Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS

PADA ANAK

Disusun Oleh: Kelompok 2


IV C Keperawatan
Muh. Fardiansyah : 201801116
Putri Amalia M. Dahlan : 201801125
Igusti Agung Giri Utami : 201801106
Sartina : 201801132
Andrian Bima Wcaksono : 201801096
Ananda Sesilia Lambe : 201801093
Septiana : 201801103
Imroatur Rosidah : 201801108
Alfriana Towesu : 201701054
Khairil Anwar : 201801110

PROGAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA NUSANTARA PALU
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan
rahmat dan hidayahNya kepada kita semua. Syukur Alhamdulillah kami dapat
mengerjakan tugas makalah dari mata kuliah Keperawatan Kritis yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Kritis Pada Anak”.Kami juga mengucapkan terimakasih
kepada dosen mata kuliah Keperawatan Kritisyang telah memberikan tugas
ini.Dengan ini kami bisa belajar memahami lebih dalam terkait judul yang ditugaskan
untuk kelompok kami.
Kami sadar, sebagai seorang mahasiswa yang masih dalam proses
pembelajaran, penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan didalamnya. Oleh
karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
guna menyempurnakan makalah kami selanjutnya.Kami berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami umumnya dan khususnya kepada pembaca.

Palu,25 September 2021

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................
B. Tujuan............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Devinisi Keperawtan Kritisa Pada Anak........................................................
B. Devinsi PICU.................................................................................................
C. Etiologi...........................................................................................................
D. Patofisiologi...................................................................................................
E. Pathway..........................................................................................................
F. Gejala.............................................................................................................
G. Penatalaksanaan.............................................................................................
H. Konsep Asuhan Keperawatan........................................................................
1. Implementasi Keperawatan.......................................................................
2. Evaluasi....................................................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pasien kritis dengan perawatan di ruang PICU memiliki morbiditas dan
mortalitas yang tinggi.Mengenali ciri-ciri dengan cepat dan penatalaksanaan dini
yang sesuai pada pasien beresiko kritis atau pasien yang berada dalam keadaan
kritis dapat membantu mencegah perburukan lebih lanjut dan memaksimalkan
peluang untuk sembuh (Gwinnutt, 2006 dalam Jevon dan Ewens,
2009).Comprehensive Critical Care Department of Health-Inggris
merekomendasikan untuk memberikan perawatan kritis sesuai filosofi perawatan
kritis tanpa batas (critical care without wall), yaitu kebutuhan pasien kritis harus
dipenuhi di manapun pasien tersebut secara fisik berada di dalam rumah sakit
(Jevon dan Ewens, 2009). Hal ini dipersepsikan sama oleh tim pelayanan
kesehatan bahwa pasien kritis memerlukan pencatatan medis yang
berkesinambungan dan monitoring penilaian setiap tindakan yang
dilakukan.Dengan demikian pasien kritis erat kaitannya dengan perawatan
intensif oleh karena dengan cepat dapat dipantau perubahan fisiologis yang
terjadi atau terjadinya penurunan fungsi organ-organ tubuh lainnya (Rab, 2007).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan keperawatan kritis pada anak ?
2. Apa yang di maksud dengan konsep PICU ?
3. Apa yang di maksud dengan jenis-jenis kasus keperawatan kritis pada anak ?
C. Tujuan
Umum: Mengetahui Asuhan Keperawatan Kritis pada Anak
Khusus:
1. Mampu mengetahui definisi keperawatan kritis pada anak
2. Mampu mengetahui konsep PICU
3. Mampu mengetahui kasus keperawatan kritis pada anak
4. Mampu mengetahui askep kasus keperawatan kritis pada anak
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Keperawatan Kritis pada Anak


Keperawatan anak adalah pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu
keperawatan anak dan tehnik keperawatan anak berbentuk pelayanan bio-psiko-
sosio-spiritual yang komprehensif ditujukan pada anak 0-18 tahun dalam keadaan
sehat maupun sakit dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
Pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan melibatkan keluarga dan tenaga
kesehatan lain sesuai dengan lingkup kewenangan dan tanggung jawabnya.
Keperawatan kritis merupakan salah satu spesialisasi di bidang keperawatan
yang secara khusus menangani respon manusia terhadap masalah yang
mengancam kehidupan.Secara keilmuan perawatan kritis fokus pada penyakit
yang kritis atau pasien yang tidak stabil.Untuk pasien yang kritis, pernyataan
penting yang harus dipahami perawat ialah “waktu adalah vital”.Sedangkan
Istilah kritis memiliki arti yang luas penilaian dan evaluasi secara cermat dan
hati-hati terhadap suatu kondisi krusial dalam rangka mencari penyelesaian/jalan
keluar.
American Association of Critical-Care Nurses (AACN) mendefinisikan
Keperawatan kritis adalah keahlian khusus di dalam ilmu perawatan yang
dihadapkan secara rinci dengan manusia (pasien) dan bertanggung jawab atas
masalah yang mengancam jiwa.Perawat kritis adalah perawat profesional yang
resmi yang bertanggung jawab untuk memastikan pasien dengan sakit kritis dan
keluarga pasien mendapatkan kepedulian optimal (AACN, 2006).American
Association of Critical Care Nurses (AACN, 2012) juga menjelaskan secara
spesifik bahwa asuhan keperawatan kritis mencakup diagnosis dan
penatalaksanaan respon manusia terhadap penyakit aktual atau potensial yang
mengancam kehidupan.
B. Definis PICU
Ruangan NICU (Neonatal Intensive Care Unit) dan PICU (Pediatric
Intensive Care Unit) adalah ruang perawatan intensif untuk bayi (sampai usia 28
hari) dan anak-anak yang memerlukan pengobatan dan perawatan khusus, guna
mencegah dan mengobati terjadinya kegagalan organ-oragan vital.
Unit perawatan untuk bayi yang beresiko tinggi dengan gangguan dan
komplikasi berat lainnya.Kami telah banyak menerima rujukan dari rumah sakit
lainnya. Pelayanan NICU di RS Bina Husada memiliki tim transport NICU yang
terdiri dari para perawat NICU dan dokter yang untuk beberapa kasus juga dapat
melakukan antar-jemput pasien.
Sebagian besar bayi yang dirawat adalah gangguan pernafasan, premature,
kelainan congenital, dll. Prematuritas adalah kasus terbanyak kedua yang
didapatkan dalam perawatan NICU. NICU berguna untuk observasi bayi baru
lahir secara intensive:
1. Mendapatkan terapi oksigen
2. Mendapatkan terapi intervensive
3. Pemberian makanan melalui alat

Asfiksia berarti hipoksia progresif penimbunan CO2 dan asidosis jika


prosese ini berlangsung terlalu jauh dapat mengaibatkan kerusakan otak atau
kematian, mempengaruhi fungsi vital lainnya.Asfiksia lahir ditandai dengan
hipoksemia (PaO2 menurun) dan hiperkarbia (peningkatan PaCO2) (FKUI,
2007).

Asfiksia neonatum adalah keadaan bayi baru lahir tidak dapt bernafas secara
spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir (Hidayat, 2005).

C. Etiologi
a. Factor ibu :
1) Pre eklamia dan eklamsia, DM, anemia, HT
2) Perdarahan abnormal (plasenta previa dan solusio plasenta)
3) Partus lama dan macet
4) Demam selama persalinan, infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
5) Kehamilan lewat waktu
b. Factor tali pusat
1) Lilitan tali pusat
2) Tali pusat pendek
3) Simpul tali pusat
4) Prolapus tali pusat
c. Factor bayi
1) Bayi premature ( < 37 minggu)
2) Presentasi janin abnormal
3) Persalinan dengan tindakan ( ekstraksi vacuum, ekstraksi forcep)
d. Factor yang mendadakan
1) Bayi
a) Gangguan peredaran darah pada tali pusat karena tekanan tali pusat
b) Depresi pernafasan karena obat-obat anastesi atau analgetik yang
diberikan pada ibu, perdarahan itral karnial, dan kelainan bawaan.
2) Ibu
a) Gangguan his, misalnya hipertoni dan tetani
b) Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan
c) Hipertensi eklamsi
d) Gangguan mendadak pada plasenta seperti solusi
D. Patofisiologi
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah rangsangan
terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin) menjadi lambat. Jika
kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi
lagi. Timbulah kini rangsangan dari nervus simpatikus sehingga DJJ menjadi
lebih cepat akhirnya ireguler dan menghilang. Janin akan mengadakan
pernafasan intrauterin dan bila kita periksa kemudian terdapat banyak air ketuban
dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin
lahir, alveoli tidak berkembang.
Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung
mulai menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara berangsur-
angsur dan bayi memasuki periode apneu primer.
Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut
jantung terus menurun , tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan
terluhat lemas (flascid). Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi
memasuki periode apneu sekunder. Selama apneu sekunder, denyut jantung,
tekanan darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus menurun. Bayi sekarang
tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan menunjukkan upaya
pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadi jika resusitasi dengan
pernafasan buatan dan pemberian tidak dimulai segera.
E. Pathway
F. Gejala
Gejala klinik Asfiksia neonatorum yang khas meliputi :
1. Pernafasan terganggu
2. Detik jantung berkurang
3. Reflek / respon bayi melemah
4. Tonus otot menurun
5. Warna kulit biru atau pucat
G. Penatalaksanaan
1. Apneu pprimer : nafas cepat, tonus otot berkurang, sianosis
2. Apneu sekunder : nafas megap-mega dan dalam, denyut jantung menurun,
lemas, tidak berespon terhadap rangsangan
3. Tindakan ABC
1) Assesment/Airway : observasi warna, suara, aktivitas bayi, HR, RR,
Capilary refill
2) Breathing : melakukan rangsangan taksil untuk mulai pernafasan
3) Circulation : bila HR < 60 x ermenit atau 80 x permenit, jika tidak ada
perbaiakan dilakukan kompresi.
H. Konsep Asuhan Keperawatan pada Asfiksia
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien agar dapat
mengidentifikasi, mengenali masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien
baik fisik, mental, sosial dan lingkungan. Dalam tahap pengkajian ini dibagi menjadi
tiga meliputi pengumpulan data, pengelompokan data dan perumusan masalah. Ada
beberapa pengkajian yang harus dilakukan yaitu :
a. Sirkulasi
1) Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180 x/mnt.
2) Tekanan darah 60 sampai 80 mmHg (sistolik), 40 sampai 45 mmHg
(diastolik).
3) Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas maksimal
tepat di kiri dari mediastinum pada ruang intercosta III/ IV.
4) Murmur biasa terjadi di selama beberapa jam pertama kehidupan.
5) Tali pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1 vena.
b. Eliminasi
Dapat berkemih saat lahir.
c. Makanan/ cairan
1) Berat badan : 2500-4000 gram
2) Panjang badan : 44-45 cm
3) Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai gestasi)
d. Neurosensori
1) Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas.
2) Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30 menit
pertama setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas). Penampilan
asimetris (molding, edema, hematoma).
3) Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi menunjukkan
abnormalitas genetik, hipoglikemi atau efek narkotik yang memanjang)
e. Pernafasan
1) Skor APGAR : 1 menit s/d 5 menit dengan skor optimal harus antara 7-
10.
2) Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat.Bunyi nafas
bilateral, kadang-kadang krekels umum pada awalnya silin
3) drik thorak : kartilago xifoid menonjol, umum terjadi.
f. Keamanan
1) Suhu rentang dari 36,5º C sampai 37,5º C. Ada verniks (jumlah dan
distribusi tergantung pada usia gestasi).
2) Kulit : lembut, fleksibel, pengelupasan tangan/ kaki dapat terlihat, warna
merah muda atau kemerahan, mungkin belang-belang menunjukkan
memar minor (misal : kelahiran dengan forseps), atau perubahan warna
herlequin, petekie pada kepala/ wajah (dapat menunjukkan peningkatan
tekanan berkenaan dengan kelahiran atau tanda nukhal), bercak
portwine, nevi telengiektasis (kelopak mata, antara alis mata, atau pada
nukhal) atau bercak mongolia (terutama punggung bawah dan bokong)
dapat terlihat. Abrasi kulit kepala mungkin ada (penempatan elektroda
internal)
2. Analisa Data
a. Data Subyektif
Data subyektif adalah persepsi dan sensasi klien tentang masalah
kesehatan. Data subyektif terdiri dari :

1) Biodata atau identitas pasien : Bayi meliputi nama tempat tanggal lahir
jenis kelamin.
2) Orangtua meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau
kebangsaan, pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat.
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal
pada kasus asfiksia berat yaitu :
a) Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk,
merokok ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit seperti
diabetes mellitus, kardiovaskuler dan paru.
b) Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran
multipel, inkompetensia serviks, hidramnion, kelainan kongenital,
riwayat persalinan preterm.
c) Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi
tidak teratur dan periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan.
d) Gerakan janin selama kehamilan aktif atau semakin menurun.
e) Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan
(kehamilan postdate atau preterm).
2) Riwayat natal komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang
sangat erat dengan permasalahan pada bayi baru lahir. Yang perlu dikaji
a) Kala I :
ketuban keruh, berbau, mekoneal, perdarahan antepartum baik
solusio plasenta maupun plasenta previa.

b) Kala II :
persalinan lama, partus kasep, fetal distress, ibu kelelahan, persalinan
dengan tindakan (vacum ekstraksi, forcep ektraksi). Adanya trauma
lahir yang dapat mengganggu sistem pernafasan. Persalinan dengan
tindakan bedah caesar, karena pemakaian obat penenang (narkose)
yang dapat menekan sistem pusat pernafasan.

3) Riwayat post natal


Yang perlu dikaji antara lain :

a) Apgar skor bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS (0-
3) asfiksia berat, AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia ringan.
b) Berat badan lahir : kurang atau lebih dari normal (2500-4000 gram).
Preterm/BBLR < 2500 gram, untu aterm  2500 gram lingkar kepala
kurang atau lebih dari normal (34-36 cm).
c) Adanya kelainan kongenital : Anencephal, hirocephalus anetrecial
aesofagal.
c. Pola nutrisi
Yang perlu dikaji pada bayi dengan post asfiksia berat gangguan absorbsi
gastrointentinal, muntah aspirasi, kelemahan menghisap sehingga perlu
diberikan cairan parentral atau personde sesuai dengan kondisi bayi untuk
mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan juga untuk mengkoreksi
dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi disamping untuk pemberian obat
intravena.
Tabel kebutuhan nustrisi BBL

Kebutuhan parenteral
Bayi BBLR < 1500 gram menggunakan D5%
Bayi BBLR > 1500 gram menggunakan D10%
Kebutuhan nutrisi enteral
BB < 1250 gram = 24 kali per 24 jam
BB 1250 - < 2000 gram = 12 kali per 24 jam
BB > 2000 gram = 8 kali per 24 jam
Kebutuhan minum pada neonatus
Hari ke 1 = 50-60 cc/kg BB/hari
Hari ke 2 = 90 cc/kg BB/hari
Hari ke 3 = 120 cc/kg BB/hari
Hari ke 4 = 150 cc/kg BB/hari
Dan untuk tiap harinya sampai mencapai 180 – 200 cc/kg BB/hari

d. Pola eliminasi
Yang perlu dikaji pada neonatus adalah :
BAB : frekwensi, jumlah, konsistensi.
BAK : frekwensi, jumlah
e. Latar belakang sosial budaya
Kebudayaan yang berpengaruh terhadap kejadian asfiksia, kebiasaan ibu
merokok, ketergantungan obat-obatan tertentu terutama jenis psikotropika
Kebiasaan ibu mengkonsumsi minuman beralkohol, kebiasaan ibu
melakukan diet ketat atau pantang makanan tertentu.

f. Hubungan psikologis
Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan rawat gabung dengan
ibu jika kondisi bayi memungkinkan. Hal ini berguna sekali dimana bayi
akan mendapatkan kasih sayang dan perhatian serta dapat mempererat
hubungan psikologis antara ibu dan bayi. Lain halnya dengan asfiksia karena
memerlukan perawatan yang intensif

g. Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang diperoleh melalui suatu pengukuran dan
pemeriksaan dengan menggunakan standart yang diakui atau berlaku
(Effendi Nasrul, 1995)

1) Keadaan umum
Pada neonatus post asfiksia berat, keadaannya lemah dan hanya
merintih. Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif
dan menangis keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya
terhadap rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai
dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat menunjukkan
kondisi neonatus yang baik.

2) Tanda-tanda Vital
Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan
asfiksia benar, tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya
hipothermi bila suhu tubuh < 36 C dan beresiko terjadi hipertermi bila
suhu tubuh < 37 C. Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5C –
37,5C, nadi normal antara 120-140 kali per menit respirasi normal antara
40-60 kali permenit, sering pada bayi post asfiksia berat pernafasan
belum teratur.

h. Data Penunjang
Data penunjang pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam
menegakkan diagnosa atau kausal yang tepat sehingga kita dapat
memberikan obat yang tepat pula.
Pemeriksaan yang diperlukan adalah :

1) Darah
a) Nilai darah lengkap pada bayi asfiksia terdiri dari :
(1) Hb (normal 15-19 gr%) biasanya pada bayi dengan asfiksia Hb
cenderung turun karena O2 dalam darah sedikit.
(2) Leukositnya lebih dari 10,3 x 10 gr/ct (normal 4,3-10,3 x 10 gr/ct)
karena bayi preterm imunitas masih rendah sehingga resiko tinggi.
(3) Trombosit (normal 350 x 10 gr/ct)
(4) Distrosfiks pada bayi preterm dengan post asfiksi cenderung turun
karena sering terjadi hipoglikemi.
b) Nilai analisa gas darah pada bayi post asfiksi terdiri dari :
(1) pH (normal 7,36-7,44). Kadar pH cenderung turun terjadi asidosis
metabolik.
(2) PCO2 (normal 35-45 mmHg) kadar PCO2 pada bayi post asfiksia
cenderung naik sering terjadi hiperapnea.
(3) PO2 (normal 75-100 mmHg), kadar PO2 pada bayi post asfiksia
cenderung turun karena terjadi hipoksia progresif.
(4) HCO3 (normal 24-28 mEq/L)
2) Urine
Nilai serum elektrolit pada bayi post asfiksia terdiri dari :
a) Natrium (normal 134-150 mEq/L)
b) Kalium (normal 3,6-5,8 mEq/L)
c) Kalsium (normal 8,1-10,4 mEq/L)
3) Photo thorax
Pulmonal tidak tampak gambaran, jantung ukuran normal.

3. Analisa data dan Perumusan Masalah


Analisa data adalah kemampuan mengkaitkan data dan
menghubungkan data tersebut dalam konsep, teori dan prinsip yang relevan
untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan
keperawatan pasien (Effendi Nasrul,1995 : 23).
Tabel 1.3 Analisa Data dan Perumusan Masalah
Sign / Symptoms Kemungkinan Penyebab Masalah
1. Pernafasan tidak - Riwayat partus lama Gangguan
teratur, pernafasan pemenuhan
- Pendarahan peng-obatan.
cuping hidung, kebutuhan O2
cyanosis, ada lendir - Obstruksi pulmonary

pada hidung dan mulut, - Prematuritas


tarikan inter-costal,
abnormalitas gas darah
arteri.
2. Akral dingin, cyanosis - lapisan lemak dalam kulit hipotermia
pada ekstremmitas, tipis
keadaan umum lemah,
suhu tubuh dibawah
normal
3. Keadaan umum lemah, - Reflek menghisap lemah gangguan
reflek menghisap pemenuhan
lemah, masih terdapat kebutuhan
retensi pada sonde nutrisi.
4. Suhu tubuh diatas - Sistem Imunitas yang Resiko infeksi
normal, tali pusat layu, belum sempurna
ada tanda-tanda infeksi, - Ketuban mekonial
abnormal kadar
- Tindakan yang tidak
leukosit, kulit kuning,
aseptik
riwayat persalinan
dengan ketuban
mekonial
4. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon individu,
keluarga atau komunitas terhadap masalah-masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang aktual atau potensial.Diagnosa keperawatan yang sering
muncul pada pasien asfiksia antara lain:
a) Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 sehubungan dengan post asfiksia
berat.
b) Resiko terjadinya hipotermi sehubungan dengan adanya roses persalinan
yang lama dengan ditandai akral
5. Perencanaan / Intervensi
DX 1 :

No. Diagnosa Perawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional

1 Gangguan pemenuhan Tujuan: 1. Letakkan bayi terlentang 1. Memberi rasa nyaman


kebutuhan O2 dengan alas yang data, dan mengantisipasi flexi
Kebutuhan O2 bayi terpenuhi
sehubungan dengan post kepala lurus, dan leher leher yang dapat
asfiksia berat Kriteria: sedikit tengadah/ekstensi mengurangi kelancaran

- Pernafasan normal 40-60 dengan meletakkan bantal jalan nafas.

kali permenit. atau selimut diatas bahu


bayi sehingga bahu
- Pernafasan teratur.
terangkat 2-3 cm
- Tidak cyanosis.

- Wajah dan seluruh tubuh


Berwarna kemerahan 2. Bersihkan jalan nafas, 2. Jalan nafas harus tetap
(pink variable). mulut, hidung bila perlu. dipertahankan bebas
dari lendir untuk
- Gas darah normal
menjamin pertukaran
PH = 7,35 – 7,45 gas yang sempurna.

PCO2 = 35 mm Hg
PO2 = 50 – 90 mmHg
3. Observasi gejala kardinal 3. Deteksi dini adanya
dan tanda-tanda cyanosis kelainan.
tiap 4 jam
4. Menjamin oksigenasi
4. Kolaborasi dengan tim medis jaringan yang adekuat
dalam pemberian O2 dan terutama untuk jantung
pemeriksaan kadar gas dan otak. Dan
darah arteri. peningkatan pada kadar
PCO2 menunjukkan
hypoventilasi

DX 2 :

NO Diagnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional

2. Resiko terjadinya Tujuan 1. Letakkan bayi terlentang 1. Mengurangi kehilangan


hipotermi sehubungan diatas pemancar panas panas pada suhu
Tidak terjadi hipotermia
dengan adanya roses (infant warmer) lingkungan sehingga
persalinan yang lama Kriteria meletakkan bayi
2. Singkirkan kain yang
dengan ditandai akral Suhu tubuh 36,5 – 37,5°C menjadi hangat
sudah dipakai untuk
dingin suhu tubuh Akral hangatWarna seluruh mengeringkan tubuh, 2. Mencegah kehilangan
dibawah 36° C tubuh kemerahan letakkan bayi diatas tubuh melalui konduksi.
handuk / kain yang
3. Perubahan suhu tubuh
kering dan hangat.
bayi dapat menentukan
3. Observasi suhu bayi tiap tingkat hipotermia
6 jam.
4. Mencegah terjadinya
4. Kolaborasi dengan team
medis untuk pemberian
Infus Glukosa 5% bila
ASI tidak mungkin
diberikan.
6. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Tindakan keperawatan adalah pelaksanaan asuhan keperawatan yang merupakan
realisasi rencana tindakan yang telah ditentukan dalam tahap perencanaan dengan maksud
agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal
7. Tahap Evaluasi
Evaluasi adalah merupakan langkah akhir dari proses keperawatan yaitu proses
penilaian pencapaian tujuan dalam rencana perawatan, tercapai atau tidak serta untuk
pengkajian ulang rencana keperawatan. Evaluasi dilakukan secara terus menerus dengan
melibatkan pasien, perawat dan petugas kesehatan yang lain. Dalam menentukan
tercapainya suatu tujuan asuhan keperawatan pada bayi dengan post Asfiksia sedang,
disesuaikan dengan kriteria evaluasi yang telah ditentukan. Tujuan asuhan keperawatan
dikatakan berhasil bila diagnosa keperawatan didapatkan hasil yang sesuai dengan
kriteria evaluasi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keperawatan kritis dan kegawatdaruratan adalah pelayanan profesioanal keperawatan
yang diberikan pada pasien dengan kebutuhan urgen dan kritis atau rangkaian kegiatan
praktek keperawatan kegawatdaruratan yang diberikan oleh perawat yang kompeten
untuk memberikan asuhan keperawatan di ruang gawat darurat.
Namun UGD dan klinik kedaruratan sering digunakan untuk masalah yang tidak
urgen.Yang kemudian filosopi tentang keperawatan gawat darurat menjadi luas,
kedaruratan yaitu apapun yang di alami pasien atau keluarga harus di pertimbangkan
sebagai kedaruratan.
Keperawatan kritis dan kegawatdaruratan meliputi pertolongan pertama, penanganan
transportasi yang diberikan kepada orang yang mengalami kondisi darurat akibat
rudapaksa, sebab medik atau perjalanan penyakit di mulai dari tempat ditemukannya
korban tersebut sampai pengobatan definitif dilakukan di tempat rujukan.
B. Saran
Sebagai seorang calon perawat yang nantinya akan bekerja di suatu institusi Rumah Sakit
tentunya kita dapat mengetahui mengenai perspektif keperawatan kritis dan
kegawatdaruratan, dan ruang lingkup kritis dan kegawadaruratan. Penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca, karena manusia tidak ada yang sempurna, agar penulis
dapat belajar lagi dalam penulisan makalah yang lebih baik.Atas kritik dan saran dari
pembaca, penulis ucakan terimakasih.
DAFTAR PUSAKA

https://www.academia.edu/10945950/ASKEP_ANAK_Dengan_SEPSIS
https://www.academia.edu/20592936/LP_dan_Askep_Asfiksia

Anda mungkin juga menyukai