Puji syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan
RAHMAT DAN HIDAYAH-NYA sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul: ” Konsep Kegawatdaruratan Maternal Neonatal” Makalah ini disusun
dengan maksud untuk memenuhi salah satu tugas kuliah di semester 5 Akademi
Kebidanan Saleha Kota Banda Aceh.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
B. Kegawatdaruratan Maternal............................................................................................6
C. Kegawatdaruratan Neonatal............................................................................................12
A. Kesimpulan...................................................................................................................17
B. Saran..............................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Dari berbagai faktor yang berperan pada kematian ibu dan bayi,
kemampuan kinerja petugas kesehatan berdampak langsung pada peningkatan
kualitas pelayanan kesehatan maternal dan neonatal terutama kemampuan dalam
mengatasi masalah yang bersifat kegawatdaruratan. Semua penyulit kehamilan atau
komplikasi yang terjadi dapat dihindari apabila kehamilan dan persalinan
direncanakan, diasuh dan dikelola secara benar. Untuk dapat memberikan asuhan
kehamilan dan persalinan yang cepat tepat dan benar diperlukan tenaga kesehatan
yang terampil dan profesional dalam menanganan kondisi kegawatdaruratan.
1
2. Apa saja peyebab,tanda dan gejala kegawatdaruratan maternal neonatal ?
3. Apa saja ruang lingkup kegawatdaruratan maternal neonatal ?
4. Mengetahui sasaran dan penilaian kegawatdaruratan maternal neonatal?
1.3 Tujuan
1. Mengerti dan memahami konsep,pengertian kegawatdaruratan maternal
neonatal.
2. Mengerti dan memahami tanda dan gejala kegawatdaruratan maternal neonatal.
3. Mengerti dan memahami penyebab kegawatdaruratan maternal neonatal.
4. Mengerti dan memahami sasaran dan penilaian kegawatdaruratan maternal
neonatal.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian lain dari penderita gawat darurat adalah penderita yang bila
tidak ditolong segera akan meninggal atau menjadi cacat, sehingga diperlukan
tindakan diagnosis dan penanggulangan segera. Karena waktu yang terbatas
tersebut, tindakan pertolongan harus dilakukan secara sistematis dengan
menempatkan prioritas pada fungsi vital sesuai dengan urutan ABC, yaitu :
3
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat.
Biasanya dilambangkan dengan label biru. Misalnya pasien dengan Ca
stadium akhir.
e. Pasien Meninggal
Label hitam (Pasien sudah meninggal) merupakan prioritas terakhir.
4
(preventif), promosi terhadap pelaksanaan asuhan kebidanan normal, deteksi
komplikasi pada ibu dan anak serta akses bantuan medis atau bantuan lain yang
sesuai serta kemampuan dalam penatalaksanaan kegawatdaruratan.
5
Sianosis adalah warna kebiru-biruan pada kulit dan selaput lendir yang terjadi
akibat peningkatan jumlah absolut Hb tereduksi (Hb yang tidak berkaitan
dengan O2).
2. Apnea
Menurut American Academy of Sleep Medicine, penentuan periode apnea
dikategorikan berdasarkan hasil indeks rata-rata jumlah henti nafas dalam 1
jam atau Apnea Hypopnea Indeks (AHI). Klasifikasi periode dengan kriteria
sebagai berikut :
a. Ringan, apabila 5-15 kali/jam.
b. Sedang, apabila 15-30 kali/jam.
c. Berat, apabila >30 kali/jam.
3. Kejang
Kejang umum dengan gejala:
Gerakan wajah dan ekstremitas yang teratur dan berulang
Ekstensi atau fleksi tonik lengan atau tungkai, baik sinkron maupun tidak
sinkron
Perubahan status kesadaran (bayi mungkin tidak sadar atau tetap bangun
tetapi responsif/apatis)
Apnea (napas spontan berhenti lebih 20 detik).
Kejang subtle dengan gejala :
Gerakan mata berkedip berputar dan juling yang berulang.
Gerakan mulut dan lidah berulang.
Gerakan tungkai tidak terkendali, gerakan seperti mengayuh sepeda.
Apnea.
Bayi bisa masih tetap sadar.
4. Spasme dengan gejala :
Kontraksi otot tidak terkendali paling tidak beberapa detik sampai
beberapa menit
Dipicu oleh sentuhan, suara maupun cahaya
Bayi tetap sadar, sering menangis kesakitan
Trismus (rahang kaku, mulut tidak dapat dibuka, bibir mencucu seperti
mulut ikan)
Opistotonus
5. Perdarahan
Setiap perdarahan pada neonatus harus segera dirujuk, perdarahan dapat
disebabkan kekurangan faktor pembekuan darah dan faktor fungsi pembekuan
darah atau menurun.
6. Sangat kuning.
7. Berat badan < 1500 gram
6
B. Kegawatdaruratan Maternal
1. Abortus
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat
tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah
kehamilan belum mampu untuk hidup diluar kandungan.
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa
intervensi luar atau buatan untuk mengakhiri kehamilan tersebut.
Terminologi untuk kasus ini adalah pengguguran, aborsi atau abortus
provokatus (Sarwono, 2010).
Penanganan :
Untuk menangani pasien abortus, ada beberapa langkah yang dibedakan
menurut jenis abortus yang dialami, antara lain :
a. Abortus komplit :
Tidak memerlukan penanganan khusus, apabila pasien menderita anemia
ringan perlu diberikan tablet besi dan dianjurkan supaya makan makanan
yang mengadung banyak protein, vitamin dan mineral. Apabila tidak
terdapat tanda-tanda infeksi tidak perlu diberikan antibiotik.
b. Abortus inkomplit :
Bila disertai dengan syok akibat perdarahan maka pasien diinfus dan
dilanjutkan tranfusi darah.Setelah syok teratasi, dilakukan kuretase, bila
perlu pasien dianjurkan rawat inap.
c. Abortus insipiens :
Biasanya dilakukan tindakan kuretase bila umur kehamilan kurang dari 12
minggu yang disertai dengan perdarahan.
d. Abortus imminens :
Istirahat tirah baring secara total merupakan unsur penting dalam
pengobatan karena cara ini akan mengurangi rangsangan mekanis dan
menambah aliran darah ke rahim.
e. Missed abortion :
Dilakukan kuretase di rumah sakit, dan harus hati-hati karena terkadang
plasenta melekat erat pada rahim.
Penatalaksanaan:
a) Perbaiki keadaan umum.
7
b) Bila mola sudah keluar spontan dilakukan kuret atau kuret isap. Bila Kanalis
servikalis belum terbuka dipasang laminaria dan 12 jam kemudian dilakukan
kuret.
c) Memberikan obat-obatan antibiotik, uterotonika dan perbaiki keadaan umum
penderita.
d) 7–10 hari setelah kerokan pertama, dilakukan kerokan ke dua untuk membersihkan
sisa-sisa jaringan.
e) Histerektomi total dilakukan pada mola resiko tinggi usia lebih dari 30 tahun, paritas
4 atau lebih, dan uterus yang sangat besar yaitu setinggi pusat atau lebih.
Pengawasan Lanjutan:
a) Ibu dianjurkan untuk tidak hamil dan dianjurkan memakai kontrasepsi oral
pil.
b) Mematuhi jadwal periksa ulang selama 2-3 tahun, yaitu setiap minggu pada
Triwulan pertama, setiap 2 minggu pada Triwulan kedua, setiap bulan pada 6
bulan berikutnya, setiap 2 bulan pada tahun berikutnya, dan selanjutnya
setiap 3 bulan.
c) Setiap pemeriksaan ulang perlu diperhatikan :
Gejala klinis : keadaan umum, perdarahan
Pemeriksaan dalam : keadaan serviks, uterus bertambah kecil atau tidak
Laboratorium : Reaksi biologis dan immunologis : 1x seminggu sampai
hasil negatif, 1x per 2 minggu selama Triwulan selanjutnya, 1x sebulan
dalam 6 bulan selanjutnya, 1x per 3 bulan selama tahun berikutnya. Kalau
hasil reaksi titer masih (+) maka harus dicurigai adanya keganasan
Sitostatika Profilaksis : Metoreksat 3x 5mg selama 5 hari
3. Kehamilan Ekstrauteri (Ektopik)
Kehamilan ektopik adalah kehamilan di mana setelah fertilisasi,
implantasi terjadi di luar endometrium kavum uteri. Hampir 90% kehamilan
ektopik terjadi di tuba uterina. Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus
atau ruptur apabila massa kehamilan berkembang melebihi kapasitas ruang
implantasi (misalnya : tuba) dan peristiwa ini disebut sebagai kehamilan
ektopik terganggu.
- Terapi
Upaya stabilisasi dilakukan dengan segera merestorasi cairan tubuh
dengan larutan kristaloid NS atau RL (500 ml dalam 15 menit pertama) dan
segera merujuk ke rumah sakit secepatnya.
4. Perdarahan
a. Plasenta Previa
Plasenta Previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada
segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh
ostium uteri internum/pembukaan jalan lahir.
8
Penatalaksanaan
Tindakan pada plasenta previa :
1. Tindakan dasar umum. Memantau tekanan darah, nadi, dan hemoglobin,
memberi oksigen, memasang infus, memberi 9 ekspander plasma atau
serum yang diawetkan. Usahakan pemberian darah lengkap yang telah
diawetkan dalam jumlah mencukupi.
2. Pada perdarahan yang mengancam nyawa, seksio sesarea segera
dilakukan setelah pengobatan syok dimulai.
3. Pada perdarahan yang tetap hebat atau meningkat karena plasenta previa
totalis atau parsialis, segera lakukan seksio sesaria; karena plasenta letak
rendah (plasenta tidak terlihat jika lebar mulut serviks sekitar 4-5 cm),
pecahkan selaput ketuban dan berikan infuse oksitosin; jika perdarahan
tidak berhenti, lakukan persalinan pervagina dengan forsep atau
ekstraksi vakum;jika perdarahan tidak berhenti lakukan seksio sesaria.
4. Tindakan setelah melahirkan adalah cegah syok (syok hemoragik),
pantau urin dengan kateter menetap,pantau sistem koagulasi
(koagulopati). Pada bayi, pantau hemoglobin, hitung eritrosit, dan
hematokrit.
- Terapi
Terapi atau tindakan terhadap gangguan ini dilakukan di tempat
praktik. Pada kasus perdarahan yang banyak, pengobatan syok adalah
dengan infuse Macrodex, Periston, Haemaccel, Plasmagel, Plasmafudin.
Pada kasus pasien gelisah, diberikan 10 mg valium (diazepam) IM atau
IV secara perlahan. (Prawirohardjo, Ilmu Kebidanan : 2009)
Penanganan :
9
dan pemberian oksitosin dalam 2 jam belum juga ada his. Apabila janin
mati, ketuban segera dipecahkan untuk mengurangi regangan dinding
uterus disusul dengan pemberian infuse oksitosin 5 iu dalam 500cc
glukosa 5% untuk mempercepat persalinan.
Penanganan
Penanganan retensio plasenta atau sebagian plasenta adalah:
1) Resusitasi. Pemberian oksigen 100%. Pemasangan IV-line dengan
kateter yang berdiameter besar serta pemberian cairan kristaloid (sodium
klorida isotonik atau larutan ringer laktat yang hangat, apabila
memungkinkan). Monitor jantung, nadi, tekanan darah dan saturasi
oksigen. Transfusi darah apabila diperlukan yang dikonfirmasi dengan
hasil pemeriksaan darah.
2) Drip oksitosin (oxytocin drips) 20 IU dalam 500 ml larutan Ringer laktat
atau NaCl 0.9% (normal saline) sampai uterus berkontraksi.
3) Plasenta coba dilahirkan dengan Brandt Andrews, jika berhasil lanjutkan
dengan drip oksitosin untuk mempertahankan uterus.
4) Jika plasenta tidak lepas dicoba dengan tindakan manual plasenta.
Indikasi manual plasenta adalah: Perdarahan pada kala tiga persalinan
kurang lebih 400 cc, retensio plasenta setelah 30 menit anak lahir,
setelah persalinan buatan yang sulit seperti forsep tinggi, versi ekstraksi,
perforasi, dan dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir, tali pusat putus.
5) Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan, jaringan dapat
dikeluarkan dengan tang (cunam) abortus dilanjutkan kuret sisa plasenta.
Pada umumnya pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan kuretase.
Kuretase harus dilakukan di rumah sakit dengan hati-hati karena dinding
rahim relatif tipis dibandingkan dengan kuretase pada abortus.
6) Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan
pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau per oral.
7) Pemberian antibiotika apabila ada tanda-tanda infeksi dan untuk
pencegahan infeksi sekunder.
Terapi
Terapi untuk retensio atau inkarserasi adalah 35 unit Syntocinon
(oksitosin) IV yang diikuti oleh usaha pengeluaran secara hati-hati
dengan tekanan pada fundus. Jika plasenta tidak lahir, usahakan
pengeluaran secara manual setelah 15 menit. Jika ada keraguan tentang
lengkapnya plasenta, lakukan palpasi sekunder.
10
d. Ruptur Uteri
Ruptur uterus adalah robekan pada uterus, dapat meluas ke seluruh
dinding uterus dan isi uterus tumpah ke seluruh rongga abdomen (komplet),
atau dapat pula ruptur hanya meluas ke endometrium dan miometrium,
tetapi peritoneum di sekitar uterus tetap utuh (inkomplet).
Penatalaksanaan
Tindakan pertama adalah memberantas syok, memperbaiki keadaan umum
penderita dengan pemberian infus cairan dan tranfusi darah, kardiotinika,
antibiotika, dsb. Bila keadaan umum mulai baik, tindakan selanjutnya adalah
melakukan laparatomi dengan tindakan jenis operasi:
1. Histerektomi baik total maupun sub total
2. Histerorafia, yaitu luka di eksidir pinggirnya lalu di jahit sebaik-baiknya
3. Konserfatif : hanya dengan temponade dan pemberian antibiotika yang
cukup.
e. Preeklampsia Berat
Suatu komplikasi pada kehamilan lebih dari 22 minggu dijumpai :
a) Tekanan darah sistolik > 160 mmhg, diastolis > 110 mmhg
b) Proteinuri lebih dari 5 gram /24 jam
c) Gangguan selebral atau visual
d) Edema pulmonum
e) Nyeri epigastrik atau kwadran atas kanan
f) Gangguan fungsi hati tanpa sebab yang jelas
g) Trobosisfeni
h) Pertumbuhan janin terhambat
i) Peningkahtan serum creatinin
11
1) Beri obat anti kejang (anti konvulsan)
2) Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, penghisap lendir,
masker oksigen, oksigen)
3) Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
4) Aspirasi mulut dan tenggorokan
5) Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi Trendelenburg untuk mengurangi
risiko aspirasi
6) Berikan O2 4-6 liter/menit
C. Kegawatdaruratan Neonatal
1. Definisi
Neonatus adalah masa kehidupan pertama di luar rahim sampai dengan
usia 28 hari, dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan
didalam rahim menjadi diluar rahim. Pada masa ini terjadi pematangan organ
hampir pada semua system. Neonatus bukanlah miniatur orang dewasa,
bahkan bukan pula miniatur anak. Neonatus mengalami masa perubahan dari
kehidupan didalam rahim yang serba tergantung pada ibu menjadi kehidupan
diluar rahim yang serba mandiri.
a. Hipotermia
Hipotermia adalah kondisi dimana suhu tubuh < 36,5°C atau kedua
kaki dan tangan teraba dingin. Untuk mengukur suhu tubuh pada hipotermia
diperlukan termometer ukuran rendah (low reading termometer) sampai
25°C. Disamping sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal
penyakit yang berakhir dengan kematian. Akibat hipotermia adalah
meningkatnya konsumsi oksigen (terjadi hipoksia), terjadinya metabolik
asidosis sebagai konsekuensi glikolisis anaerobik, dan menurunnya simpanan
glikogen dengan akibat hipoglikemia. Hilangnya kalori tampak dengan
12
turunnya berat badan yang dapat ditanggulangi dengan meningkatkan intake
kalori.
b. Hipertermia
Hipertermia adalah kondisi suhu tubuh tinggi karena kegagalan
termoregulasi. Hipertermia terjadi ketika tubuh menghasilkan atau menyerap
lebih banyak panas daripada mengeluarkan panas. Ketika suhu tubuh cukup
tinggi, hipertermia menjadi keadaan darurat medis dan membutuhkan
perawatan segera untuk mencegah kecacatan dan kematian.
13
(kadang-kadang menangis) dan sering kejang disertai sianosis, kaku
kuduk sampai opistotonus, ekstremitas terulur dan kaku, dahi berkerut,
alis mata terangkat, sudut mulut tertarik ke bawah, muka rhisus
sardonikus.
1. Kehamilan
a. Abortus yaitu ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup di luar kandungan dengan batasan umur kehamilan <20 mgg atau BB
<500 gr penyebabnya kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, kelainan pada
plasenta, penyakit ibu yang kronis, faktor nutrisi dan faktor psikologis;
b. Solusio plasenta yaitu terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan
maternal plasenta dari tempat implantasinya. Penyebab pasti belum
diketahui, namun pada keadaan tertentu, kategori sosial-ekonomi, kategori
fisik, kelainan dalam rahim dan penyakit ibu;
c. Plasenta previa yaitu plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah
Rahim sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum
sehingga plasenta berada di depan jalan lahir;
d. Preeklamsia dan eklamsia adalah hipertensi disertai proteinuria atau
oedema setelah umur kehamilan >20 minggu pada penyakit trofoblas.
Eklamsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan/masa
nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang yang sebelumnya sudah
menimbulkan gejala-gejala pre eklamsia.
14
2. Persalinan
3 .Nifas
a. Infeksi nifas yaitu infeksi pada dan melalui fraktur genetalia setelah
persalinan, suhu 380C atau lebih yang terjadi antara hari ke 2-10
postpartum. Penyebabnya kurang gizi, anemia, pola hygiene, kelelahan,
proses persalinan bermasalah, partus lama atau macet, korioamnionitis,
persalinan traumatic, periksa dalam yang berlebihan.
b. Matritis adalah infeksi uterus bila terlambat pengobatan dapat menjadi
abses pelvik, peritonitis, syok septik, thrombosis vena yang dalam, infeksi
pelvik yang menahun, penyumbatan tuba dan infertilitas.
c. Bendungan payudara adalah peningkatan aliran vena dan limfe pada
payudara dalam rangka mempersiapkan diri untuk laktasi.
d. Infeksi payudara terdiri dari mastitis dan abses payudara.
4. Neonatus
a. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) yaitu berat bayi baru lahir yang kurang
dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Penyebabnya persalinan
kurang bulan atau prematur dan bayi lahir kecil untuk masa kehamilan.
15
b. Asfiksia pada BBL yaitu kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada
saat bayi lahir atau beberapa saat setelah bayi lahir. Penyebab berkaitan
dengan kondisi ibu, masalah pada tali pusat dan plasenta dan masalah pada
bayi selama atau sesudah persalinan.
c. Kejang pada BBL. yaitu perubahan secara tiba-tiba fungsi neurologik baik
fungsi motorik maupun fungsi otonomik karena kelebihan pancaran listrik
pada otak.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Situasi yang membutuhkan evaluasi dan manajemen yang tepat pada bayi
baru lahir yang sakit kritis ( ≤ usia 28 hari) membutuhkan pengetahuan yang
dalam mengenali perubahan psikologis dan kondisi patologis yang mengancam
jiwa yang bisa saja timbul sewaktu. Penyebab kematian yang paling cepat pada
neonatus adalah asfiksia. Asfiksia perinatal merupakan penyebab mortalitas dan
morbiditas yang penting. Akibat jangka panjang, asfiksia perinatal dapat
diperbaiki secara bermakna jika gangguan ini diketahui sebelum kelahiran (misal,
pada keadaan gawat janin) sehingga dapat diusahakan memperbaiki sirkulasi /
oksigenasi janin intrauterin atau segera melahirkan janin untuk mempersingkat
masa hipoksemia janin yang terjadi.
B. Saran
Mengingat tingginya AKI dan AKB di Indonesia, maka kegawatdaruratan
maternal dan neonatal haruslah ditangani dengan cepat dan tepat. Penanganan
yang tepat dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga di Indonesia. Maka,
dengan mempelajari dan memahami kegawatdaruratan maternal dan neonatal,
diharapkan bidan dapat memberikan penanganan yang maksimal dan sesuai
standar demi kesehatan ibu dan anak
17
DAFTAR PUSTAKA
Saifuddin, Abdul Bari dkk. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
18