MAKALAH
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata ajar Keperawatan Gawat Darurat II
Dosen Pengampu : Reni Suherman, M. Kep., Sp. Mat
Disusun oleh:
Kelompok 1
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyclesaikan tugas makalah dengan judul
"Simulasi Pengelolaan Asuhan Keperawatan pada Maternitas dengan Kegawatan,
Kedaruratan”.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak luput dari berbagai kendala. Namun kami
menyadari bahwa kelancaran dalam pembuatan makalah ini tidak lain berkat bantuan serta
bimbingan. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada: Ibu Reni Suherman, M.
Kep., Sp. Mat selaku pembimbing.
Semoga dengan tersusunnya makalah ini akan menambah pengetahuan bagi para
pembaca. Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan serta masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami berharap para pembaca
dapat memberikan kritik dan saran demi terwujudnya kesempurnaan dalam penyusunan
makalah kedepannya.
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB I........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................................3
A. Latar Belakang...............................................................................................................3
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................3
C. Tujuan............................................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................................5
PEMBAHASAN......................................................................................................................5
BAB III..................................................................................................................................32
PENUTUP.............................................................................................................................32
A. Kesimpulan..................................................................................................................32
B. Saran ..........................................................................................................................32
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi secara tiba-
tiba, seringkali merupakan kejadian berbahaya yang membutuhkan tindakan segera
guna menyelamatkan jiwa. Sedangkan kegawatdaruratan obstetri adalah kondisi
kesehatan yang mengarncam jiwa yang terjadi dalam kehamilan atau selama dan
sesudah persalinan dan kelahiran. Kasus gawat darurat obstetri adalah kasus obstetri
yang apabila tidak segera ditangani akan berakibat kematian pada ibu dan janinnya
(Suprapti, 2016).
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat
keberhasilan upaya kesehatan ibu. AKI adalah rasio kematian ibu selama masa
kehamilan, persalinan dan nifas yang bukan karena sebab-sebab lain seperti
kecelakaan atau insidental disetiap 100.000 kelahiran hidup. Jumlah kematian ibu
menurut profil kesehatan indonesia tahun 2018-2019 sebesar 4.221 kematian di mana
pada tahun 2019 penyebab kematian terbanyak adalah perdarahan (1.280 kasus),
hipertensi dalam kehamilan (1066 kasus) dan infeksi (207 kasus). (Profil Keschatan
Indonesia, 2019).
Mengenal kasus kegawatdaruratan obstetri secara dini sangat penting agar
pertolongan yang cepat dan tepat dapat dilakukan. Kesalahan ataupun keterlambatan
dalam menentukan kasus dapat berakihat fatal. Dalam menangani kasus
kegawatdaruratan, penentuan permasalahan utama ataupun diagnosis dan tindakan
pertolongan harus dilakukan dengan cepat, tepat, dan tenang serta tidak panik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kegawatdaruratan maternal?
2. Apa saja macam kegawatdaruratan maternal?
3. Bagaimana asuhan keperawatan pada maternitas dengan kegawatdaruratan?
4. Bagaimana pendidikan kesehatan pada maternitas dengan kegawatdaruratan?
5. Bagaimana fungsi advokasi dan komunikasi pada maternitas dengan
kegawatdaruratan?
1
2
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kegawatdaruratan maternal
2. Untuk mengetahui macam kegawatdaruratan maternal
3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada maternitas dengan kegawatdaruratan
4. Untuk mengetahui pendidikan kesehatan pada maternitas dengan kegawatdaruratan
5. Untuk mengetahui fungsi advokasi dan komunikasi pada maternitas dengan
kegawatdaruratan
BAB II
PEMBAHASAN
3
4
Apakah ibu sedang hamil, usia kehamilan, riwayat persalinan sebelumnya dan sekarang,
bagaimana proses kelahiran placenta, kaji kondisi vulva (jumlah darah yang keluar,
placenta tertahan), uterus (adakah atonia uteri), dan kondisi kandung kemih (apakah
penuh).
c. Klien tidak sadar/kejang
Tanyakan pada keluarga, apakah ibu sedang hamil, usia kehamilan, periksa: tekanan
darah (tinggi, diastolic > 90 mmHg), temperatur (lebih dari 38C)
d. Demam yang berbahaya
Tanyakan apakah ibu lemah, lethargie, sering nyeri saat berkemih. Periksa
temperatur (lebih dari 39 C), tingkat kesadaran, kaku kuduk, paru paru (pernafasan
dangkal), abdomen (tegang), vulva (keluar cairan purulen), payudara bengkak.
e. Nyeri abdomen
Tanyakan Apakah ibu sedang hamil dan usia kehamilan. Periksa tekanan darah
(rendah, systolic < 90 mmHg), nadi (cepat, lebih dari 110 kali/ menit) temperatur (lebih
dari 38 C), uterus (status kehamilan).
f. Perhatikan tanda-tanda berikut :
Keluaran darah, adanya kontraksi uterus, pucat, lemah, pusing, sakit kepala,
pandangan kabur, pecah ketuban, demam dan gawat nafas.
Missed Abortus adalah perdarahan pada kehamilan muda disertai retensi hasil
konsepsi yang telah mati, dengan gejala dijumpai amenorea, perdarahan sedikit yang
berulang pada permulaannya serta selama observasi fundus tidak bertambuh tinggi
malahan tambah rendah, serviks tertutup dan darah sedikit (Rukiyah, 2017).
c. Pre Eklampsia
Pre-eklampsia adalah kelainan unik pada kehamilan yang berpotensi menyebabkan
morbiditas dan mortalitas janin dan ibu. Hal ini ditandai dengan hipertensi dan
proteinuria yang umumnya terjadi setelah 20 minggu pertana kehamilan.
Klasifikasi precklampsia ada 2 tingkatan, yaitu:
Pre-eklampsia Ringan, timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema
setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah kehamilan. Gejala klinis
preeklampsia ringan meliputi kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih
diastol 15 mmHg atau lebih dari tekanan darah sebelum hamil pada kchamilan
20 minggu atau sistole 140 mmHg sampai kurang 160 mmHg diastole 90
mmHg sampai kurang 110 mmHg, proteinuria secara kuantitatif lebih dari ,3
gr/liter dalam 24 jam atau secara kualitatif +2, edema pada pretibia, dinding
abdomen, lumbosakral, wajah dan tangan.
Pre-eklampsia Berat, ditandai dengan timbulnya hipertensi di mana tekanan
darah lebih dari 160/110 mmHg disertai proteinuria dan edema pada kehamilan
20 minggu atau lebih, Gejala klinis pre-eklampsia berat adalah tekanan darah
sistole >160mmHg dan tekanan darah diastolik >110mmHg. Proteinuria secara
kuantitatif >5 gram/24 jam atau secara kualitatif >+3 dipstik pada sampel urin
sewaktu yang dikumpulkan paling sedikit empat jam sekali, oligohidroamnion,
pertumbuhan janin terhambat, dan abrupsio plasenta, dapat terjadi kematian ibu
atau janin bahkan keduanya bila preeklampsia tak segera diatasi dengan baik
dan benar (Rukiyah. 2017).
d. Plasenta Previa
Plasenta previa merupakan plasenta yang implantasinya tidak normal. Previa terdiri
dari dua kata yaitu Prae (di depan) dan Vias (jalan). Plasenta previa adalah plasenta
yang implantasinya rendah sehingga menutupi seluruh atau sebagian ostium
internum (Rukiyah, 2017). Perdarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakam
gejala utama dan pertama dari plasenta previn. Dengan bertambahnya usia
kehamilan, segmen bawah uterus akan lebih melebar lagi dan serviks akan lebih
membuka.
8
Kegawatdaruratan masa nifas adalah keadaan gawat darurat pada masa nifas
yang jika tidak segera diatasi akan mengakibatkan kematian.
a. Perdarahan Post Partum Sekunder
Perdarahan post partum sekunder perdarahan adalah yang terjadi setelah 24
jam pertama. Perdarahan nifas dinamakan sekunder adalah bila terjadi 24 jam atau
lebih sesudah. persalinan. Jadi perdarahan nifas sekunder adalah perdarahan yang
terjadi setelah lebih 24 jam post partum dan biasanya terjadi pada minggu ke dua
nifas.
1) Etiologi
Hematoma
Subinvolusi
Sisa plasenta
2) Gejala Klinis
Terjadi perdarahan berkepanjangan melampaui pengeluaran lokhea normal
Terjadi perdarahan cukup banyak
Rasa sakit pada daerah uterus
Pada palpasi fundus uteri masih dapat diraba lebih besar dari seharusnya.
Pada VT didapatkan uterus yang membesar, lunak dan dari ostium uteri
keluar darah.
b. Hematoma
Hematoma adalah pembengkakan jaringan yang berisi darah. Bahaya
hematoma adalah kehilangan sejumlah darah karena hemoragi, anemia dan infeksi.
Hematoma terjadi karena pembeku darah ruptur spontan atau akibat trauma. Pada
siklus repriduktif, hematomal sering sekali terjadi selama proses kelahiran: atau
segera setelahnya, seperti hematoma vulva, vagina, atau hematoma ligamentum
latum uteri.
Faktor yang dimungkinkan menjadi penyebab :
Persalinan dengan operatif
Kegagalan hemostasis lengkap sebelum penjahitan episiotomi atau laserasi
Pembuluh darah diatas apeks insisi atau laserasi. tidak dibendung atau kegagalan
dalami melakukan jahitan pada titik tersebut
Penanganan kasar pada jaringan vagina kapan pun atau pada uterust selama
masase.
10
c. Subinvolusi
Pengertian Subinvolusi adalah kegagalan uterus untuk mengikuti pola
normal involusi/proses involusi sebagaimana mestinya, sehingga proses pengecilan
rahim tidak berjalan uterus terhambat. Subinvolusi adalh kegagalan perubahan.
fisiologis pada sisitem reproduksi pada masa nifas. yang terjadi pada setiap organ
reproduktif dan saluran yang reproduktif. Subinvolusi adalah kegagalan rahim
untuk kembali ke keadaan tidak hamil. Penyebab paling umum adalah infeksi
plasenta. (Lowdermilk, perry. 2006).
Subinvolusi terjadi jika proses kontaksi uterus tidak terjadi seperti
seharusnya. dan kontraksi ini lama atau berhenti. Proses involusi mungkin
dihambat oleh retensi sisa plasenta, miomata atau infeksi. Retensi sisa plasenta
atau membran janin adalah penyebab yang paling sering terjadi.
1) Etiologi
Status gizi ibu nifas buruk (kurang gizi).
Ibu tidak menyusui bayinya
Kurang mobilisasi
Usia
Paritas
Terdapat bekuan darah yang tidak keluar
Terdapat sisa plasenta dan selaput plasenta dalam uterus
Tidak ada kontraksi . Infeksi pada endometrium
2) Tanda dan gejala
Peningkatan perdarahan atau perdarahan persisten.
Periode pengeluaran lokia lebih lama dariperiode normal, diikuti dengan
leukorea dan perdarahan banyak yang tidak teratur.
11
d. Sisa Plasenta
Sisa plasenta dan ketuban yang masih tertinggal dalam rongga rahim dapat
menimbulkan perdarahan postpartum dini atau perdarahan pospartum lambat
(biasanya terjadi dalam 6 10 hari pasca persalinan). Pada perdarahan postpartum
dini akibat sisa plasenta ditandai dengan perdarahan dari rongga rahim setelah
plasenta lahir dan kontraksi rahim baik. Pada perdarahan postpartum lambat
gejalanya sama dengan subinvolusi rahim, yaitu perdarahan yang berulang atau
berlangsung terus dan berasal dari rongga rahim. Perdarahan. akibat sisa plasenta
jarang menimbulkan syok.
Penilaian klinis sulit untuk. memastikan adanya sisa plasenta, kecuali apabila
penolong persalinan memeriksa kelengkapan plasenta setelah plasental lahir.
Apabila kelahiran plasenta dilakukan oleh orang lain atau terdapat keraguan akan
sisa plasenta, maka untuk memastikan adanya sisa plasenta
ditentukandenganeksplorasi menggunakan tangan, atau alat bantu diagnostik yaitu
ultrasonografi. Pada umumnya perdarahan dari rongga rahim setelah plasenta lahir
dan kontraksi rahim baik dianggap sebagai akibat sisa plasenta yang tertinggal
dalam ronggal rahim.
e. Infeksi Payudara
Mastitis adalah infeksi peradangan pada mamma, terutama pada primipara yang
biasanya disebabkan oleh staphylococcus aureus, infeksi terjadi melalui luka pada
putting susu, tetapi mungkin juga melalui peredaran darah. Bila tidak segera
12
Pada pengkajian breathing pada pasien dengan pre-eklamsia masalah yang terjadi
apabila edema paru dan menimbulkan gejala sesak napas, adanya suara napas
tambahan, dan sianosis mengakibatkan pasien mengalami sulit bernapas karena
adanya cairan dalam paru.
3) Circulation
4) Disability
5) Exposure
b. Diagnosa Keperawatan
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan benda asin dalam jalan
napas, Sekresi yang tertahan.
Tanda Dan Gejala pada Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Gejala Dan Tanda Mayor
Subjektif
(Tidak tersedia)
Objektif
1) Batuk tidak efektif atau tidak mampu batuk
2) Sputum berlebih/obstruksi dijalan napas/meconium dijalan napas (pada
neunatus)
3) Mengi, wheezing, dan ronchi kering
Gejala Dan Tanda Minor
Objektif
1) Dispneu
2) Sulit bicara
3) Ortopneu
Subjektif
1) Gelisah
2) Sianosis
15
Rencana tindakan
e. Dyspnea Terapeutik:
f. Ortopnea Atur posisi
g. Sulit bicara semifowler
h. Gelisah Buang secret pada
i. Frekuensi napas tempat sputum
Edukasi:
17
prosedur batuk
efektif
Anjurkan
mengulangi Tarik
napas dalam
hingga 3 kali
Anjurkan batuk
dengan kuat
langsung setelah
3 kali.
Kolaborasi:
Kolaborasi
pemberian mukolitik
atau ekspektoran.
Observasi :
„ Monitor jalan
napas ( frekuens,
kedalaman, usaha
napas )
18
tambahan ( mis :
gurgling, mengi,
wheezing, ronkhe )
Monitor sputum (
jumlah, warna,
aroma
Terapeutik:
Pertahankan
kepatenanan jalan
napas
Posisikan semifowler
atau fowler
Berikan minum
hangat
Lakukan fisioterapi
dada
Berikan oksigen
Edukasi :
Anjurkan asupan
caiiran 2000ml /
hari
19
Ajarkan tehnik
batuk efektif
Kolaborasi :
Kolaborasi
pemberian
bronkhodilator,
ekspektoran dan
mukolitik.
3. Pemantauan
Respirasi
Observasi :
Monitor Frekuensi,
bernapas
Monitor pola
napas (bradipnea,
takipnea,
hiperventilasi,
kusmaul, cheyne
stokes, biot)
Monitor
kemampuan batuk
efektif
20
Monitor adanya
produksi sputum
Monitor adanya
sumbatan jalan
napas
Palpasi
kesimetrisan
ekspansi paru
Aukultasi bunyi
napas
Monitor saturasi
oksigen
toraks
Terapeutik:
Atur interval
pemantuan respirasi
sesuai kondisi
pasien
Dokumentasi hasil
pemantauan
Edukasi :
21
prosedur pemantuan
Informasikan hasil
pemantuan
d. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan tahap keempat proses keperawatan yang
dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan (Potter & Perry, 2013). Pada tahap ini
perawat akan mengimplementasikan intervensi yang telah direncanakan berdasarkan hasil
pengkajian dan penegakan diagnosa yang diharapkan dapat mencapai tujuan dan hasil sesuai
yang diinginkan untuk mendukung dan meningkatkan status kesehatan klien.
Penerapan implementasi keperawatan yang dilakukan perawat harus berdasarkan
intervensi berbasis bukti atau telah ada penelitian yang dilakukan terkait intervensi tersebut.
Hal ini dilakukan agar menjamin bahwa intervensi yang diberikan aman dan efektif (Miler,
2012). Dalam tahap implementasi perawat juga harus kritis untuk menilai dan mengevaluasi
respon pasien terhadap pengimplementasian intervensi yang diberikan.
e. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap kelima dari proses keperawatan. Tahap ini sangat penting
untuk menentukan adanya perbaikan kondisi atau kesejahteraan klien (Potter & Perry. 2013).
Hal yang perlu diingat bahwa evaluasi merupakan proses kontinu yang terjadi saat perawat
melakukan kontak dengan klien. Selama proses evaluasi perawat membuat keputusan-
keputusan klinis dan secara terus-menerus mengarah kembali ke asuhan keperawatan. Tujuan
asuhan keperawatan adalah membantu klien menyelesaikan masalah kesehatan aktual,
mencegah terjadinya masalah resiko, dan mempertahankan status kesehatan sejahtera. Proses
evaluasi menentukan keefektifan asuhan keperawatan yang diberikan.
Poin P adalah perencanaan terkait tindakan selanjutnya sesuai analisis yang telah dilakukan
sebelumnya.
D. Pendidikan Kesehatan pada Maternitas dengan Kegawatdaruratan
Pengenalan dan Pencegahan Pre-Eklamsia pada Ibu Hamil
1. Pengertian
Pre-eklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat
kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Eklampsia
adalah psia adalah preeklampsia yang disertai kejang dan yang disertai kejang dan atau
koma atau koma yang timbul yang timbul akibat kelainan neurologi (Arif, M, 2012).
2. Etiologi
Sampai dengan saat ini penyebab utama preeklamsia masih belum diketahui secara
pasti. Beberapa ahli percaya bahwa preeklamsia diawali dengan adanya kelainan pada
plasenta, yaitu organ yang berfungsi menerima suplai darah dan nutrisi bagi bayi selama
masih di dalam kandungan. Teori lain menjelaskan preeklampsia sering terjadi pada
Primigravida, Kehamilan Post Matur /Post Term serta Kehamian Ganda. Berdasarkan
teori teori tersebut preeklampsia sering juga disebut“ Deseases Of Theory”
3. Manifestasi klinis
Tanda klinis utama dari preeklampsia adalah tekanan darah yang terus meningkat,
peningkatan tekanan darah mencapai 140/90 mm Hg atau lebih atau sering ditemukan
nilai tekanan darah yang tinggi dalam 2 kali pemeriksaan rutin yang terpisah. Selain
hipertensi, tanda klinis dan gejala lainnya dari preeklamsia adalah :
a. Tekanan darah sekurang-kurangnya 160 mmHg sistolik atau 110 mmHg diastolik
pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan lengan yang sama.
b. Trombositopenia : trombosit < 100.000 / mikroliter.
c. Nyeri di daerah epigastrik / regio kanan atas abdomen.
d. Edema Paru.
e. Didapatkan gejala neurologis : stroke, nyeri kepala, gangguan visus.
f. Oligohidramnion
Beberapa penelitian terbaru menunjukkan rendahnya hubungan antara kuantitas
protein urin terhadap luaran preeklampsia, sehingga kondisi protein urin masif ( lebih
dari 5 g) telah dieleminasi dari kriteria pemberatan preeklampsia (preeklampsia berat).
Kriteria terbaru tidak lagi mengkategorikan lagi preeklampsia ringan, dikarenakan
setiap preeklampsia merupakan kondisi yang berbahaya dan dapat mengakibatkan
23
peningkatan morbiditas dan mortalitas secara signifikan dalam waktu singkat (POGI,
2016).
4. Komplikasi
Komplikasi yang terberat dari preeklampsia adalah kematian ibu dan janin, namun
beberapa komplikasi yang dapat terjadi baik pada ibu maupun janin adalah sebagai
berikut (Marianti, 2017) :
a. Bagi Ibu
Sindrom HELLP (Haemolysis, elevated liver enzymes, and low platelet count),
adalah sindrom rusaknya sel darah merah, meningkatnya enzim liver, dan
rendahnya jumlah trombosit.
Eklamsia, preeklamsia bisa berkembang menjadi eklamsia yang ditandai dengan
kejang-kejang.
Penyakit kardiovaskular, risiko terkena penyakit yang berhubungan dengan fungsi
jantung dan pembuluh darah akan meningkat jika mempunyai riwayat preeklamsia.
Kegagalan organ, preeklamsia bisa menyebabkan disfungsi beberapa organ seperti,
paru, ginjal, dan hati.
Gangguan pembekuan darah, komplikasi yang timbul dapat berupa perdarahan
karena kurangnya protein yang diperlukan untuk pembekuan darah, atau
sebaliknya, terjadi penggumpalan darah yang menyebar karena protein tersebut
terlalu aktif.
Solusio plasenta, lepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum kelahiran dapat
mengakibatkan perdarahan serius dan kerusakan plasenta, yang akan
membahayakan keselamatan wanita hamil dan janin.
Stroke hemoragik, kondisi ini ditandai dengan pecahnya pembuluh darah otak
akibat tingginya tekanan di dalam pembuluh tersebut. Ketika seseorang mengalami
perdarahan di otak, sel-sel otak akan mengalami kerusakan karena adanya
penekanan dari gumpalan darah, dan juga karena tidak mendapatkan pasokan
oksigen akibat terputusnya aliran darah, kondisi inilah yang menyebabkan
kerusakan otak atau bahkan kematian.
b. Bagi Janin
Prematuritas.
Kematian Janin.
Terhambatnya pertumbuhan janin.
24
Asfiksia Neonatorum.
5. Pencegahan
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda-tanda dini pre-
eklamsia berat, dan dalam hal ini itu harusd dilakukan penanganan semestinya. Kita
perlu lebih waspada akan timbulnya preeklampsia dengan adanya faktor – faktor
predisposisi seperti yang telah diuraikan di atas. Walaupun timbulnya preeklamsia tidak
dapat di cegah sepenuhnya, namun frekuensiya dapat dikurangi dengan pemberian
penerangan secukupnya, namun frekuensinya dapat di kurangi dengan pemberian
penerangan secukupnya dan pelaksanaan pengawasannya yang baik pada wanita
pelaksanaan pengawasannya yang baik pada wanita hamil.
Manfaat istirahat dan mil
Manfaat istirahat dan diet berguna dalam pencegahannya.
Istirahat tidak selalu berarti berbaring di tempat tidur, namun pekerja sehari – hari
perlu dikurangi, dan dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring. banyak duduk
dan berbaring.
Diet tinggi
Diet tinggi protein dan protein dan rendah lemak, rendah lemak, karbohidrat,
karbohidrat, garam dan penambah berat badan yang tidak berlebihan perlu
dianjurkan.
Mengenal secara dini preeklamsia dan segera merawat penderita tanpa memberikan
diuretika dan obat antihipertensif, memang merupakan kemajuan yang penting dari
pemeriksaan antenatal yang baik. (Prawirohardjo, S. (2015).
6. Penatalaksana
Menurut (Pratiwi, 2017) penatalaksanaan pada preeklampsi adalah sebagai berikut :
a. Tirah Baring miring ke satu posisi.
b. Monitor tanda-tanda vital, refleks dan DJJ.
c. Diet tinggi kalori, tinggi protein, rendah karbohidrat lemak dan garam.
d. Pemenuhan kebutuhan cairan : Jika jumlah urine < 30 ml/jam pemberian cairan infus
Ringer Laktat 60-125 ml/jam.
e. Pemberian obat-obatan sedative, anti hypertensi dan diuretik.
f. Monitor keadaan janin ( Aminoscopy, Ultrasografi).
g. Monitor tanda-tanda kelahiran persiapan kelahiran dengan induksi partus pada usia
kehamilan diatas 37 minggu.
25
b. Menunjukkan penerimaan
Menerima bukan berarti menyetujui, melainkan mendengarkan orang lain tanpa
menunjukkan sikap ragu atau penolakan. Dalam hal ini sebaiknya perawat tidak
menunjukkan ekspresi wajah yang menunjukkan ketidaksetujuan atau penolakan.
Selama klien berbicara sebaiknya perawat tidak menyela atau membantah. Untuk
menunjukkan sikap penerimaan sebaiknya perawat menganggukkan kepala dalam
merespon pembicaraan klien
c. Mengulang Pernyataan Klien
Dengan mengulang pernyataan klien, perawat memberikan umpan balik sehingga
klien mengetahui bahwa pesannya mendapat respon dan berharap komunikasi dapat
berlanjut. Mengulang pokok pikiran klien menunjukkan indikasi bahwa perawat
mengikuti pembicaraan klien
d. Klarifikasi
Apabila terjadi kesalahpahaman, perawat perlu menghentikan pembicaraan untuk
meminta penjelasan dengan menyamakan pengertian. Ini berkaitan dengan pentingnya
informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan. Klarifikasi diperlukan untuk
memperoleh kejelasan dan kesamaan ide, perasaan, dan persepsi
e. Menyampaikan Hasil Pengamatan
Perawat perlu menyampaikan hasil pengamatan terhadap klien untuk mengetahui
bahwa pesan dapat tersampaikan dengan baik. Perawat menjelaskan kesan yang
didapat dari isyarat nonverbal yang dilakukan oleh klien. Dengan demikian akan
menjadikan klien berkomunikasi dengan lebih baik dan terfokus pada permasalahan
yang sedang dibicarakan
4. Peran dan Fungsi Advokasi Perawat Gawat Darurat
Advokasi adalah tindakan membela hak-hak pasien dan bertindak atas nama
pasien. Perawat mempunyai kewajiban untuk menjamin diterimanya hak-hak pasien.
Perawat harus membela pasien apabila haknya terabaikan (Vaartio, 2005; Blais, 2007).
Advokasi juga mempunyai arti tindakan melindungi, berbicara atau bertindak untuk
kepentingan klien dan perlindungan kesejahteraan (Vaartio, 2005). Seringkali pasien
mengalami ketakutan dan kecemasan berlebihan terhadap penyakitnya. Perawat atau tim
kesehatan lain seharusnya dapat memberikan saran mengenai pengobatan dan proses
kesembuhannya.
Peran perawat sebagai advokat adalah perawat sebagai pelindung hak-hak klien.
Adapun tugas instalasi gawat darurat adalah menyelenggarakan pelayanan asuhan medis
27
dan asuhan keperawatan serta pelayanan pembedahan darurat bagi pasien yang datang
dengan gawat darurat medis (Depkes R.I. 2006). Dalam memberikan perawatan gawat
darurat perawat dituntut untuk berpikir kritis dan bertindak cepat dengan
mempertimbangkan perannya sebagai advokat atau pelindung. Sebagai pelindung,
perawat harus membantu mempertahankan lingkungan yang aman bagi pasien dalam
pengambilan tindakan untuk mencegah dari kemungkianan efek yang tidak diinginkan.
Misalnya memastikan pasien tidak memiliki alergi terhadap obat yang diberikan (Potter
& Perry, 2005)
Perawat sebagai advokat berperan melindungi hak klien dan membantu
menyatakan hak-haknya. Contohnya perawat memberikan informasi tambahan untuk
membantu klien dalam mengambil keputusan atas tindakan keperawatan yang diberikan.
Selain itu perawat juga melindungi hak-hak klien dengan menolak tindakan yang dapat
membahayakan klien. (Kusnanto, 2004) Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa perawat mempunyai peran yang sangat penting dalam pelayanan gawat darurat
salah satunya adalah perannya sebagai advokat atau pelindung. Peranan ini berfungsi
untuk melindungi dan mempertahankan hak-hak yang dimiliki klien.
Salah satu peran perawat profesional adalah bertindak sebagai advokat pasien.
Perawat adalah satu-satunya profesi yang selalu berada di samping pasien yang
mempunyai kesempatan besar untuk melakukan advokasi kepada pasien (Nicoll, 2012).
a. Definisi Peran Advokasi Perawat
Informan mengatakan advokasi didefinisikan sebagai tindakan perawat dalam
memberikan saran tentang pengobatan dan proses kesembuhan. Informan mengatakan
advokasi didefinisikan sebagai pembelaan kepada pasien dalam hal ekonomi,
kenyamanan dan lingkungan. Informan mengatakan advokasi didefinisikan sebagai
perlindungan kepada pasien dalam hal kesehatan, tentang cara hidup sehat dan biaya.
b.Pelaksanaan Tindakan Peran Advokasi Perawat
Advokasi dilakukan dengan memberikan informasi tentang diagnose, diit, latihan, dan
penyembuhan. Seluruh informan mengatakan advokasi dilakukan dengan menjadi
penghubung antara pasien dengan tim kesehatan lain seperti dokter atau ahli gizi. Satu
dari lima informan mengatakan advokasi dilakukan dengan melindungi pasien dari
tindakan berbahaya.
c. Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanan Peran Advokasi
Faktor yang menghambat terlaksananya peran advokasi perawat yaitu kepemimpinan
dokter. Faktor yang menghambat terlaksananya peran advokasi perawat yaitu
28
A. Kesimpulan
Istilah kegawatan dan kegawatdaruratan adalah suatu keadaan yang serius,
yang harus mendapatkan pertolongan segera. Bila terlambat atau terlantar akan
berakibat buruk, baik memburuknya penyakit atau kematian. Kegawatan atau
kegawatdaruratan dalam kebidanan adalah kegawatan atau kegawatdaruratan yang
terjadi pada wanita hamil, melahirkan atau nifas.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini, semoga dapat digunakan sebagai pedoman bagi
pembaca. Selain itu diharapkan pembaca dapat mengaplikasikan dan mengembang
pemahaman yang sudah ada dan menerapkannya dalam kehidupan sebagai perawat
yang professional.
DAFTAR PUSTAKA
Adzanri. (2018, Maret 26). Peran Advokasi Perawat dalam Pelayanan Kesehatan dan
Pelayanan Gawat Darurat. Retrieved from Adzani.com:
https://www.adzar.com/2018/03/peran-advokasi-perawat-dalam-pelayanan-html?m=1
Afidah, E. N., & Sulisno, M. (2013). Gambaran Pelaksanaan Peran Advokat Perawat Di
Rumah Sakit Negeri di Kabupaten Semarang. Jurnal Manajemen Keperawatan, 1(2),
124-130.
Arif, M. (2020). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius.
Asman, A. (2022). Konsep Dasar Keperawatan Gawat Darurat dan Manejemen Bencana.
Jawa Barat: Perkumpulan Rumah Cemerlang Indonesia.
Aziz. (2021, Oktober 10). Peran dan Fungsi Perawat sebagai Tenaga Kesehatan
Professional. Retrieved from Nerslicious: https://www.nercilicious.com/peran-fungsi-
perawat/
Dwi, S. &. (2012). Hubungan Obesitas terhadap Pre-Eklamsia pada Kehamilan di RSU Haji
Surabaya. Jurnal Kebidanan, 1(2), 21-24.
Mustika, M. (2019). Manajemen Asuhan Keperawatan Gawat Darurat pada Ny. H dengan
Diagnosa Medis Pre-Eklamsia Berat di IGD Obgyn RSUP Wahidin Sudirohusodo
Makassar. Makassar: STIKES Panakukang.
Pulungan, P. W. (2020). Ilmu Obstetri dan Ginekologi untuk Kebidanan. Sumatera Utara:
Yayasan Kita Menulis.
Rohman, S. (2020, Juni 23). Academia.edu. Retrieved from Komunikasi Terapeutik dalam
Keadaan Gawat Darurat:
https://www.academia.edu/42101963/komunikasi_Terapeutik_dalam_keadaan_Gawat
_Darurat
Diakses pada tanggal 1 Maret 2022 pukul 22.08
Suprapti, D. S. (2016). Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal. Jakarta
Selatan: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.