Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

MATA KULIAH
ADMINISTRASI PEMBANGUNAN
OLEH : DR. ALAM TAUHID SYUKUR, S.Sos, M.Si

UPAYA PENINGKATAN PELAYANAN ADMINISTRASI MELALUI


SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT PADA BAGIAN REKAM MEDIK
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH I LAGALIGO
KABUPATEN LUWU TIMUR

DIBUAT OLEH :
YANCE TOYANG/ NPM. M012019062

KONSENTRASI : ADMINISTRASI PELAYANAN KESEHATAN


MAHASISWA MAGISTER SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI
LAN MAKASSAR
TAHUN 2019

1
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur Kepada Tuhan atas segala kasih karunia dan
perkenaanNya sehingga penyusunan makalah ini dapat dirampungkan
dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini dibuat dalam rangka pemenuhan
tugas mata kuliah administrasi pembangunan.
Rumah sakit sebagai suatu lembaga yang menyediakan layanan
kesehatan bagi masyarakat,dalam pengelolaannya terdapat banyak data dan
informasi yang mengalir selama proses pelayanannya. Untuk memastikan
bahwa data dapat diolah dengan baik sehingga menghasilkan
informasi yang berguna, tepat dan akurat serta dapat diakses oleh semua
pihak yang terlibat dalam penyediaan layanan kesehatan yang baik,
dibutuhkan bantuan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi (TIK)
yang dikenal dengan sistem informasi rumah sakit. Makalah ini membahas
tentang apa manfaat serta peran sistem informasi rumah sakit dalam
meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
sistem informasi untuk membantu peningkatan kualitas layanan
kesehatan Kebijakan pemerintah tentang Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Nasional (BPJS) perlu
diketahui dan dipahami oleh seluruh masyarakat Indonesia. Untuk itu perlu
dilakukan penyebarluasan informasi kepada semua pemangku kepentingan
dan masyarakat pada umumnya.
Berbagai upayah telah dilakukan untuk menyajikan makalah ini
dengan baik sehingga dapat pula dipergunakan dengan baik. Oleh karena
itu apabila dalam makalah ini terdapat kalimat atau penulisan yang yang
tidak tepat, dengan kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan
kritikan yang bersifat membangun untuk pemyempurnaan makalah ini.

Makassar, 18 Oktober 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................... 2
DAFTAR ISI.................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 4
1.1. Latar Belakang.................................................................................. 4
1.2. Rumusan Masalah............................................................................ 5
1.3. Tujuan Penulisan.............................................................................. 5
BAB II GAMBARAN UMUM ........................................................................ 6
2.1. Visi dan Misi RSUD I Lagaligo ………………………........................ 6
2.2. Lokasi dan Wilayah……………………………………………............ 6
2.3. Saran dan Prasarana…………........................................................ 6
2.4. Strurktur Organisasi……………………………………………………... 7
2.5. Ketenagaan……………………………………………………………… 8
2.6. Capaian Pelayanan Pasien………………………………………………. 9
2.7. Capaian Keuangan……………………………………………………….. 11
BAB III PEMBAHASAN....................................................................................... 13
3.1. Peran Sistem Informasi Rumah Sakit .................................................. 13
3.2. Pertimbangan dalam membangun SIMRS.............................................. 15
3.3. Kebutuhan Sistem………………………………………………………….. 16
3.4. Kemapuan SIMRS………............................……………………………. 17
3.5. Faktor Keberhasilan SIMRS..........................……………………………. 18
BAB IV PENUTUP……......................................................................................... 20
3.1. Kesimpulan…………………………….. .................................................20
3.2. Saran……………………………………….............................................. 20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 21

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di era informasi ini, rumah sakit dituntut untuk meningkatkan kinerja dan
daya saing sebagai badan usaha dengan tidak mengurangi misi sosial yang
diembannya. Rumah sakit harus merumuskan kebijakan-kebijakan
strategis pada internal organisasi, manajemen, dan SDMnya serta harus
mampu secara cepat dan tepat mengambil keputusan untuk peningkatan
kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat luas agar dapat menjadi
organisasi yang responsif, inovatif, efektif, efisien dan tentu saja
menguntungkan bagi pemilik modal dengan tidak mengabaikan misi
sosialnya. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit adalah sebuah sistem
komputer yang memproses dan mengintegrasikan seluruh alur proses bisnis
layanan kesehatan dalam bentuk jaringan koordinasi, pelaporan dan
prosedur administrasi untuk memperoleh informasi secara cepat, tepat dan
akurat. Saat ini Sistim Informasi Manajemen (SIM) berbasis komputer
rumah sakit (SIMRS) merupakan sarana pendukung yang sangat penting,
bahkan bisa dikatakan mutlak untuk mendukung pengelolaan operasional
rumah sakit Berbagai rumah sakit yang masih tetap bertahan
menggunakan sistim administrasi konvensional telah menunjukan
banyaknya kehilangan kesempatan memperoleh laba akibat dari lemahnya
koordinasi antar departemen maupun kurangnya dukungan informasi yang
cepat, tepat, akurat, dan terintegrasi. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi
kualitas layanan yang diberikan kepada para pemangku kepentingan
khususnya pasien. Rumah sakit ini umumnya tertinggal dalam persaingan
dengan rumah sakit yang menggunakan SIMRS. Sebagai contoh, pada
sistem administrasi konvensional, pencatatan biaya perawatan dibagian
keuangan dikumpulkan secara bertingkat mulai dari bangsal, bangsal
belum dapat membuat perhitungan biaya karena menunggu informasi harga
obat yang diberikan kepada pasien dari apotik, bangsal juga menunggu
informasi catatan biaya dari laboratorium, seandainya ada jaminan uang

4
yang dibayarkan ke kasir juga harus menunggu keabsahan data tersebut,
demikian seterusnya sehingga pasien yang akan melakukan pembayaran di
akhir perawatan harus menunggu untuk waktu yang cukup lama. Belum
lagi ada unsur subyektifitas penghitungan yang dilakukan oleh masing-
masing bangsal/ruangan karena ada rumah sakit yang memberi wewenang
kapada kepala ruangan untuk mengestimasi sendiri tingkat kemampuan
pasien dan berapa tindakan perawatan ataupun obat-obatan yang tidak
ditagihkan ke pasien. Kondisi pemberian potongan di masing-masing
ruangan ini jelas akan menimbulkan akibat yang kurang baik, dimana
pendapatan rumah sakit menjadi berkurang dan insentif untuk jasa medis
dipotong secara sepihak yang pada akhirnya akan menimbulkan standar
ganda perawatan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan dalam Makalah
ini adalah Bagaima memberikan pelayanan yang cepat, nyaman dan
berkualitas.
1.3.Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari Penulisan adalah untuk mengetahui Bagaimana
Alur Pelayanan Administrasi pada bagian rekam medik di Rumah Sakit
Umum Daerah I Lagaligo Kabupaten Luwu Timur.

5
BAB II

GAMBARAN UMUM

2.1.Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Daerah I Lagaligo


1. Visi RSUD I La Galigo adalah “Menjadikan Rumah Sakit Rujukan
Dengan Pelayanan Profesional Dan Bermutu”. Dalam rangka
menuju rumah sakit dengan pelayanan profesional dan bermutu
tersebut maka nilai-nilai seperti profesionalisme, kepedulian,
kepuasan pelanggan, kewirausahaan, keterbukaan, efisiensi, keadilan
dan kemudahan harus merupakan nilai-nilai dasar, kemauan dan
perilaku yang harus diemban oleh seluruh elemen yang ada di RSUD I
Lagaligo.
2. Misi RSUD I La Galigo merupakan gambaran kondisi masa depan
yang dicita-citakan dapat terwujud dalam kurun waktu lima tahun
yang akan datang
a) Memberikan Pelayanan Prima
b) Peningkatan Kualitas Pelayanan & Profesionalisme
Melalui Pengembangan SDM yang Berkelanjutan
c) Mengembangkan dan Meningkatkan Sarana & Prasarana
Rumah Sakit yang Berkelanjutan

2.2.Lokasi dan Luas Wilayah

Rumah Sakit Umum Daerah I Lagaligo terletak di Jl.Sangkuruwira


Kec.Wotu Kabupaten Luwu Timur Provinsi Sulawesi Selatan dengan :
 Luas Tanah : 32.952 M²
 Luas Bangunan : ± 15.907,48 M²

6
2.3.Sarana dan Prasarana

1.Raungan dan Tempat Tidur

NO RUANG PERAWATAN JUMLAH TEMPAT


TIDUR

1 VIP Utama 8

2 VIP A 8

3 VIP B 8

4 Kelas I (Ruang Towuti) 18

5 Kelas II (Ruang Towuti) 12

6 Kelas III Interna (Mahalona I) 24

7 Kelas III Bedah ( Mahalona 2) 24

8 Kelas III Anak/Neurologi (Mahalona 3) 25

9 Kelas III Obgyn (Mahalona IV) 18

10 Kelas III Perinatologi (Maholona IV) 11

11 NICU 19

12 ICU 4

13 Ruang Isolasi 7

2.Penunjang

Sarana penunjang yang dimiliki oleh RSUD I Lagaligo:


a) Instalasi Pengoahan Air g) Pemulasaran Jenazah
Limbah h) Mushola
b) Incenerator i) Asrama
c) Genset j) Water Treatment
d) PDAM & Sumur Bor k) Oksigen Sentral
e) SIM RS l) Area Parkir
f) Kendaraan

7
2.4.Struktur Organisasi

STRUKTUR ORGANISASI
RSUD I LAGALIGO KAB. LUWU TIMUR
Pllt.DIREKTUR

dr.BENNY.M.Kes

KEPALA TATA USAHA

dr.BENNY.M.Kes

KLP JABATAN
FUNGSIONAL
SUBAG SUBAG SUBAG
KEUANGAN UMUM & KEPGWN PERENC & PELPRAN
Yance Toyang, SKM Muslimin, SKM Umi Kulsum., S.SIT

BIDANG PELAYANAN BIDANG BIDANG PENGWSN & PEMELIHARAAN


MEDIK & KEPRWTAN PENGEMBANGAN SDM & RM SARANA & PRASARANA

SUHELMI,Ssi.Apt.M.Kes Hajar Nur., S.Si., Apt, M.Kes

SEKSI PELY. & SEKSI SEKSI SEKSI PEMELIHARAAN SEKSI PENGAWSAN


SEKSI PENGMBNGAN SDM SARANA & PRASARANA & PENGENDALIAN
PENUNJANG MEDIK REKAM MEDIS
KEPERAWATAN
Ns. Marwah Ns. Abd. Asis Ns. Yulianti Yohanis, S.Kep Yeremia Pratama,SKM Punarti, SKM

2.5.Ketenagaan

JENIS TENAGA JUMLAH

1.Tenaga dokter 34 Orang

2.Tenaga Paramedis Keperawatan 362 Orang

3.Tenaga Penunjang Medis 116 Orang

4.Tenaga Teknis Lainnya 86 Orang

JUMLAH 598 Orang

8
2.6. Capaian Pelayanan Pasien Pada RSUD I Lagaligo
Berdasarkan Surat keputusan Bupati Luwu Timur yang menetapkan
Kecamatan Wotu sebagai pusat pembangunan Rumah Sakit di Kabupaten
Luwu Timur yang dituangkan melalui SK Bupati Luwu Timur No : 284
Tahun 2008 tentang izin pemanfaatan RSUD I Lagaligo diikuti dengan Izin
Penyelenggaraan oleh Dinak Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan pada
Tanggal 07 November 2008 No : 08633/DK-I/Yan-I/XI/2008. Dengan
mengupayakan kelengkapan sarana dan rasarana baik tenaga, sarana
teknis medis maupun operasional pelayanan dan aspek legal formal maka
pada bulan Desember 2008 pelayanan RS mulai dioperasikan secara
terbatas dengan 50 tempat tidur dan 2 orang dokter spesialis tetap bedah
dan kandungan. Dan pada tanggal 05 April 2010 melalui Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 445/MENKES/SK/IV/2010
menetapkan RSUD I Lagaligo sebagai Rumah Sakit Tipe C yang
ditindaklanjuti dengan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2010 mengenai
perubahan struktur di RSUD I Lagaligo menjadi struktur tipe C.
Prinsip-prinsip pengelolaan Rumah Sakit yang lebih strategik terus
diupayakan sebagai unit sarana publik daerah yang terpercaya dengan
ditetapkannya RSUD I Lagaligo menjadi Badan Layanan Umum Daerah
(BLUD) di tahun 2013. Upaya untuk menciptakan mutu pelayanan yang
lebih baik lagi diupayakan melalui proses Akreditasi Baru dimana pada
tanggal 31 Desember 2018 melalui Keputusan Komisi Akreditasi Rumah
Sakit Nomor : KARSSERT/ 270/XII/2018 memutuskan status Lulus
Akreditasi Tingkat Paripurna untuk RSUD I Lagaligo. RSUD I Lagaligo terus
berkembang disertai dengan hadirnya dokter-dokter spesialis dan kosisten
tetap menjaga mutu kualitas pelayanan kesehatan dengan menerapkan
standar Akreditasi pada seluruh tatanan layanan yang ada.
Seiring dengan berjalannya waktu jumlah kunjungan pasien di
Rumah Sakit Umum Daerah I Lagaligo juga terus meningkat oleh karena
kepercayaan pelanggan terhadap pelayanan yang diperoleh. Disamping itu
manajemen rumah sakit juga terus melakukan inovasi untuk mencipatakan
pelayanan yang baik dan terpercaya melalui pelayanan prima. Grafik
9
dibawah ini menggambarkan jumlah kunjungan pasien di Rumah Sakit
Umum Daerah I Lagaligo.

Grafik .1
Jumlah Kunjungan Pasien Pada RSUD I Lagaligo

80000 71.975

70000

60000

50000

Jamkesada
34.067
40000
Umum
JKN
30000

17.855 16.837
20000
9.203

10000 3.355
6.125
2.379 -
0
2016 2017 2018

Sumber Data.Rekam Medik RSUD I Lagaligo

Jumlah kunjungan RSUD I Lagaligo pada tahun 2016 untuk pasien


jamkesda sebanyak 17.855 kunjungan,pasien umum sebanyak 2.379
dan pasien JKN sebanyak 16.837.Pada tahun 2017 Kunjungan pasien
JKN sebanyak 34.067 atau mengalami kenaikan sebesar 102,33 % dari
tahun 2016. Kenaikan kunjungan pasien JKN yang begitu drastis
disebabkan karena pada bulan agustus 2017 pemerintah kabupaten
luwu timur telah menandatangani MOU dengan BPJS Kesehatan tentan
Universal Healt Coverage. Pada tahun 2018 kunjungan pasien Jaminan
Kesehatan Nasional di Rumah Sakit Umum Daerah sebanyak 71.975
atau mengalami kenaikan sebesar 111,27 %. Kenaikan kunjungan
pasien JKN pada tahun 2018 juga dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan
masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit

10
Umum Daerah I Lagaligo sehingga mempengaruhi minat balik pasien
untuk melakukan pengobatan.

2.7.Capaian Keuangan

Peningkatan jumlah kunjungan pasien pada Rumah Sakit Umum


Daerah I Lagaligo berdampak positif memberikan kontribusi pada
pendapatan jasa layanan. Grafik dibawah ini menggambarkan
peningkatan pendapatan berdasarkan jenis penjamin.

Grafik.2
Pendapatan Jasa Layanan RSUD I Lagaligo

Sumber data laporan keuangan RSUD I Lagaligo

Pendapatan jasa layanan pada Rumah Sakit Umum Daerah I Lagaligo


Tahun 2016 untuk pasien Jaminan Kesehatan Nasional sebesar
Rp.31.622.686.931, mengalami kenaikan sebesar 31.01 % dari tahun
sebelumnya atau Rp.41.42.525.855. Untuk tahun 2018 Penjapatan jasa
layanan JKN yang diterima RSUD I Lagaligo sebesar Rp.49.224.242.590
atau mengalami kenaikan sebanyak 18,82 % dari tahun sebelumnya.

11
Tercatat pada laporan keungan Rumah Sakit Umum Daerah I Lagaligo
untuk tahun 2016 hak atas jasa layanan yang telah diberikan oleh rumah
sakit yang belum diterima dari BPJS Kesehatan sebesar Rp.7.401.426.410,
dan pada tahun 2017 tercatat sebanyak Rp.17.741.078.865. Hak atas jasa
layanan untuk tahun 2018 yang belum diterima sebanyak
Rp.28.197.671.846.

Untuk penerimaan jasa pelayanan dari BPJS Kesehatan untuk tahun


2019 sampai dengan tanggal 30 september 2019 sebesar Rp.50.024.307.837
tetapi masih tercatat tagihan atas jasa layanan kepada BPJS Sebesar
Rp.19.671.491.200 Untuk pembayaran klaim bulan april mei sampai
dengan bulan juli 2019.

Atas kondisi tersebut, kiranya BPJS Kesehatan segera merealisasikan


kewajibannya kepada Rumah Sakit Umum Daerah I Lagaligo atas jasa
layanan yang menjadi haknya sehingga tidak berdampak pada biaya
operasional rumah sakit yang akan mempengaruhi mutu pelayanan.

12
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Peran Sistem Informasi Manjamen Rumah Sakit (SIMRS)


Komlpeksnya pengelolaan data pada rumah sakit juga dialami oleh
RSUD I Lagaligo dalam memberikan pelayanan baik pelayanan administrasi
maupun pelayanan medis. Contoh kendala yang dialami dibagian
administrasi khususnya dibagian rekam medik sebagai pintu utama
masuknya pasien ke rumah sakit sebelum mendapatkan pelayanan medis
yaitu menemukan berkas rekam medik yang tertumpuk dalam lemari
penyimpanan yang jumlahnya sangat banyak sehingga berdampak pada
waktu tunggu pasien yang lama yang menyebabkan antrian yang cukup
panjang sehingga kesan pasien pelayanan administrasi pada bagian
pendaftaran sangat berbelit-belit.Sistem pengelolaan pasien BPJS juga
membuat pasien harus menempuh prosedur yang cukup panjang karena
pelayanan kesehatan berjenjang yang membutuhkan rujukan secara
terintegrasi.
Oleh karena tuntutan pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah I
Lagaligo terus berupayah untuk memberikan pelayanan yang terbaik
kepada pasien sehingga diawal tahun 2019 mulai dikembangkan Sistem
Informasi Manajemen Rumah Sakit yang bertujuan untuk memberian
pelayanan adminstrasi berbasis elektronik sehingga untuk memcari data-
data pasien ketika berkunjung ke rumah sakit tidak membutuhkan waktu
yang lama karena data telah dikelolah berbasis elektronik.
Pengelolaan data Rumah Sakit sesungguhnya cukup besar dan
kompleks, baik data medis pasien maupun data-data administrasi yang
dimiliki oleh rumah Sakit sehingga bila dikelola secara konvensional tanpa
bantuan SIMRS akan mengakibatkan beberapa hal berikut:
a. Redudansi Data, pencatatan data medis yang sama dapat terjadi
berulang-ulang sehingga menyebabkan duplikasi data dan ini
berakibat membengkaknya kapasitas penyimpanan data. Pelayanan
menjadi lambat karena proses retreiving (pengambilan ulang) data
lambat akibat banyaknya tumpukan berkas.

13
b. Unintegrated Data, penyimpanan dan pengelolaan data yang tidak
terintegrasi menyebabkan data tidak sinkron, informasi pada
masing-masing bagian mempunyai asumsi yang berbeda-beda
sesuai dengan kebutuhan masing-masing unit /Instalasi.
c. Out of date Information, dikarenakan dalam penyusunan informasi
harus direkap secara manual maka penyajian informasi menjadi
terlambat dan kurang dapat dipercaya kebenarannya
d. Human Error, kelemahan manusia adalah kelelahan, ketelitian dan
kejenuhan hal ini berakibat sering terjadi kesalahan dalam proses
pencatatan dan pengolahan data yang dilakukan secara manual
terlebih lagi jika jumlah data yang dicatat atau di olah sangatlah
besar. Pemasukan data yang tidak sinkron untuk pasien atau
barang yang sama tentu saja akan meyulitkan pengolahan data dan
tidak jarang berdampak pada kerugian materi yang tidak sedikit
bagi rumah sakit.
Dengan bantuan SIMRS kelemahan diatas dapat di kurangi bahkan
dihindari. SIMRS membuat fungsi dari bagian perawatan lebih
dikonsentrasikan pada pelayanan perawatan/jasa medis secara profesional,
fungsi penagihan dilakukan oleh bagian keuangan sedangkan pemberian
potongan menjadi wewenang direksi. Para tenaga medis tidak perlu
memikirkan kemampuan finansial pasien dan tidak membeda-bedakan
pelayanan kepada pasien karena tenaga medis akan diberi insentif yang
sama untuk tindakan yang sama, tidak tergantung kepada siapa pelayanan
medis tersebut diberikan. Pola tersebut terbukti mempengaruhi secara
positif kinerja para tenaga medis yang pada akhirnya akan meningkatkan
mutu pelayanan rumah sakit secara keseluruhan.
Proses entri data penggunaan tindakan medis di masukkan ke sistem
komputer oleh operator dari setiap unit yang terintegrasi dengan bagian
keuangan sehingga data akan selalu terbarukan hal ini menutup
kemungkinan terjadinya manipulasi data disaat pasien akan membayar
biaya perawatan. Tanpa mengurangi misi sosial, pemberian diskon maupun
subsidi perawatan dapat dilakukan secara arif oleh direksi berdasarkan

14
pertimbangan posisi keuangan rumah sakit yang didapat dengan cepat dan
tepat berdasarkan informasi yang disajikan oleh sistem informasi.
Kasus yang penulis contohkan diatas baru merupakan sebagian dari
kemampuan SIMRS yang terintegrasi, disamping keuntungan lain seperti
pencatatan rekam medis elektronik yang terintegrasi, kecepatan pelayanan
administratif, sistem kendali gudang yang baik, fungsi finansial yang efisien
dan tepat, pembuatan laporan-laporan baik keuangan dan perawatan dapat
disajikan dengan cepat, akurat dan bagus.
3.2. Pertimbangan dalam membangun SIMRS
Pembangunan SIMRS tidak boleh dilakukan secara parsial tetapi harus
terintegrasi dengan mempertimbangkan berbagai sudut. Kita harus melihat
dari sudut administratif yang mengelola data-data pasien, transaksi dsb,
atau juga dari sisi pasien yang cenderung mengutamakan pelayanan
kesehatan. Pasien akan senang jika rumah sakit mampu memberikan
kemudahan mendaftar dan memilih dokter, menetapkan nomor antrian
dimana semua itu dapat dilakukan lewat telepon, SMS atau bahkan
Internet. Pembayaran biaya perawatan tidak harus tunai tetapi bisa dengan
credit card atau debit card, dan masih banyak lagi kemudahan layanan yang
dapat disediakan oleh rumah sakit. OLeh sebab itu dalam membangun
SIMRS kita perlu mempertimbangkan banyak faktor diantaranya adalah:
a. Kebutuhan Pasien
Harapan pasien dari sebuah pelayanan kesehatan adalah
diberikannya layanan yang cepat, nyaman dan berkualitas. Tingkat
mobilitas pasien yang tinggi menuntut adanya komunikasi dan
pelayanan yang cepat antara pasien dan institusi kesehatan, yang
selanjutnya antara pasien dengan dokter. Pasien akan sangat
tertolong bila sistem rumah sakit mampu menyediakan kemudahan
mendaftar ke dokter seperti lewat SMS, atau lewat website rumah
sakit. Sesungguhnya bagi pasien alat komunikasi apa tidaklah
penting karena faktor kecepatan, kenyamanan serta kebenaran
data yang didokumentasikan itulah yang terpenting.
b. Kebutuhan Pengelola Rumah Sakit

15
Dari sudut pengelola rumah sakit tentu saja menginginkan sebuah
sistem yang ideal, istimewa, yang mampu mengelola semua
transaksi yang ada secara akurat, efisien dan cepat, sehingga tak
ada kata ‘terlambat’ pada pembuatan laporan masing-masing unit
pelayanan medik karena setiap laporan akan tercetak otomatis dan
terkirim secara otomatis pula. Bilamana ini dapat terjadi dan sistem
mampu mengelola dan menyajikan data secara benar-benar
BENAR’, maka pengelola akan banyak diuntungkan, karena banyak
mengurangi beban kerja semua komponen di rumah sakit dan itu
berarti efisiensi (penghematan dana). Pengelola RS dapat
mengalokasikan penghematan dana tersebut untuk pengembangan
SDM, pengembangan fasilitas rumah sakit dan peningkatan
kesejahteraan karyawan.
c. Kemampuan Pengembang
Banyak pengembang yang menawarkan berbagai macam solusi
untuk kebutuhan sistem informasi rumah sakit. Dari perorangan
sampai yang bermain dibelakang badan usaha (CV/ PT). Pengelola
rumah sakit harus jeli dalam memilih pengembang SIMRS. Banyak
pengembang yang memiliki kelemahan ‘belum mengetahui kondisi
rumah sakit’ itu sendiri. Oleh karena kebanyakan pengembang
lebih dulu menguasai komputer daripada sistem rumah sakit.
Untuk itu perlu adanya penghubung antara pihak pengembang dan
rumah sakit yaitu mediator yang sering disebut sebagai ‘System
Analyst’.Orang ini tahu tentang rumah sakit dan sistem yang akan
dibuat. Seorang system analyst tidak harus ahli komputer, yang
penting orang tersebut cukup tahu tentang administrasi rumah
sakit dan sedikit banyak tahu tentang sistem komputer, sehingga
tidak menutup kemungkinan dia adalah seorang dokter ataupun
perawat.
3.3. Kebutuhan sistem
Dalam membangun sistem, hal yang sangat penting adalah tahapan
desain sistem. Tahapan ini dapat memakan waktu yang lama, karena
pengembang harus tahu sejalas-jelasnya apa yang dibutuhkan oleh rumah

16
sakit. Komunikasi yang intensif disini perlu dijaga antara kedua pihak
(pihak rumah sakit dan pengembang sistem) sehingga rumah sakit dapat
menjelaskan secara gamblang apa yang mereka inginkan dan memberikan
secara detil apa yang mereka harapkan dan ini harus dipahami oleh
pengembang. Batasan-batasan-pun perlu dibahas antara keduanya supaya
jangan sampai menimbulkan repudiasi (ketidaksepakatan) karena adanya
perbedaan persepsi terhadap cakupan sistem yang dibangun dan baru
diketahui pada saat sistem selesai dan akan diimplementasikan.
3.4. Kemampuan Sistem
SIMRS yang ideal tentu harus dapat mengurangi beban kerja masing-
masing unit pelayanan.
Secara global diharapkan kemampuan sistem dapat digambarkan sebagai
berikut:
a. Dapat mengurangi beban kerja berbagai unit, terutama unit rekam
medis dalam ‘menangani’ berkas rekam medis. Unit rekam medis
merupakan unit yang paling sibuk dengan banyaknya berkas medis
pasien. Kegiatan yang dilakukan mulai dari proses coding, indexing,
assembling, filing dll, semua dikelola di unit ini. Dengan adanya
SIMRS maka bagian inilah yang pertama untuk di migrasikan
menjadi rekam medis elektronik (RME). Sehingga semua proses
diatas dilakukan secara otomatis dengan komputer.
b.Dapat mengurangi pemakaian kertas (paperless). Dengan adanya
sistem ini, maka sudah seharusnya pemakaian kertas dapat
dikurangi dan bila perlu dihilangkan. Sistem ini harus mampu
memangkas pemakaian kertas seperti:
• Lembar-lembar rekam medis yang tidak berhubugan dengan
masalah autentikasi atau aspek hukum.
• Laporan masing-masing unit pelayanan (semua laporan sudah
terekap oleh sistem).
• Rekap Laporan yang dikirim ke dinas kesehatan.
c. Dapat mendukung pengambilan keputusan bagi para direktur dan
manajer rumah sakit karena sistem mampu menyediakan informasi
yang cepat, akurat serta akuntabel. Untuk keperluan ini sistem

17
harus mampu menyediakan laporan yang bersifat executive
summary bagi mereka.
3.5. Faktor keberhasilan SIMRS
Bilamana pihak pengelola rumah sakit ingin agar SIMRS yang
dibangun dapat berhasil diaplikasikan dengan baik di rumah sakit, maka
hal-hal berikut ini harus diperhatikan:
a. Development Master Plan, cetak biru pembangunan harus dirancang
dengan baik mulai dari survei awal hingga berakhirnya
implementasi, yang perlu diperhatikan adalah terlibatnya faktor
pengalaman dalam membangun pekerjaan yang sama, serta peran
serta semua bagian dalam organisasi dalam mensukseskan Sistem
Informasi Manajemen yang akan dibangun, master plan ini yang
akan menjadi acuan pembuatan sebuah sistem untuk jangka waktu
tidak terbatas.
b. Integrated, dengan integrasi antar semua bagian organisasi menjadi
satu kesatuan, akan membuat sistem berjalan dengan efisien dan
efektif sehingga kendala-kendala seperti redudansi, re-entry dan
ketidakkonsistenan data dapat dihindarkan, dengan harapan
pengguna sistem memperoleh manfaat yang dapat dirasakan secara
langsung, perubahan pola kerja dari manual ke komputer akan
menimbulkan efek baik dan buruk bagi seorang tenaga medis.
c. Development Team, tim yang membangun Sistem Informasi
Manajemen harus ahli dan berpengalaman di bidangnya, beberapa
bidang ilmu yang harus ada dalam membangun sebuah Sistem
Informasi Manajemen yang baik adalah: Manajemen Informasi,
Teknik Informatika, Teknik Komputer. Tim ini perlu juga
melibatkan para dokter, perawat, staf administrasi, manajer, dan
jika ada tentu saja orang-orang yang mengerti tentang sistem
informasi manajeman khususnya rumah sakit.
d. Teknologi Informasi, ketepatan dalam memilih Teknologi Informasi
sangat penting dalam pembangunan, komponen-komponen
Teknologi Informasi secara umum adalah Piranti Keras (Hardware),

18
Piranti Lunak (Software) dan Jaringan((Network). Faktorfaktor yang
perlu diperhatikan dalam memilih teknologi adalah :
 Price, harga sesuai dengan Teknologi Informasi yang
didapat
 Performance, diukur dari kemampuan, kapasitas dan
kecepatan Teknologi Informasi menangani proses maupun
penampungan data
 Flexibility, kemampuan Teknologi Informasi saling
beradaptasi dan kemudahan pengembangan di masa yang
akan datang
 Survivability, berapa lama Teknologi Informasi
mendapatkan dukungan dari vendor maupun pasar, perlu
dipertimbangkan untuk tidak membangun sistem yang
hanya bergantung pada satu vendor tertentu saja.
e. Perubahan budaya kerja dari manual ke otomasi. Perubahan budaya
ini tidak mudah dilakukan, bahkan tidak jarang justru mengganggu
proses migrasi dari manual ke otomasi berbasis komputer.
Meninggalkan kebiasaan kerja yang sudah mendarah daging (“zona
nyaman” bekerja) dan sedia belajar untuk meyesuaikan diri dengan
sistem yang baru,bukanlah hal yang mudah. Kadang-kadang
diperlukan keberanian, ketegasan dan kesepakatan bersama antara
pimpinan dan karyawan.

19
BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan
Dari uraian yang telah dibahas pada bab 2, dapatlah disimpulkan bahwa
tuntutan pasien dalam memperoleh pelayanan adalah hal yang sangat
mendesak untuk dilaksanakan perubahan dan Simstem Informasi Rumah
Sakit (SIMRS) adalah solusi yang tepat untuk menjawab kebutuhan Rumah
Sakit dalam memberikan pelayanan yang cepat dan berkualitas. Dalam era
informasi sekarang ini, dimana persaingan semakin ketat, kompetitif dan
global, karenga banyak pilihan untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan,baik rumah sakit pemerintah maupun rumah sakit swasta yang
mudah dijangkau. Hanya rumah sakit yang mampu beradaptasi dengan
dunia baru ini akan dapat bertahan hidup. Rumah sakit itu harus mampu
memberikan layanan yang cepat, nyaman dan berkualitas. Layanan seperti
itu hanya mungkin dilakukan jika proses pengelolaan rumah sakit
dilakukan dengan bantuan SIMRS. Sistem ini mendukung tercapainya
pengelolan rumah sakit yang efektif, efisien, dan akuntabel.
3.2.Saran

Dari Berdasarkan dari hasil pembahasan dan kesimpulan maka


beberapa saran yang dapat penulis ajukan yang dapat bermanfaat dan
berguna sebagai bahan pertimbangan perbaikan pelayanan adminsitrasi
melalui sistem informasi manajemen rumah sakit pada bagian rekam medik
RSUD I Lagaligo di Kabupaten Luwu Timur Untuk manajemen rumah sakit
agar terus mengoptimalkan dan mengembangkan SIMRS untuk kelancaran
peayanan dan demi tercapainya pelayanan yang baik,ramah dan
berkulaitas.

20
Daftar Pustaka

C. Laudon, P. Jane Laudon, Kenneth. 2004. Management Information


Systems. Pearson International.
Oetomo, Budi Sutedjo Dharma, 2002, ”Perencanaan dan Pembangunan
Sistem Informasi”,

21

Anda mungkin juga menyukai