TAHUN 2022/2023
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
makalah ini bisa selesai pada waktunya,penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Komunikasi Konseling.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Palembang,September 2022
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................... 1
C. Tujuan................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Kelainan letak ………………………………..................................................... 2
B. Gemeli…………….............................................................................................. 3
C. Presentasi Oksipito Posterior persisten………………………………………….8
D. Presentasi Puncak Kepala………........................................................................ 8
E. Presentasi muka dan dahi………………………………....................................14
A. Kesimpulan........................................................................................................ .22
B. Saran.................................................................................................................. .22
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 23
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
dengan menempatkan prioritas pada fungsi vital sesuai dengan urutan ABC,
yaitu :
A (Air Way) : yaitu membersihkan jalan nafas dan menjamin nafas bebas
hambatan B (Breathing) : yaitu menjamin ventilasi lancar
C (Circulation): yaitu melakukan pemantauan peredaran darah
2
Perhatikan adanya cyanosis, gawat nafas, lakukan pemeriksaan pada
kulit: adakah pucat, suara paru: adakah weezhing, sirkulasi tanda
tanda syok, kaji kulit (dingin), nadi (cepat >110 kali/menit dan
lemah), tekanan daarah (rendah, sistolik < 90 mmHg)
b. Perdarahan pervaginam
e. Nyeri abdomen
3
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana prinsip dasar penanganan kegawatdaruratan ?
2.Bagaiman cara mencegah Deteksi Dini Kompikasi?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Apa Itu Kelainan Letak,gemelli, Presentasi Oksipito
posterior persisten ,presentasi muka dan dahi.
4
BAB II
PEMBAHASAN
1.4 Deteksi dini komplikasi kala I menurut Johariah dan Ningrum (2012;h.91-159)
adalah sebagai berikut:
a. Deteksi dini komplikasi kala I
1) Riwayat bedah sesar.
2) Perdarahan pervaginam.
3) Persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu).
Rencana asuhan:
a) Segera rujuk ibu kefasilitas kesehatan yang memiliki kemampuan penatalaksanaan
kegawatdaruratan bstetri dan bayi baru lahir.
b) Dampingi ibu ketempat rujukan.
4) Ketuban pecah dengan mekonium yang kental.
Rencana asuhan:
a) Baringkan ibu miring ke kiri.
b) Dengarkan DJJ (normal DJJ 120-160x/menit).
c) Segera rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan untuk melakukan bedah sesar.
5) Ketuban pecah lama (lebih dari 24 jam).
6) Ketuban pecah pada persalianan kurang bulan (kurang dari 37 minggu usia kehamilan).
7) Pre-eklampsia/hipertensi dalam kehamilan (tekanan darah lebih dari 160/100 dan atau
terdapat prtein dalam urine).
8) Tinggi fundus 40 cm (makrosomia, polihidramnion, kehamilan ganda).
9) Gawat janin (DJJ kurang dari 100 atau lebih dari 180 kali/menit pada dua kali penilaian
dengan jarak 5 menit).
10) Primipara dalam fase aktif persalinan dengan palpasi kepala janin masih 5/5.
11) Presentasi bukan belakang kepala (sungsang, letak lintang, dll).
12) Presentasi majemuk/ganda (adanya bagian janin, seperti misalnya lengan atau tangan,
bersamaan dengan presentasi belakang kepala)
13) Tali pusat menumbung (jika tali pusat masih berdenyut).
14) Syok.
15) Persalinan dengan fase laten yang memanjang
5
16) Belum inpartu.
17) Partus lama.
b. Deteksi dini komplikasi kala II persalinan
1) Dehidrasi Tanda dan gejala
a) Perubahan nadi (100x/m atau lebih).
b) Urine pekat.
c) Produksi urin sedikit (kurang dari 30 cc/jam).
2) Infeksi Tanda/gejala:
a) Nadi cepat (110x/m atau lebih).
b) Suhu >38ºC.
c) Menggigil.
d) Air ketuban atau cairan vagina berbau.
3) Pre-Eklampsia Ringan Tanda/gejala:
a) TD diastolik 90-110 mmHg.
b) Protein urin +2.
4) Pre-Eklampsia Berat Tanda/gejala:
a) TD diastolik 110 mmHg atau lebih.
b) TD diastolik 90 mmHg atau lebih dengan kejang.
c) Nyeri kepala.
d) Gangguan penglihatan.
e) Kejang (eklapsia).
5) Inersia Uteri Tanda/gejala:
Kurang dari 3 kontraksi dalam waktu 10 menit, lama kontraksi kurang dari 40 detik.
6) Gawat janin Tanda/gejala:
a) DJJ 160x/m, mulai waspada tanda awal gawat janin.
b) DJJ 180x/m.
7) Kepala bayi tidak turun.
8) Distosia bahu.
9) Cairan ketuban bercampur mekonium.
6
10) Tali pusat menumbung.
11) Lilitan tali pusat.
12) Kehamilan kembar (Gemeli) tak terdeteksi.
13) Presentasi muka.
14) Letak lintang.
15) Letak sungsang.
Komplikasi dalam persalinan menurut Varney (2008;h.780-802) adalah sebagai berikut :
1) Kala 1 lama Menurut Prawirohardjo (2010, 569-573) membagi kelainan pada kala 1 lama
sebagai berikut :
a) Fase laten memanjang Friedman mengembangkan konsep tiga tahap fungsional pada
persalinan untuk menjelaskaan tujuan-tujuan fisiologis persalinan. Tahap persalinan ini
mungkin peka terhadap sedasi dan anesthesia regional. Friedman dan Sachtleben
mendefinisikan fase laten berkepanjangan apabila lama fase ini lebih dari 20 jam pada
nulipara dan 14 jam pada multipara.
Faktor-faktor yang mempengaruhi durasi fase laten antara lain adalah anesthesia regional
atau sedasi yang berlebihan, keadaan serviks yang buruk (missal tebal, tidak mengalami
pendataran, atau tidak membuka), dan persalinan palsu. Friedman mengklaim bahwa istirahat
atau stimulasi oksitosin sama efektif dan amannya dalam memperbaiki fase laten yang
berkepanjangan. Istirahat lebih disarankan karena persalinan palsu sering tidak disadari.
Amniotomi tidak dianjurkan karena adanya insiden persalinan palsu.
b) Fase aktif memanjang Menurut Friedman rerata durasi persalinan fase aktif pada nulipara
adalah 4,9 jam. Deviasi standar 3,4 jam cukup lebar. Dengan demikian, fase aktif dilaporkan
memiliki maksimum statistic sebesar 11,7 jam. Friedman membagi lagi masalah fase aktif
menjadi gangguan protaction (berkepanjangan/berlarut-larut) dan arrest (macet, tak maju).
Protaksi yaitu kecepatan pembukaan atau penurunan yang lambat, untuk nulipara adalah
kecepatan pembukaan persalinan yang berkepanjangan adalah menunggu, sedangkan
oksitosin dianjurkan untuk persalinan yang macet tanpa disproporsi sefalopelvik.
3) Persalinan atau kelahiran prematur. Persalinan prematur adalah persalinan yang dimulai
pada awal usia kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu ke 37. Penatalaksanaan pada
persalinan prematur didasarkan pada pertama kali dengan mengidentifikasi wanita yang
beresiko mengalami ini.
4) Ketuban Pecah Dini (KPD) Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban
sebelum persalinan atau sebelum adanya tanda-tanda inpartu (Kemenkes RI, 2013;h.122).
7
5) Amnionitis dan karioamnionitis Varney (2007;h.792) mengatakan amnionitis adalah
inflamasi kantong dan cairan amnion.
Korioamnionitis adalah inflamasi korion selain infeksi cairan amnion dan kantong amnion.
Penatalaksanananya antara lain :
a) Fasilitas kesehatan
b) Induksi oksitosin atau augmentasi untuk memperpendek fase laten dalam persalinan.
6) Disporposi sefalopelvik Adalah disporposi antara ukuran janin dan ukuran pelvis, yaitu
ukuran pelvis tidak cukup besar untuk mengakomondasikan keluarnya janin
(Varney,2007;h.797).
d) Pelvia platiperoid.
7) Difungsi uterus a) Disfungsi uterus hipotonik. Tanda dan gejala difungsi uterus hipotonis
menurut varney (2007;h.799) adalah sebagai berikut:
(1) Kontraksi saat ini tidak nyeri sekali, kemajuan persalinan berhenti.
(2) Komplikasi uterus tidak adekuat, durasi singkat dan intensitas ringan.
Tanda dan gejala disfungsi uterus hipertonik menurut Vaney (2008;h.799) adalah sebagai
berikut :
(1) Kontraksi terasa sangat nyeri selama priode persalinan dan keparahan kontraksi saat
palpasi.
8
Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi secara tiba-tiba, seringkali
merupakan kejadian yang berbahaya (Dorlan, 2011). Kegawatdaruratan dapat juga
didefinisikan sebagai situasi serius dan kadang kala berbahaya yang terjadi secara tiba-tiba
dan tidak terduga dan membutuhkan tindakan segera guna menyelamatkan jiwa/nyawa
(Campbell, 2000).
Sedangkan kegawatdaruratan obstetri adalah kondisi kesehatan yang mengancam jiwa yang
terjadi dalam kehamilan atau selama dan sesudah persalinan dan kelahiran. Terdapat sekian
banyak penyakit dan gangguan dalam kehamilan yang mengancam keselamatan ibu dan
bayinya (Chamberlain, Geoffrey, & Phillip Steer, 1999). Kasus gawat darurat obstetri adalah
kasus obstetri yang apabila tidak segera ditangani akan berakibat kematian ibu dan
janinnya. Kasus ini menjadi penyebab utama kematian ibu janin dan bayi baru lahir
(Saifuddin, 2002). Masalah kedaruratan selama kehamilan dapat disebabkan oleh komplikasi
kehamilan spesifik atau penyakit medis atau bedah yang timbul secara bersamaan.
Kegawatdaruratan neonatal adalah situasi yang membutuhkan evaluasi dan manajemen yang
tepat pada bayi baru lahir yang sakit kritis (≤ usia 28 hari), serta membutuhkan pengetahuan
yang dalam mengenali perubahan psikologis dan kondisi patologis yang mengancam jiwa
yang bisa saja timbul sewaktu-waktu (Sharieff, Brousseau, 2006)
Penderita atau pasien gawat darurat adalah pasien yang perlu pertolongan tepat, cermat, dan
cepat untuk mencegah kematian/kecacatan. Ukuran keberhasilan dari pertolongan ini adalah
waktu tanggap (respon time) dari penolong. Pengertian lain dari penderita gawat darurat
adalah penderita yang bila tidak ditolong segera akan meninggal atau menjadi cacat, sehingga
diperlukan tindakan diagnosis dan penanggulangan segera. Karena waktu yang terbatas
tersebut, tindakan pertolongan harus dilakukan secara sistematis dengan menempatkan
prioritas pada fungsi vital sesuai dengan urutan ABC, yaitu :
A (Air Way) : yaitu membersihkan jalan nafas dan menjamin nafas bebas hambatan B
(Breathing) : yaitu menjamin ventilasi lancar
Cara mencegah terjadinya kegawat daruratan adalah dengan melakukan perencanaan yang
baik, mengikuti panduan yang baik dan melakukan pemantauan yang terus menerus terhadap
ibu/klien.
Apabila terjadi kegawatdaruratan, anggota tim seharusnya mengetahui peran mereka dan
bagaimana tim seharusnya berfungsi untuk berespon terhadap kegawatdaruratan secara paling
efektif. Anggota tim seharusnya mengetahui situasi klinik dan diagnose medis, juga tindakan
9
yang harus dilakukannya. Selain itu juga harus memahami obat-obatan dan penggunaannya,
juga cara pemberian dan efek samping obat tersebut. Anggota tim
Bidan seharusnya tetap tenang, jangan panik, jangan membiarkan ibu sendirian tanpa
penjaga/penunggu. Bila tidak ada petugas lain, berteriaklah untuk meminta bantuan. Jika ibu
tidak sadar, lakukan pengkajian jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi dengan cepat. Jika
dicurigai adanya syok, mulai segera tindakan membaringan ibu miring ke kiri dengan bagian
kaki ditinggikan, longgarkan pakaian yang ketat seperti BH/Bra. Ajak bicara ibu/klien dan
bantu ibu/klien untuk tetap tenang. Lakukan pemeriksaan dengan cepat meliputi tanda tanda
vital, warna kulit dan perdarahan yang keluar.
Perhatikan adanya cyanosis, gawat nafas, lakukan pemeriksaan pada kulit: adakah pucat,
suara paru: adakah weezhing, sirkulasi tanda tanda syok, kaji kulit (dingin), nadi (cepat >110
kali/menit dan lemah), tekanan daarah (rendah, sistolik < 90 mmHg)
b. Perdarahan pervaginam
Apakah ibu sedang hamil, usia kehamilan, riwayat persalinan sebelumnya dan sekarang,
bagaimana proses kelahiran placenta, kaji kondisi vulva (jumlah darah yang keluar, placenta
tertahan), uterus (adakah atonia uteri), dan kondisi kandung kemih (apakah penuh).
Tanyakan pada keluarga, apakah ibu sedang hamil, usia kehamilan, periksa: tekanan darah
(tinggi, diastolic > 90 mmHg), temperatur (lebih dari 38oC)
Tanyakan apakah ibu lemah, lethargie, sering nyeri saat berkemih. Periksa temperatur (lebih
dari 39oC), tingkat kesadaran, kaku kuduk, paru paru (pernafasan dangkal), abdomen
(tegang), vulva (keluar cairan purulen), payudara bengkak.
e. Nyeri abdomen
Tanyakan Apakah ibu sedang hamil dan usia kehamilan. Periksa tekanan darah (rendah,
systolic < 90 mmHg), nadi (cepat, lebih dari 110 kali/ menit) temperatur (lebih dari 38oC),
uterus (status kehamilan).
10
f. Perhatikan tanda-tanda berikut :
Keluaran darah, adanya kontraksi uterus, pucat, lemah, pusing, sakit kepala, pandangan
kabur, pecah ketuban, demam dan gawat nafas.
Pemeriksaan dan pengawasan terhadap ibu hamil sangat perlu dilakukan secara
teratur. Hal ini bertujuan untuk menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu hamil
dan Janin selama dalam kehamilan, persalinan dan nifas sehingga didapatkan ibu dan anak
yang sehat. Selain itu juga untuk mendeteksi dini adanya kelainan, komplikasi dan penyakit
yang biasanya dialami oleh ibu hamil sehingga hal tersebut dapat dicegah ataupun diobati.
Dengan demikian maka angka morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi dapat berkurang. ( E
rinata,2017)
Kelainan letak merupakan suatu penyulit persalinan yang sering terjadi karena keadaan atau
posisi janin dalam rahim yang tidak sesuai dengan jalan lahir yang menyebabkan terjadinya
ketidakteraturan bagian terendah janin untuk menutupi atau menahan Pintu Atas Panggul
(PAP), serta mengurangi tekanan terhadap membran. (Y Triguno,2020)
1.8 Gemeli
Gemeli merupakan istilah medis dari kehamilan kembar atau lebih dari satu janin. Jumlah
janin yang dikandung bisa dua, tiga, bahkan empat janin sekaligus atau lebih.kelahiran
kembar dapat terjadi saat dua sel telur yang berbeda dibuahi oleh dua sel sperma. Meski
begitu, bayi kembar juga dapat terjadi karena satu sel telur yang dibuahi oleh satu sel sperma
membelah diri menjadi dua. Kelahiran kembar bisa memiliki jenis kelamin yang berbeda,
tetapi bisa juga sama. (YB Perlindungan,2016)
11
D. Kadar hCG tinggi.
E. Nafsu makan meningkat pesat.
F. Gerakan janin lebih terasa.
G. Detak jantung Bunda lebih cepat.
H. Baby bump terlihat besar di awal kehamilan.
osisi janin telentang dapat disebut posisi oksiput posterior dimana posisi bagian
belakang janin (kepala atau punggung janin) berhadapan dengan tulang belakang ibu, dimana
posisi ini tidak optimal untuk dilakukannya persalinan normal.
Penyebab posisi oksiput posterior pada janin. Ada beberapa faktor yang
memungkinan terjadinya posisi oksiput posterior pada janin, yaitu, bentuk panggul,
perempuan yang memiliki bentuk panggul menyerupai hati dan rongga panggul yang sempit.
(RAD putri,2021)
Presentasi kepala artinya bagian terendah yang terdekat dengan pintu panggul dari janin anda
adalah kepala. Hal ini adalah normal. Bagian kepala janin adalah bagian terbesar dan paling
keras yang akan digunakan untuk "membuka jalan lahir". Posisi sungsang adalah ketika
bagian lain selain kepala yang berada di bawah. (LN, sari 2017)
C.Mengalami Diare
Presentasi muka adalah keadaan dimana kepala hiperekstensi sehingga oksiput tertekan pada
punggung janin dan muka merupakan bagian terendah.Menurut Rukiyah dan Lia (2010),
presentasi dahi adalah keadaan dimana kedudukan kepala berada diantara fleksi maksimal,
sehingga dahi merupakan bagian terendah.
12
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Deteksi dini terhadap komplikasi kehamilan adalah upaya penjaringan
yang dilakukan untuk menemukan penyimpangan-penyimpangan yang
terjadi selama kehamilan ibu secara dini. adi, gawat darurat adalah
keadaan yang mengancam nyawa yang harus dilakukan tindakan segera
untuk menghindari kecacatan bahkan kematian korban.
B.Saran
Bagi mahasiswa kebidanan makalah ini dalam menjadi bahan untuk
menambah wawasan Deteksi dini komplikasi dan Penanganan awal
kegawatandaruratan pada persalinan Dan BBl
13
DAFTAR PUSTAKA
Mitra Cendikia,Yogyakarta.
http://www.dunia-android.net/2014/03/contoh-issue-etik-issue-moral-
dilema.html
http://kumpulan-segalamacam.blogspot.com/2008/07/pengertian-etika-
dan-moral-dalam.html
http://zullaidah.blogspot.com/p/dilema-dan-komplik-moral.html
http://dianpurwanti12.blogspot.com/2013/04/materi-kuliah-etika-profesi-
dan-hukum.html
http://www.slideshare.net/Kampus-Sakinah/hubungan-kerja-perawat-
dengan-profesi-lain.
http://kesehatan.kompasiana.com/alternatif/2012/09/22/perawat-dan-
profesi-lain489183.html).
http://kesehatan.kompasiana.com/alternatif/2012/09/22/perawat-dan-
profesi-lain489183.html.
http://www.kopertis6.or.id/akreditasi/879-pelayanan-kesehatan-perlu-
ada-praktikkolaborasi.html.
http://meismidwife.wordpress.com/2013/04/15/34/.
14