Anda di halaman 1dari 15

STABILISASI PASIEN GAWAT DARURAT MATERNAL DAN

NEONATAL

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan

Dosen Pengampu: Ibu Indah Soelistiawaty, S.ST., M.K.M

Disusun Oleh : Kelompok 9

1. Ai Sobariah
2. Firni Fauziah
3. Ledia Amanda
4. Neng Nurul Hikmawati
5. Puji Laksana

PRODI DIII KEBIDANAN

AKADEMI KEBIDANAN BAKTI INDONESIA BOGOR

Jl. Benteng, No. 32, Benteng , Kec. Ciampea, Kab. Bogor, Jawa Barat, 16620

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah Asuhan Kebidanan Kegawat
daruratan.

Dalam penyusunan makalah ini kami meperoleh banyak bantuan dari berbagai
pihak, oleh karena itu, kami sebagai penyusun mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Indah Soelistiawati,S.ST,M.K.M selaku dosen pengampu mata kuliah Asuhan
Kebidanan Kegawat daruratan dan semua pihak yang sudah membantu dalam
penyusunan makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih terdapat berbagai kesalahan, oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan menambah wawasan pada kita semua.

Bogor, 12 Desember 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ i

DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................. 2
1.4 Manfaat ............................................................................................................ 2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal ........................................ 3


2.2 Tujuan Kegawatdaruratan maternal dan Neonatal .......................................... 5
2.3 Stabilisasi Pasien Kegawatdaruratan Maternal Umum dan Khusus ............... 5
2.4 Stabilisasi Pasien Kegawatdaruratan Neonatal ............................................... 7

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 11


3.2 Saran .................................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kegawatdaruratan dapat didefinisikan sebagai situasi serius dan kadang kala
berbahaya yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga sehingga membutuhkan
tindakan segera guna menyelamatkan nyawa (Nuraminudin, 2010),
Kasus gawat darurat obstetri adalah kasus obstetri yang apabila tidak segera
ditangani akan berakibat pada kematian ibu dan janinnya. Kasus ini menjadi penyebab
utama kematian ibu dan bayi baru lahir (Saifuddin, 2010).
Kegawatdaruratan maternal adalah perdarahan yang mengancam nyawa selama
kehamilan dan dekat cukup bulan meliputi perdarahan yang terjadi pada minggu awal
kehamilan, persalinan, postpartum, hematoma, dan koagulopati obstetri. Kasus gawat
darurat neonatus ialah kasus bayi baru lahir yang apabila tidak segara ditangani akan
berakibat pada kematian bayi. Kegawatdaruratan neonatal adalah situasi yang
membutuhkan evaluasi dan manajemen yang tepat pada bayi baru lahir yang sakit kritis
(Susia 28 hari). membutuhkan pengetahuan yang dalam mengenali perubahan
psikologis dan kondisi patologis yang mengancam jiwa yang bisa saja timbul sewaktu-
waktu (Sharieff, Brousseau, 2011).
Perdarahan yang mengancam nyawa selama kehamilan dan dekat cukup bulan
meliputi perdarahan yang terjadi pada minggu awal kehamilan (abortus, mola
hidatidosa, kista vasikuler, kehamilan ekstrauteri ektopik) dan perdarahan pada minggu
akhir kehamilan dan mendekati cukup bulan (plasenta previa, solusio plasenta, ruptur
uteri, perdarahan persalinan per vagina setelah seksio sesarea, retensio plasentae
plasenta inkomplet), perdarahan pasca persalinan, hematoma, dan koagulopati obstetric
(Sharieff, Brousseau. 2011).

1
Setiap bayi baru lahir akan mengalami bahaya jiwa saat proses kelahirannya.
Ancaman jiwa berupa kamatian tidak dapat diduga secara pasti walaupun dengan
bantuan alat-alat medis modern sekalipun, sering kali memberikan gambaran berbeda
terhadap kondisi bayi saat lahir. Kemauan dan keterampilan tenaga medis yang
menangani kelahiran bayi mutlak sangat dibutuhkan, tetapi tidak semua tenaga medis
memiliki kemampuan dan keterampilan standar dalam melakukan resusitasi pada bayi
baru lahir yang dapat diandalkan, walaupun mereka memiliki latar belakang
pendidikan sebagai profesional ahli (Sharieff, Brousseau, 2011).

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana cara menstabilisasi pasien kegawatdaruratan maternal dan neonatal

1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis makalah ini adalah mendeskripsikan cara
menstabilisasikan pasien kegawatdaruratan maternal dan neonatal

1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Penulis dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang stabilisasi pasien
Dasar Kegawatdarauratan Maternal dan Neonatal
2. Pembaca dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang Stabilisasi
Kegawatdarauratan Maternal dan Neonatal

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal


a. Pengertian Kegawatdaruratan
Kegawatdaruratan dapat didefinisikan sebagai situasi serius dan kadang
kala berbahaya yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga dan
membutuhkan tindakan segera guna menyelamatkan jiwa/nyawa (Campbell
S, Lee C, 2010).
1) Pasien Gawat Darurat
Pasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat
dan terancam nyawanya dan atau anggota badannya (akan menjadi
cacat) bila tidak mendapatkan pertolongan secepatnya. Biasanya
dilambangkan dengan label merah. Misalnya AMI (Acut Miocart
Infac).
2) Pasien Gawat Tidak Darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan
darurat. Biasanya di lambangkan dengan label Biru. Misalnya pasien
dengan Ca stadium akhir.
3) Pasien Darurat Tidak Gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba, tetapi tidak mengancam
nyawa dan anggota badannya. Biasanya di lambangkan dengan label
kuning. Misalnya pasien Vulnus Lateratum tanpa pendarahan.
4) Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat
Pasien yang tidak mengalami kegawatan dan kedaruratan. Baisanya di
lambangkan dengan label hijau. Misalnya: pasien batuk, pilek.
5) Pasien Meninggal Label hitam (Pasien sudah meninggal) merupakan
prioritas terakhir.
Kasus gawat darurat obstetri adalah kasus obstetri yang apabila tidak segera
ditangani akan berakibat kematian ibu dan janinnya. Kasus ini menjadi
penyebab utama kematian ibu janin dan bayi baru lahir. (Saifuddin, 2010).
3
Kasus gawat darurat neonatus ialah kasus bayi baru lahir yang apabila tidak
segara ditangani akan berakibat pada kematian bayi. Kegawatdaruratan
neonatal adalah situasi yang membutuhkan evaluasi dan manajemen yang
tepat pada bayi baru lahir yang sakit kritis (usia 28 hari) membutuhkan.
pengetahuan yang dalam mengenali perubahan psikologis dan kondisi
patologis yang mengancam jiwa yang bisa saja timbul sewaktu-waktu
(Sharieff, Brousseau, 2011).

Kegawatdaruratan maternal perdarahan yang mengancam nyawa selama


kehamilan dan dekat cukup bulan meliputi perdarahan yang terjadi pada
minggu awal kehamilan, persalinan, postpartum, hematoma, dan
koagulopati obstetric.

Tanda dan Gejala Kegawatdaruratan

1) Sianosis sentral
Sianosis adalah warna kebiru-biruan pada kulit dan selaput lendir yang
terjadi akibat peningkatan jumlah absolut Hb tereduksi (Hb yang tidak
berkaitan dengan O2).
2) Apnea
Menurut American Academy of Sleep Medicine, penentuan periode
apnea dikategorikan berdasarkan hasil indeks rata-rata jumlah henti
nafas dalam I jam atau Apnea Hypopnea Indeks (AHI).
3) Kejang
Kejang umum dengan gejala:
a) Gerakan wajah dan ekstremitas yang teratur dan berulang
b) Ekstensi atau fleksi tonik lengan atau tungkai, baik sinkron maupun
tidak sinkron
c) Perubahan status kesadaran (bayi mungkin tidak sadar atau tetap
bangun tetapi responsif/apatis)
d) Apnea (napas spontan berhenti lebih 20 detik).

4
4) Spasme dengan gejala
a) Kontraksi otot tidak terkendali paling tidak beberapa detik sampai
beberapa menit
b) Dipicu oleh sentuhan, suara maupun cahaya
c) Bayi tetap sadar, sering menangis kesakitan
d) Trismus (rahang kaku, mulut tidak dapat dibuka, bibir mencucu
seperti mulut ikan)
e) Opistotonus.
5) Perdarahan
Setiap perdarahan pada neonatus harus segera dirujuk, perdarahan
dapat disebabkan kekurangan faktor pembekuan darah dan faktor
fungsi pembekuan darah atau menurun.
6) Sangat kuning
7) Berat badan < 1500 gram.

2.2 Tujuan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal


Tujuan Kegawatdaruratan antara lain :
a. Mencegah kematian dan cacat pada penderita gawatdaruratan hingga dapat
hidup dan berfungsi kembali dalam masyarakat sebagaimana mestinya
b. Menanggulangi korban bencana

2.3 Stabilisasi Pasien Kegawatdaruratan Maternal Umum dan Khusus


a. Stabilisasi Umum
1) Stabilisasi Pernafasan
a) Bebaskan jalan nafas
• Lepaskan pakaian yang ketat
• Buang penghalang jalan nafas
• Posisikan kepala agar jalan nafas cenderung lurus (tidak
bersudut)
• Bila diperlukan pasang selang nasogastric (NGT)

5
b) Pastikan kecukupan oksigen
• Pastikan paru dapat bernafas dengan spontan
• Bila diperlukan berikan oksigen 2-4 liter/menit
• Persiapan set tabung oksigen untuk ambulasi (berisi oksigen
yang mencukupi selama proses ambulasi/transportasi pasien
2) Stabilisasi Hemodinamik
a) Pasang infus 2 jalur
• Gunakan Abbocath 14G-16G, dan set transfusi darah Berikan
kristaloid sampai syok teratasi (nadi teraba, diastolik > 70
mmHg)
• Bila diperlukan berikan koloid sebagai plasma ekspander
• Untuk pemeliharaan berikan kristaloid 2.000-2.500 ml/ 24 jam
b) Penilaian sambil resusitasi
• Pastikan jantung dapat berdenyut spontan dan teratur
• Nilai perubahan hemodinamik yang terjadi
• Nilai tanda vital (kesadaran, tekanan darah, nadi, frekuensi
pernafasan)
c) Persiapan transfuse
• Periksa laboratorium (Hb, waktu perdarahan, waktu
pembekuan, aPTT, PT, elektrolit, golongan darah)
• Lakukan crossmatch donor darah
b. Stabilisasi Khusus
1) Tentukan penyebab, tetap sambil resusitasi
a) Nilai kontraksi uterus
b) Cari adakah cairan bebas di abdomen bila:
• ada risiko trauma (bekas SC, partus buatan yang sulit)
• kondisi pasien lebih buruk daripada jumlah darah yang keluar
c) Periksa plasenta yang sudah keluar
2) Perbaikan kontraksi uterus
a) Masase uterus

6
b) Uterotonika
c) Kompresi bimanual (eksterna/ interna)
d) Tamponade uterus (dengan material yang TIDAK MENYERAP
darah)

2.4 Stabilisasi Pasien Kegawatdaruratan Neonatal


a. Prinsip Umum
1) Melanjutkan dukungan kardiorespiratorik
2) Stabilisasi suhu
3) Koreksi hipoglikemia, asidosis metabolik, abnormalitas elektrolit
4) Penanganan hipotensi
b. Prinsip S.T.A.B.L.E
1) STABLE : meningkatkan keamanan pasien (manajemen, mencegah
kemungkinan adanya kesalahan, serta mengurangi efek samping)
2) STABLE : petugas penolong bayi tidak melupakan aspek-aspek penting
dalam stabilisasi.
3) Praktek : tidak mewajibkan harus sesuai dengan urutan kata tersebut.
4) Stabilisasi neonates yang tepat terbukti menurunkan tingkat morbilitas
dan mortalitas.
c. Prinsip stabilisasi neonatus dalam STABLE, terdiri dari:
1) S : Sugar and Safe care
• Langkah untuk menstabilkan kadar gula darah neonatus
• Awal kehidupan : kelangsungan pasokan nutrisi terhenti setelah
pemotongan tali pusat BBL memerlukan kelangsungan nutrisi
untuk mempertahankan asupan glukosa
• Kecukupan glukosa diperlukan agar metabolisme sel tetap
berlangsung terutama sel otak.
• Ada tiga faktor risiko yang mempengaruhi kadar gula darah
✓ Cadangan glikogen terbatas
✓ Hiperinsulinemia
✓ Peningkatan penggunaan glukosa
7
• Bayi premature, BBLR, bayi yang ibunya DM, bayi sakit berat
itu beresiko tinggi hipoglikemi
Stabilisasi Bayi :
Bila Terjadi hipoglikemia : Infus Dekstrosa 10%
2) T : Temperature
Neonatus lebih mudah mengalami hipotermia daripada hipertermia.
Lingkungan ekstrauterin meningkatkan risiko hipotermia karena
lingkungan udara bukan cairan hangat. Kehilangan panas konduksi,
konveksi, evaporasi, dan radiasi. Suhu normal adalah 36,5°С - 37,5°С.
Hipotermia berat (< 32°C) "uncompensated" → sel otak berisiko tinggi
mengalami kematian sel & ireversibel. Bayi mempunyai risiko
hipotermia:
a) Bayi prematur, BBLR
b) Bayi sakit berat
c) Bayi dengan resusitasi lama
d) Bayi dengan kelainan (bagian mukosa terbuka: gastroschisis, spina
bifida, omfalokel dll)
Mencegah hipotermia sangat penting. Lebih mudah mencegah daripada
mengatasi hipotermia dengan komplikasi.
• Bayi kecil < 35 minggu: bungkus badan dgn kantong plastik, tutup
kepala
• Saat resusitasi bayi: meja dan kain hangat
• Mengeringkan bayi
• Bila hipotermia segera hangatkan kembali (inkubator, alat
penghangat, lampu sorot, perawatan metode kanguru)
• Saat menghangatkan kembali: jangan lupa pemberian oksigen,
kenaikan suhu bertahap (amati takikardi atau hipotensi) dan monitor
suhu
3) A : Airway
Masalah pernapasan sering dialami bayi yang mendapat perawatan
neonatal intensif. Saat resusitasi dilakukan upaya membuka alveoli
8
paru, pasca resusitasi alveoli paru belum sepenuhnya terbuka. Deteksi
dini kegawatan napas & evaluasi terapi, termasuk menilai progresifitas
gangguan pernapasan sangat peting → Skor Downe.
Selain mengamati tanda kegawatan pernapasan, penting untuk menilai:
a) Kebutuhan O2 & peningkatan kebutuhan
b) Komplikasi akibat hipoksia & hiperkarbia
• Perfusi perifer, tekanan darah
• Neurologis: kesadaran, aktifitas, ada tidaknya kejang
• Produksi urin
c) Tanda-tanda akan terjadi kegagalan pernapasan
• Pernapasan megap-megap
• Tidak berespons dengan pemberian O2
d) Bila memungkinkan : AGD (data penting: pCO2 dan BE)
e) Stabilisasi pernapasan :
• Pastikan jalan napas terbuka.
• Jika ada gawat napas, pertahankan jalan napas tetap terbuka dgn
cara atur posisi & isap lendir, ventilasi dgn masker, intubasi dan
beri napas buatan (penggunaan sungkup laring bisa merupakan
alternatif, bila tidak memungkinkan intubasi), suplemen O2
• Pasang pipa orogastrik utk dekompresi lambung.
4) B : Blood Pressure
Syok terjadi akibat adanya gangguan perfusi dan oksigenasi organ.
Penyebab tersering pd neonatus adalah
a) Kehilangan darah saat intrauterin/persalinan
b) Kehilangan darah setelah lahir
c) Dehidrasi
Prinsip penanganan
a) Identifikasi syok
b) Beri bantuan ventilasi
c) Beri cairan fisiologis 10 cc/kg BB
d) Sambil cari penyebab
9
e) Hindari terapi Biknat secara agresif
f) Bila perlu berikan Dopamine 5-10 mcg/kg/menit
5) L : Laboratory
Pada bayi yang akan dirujuk, wajib dilakukan pemeriksaan
laboratorium untuk kemungkinan infeksi (bila fasilitas memadai). Perlu
dilakukan juga pada bayi berisiko infeksi. Faktor risiko tersering:
a) KPD > 18 jam
b) Ibu dengan riwayat korioamnionitis
c) Ibu sakit (infeksi) menjelang persalinan, misalnya keputihan, diare,
suhu ibu > 38°C, persalinan prematur, bayi dengan riwayat gawat
janin.
Pemeriksaan laboratorium pada neonatus:
a) Hitung jenis, Jumlah lekosit, IT ratio, trombosit
b) Kultur darah
c) Gula darah
d) Analisis gas darah (bila mungkin)
Bila dicurigai adanya infeksi, berikan antibiotika sesaat sebelum bayi
dirujuk. Menanggulangi infeksi dengan gejala yang lebih jelas atau
dengan komplikasi akan lebih sulit.
6) E : Emotional support
Kelahiran anak merupakan saat yang dinantikan dan membahagiakan.
Bila kondisi tidak seperti yang diharapkan akan mengganggu emosi.
Orangtua biasanya akan memiliki perasaan bersalah, menyangkal,
marah, tidak percaya, merasa gagal, takut, saling menyalahkan, depresi.
Dukungan emosi terhadap orangtua atau keluarga bayi sangat penting.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perdarahan yang mengancam nyawa selama kehamilan dan dekat cukup bulan
meliputi perdarahan yang terjadi pada minggu awal kehamilan (abortus, mola
hidatidosa, kista vasikuler, kehamilan ekstrauteri/ ektopik) dan perdarahan pada
minggu akhir kehamilan dan mendekati cukup bulan (plasenta previa, solusio plasenta,
ruptur uteri, perdarahan persalinan per vagina setelah seksio sesarea, retensio
plasentae/plasenta inkomplet), perdarahan pasca persalinan, hematoma, dan
koagulopati obstetri.
Neonatus adalah organisme yang berada pada periode adaptasi kehidupan
intrauterin ke ekstrauterin. Masa neonatus adalah periode selama satu bulan tepat 4
minggu atau 28 hari setelah lahir)
Penyebab kematian yang paling cepat pada neonatus adalah asfiksia dan
perdarahan. Asfiksia perinatal merupakan penyebab mortalitas dan morbiditas yang
penting. Akibat jangka panjang, asfiksia perinatal dapat diperbaiki secara bermakna
jika gangguan ini diketahui sebelum kelahiran (misal, pada keadaan gawat janin)
sehingga dapat diusahakan memperbaiki sirkulasi / oksigenasi janin intrauterin atau
segera melahirkan janin untuk mempersingkat masa hipoksemia. janin yang terjadi.

3.2 Saran
Mengingat tingginya AKI dan AKB di Indonesia, maka kegawatdaruratan
maternal dan neonatal haruslah ditangani dengan cepat dan tepat. Penanganan yang
tepat dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga di Indonesia. Maka, dengan
mempelajari dan memahami kegawatdaruratan maternal dan neonatal, diharapkan
bidan dapat memberikan penanganan yang maksimal dan sesuai standar demi
kesehatan ibu dan anak.

11
DAFTAR PUSTAKA

Lisnawati, Lilis. 2013. Asuhan Kebidanan Terkini Kegawatdarurutan Maternal dan


Neonatal. Jakarta: TIM.

Maryunani, Anik. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Jakarta:


Trans Info Media.

Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBPSP. Rukiyah, Ai


Yeyeh. 2010. Asuhan Kebidanan IV Patologi Kebidanan. Jakarta.: Pustaka
Utama.

Amelia paraswati. 2015. Konsep Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal..


Arivaturravida. 2012. Kegawatdaruratan dalam Kebidanan.

12

Anda mungkin juga menyukai