Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

SIMRS
Laporan 10 Penyakit Terbanyak Di RSUD R. Syamsudin SH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Sistem Informasi Keperawatan


Dosen Pengampu: Deden Herlan Suangsa, M.KM

Disusun Oleh:
M Irsal Fauji (C1AA19050)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
2022

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah yang maha kuasa karena atas limpahan rahmat dan hidayahnya lah
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Makalah SIMRS “Laporan 10
Penyakit Terbanyak Di RSUD R. Syamsudin SH”. untuk memenuhi salah satu tugas
Keperawatan system informasi keperawayan dengan tepat sesuai dengan batas waktu yang
ditentukan, walaupun makalah ini masih sederhana.
Dalam pembuatan makalah ini, kami tidak luput dari berabagai macam kendala. Namun
berkat ketabahan dan kerja keras yang di iringi dengan doa yang tulus kepada Allah SWT.
Kendala tersebut sedikit demi sedikit dapat kami atasi.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih ada beberapa kekurangan
dan kesalahan, maka dari itu kami mengharapkan saran dan kritiknya untuk menambah wawasan
dan pengetahuan dalam penulisan hal semacam ini di masa-masa yang akan datang. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Sukabumi, 22 Desember 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................2
C. Tujuan................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................6

A. Pengertian Sistem Informasi Manajemen (SIMRS)..........................6


B. Peran system informasi manajemen rumah sakit………………...…7
C. Pertimbangan dalam membangun SIMRS.........................................9
D. Kebutuhan sistem...............................................................................10
E. Kemampuan sistem............................................................................11
F. Faktor keberhasilan SIMRS...............................................................11
G. Sistem informasi manajemen keperawatan di RS..............................12

BAB III TABEL............................................................................................13

A. Tabel 1: 10 besar penyakit rawat inap Januari 2021 .........................


B. Tabel 2: 10 besar penyakit rawat inap Februari 2021........................
C. Tabel 3: 10 besar penyakit rawat inap Maret 2021............................
D. Tabel 4: 10 besar penyakit rawat inap April 2021.............................
E. Tabel 5: 10 besar penyakit rawat inap Juni 2021...............................
F. Tabel 6: 10 besar penyakit rawat inap Juli 2021................................
G. Tabel 7: 10 besar penyakit rawat inap Agustus 2021........................
H. Tabel 8: 10 besar penyakit rawat inap September 2021....................
I. Tabel 9: 10 besar penyakit rawat inap Oktober 2021........................
J. Tabel 10: 10 besar penyakit rawat inap November 2021..................
K. Tabel 11: 10 besar penyakit rawat inap Desember 2021...................
BAB IV PENUTUP.......................................................................................23

A. Kesimpulan........................................................................................23
B. Saran..................................................................................................23

DAFTAR PSUTAKA………………………………………………………24
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dengan memberdayakan
berbagai kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani
masalah medik untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik. Teknologi
informasi memiliki peran penting dalam pelayanan kesehatan saat ini. Dimana kualitas
pengolahan informasi merupakan faktor penting bagi keberhasilan institusi pelayanan
kesehatan. Sistem informasi yang baik dapat mendukung alur kerja klinis dengan
berbagai cara yang akan memberikan kontribusi untuk perawatan pasien yang lebih baik.
Sistem informasi mempunyai 3 peranan penting dalam mendukung proses pelayanan
kesehatan, yaitu: mendukung proses dan operasi pelayanan kesehatan, mendukung
pengambilan keputusan staf dan manajamen serta mendukung berbagai strategi untuk
keunggulan kompetitif.
Di era informasi ini, rumah sakit dituntut untuk meningkatkan kinerja dan daya
saing sebagai badan usaha dengan tidak mengurangi misi sosial yang diembannya.
Rumah sakit harus merumuskan kebijakan-kebijakan strategis pada internal
organisasi, manajemen,dan SDMnya serta harus mampu secara cepat dan tepat
mengambil keputusan untuk peningkatan kualitas pelayanan kesehatan kepada
masyarakat luas agar dapat menjadi organisasi yang responsif, inovatif, efektif,efisien
dan tentu saja menguntungkan bagi pemilik modal dengan tidak mengabaikan misi
sosialnya.Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit adalah sebuah sistem komputer
yang memproses dan mengintegrasikan seluruh alur proses bisnis layanan kesehatan
dalam bentuk jaringan koordinasi, pelaporan dan prosedur administrasi untuk
memperoleh informasi secara cepat, tepat dan akurat. Saat ini Sistim Informasi
Manajemen (SIM) berbasis komputer rumah sakit (SIMRS) merupakan sarana
pendukung yang sangat penting, bahkan bisa dikatakan mutlak untuk mendukung
pengelolaan operasional rumah sakit Berbagai rumah sakit yang masih tetap bertahan
menggunakan sistim administrasi konvensional telah menunjukan banyaknya kehilangan
kesempatan memperoleh laba akibat dari lemahnya koordinasi antar departemen maupun
kurangnya dukungan informasi yang cepat, tepat, akurat, dan terintegrasi. Hal ini tentu
saja akan mempengaruhi kualitas layanan yang diberikan kepada para pemangku
kepentingan khususnya pasien.
Rumah sakit ini umumnya tertinggal dalam persaingan dengan rumah sakit yang
menggunakan SIMRS. Sebagai contoh, pada system administrasi konvensional,
pencatatan biaya perawatan dibagian keuangan dikumpulkan secara bertingkat mulai dari
bangsal, bangsal belum dapat membuat perhitungan biaya karena menunggu informasi
harga obat yang diberikan kepada pasien dari apotik, bangsal juga menunggu informasi
catatan biaya dari laboratorium, seandainya ada jaminan uang yang dibayarkan ke kasir
juga harus menunggu keabsahan data tersebut, demikian seterusnya sehingga pasien yang
akan melakukan pembayaran di akhir perawatan harus menunggu untuk waktu yang
cukup lama. Belum lagi ada unsur subyektifitas penghitungan yang dilakukan oleh
masing-masing bangsal/ruangan karena ada rumah sakit yang memberi wewenang
kapada kepala ruangan untuk mengestimasi sendiri tingkat kemampuan pasien dan berapa
tindakan perawatan ataupun obat-obatan yang tidak ditagihkan kepasien.Kondisi
pemberian potongan di masing-masing ruangan ini jelas akan menimbulkan akibatyang
kurang baik, dimana pendapatan rumah sakit menjadi berkurang dan insentif untuk jasa
medisdipotong secara sepihak yang pada akhirnya akan menimbulkan standar ganda
perawatan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian Sistem Informasi Manajemen (SIMRS)?
2. Bagaiman Peran system informasi manajemen rumah sakit (SIMRS)?
3. Bagaimana Pertimbangan dalam membangun SIMRS?
4. Bagaimana Kebutuhan system?
5. Bagaimana Kemampuan system?
6. Bagaimana Faktor keberhasilan SIMRS?
7. Bagaimana Sistem informasi manajemen keperawatan di RS?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui Apa Pengertian Sistem Informasi Manajemen (SIMRS)
2. Untuk mengetahui Bagaiman Peran system informasi manajemen rumah sakit
(SIMRS)
3. Untuk mengetahui Bagaimana Pertimbangan dalam membangun SIMRS
4. Untuk mengetahui Bagaimana Kebutuhan system
5. Untuk mengetahui Bagaimana Kemampuan system
6. Untuk mengetahui Bagaimana Faktor keberhasilan SIMRS
7. Untuk mengetahui Bagaimana Sistem informasi manajemen keperawatan di RS
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem informasi manajemen (SIM)


Sistem informasi manajemen (SIM) adalah rangkaian kegiatan atau komponen
pengumpulan data yang satu sama lain berkaitan dalam mengolah data kemudian diproses
menjadi informasi yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan yang akurat, cepat dan
bermutu (Hafizurachman, 2000). Sistem Informasi Keperawatan merupakan sistem yang
menggunakan komputer untuk memproses data keperawatan menjadi satu bentuk
informasi yang mampu menunjang aktivitas/fungsi perawat.
Tenaga perawat sebagai salah satu tenaga yang mempunyai kontribusi besar bagi
pelayanan kesehatan, mempunyai peranan penting untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan. Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, seorang perawat harus
mampu melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar, yaitu dari mulai pengkajian
sampai dengan evaluasi dan yang sangat penting adalah disertai dengan sistem
pendokumentasian yang baik. Namun pada realitanya di lapangan, asuhan keperawatan
yang dilakukan belum disertai dengan sistem pendokumentasian yang baik, sehingga
perawat mempunyai potensi yang besar terhadap proses terjadinya kelalaian dalam
praktek. Dengan adanya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, maka sangat
dimungkinkan bagi perawat untuk memiliki sistem pendokumentasian asuhan
keperawatan yang lebih baik dengan menggunakan Sistem Informasi Manajemen.
Kelompok ad hoc the Nursing Information systems National Study Group (1982) di
USA menghasilkan konsep Sistem Informasi Keperawatan: "Suatu sistem komputer yang
digunakan untuk membantu dalam administrasi pelayanan keperawatan, pemindahan
pasien dan mendukung pendidikan dan penelitian keperawatan". Sistem Informasi
Keperawatan merupakan sistem yang menggunakan komputer untuk memproses data
keperawatan menjadi satu bentuk informasi yang mampu menunjang aktivitas/fungsi
perawat.

B. Peran Sistem Informasi Manjamen Rumah Sakit (SIMRS)


Pengelolaan data Rumah Sakit sesungguhnya cukup besar dan kompleks, baik data
medispasien maupun data-data administrasi yang dimiliki oleh rumah Sakit sehingga bila
dikelola secarakonvensional tanpa bantuan SIMRS akan mengakibatkan beberapa hal
berikut:
a) Redudansi Data
Pencatatan data medis yang sama dapat terjadi berulang-ulang sehingga menyebabkan
duplikasi data dan ini berakibat membengkaknya kapasitas penyimpanan data.
Pelayanan menjadi lambat karena proses retrieving (pengambilan ulang) data lambat
akibat banyaknyatumpukanberkas.
b) Unintegrated Data
Penyimpanan dan pengelolaan data yang tidak terintegrasi menyebabkan data tidak
sinkron, informasi pada masing-masing bagian mempunyai asumsi yang berbeda-beda
sesuai dengan kebutuhan masing-masing unit/Instalasi.
c) Out of dateInformation
Dikarenakan dalam penyusunan informasi harus direkap secara manual maka penyajian
informasi menjadi terlambat dan kurang dapat dipercaya kebenarannya
d)  Human Error 
Kelemahan manusia adalah kelelahan, ketelitian dan kejenuhan hal ini berakibat sering
terjadi kesalahan dalam proses pencatatan dan pengolahan data yang dilakukan secara
manualterlebih lagi jika jumlah data yang dicatat atau di olah sangatlahbesar. Pemasukan
data yang tidak sinkron untuk pasien atau barang yang sama tentu sajaakan meyulitkan
pengolahan data dan tidak jarang berdampak pada kerugian materi yangtidak sedikit bagi
rumah sakit.
Dengan bantuan SIMRS kelemahan diatas dapat di kurangi bahkan dihindari. SIMRS
membuat fungsi dari bagian perawatan lebih dikonsentrasikan pada pelayanan
perawatan/jasa medis secara profesional, fungsi penagihan dilakukan oleh bagian
keuangan sedangkan pemberian potongan menjadi wewenang direksi. Para tenaga medis
tidak perlu memikirkan kemampuan finansial pasien dan tidak membeda-bedakan
pelayanan kepada pasien karena tenaga medis akan diberi insentif yang sama untuk
tindakan yang sama, tidak tergantung kepada siapa pelayanan medis tersebut diberikan.
Pola tersebut terbukti mempengaruhi secara positif kinerja para tenaga medis yang pada
akhirnya akan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit secara keseluruhan. Proses
entri data penggunaan tindakan medis di masukkan ke sistem komputer oleh operator dari
setiap unit yang terintegrasi dengan bagian keuangan sehingga data akan selalu
terbarukan halini menutup kemungkinan terjadinya manipulasi data disaat pasien akan
membayar biaya perawatan. Tanpa mengurangi misi sosial, pemberian diskon maupun
subsidi perawatan dapat dilakukan secara arif oleh direksi berdasarkan pertimbangan
posisi keuangan rumah sakit yang didapat dengan cepat dan tepat berdasarkan informasi
yang disajikan oleh sistem informasi. Kasus yang penulis contohkan diatas baru
merupakan sebagian dari kemampuan SIMRS yang terintegrasi, disamping keuntungan
lain seperti pencatatan rekam medis elektronik yang terintegrasi, kecepatan pelayanan
administratif, sistem kendali gudang yang baik, fungsi finansial yang efisien dan tepat,
pembuatan laporan-laporan baik keuangan dan perawatan dapat disajikan dengan cepat,
akurat dan bagus.

C. Pertimbangan dalam membangun SIMRS
Pembangunan SIMRS tidak boleh dilakukan secara parsial tetapi harus terintegrasi
dengan mempertimbangkan berbagai sudut. Kita harus melihat dari sudut administratif
yang mengelola data-data pasien, transaksi dsb, atau juga dari sisi pasien yang cenderung
mengutamakan pelayanan kesehatan. Pasien akan senang jika rumah sakit mampu
memberikan kemudahan mendaftar dan memilih dokter, menetapkan nomor antrian
dimana semua itu dapat dilakukan lewat telepon, SMS ataubahkan Internet. Pembayaran
biaya perawatan tidak harus tunai tetapi bisa dengan credit card atau debit card, dan
masih banyak lagi kemudahan layanan yang dapat disediakan oleh rumah sakit. Oleh
sebab itu dalam membangun SIMRS kita perlu mempertimbangkan banyak faktor
diantaranya adalah:
a. Kebutuhan Pasien
Harapan pasien dari sebuah pelayanan kesehatan adalah diberikannya layanan yang cepat,
nyaman dan berkualitas. Tingkat mobilitas pasien yang tinggi menuntut adanya
komunikasi dan pelayanan yang cepat antara pasien dan institusi kesehatan, yang
selanjutnya antara pasien dengan dokter. Pasien akan sangat tertolong bila sistem rumah
sakit mampu menyediakan kemudahan mendaftar ke dokter seperti lewat SMS, atau lewat
Website rumah sakit. Sesungguhnya bagi pasien alat komunikasi apa tidaklah penting
karena faktor kecepatan, kenyamanan serta kebenaran data yang didokumentasikan itulah
yang terpenting.
b. Kebutuhan Pengelola Rumah Sakit
Dari sudut pengelola rumah sakit tentu saja menginginkan sebuah sistem yang ideal,
istimewa, yang mampu mengelola semua transaksi yang ada secara akurat, efisien dan
cepat, sehingga tak ada kata ‘terlambat’ pada pembuatan laporan masing-masing unit
pelayanan medik karena setiap laporan akan tercetak otomatis dan terkirim secara
otomatis pula. Bilamana ini dapat terjadi dan sistem mampu mengelola dan
menyajikandata secara benar- benar, maka pengelola akan banyak diuntungkan, karena
banyak mengurangi beban kerja semua komponen di rumah sakit dan itu berarti efisiensi
(penghematan dana). Pengelola RS dapat mengalokasikan penghematan dana tersebut
untuk pengembangan SDM, pengembangan fasilitas rumah sakit dan peningkatan
kesejahteraan karyawan.
c. Kemampuan Pengembang
Banyak pengembang yang menawarkan berbagai macam solusi untuk kebutuhansistem
informasi rumah sakit. Dari perorangan sampai yang bermain dibelakang badanusaha
(CV/ PT). Pengelola rumah sakit harus jeli dalam memilih pengembang SIMRS. Banyak
pengembang yang memiliki kelemahan ‘belum mengetahui kondisi rumahsakit’ itu
sendiri. Oleh karena kebanyakan pengembang lebih dulu menguasai komputerdaripada
sistem rumah sakit. Untuk itu perlu adanya penghubung antara pihak pengembang dan
rumah sakit yaitu mediator yang sering disebut sebagai ‘System Analyst’.
Orang ini tahu tentang rumah sakit dan sistem yang akan dibuat. Seorang system
analyst  tidak harus ahli komputer, yang penting orang tersebut cukup tahu tentang
administrasi rumah sakit dan sedikit banyak tahu tentang sistem komputer, sehingga tidak
menutup kemungkinan dia adalah seorang dokter ataupun perawat.
D. Kebutuhan sistem
Dalam membangun sistem, hal yang sangat penting adalah tahapan desain sistem.
Tahapan ini dapat memakan waktu yang lama, karena pengembang harus tahu sejalas-
jelasnya apa yang dibutuhkan oleh rumah sakit. Komunikasi yang intensif disini perlu
dijaga antara kedua pihak (pihak rumah sakit dan pengembang sistem) sehingga rumah
sakit dapat menjelaskan secara gamblang apa yang mereka inginkan dan memberikan
secara detil apa yang mereka harapkan dan ini harus dipahami oleh pengembang.
Batasan-batasan-pun perlu dibahas antara keduanya supaya jangan sampai menimbulkan
repudiasi (ketidaksepakatan) karena adanya perbedaan persepsi terhadap cakupan sistem
yang dibangun dan baru diketahui pada saat sistem selesai dan akan di implementasikan.

E. Kemampuan Sistem
SIMRS yang ideal tentu harus dapat mengurangi beban kerja masing-masing unit
pelayanan. Secara global diharapkan kemampuan sistem dapat digambarkan sebagai
berikut:
a. Dapat mengurangi beban kerja berbagai unit, terutama unit rekam medis dalam
‘menangani’ berkas rekam medis. Unit rekam medis merupakan unit yang paling
sibuk dengan banyaknya berkas medis pasien. Kegiatan yang dilakukan mulai dari
proses coding, indexing, assembling, filing dll, semua dikelola di unit ini. Dengan
adanya SIMRS maka bagian inilah yang pertama untuk di migrasikan menjadi rekam
medis elektronik (RME). Sehingga semua proses diatas dilakukan secara otomatis
dengan komputer.
b. Dapat mengurangi pemakaian kertas (paperless). Dengan adanya sistem ini, maka
sudah seharusnya pemakaian kertas dapat dikurangi dan bila perlu dihilangkan.
Sistem ini harus mampu memangkas pemakaian kertas seperti:
• Lembar-lembar rekam medis yang tidak berhubugan dengan masalah autentikasi
atauaspek hukum.
• Laporan masing-masing unit pelayanan (semua laporan sudah terekap oleh sistem).
•Rekap Laporan yang dikirim ke dinas kesehatan.
c. Dapat mendukung pengambilan keputusan bagi para direktur dan manajer rumah sakit
karena sistem mampu menyediakan informasi yang cepat, akurat serta akuntabel.
Untuk keperluan ini sistem harus mampu menyediakan laporan yang bersifat
executive summary bagi mereka.
F. Faktor keberhasilan SIMRS

Bilamana pihak pengelola rumah sakit ingin agar SIMRS yang dibangun dapat
berhasildiaplikasikan dengan baik di rumah sakit, maka hal-hal berikut ini harus
diperhatikan:

a. Development Master Plan, cetak biru pembangunan harus dirancang dengan baik
mulai dari survei awal hingga berakhirnya implementasi, yang perlu diperhatikan
adalah terlibatnya faktor pengalaman dalam membangun pekerjaan yang sama, serta
peran serta semua bagian dalam organisasi dalam mensukseskan Sistem Informasi
Manajemen yang akan dibangun, master plan ini yang akan menjadi acuan pembuatan
sebuah sistem untuk jangka waktu tidak terbatas.
b. Integrated, dengan integrasi antar semua bagian organisasi menjadi satu kesatuan,
akan membuat sistem berjalan dengan efisien dan efektif sehingga kendala-kendala
seperti redudansi, re-entry dan ketidak konsistenan data dapat dihindarkan, dengan
harapan pengguna sistem memperoleh manfaat yang dapat dirasakan secara langsung,
perubahan pola kerja dari manual ke komputer akan menimbulkan efek baik dan
buruk bagi seorang tenaga medis.
c. Development Team, tim yang membangun Sistem Informasi Manajemen harus ahli
dan berpengalaman di bidangnya, beberapa bidang ilmu yang harus ada dalam
membangun sebuah Sistem Informasi Manajemen yang baik adalah: Manajemen
Informasi, Teknik Informatika, Teknik Komputer. Tim ini perlu juga melibatkan para
dokter, perawat, staf administrasi, manajer, dan jika ada tentu saja orang-orang yang
mengerti tentang system informasi manajeman khususnya rumah sakit.
d. Teknologi Informasi, ketepatan dalam memilih Teknologi Informasi sangat penting
dalam pembangunan, komponen-komponen Teknologi Informasi secara umum adalah
Perangkat Keras (Hardware), Perangkat Lunak (Software) dan Jaringan (Network).
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih teknologi adalah:
• Price, harga sesuai dengan Teknologi Informasi yang didapat
• Performance, diukur dari kemampuan, kapasitas dan kecepatan Teknologi Informasi
menangani proses maupun penampungan data
• Flexibility, kemampuan Teknologi Informasi saling beradaptasi dan kemudahan
pengembangan di masa yang akan datang
• Survivability, berapa lama Teknologi Informasi mendapatkan dukungan dari vendor
maupun pasar, perlu dipertimbangkan untuk tidak membangun sistem yang hanya
bergantung pada satu vendor tertentu saja.
e. Perubahan budaya kerja dari manual ke otomasi. Perubahan budaya ini tidak mudah
dilakukan, bahkan tidak jarang justru mengganggu proses migrasi dari manual ke
otomatis berbasis komputer. Meninggalkan kebiasaan kerja yang sudah mendarah
daging (“zonanyaman” bekerja) dan sedia belajar untuk meyesuaikan diri dengan
sistem yang baru, bukanlah hal yang mudah. Kadang-kadang diperlukan keberanian,
ketegasan dan kesepakatan bersama antara pimpinan dan karyawan.

G. Sistem Informasi Manajemen Keperawatan Di RS


Pihak manajemen rumah sakit masih memandang SIM keperawatan belum menjadi suatu
prioritas utama untuk diaplikasikan karena salah satu penyebabnya adalah membutuhkan
biaya yang cukup besar, masih belum memilki pemahaman yang baik tentang dampak
apabila program ini diberlakukan terhadap kualitas pelayanan keperawatan dan rumah
sakit secara umum, adanya pemikiran bahwa pekerjaan perawat tidak memerlukan
bantuan teknologi/alat yang canggih. Pihak manajemen juga masih khawatir tentang
kemampuan SDM keperawatan dalam pemanfaatan tekonolgi ini. Selain itu, masih
banyak perawat yang tidak mengenal apa sistem informasi manajemen keperawatan yang
berbasis komputer tersebut. Kondisi ini karena sangat bervariasinya tingkat pendidikan
keperawatan.
BAB III
Laporan 10 Penyakit Terbanyak Di RSUD R. Syamsudin SH

Laporan 10 Penyakit Terbanyak Di RSUD R. Syamsudin SH

- Tabel
Tabel 1: 10 besar penyakit rawat inap januari 2021

32prop
160

140

120

100

80
139
60

40
65
52
20
13 9
0
Pasien Keluar Pasien Keluar Pasien Keluar Mati Pasien Keluar Mati Total All
hidup Menurut hidup Menurut Menurut JK LK Menurut JK PR
jenis Kelamin LK jenis Kelamin PR

Interpretasi: Berdasarkan laporan 10 penyakit di ruang rawat inap pada bulan januari 2021
sebagian besar pasien menderita penyakit coronavirus infection sebanyak 139, dan sebagian
kecil penyakit di ruang rawat inap pada bulan januari 2021 yaitu penyakit chronic renal failure
yaitu sebanyak 18 pasien.

Tabel 2: 10 besar penyakit rawat inap februari 2021


Interpretasi: Berdasarkan laporan 10 penyakit di ruang rawat inap pada bulan februari 2021
sebagian besar pasien menderita penyakit coronavirus infection sebanyak 87, dan sebagian kecil
penyakit di ruang rawat inap pada bulan februari 2021 yaitu penyakit atherosclerotic heart
disease yaitu sebanyak 16 pasien.

Tabel 3: 10 besar penyakit rawat inap Maret 2021

Interpretasi: Berdasarkan laporan 10 penyakit di ruang rawat inap pada bulan maret 2021
sebagian besar pasien menderita penyakit coronavirus infection sebanyak 103 pasien, dan
sebagian kecil penyakit di ruang rawat inap pada bulan maret 2021 yaitu penyakit angina
pectoris yaitu sebanyak 12 pasien.

Tabel 4: 10 besar penyakit rawat inap april 2021


Interpretasi: Berdasarkan laporan 10 penyakit di ruang rawat inap pada bulan april 2021
sebagian besar pasien menderita penyakit coronavirus infection sebanyak 159 pasien, dan
sebagian kecil penyakit di ruang rawat inap pada bulan april 2021 yaitu penyakit hebephrenic
schizophrenia yaitu sebanyak 22 pasien.

Tabel 5: 10 besar penyakit rawat inap juni 2021

Interpretasi: Berdasarkan laporan 10 penyakit di ruang rawat inap pada bulan juni 2021
sebagian besar pasien menderita penyakit Coronavirus infection sebanyak 164 pasien, dan
sebagian kecil penyakit di ruang rawat inap pada bulan juni 2021 yaitu penyakit Gastro-
oesophageal reflux disease without oesophagit yaitu sebanyak 21 pasien.

Tabel 6: 10 besar penyakit rawat inap juli 2021

Interpretasi: Berdasarkan laporan 10 penyakit di ruang rawat inap pada bulan juli 2021
sebagian besar pasien menderita penyakit Coronavirus infection sebanyak 478 pasien, dan
sebagian kecil penyakit di ruang rawat inap pada bulan juli 2021 yaitu penyakit Transient
tachypnea of newborn yaitu sebanyak 14 pasien.

Tabel 7: 10 besar penyakit rawat inap agustus 2021


Interpretasi: Berdasarkan laporan 10 penyakit di ruang rawat inap pada bulan Agustus 2021
sebagian besar pasien menderita penyakit Coronavirus infection sebanyak 241 pasien, dan
sebagian kecil penyakit di ruang rawat inap pada bulan agustus 2021 yaitu penyakit Hebephrenic
schizophrenia yaitu sebanyak 15 pasien.

Tabel 8: 10 besar penyakit rawat inap september 2021

Interpretasi: Berdasarkan laporan 10 penyakit di ruang rawat inap pada bulan September 2021
sebagian besar pasien menderita penyakit Coronavirus infection sebanyak 85 pasien, dan
sebagian kecil penyakit di ruang rawat inap pada bulan september 2021 yaitu penyakit Dengue
haemorrhagic fever yaitu sebanyak 19 pasien.

Tabel 9: 10 besar penyakit rawat inap oktober 2021

Interpretasi: Berdasarkan laporan 10 penyakit di ruang rawat inap pada bulan Oktober 2021
sebagian besar pasien menderita penyakit Coronavirus infection sebanyak 72 pasien, dan
sebagian kecil penyakit di ruang rawat inap pada bulan september 2021 yaitu penyakit Acute
myocardial infarction yaitu sebanyak 21 pasien.

Tabel 10: 10 besar penyakit rawat inap november 2021


Interpretasi: Berdasarkan laporan 10 penyakit di ruang rawat inap pada bulan November 2021
sebagian besar pasien menderita penyakit Coronavirus infection sebanyak 89 pasien, dan
sebagian kecil penyakit di ruang rawat inap pada bulan september 2021 yaitu penyakit Non-
insulin-dependent diabetes mellitus without complications yaitu sebanyak 25 pasien.

Tabel 11: 10 besar penyakit rawat inap desember 2021

Interpretasi: Berdasarkan laporan 10 penyakit di ruang rawat inap pada bulan Desember 2021
sebagian besar pasien menderita penyakit Coronavirus infection sebanyak 141 pasien, dan
sebagian kecil penyakit di ruang rawat inap pada bulan september 2021 yaitu penyakit
Pneumonia, unspecified yaitu sebanyak 23 pasien.
BAB IV
KESIMPULAN

A. KESIMPULAN
Sistem informasi manajemen (SIM) adalah rangkaian kegiatan atau komponen pengumpulan data yang satu sama lain
berkaitan dalam mengolah data kemudian diproses menjadi informasi yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan yang
akurat, cepat dan bermutu (Hafizurachman, 2000). Sistem Informasi Keperawatan merupakan sistem yang menggunakan
komputer untuk memproses data keperawatan menjadi satu bentuk informasi yang mampu menunjang aktivitas/fungsi perawat.

B. SARAN
Variasi SIMRS yang ada perlu dioptimalkan untuk fungsi klinis dan mendukung pelayanan pasien secara komprehensif. Untuk
mencapai hal tersebut, dukungan SDM yang kompeten di rumah sakit dan penggunaan standar yang digunakan secara nasional
dalam pengembangan SIMRS sangat diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA

Ammenwerth E, Ehlers F, Hirsch B, Gratl G. HIS-Monitor: an approach to assess the quality of information processing in
hospitals. International journal of medical informatics [Internet]. 2006;76(2-3):216--25. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16777476 O. Brien J. Introduction to information Systems. The McRraw-Hill
Companies. Inc., editor. 2005.
Winter AF, Ammenwerth E, Bott OJ, Brigl B, Buchauer A, Grber S, et al. Strategic information management plans: the basis for
systematic information management in hospitals. International Journal of Medical Informatics [Internet]. 2001;64(2-
3):99--109. Available from: http://www.sciencedirect.com/science/article/B6T7S-44CNRWH
1/2/947b2fc59fe5c871f5377a5076fab54c
Kaelber DC, Bates DW. Health information exchange and patient safety. Journal of biomedical informatics [Internet]. 2007 Dec
[cited 2012 May 25];40(6 Suppl): S40--5. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17950041
Frisse ME, Holmes RL. Estimated financial savings associated with health information exchange and ambulatory care referral.
Journal of Biomedical Informatics [Internet]. 2007;40(6, Supplement): S27--32. Available from:
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1532046407000883
Garg AX, Adhikari NKJ, McDonald H, Rosas-Arellano MP, Devereaux PJ, Beyene J, et al. Effects of Computerized Clinical
Decision Support Systems on Practitioner Performance and Patient Outcomes: A Systematic Review. JAMA [Internet].
2005;293(10):1223--38. Available from: http://jama.amaassn.org/cgi/content/abstract/293/10/1223
Jha AK, DesRoches CM, Campbell EG, Donelan K, Rao SR, Ferris TG, et al. Use of electronic health records in U.S. hospitals.
The New England journal of medicine [Internet]. 2009 Apr 16;360(16):1628--38. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20798168
Yoon D, Chang B-C, Kang SW, Bae H, Park RW. Adoption of electronic health records in Korean tertiary teaching and general
hospitals. International journal of medical informatics [Internet]. Elsevier Ireland Ltd; 2012 Mar [cited 2012 Apr
26];81(3):196--203. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22206619
Lakin G. Electronic Medical Record Adoption Model (EMRAM) [Internet]. HIMSS Analytics Asia Pacific; 2012. Available
from: http://www.ithealthboard.health.nz/sites/all/files/EMRAM ppt_v3.pdf
Lundberg C, Brokel JM, Bulechek GM, Butcher HK, Martin KS, Moorhead S, et al. Selecting a standardized terminology for
the electronic health record that reveals the impact of nursing on patient care. Nursing. 2008;
Kim HS, Cho H, Lee IK. Development of an electronic claim system based on an integrated electronic health record platform to
guarantee interoperability. Healthcare informatics research [Internet]. 2011 Jun [cited 2013 Mar 23];17(2):101--10.
Available from: http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?
artid=3155167&tool=pmcentrez&rendertype=abstra ct
I Wayan Simri Wicaksana. Info Askes Buletin Bulanan PT ASKES (Persero). 2009 Jun;
Adler K, Corbet LA, Griskewicz MP, Jantos LD, Kanvik S, Lamar M. Key Issues in EHR Adoption and Sustainability
Whitepaper. HIMSS EHR Adoption and Sustainability Work Group; 2008. p. 1--22.

Anda mungkin juga menyukai