., & Isa, W. M. La. (2021). Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir
melalui Persalinan Normal dengan Lotus Birth dan Tanpa Lotus Birth. Jurnal Keperawatan
Silampari, 5(1), 148–155. https://doi.org/10.31539/jks.v5i1.2683
Umi a’adah. (2018). Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini (IMD) Terhadap Perubahan Suhu
Tubuh Bayi Sectio Caesarea Di Instalasi Bedah Sentral RSUP DR. Kariadi Semarang.
Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952., 2013–2015.
http://repository.unimus.ac.id/2058/3/BAB II.pdf
Tim May, Malcolm Williams, Richard Wiggins, and P. A. B. (2021). Winani, L. M., &
Wanufika, I. (2020). Bounding Attachment Dan Tingkat Stress Ibu Postpartum. Jurnal
Kesehatan, 9(1), 1–10. https://doi.org/10.37048/kesehatan.v9i1.130

Anda mungkin juga menyukai