KELOMPOK 3 :
Agus Santoso (176080101)
Ayub Adonia Fina (176080104)
Sandik Sabatianus (176080092)
Dito Hamdi (176080094)
Warni (176080091)
Nafsul Mutmainnah (176080105)
Indri Widya Suryani (176080103)
Gina Sonia Fensilla Y (176080093)
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI RUMAH SAKIT
UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan kesehatan
kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Kunjungan
Lapangan Unit Kerja Bagian Umum di Rumah Sakit Pertamina Cirebon”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
Guna mengatasi hambatan–hambatan dalam pelayanan kesehatan di Rumah Sakit,
keberadaan “Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit” sangat dibutuhkan, sebagai salah satu
strategik manajemen dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan memenangkan
persaingan bisnis. Semakin besar jasa layanan suatu rumah sakit, akan semakin komplek pula
jenis tindakan dan layanan yang harus diberikan yang kesemuanya harus tetap dalam satu
koordinasi terpadu. Karena selain memberikan layanan, rumah sakit juga harus mengelola dana
untuk membiayai oprasionalnya.
Melihat situasi tersebut, sudah sangatlah tepat jika rumah sakit menggunakan sisi
kemajuan komputer, baik piranti lunak maupun perangkat kerasnya dalam upaya membantu
penanganan manajemen yang sebelumnya dilakukan secara manual.Sesuai ketentuan Pasal 52
ayat (1) Undang – Undang No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit , setiap rumah sakit wajib
melakukan pencatatan dan pelaporan semua kegiatan penyelenggaraan rumah sakit dalam
bentuk sistem informasi manajemen rumah sakit. Dalam pembentukan sistem informasi
manajemen rumah sakit dilakukan dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas
penyelenggaraan rumah sakit.
Sistem Informasi Manajemen merupakan prosedur pemprosesan data berdasarkan
teknologi informasi yang terintegrasi dan di intergrasikan dengan prosedur manual dan
prosedur yang lain untuk menghasilkan informasi yang tepat waktu dan efektif untuk
mendukung proses pengambilan keputusan manajemen, sehingga dalam tahapannya akan
membuat beberapa SOP baru guna menunjang kelancaran penerapan Sistem yang tertata
dengan rapih dan baik.
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit yang selanjutnya disingkat SIMRS adalah
suatu sistem teknologi informasi komunikasi yang memproses da mengintegrasikan seluruh
alur proses pelayanan rumah sakit dalam bentuk jaringan koordinasi, pelaporan dan prosedur
administrasi untuk memperoleh informasi secara tepat dan akurat dan merupakan bagian dari
sistem informasi kesehatan.
Sistem Informasi Kesehatan adalah seperangkat tatanan yang meliputi data, informasi,
indikator, prosedur, teknologi, perangkat, dan sumber daya manusia yang saling berkaitan dan
dikelola secara terpadu untuk mengarahkan tindakan atau keputusan yang berguna dalam
mendukung pembangunan kesehatan.
Sebuah sistem informasi yang terintegrasi yang disiapkan untuk menangani
keseluruhan proses manajemen Rumah Sakit, mulai dari penunjang medis, penunjang non
medis maupun pelayanan medis misalnya pelayanan poli rawat jalan, pelayanan rawat inap,
5
tindakan untuk pasien, medical record, apotek, gudang farmasi, penagihan, database
personalia, penggajian karyawan, proses akuntansi sampai dengan pengendalian oleh
manajemen. Sistem Informasi Manajemen (SIM) merupakan sumber daya organisasi untuk
mendukung proses pengambilan keputusan pada berbagai tingkat manajemen, data dapat
diolah menjadi informasi sesuai keperluan manajer sebagai pimpinan manajemen. Informasi
yang diperlukan manajemen dan manajer, maka harus dirancang suatu SIM yang baik.
Dalam hal ini Rumah Sakit dalam menjalankan aktivitasnya baik Rumah Sakit Swasta
maupun Rumah Sakit Pemerintah (Negeri) mempunyai kewajiban untuk melaksanakan
program di Rumah Sakit yaitu dengan melaksanakan manajemen Rumah Sakit berbasis SIM
RS (Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit). Untuk itu beberapa Rumah Sakit Daerah,
baik yang berstatus BLU maupun Swasta sudah memakai sistem SIMRS yang didisain dengan
teknologi informasi terbaru, menarik dan mudah dalam atau oprasionalnya. Sistem informasi
Rumah Sakit harus dibangun untuk mengatasi kekurangan maupun ketidakkompakkan antar
unit kerja. Dalam melakukan pengembangan sistem informasi secara umum, ada beberapa
konsep dasar yang harus dipahami oleh para pengembang atau pembuat rancang bangun sistem
informasi (designer).
Rumah Sakit Pertamina Cirebon sudah menjalankan sistem Informasi Rumah Sakit
yang sudah terintegrasi dalam menangani keseluruhan proses manajemen Rumah Sakit terarah
dan terpadu. U n t u k m en c i p t a k a n s e b u a h R u m a h S a ki t ya n g b a i k d a n b e r m u t u
t i n ggi . Rumah Sakit Pertamina Cirebon adalah instansi kesehatan yang terdiri dari berbagai
bidang atau bagian pelayanan. Salah satunya adalah penunjang non medis atau bagian
umum.Penunjang non medis turut berpartisipasi dalam meningkatkan upaya pelayanan
kesehatan melalui divisi yang di pimpinnya. Melalui pemeliharaan sarana dan prasarana yang
di lakukan secara rutin dan berkala. Transportasi kendaraan yang siap pakai, pemantauan dan
pengelolaan kesehatan yang ramah lingkungan, pengeleloaan linen yang sesuai standar linen
rumah sakit. Pelayanan keamanan yang prima serta pengeleloaan logistik yang teratur, akan
sangat membantu kegiatan pelayanan di rumah sakit. Untuk meningkatkan dan
mengembangkan kualitas pelayanan di bagian umum di butuhkan suatu pedoman
pengorganisasian media yang dapat memfasilitasi setiap petugas dalam melaksanakan kegiatan
supaya mencapai tujuan dan standar yang diinginkan rumah sakit sehingga adanya Sistem
Informasi Manajemen (SIM) merupakan faktor pendukung dalam kelancaran proses
manajemen di unit kerja bagian umum, karena itu harus dirancang suatu SIM yang baik.
6
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada pengamatan ini adalah “Bagaimana optimalisasi penerapan
SIM RS (Sistem Informasi Manajemen) pada unit kerja bagian umum di RS Pertamina
Cirebon?”
7
1.4.2. Bagi Rumah Sakit Pertamina Cirebon
a. Sebagai bahan masukan bagi rumah sakit dalam rangka peningkatan kualitas dalam
penyelenggaraan SIM RS (Sistem Informasi Manajemen) pada unit kerja
Penunjang Non Medis di RS Pertamina Cirebon sehingga mutu pelayanan dapat
ditingkatkan.
b. Sebagai bahan masukan bagi rumah sakit untuk meningkatkan kesesuaian
informasi bagi manajemen rumah sakit melalui peningkatan kesesuaian SIM RS
(Sistem Informasi Manajemen) pada unit kerja Penunjang Non Medis di RS
Pertamina Cirebon.
c. Sebagai bahan evaluasi terhadap kinerja di rumah sakit dalam mendukung
perkembangan sistem informasi manajemen dan pengelolaan SIM RS (Sistem
Informasi Manajemen) pada unit kerja Penunjang Non Medis di RS Pertamina
Cirebon
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
9
menentukan model penyajian yang informatif dan standar, serta mendistribusikan informasi
secara efektif (Oetomo, 2002, hal 12).
SI merupakan infrastruktur dasar pembentuk rumah sakit digital, karena suatu rumah
sakit dapat dikategorikan sebagai rumah sakit digital (secara administratif manajerial), bila
empat SI utamanya telah dikelola secara digital, yaitu: Supply Chain Management Systems,
Customer Relationship Management Systems, Enterprise Systems dan Knowledge
Management Systems (Laudon, 2004, hal 7).
Pemanfaatan teknologi informasi sangat penting bagi rumah sakit (RS) SIMRS atau
sering uga disebut sebagai Hospital Managemen System (HMS) atau Hospital Information
System ( HIS ) merupakan prosedur perprosesan data berdasarkan teknologi informasi dan di
integrasikan dengan prosedur manual dan prosedur yang lain untuk menghasilkan informasi
yang tepat waktu dan efektif untuk mendukung proses pengambilan keputusan management di
rumah sakit. Sistem informasi management saat ini merupakan sumber daya utama, yang
mepunyai nilai strategis dan memiliki peran penting bagi RS agar mampu memberikan layanan
terbaiknya.
Namun seringkali implementasi aplikasi SIMRS tidak berjalan seperti yang diharapkan.
Pengguna sofware aplikasi di RS sering klai di terapkan secara parsial ditiap unit organisasi
dimana aplikasi – aplikasi ini tidak saling kompatible antara satu dengan yang lainnya. Aplikasi
– aplikasi ini umumnya bergantung pada plat form dan sitem operasi tertentu yang menyulitkan
proses integrasi dan pengembangan sistrm aplikasi selanjutnya. Setiap software aplikasi
dengan fungsi tertentu ini memiliki data base dan format data yang berbeda yang mengarah
pada duplikasi data. Berbagai data ( data Sharing ) pun sering kalibsulit dilakukan.
10
2.2 Pertimbangan Membangun SIMRS
Pembangunan SIMRS tidak boleh dilakukan secara parsial tetapi harus terintegrasi
dengan mempertimbangkan berbagai sudut. Kita harus melihat dari sudut administratif yang
mengelola data-data pasien, transaksi dsb, atau juga dari sisi pasien yang cenderung
mengutamakan pelayanan kesehatan. Pasien akan senang jika rumah sakit mampu memberikan
kemudahan mendaftar dan memilih dokter, menetapkan nomor antrian dimana semua itu dapat
dilakukan lewat telepon, SMS atau bahkan Internet. Pembayaran biaya perawatan tidak harus
tunai tetapi bisa dengan credit card atau debit card, dan masih banyak lagi kemudahan layanan
yang dapat disediakan oleh rumah sakit. OLeh sebab itu dalam membangun SIMRS kita perlu
mempertimbangkan banyak faktor diantaranya adalah:
a. Kebutuhan Pasien
Harapan pasien dari sebuah pelayanan kesehatan adalah diberikannya layanan yang cepat,
nyaman dan berkualitas. Tingkat mobilitas pasien yang tinggi menuntut adanya komunikasi
dan pelayanan yang cepat antara pasien dan institusi kesehatan, yang selanjutnya antara pasien
dengan dokter. Pasien akan sangat tertolong bila sistem rumah sakit mampu menyediakan
kemudahan mendaftar ke dokter seperti lewat SMS, atau lewat website rumah sakit.
Sesungguhnya bagi pasien alat komunikasi apa tidaklah penting karena faktor kecepatan,
kenyamanan serta kebenaran data yang didokumentasikan itulah yang terpenting.
b. Kebutuhan Pengelola
Rumah Sakit Dari sudut pengelola rumah sakit tentu saja menginginkan sebuah sistem
yang ideal, istimewa, yang mampu mengelola semua transaksi yang ada secara akurat, efisien
dan cepat, sehingga tak ada kata ‘terlambat’ pada pembuatan laporan masing-masing unit
pelayanan medik karena setiap laporan akan tercetak otomatis dan terkirim secara otomatis
pula. Bilamana ini dapat terjadi dan sistem mampu mengelola dan menyajikan data secara
benar-benar BENAR’, maka pengelola akan banyak diuntungkan, karena banyak mengurangi
beban kerja semua komponen di rumah sakit dan itu berarti efisiensi (penghematan dana).
Pengelola RS dapat mengalokasikan penghematan dana tersebut untuk pengembangan SDM,
pengembangan fasilitas rumah sakit dan peningkatan kesejahteraan karyawan.
c. Kemampuan Pengembang
Banyak pengembang yang menawarkan berbagai macam solusi untuk kebutuhan sistem
informasi rumah sakit. Dari perorangan sampai yang bermain dibelakang badan usaha (CV/
PT). Pengelola rumah sakit harus jeli dalam memilih pengembang SIMRS. Banyak
pengembang yang memiliki kelemahan ‘belum mengetahui kondisi rumah sakit’ itu sendiri.
11
Oleh karena kebanyakan pengembang lebih dulu menguasai komputer daripada sistem rumah
sakit. Untuk itu perlu adanya penghubung antara pihak pengembang dan rumah sakit yaitu
mediator yang sering disebut sebagai ‘System Analyst’. Orang ini tahu tentang rumah sakit
dan sistem yang akan dibuat. Seorang system analyst tidak harus ahli komputer, yang penting
orang tersebut cukup tahu tentang administrasi rumah sakit dan sedikit banyak tahu tentang
sistem komputer, sehingga tidak menutup kemungkinan dia adalah seorang dokter ataupun
perawat.
12
c. Meningkatkan sinergi dan akselerasi setiap bagian dilingkungan organisasi yang
bersangkutan.
d. Meningkatkan kualitas kontrol yang juga sebagai alat bantu serta penunjang evaluasi
dalam pengambilan keputusan.
13
c. Komitment dari tim dibuatkan kontrak.
d. Dibuat jadwal pertemuan rutin tiap unit.
e. Buat SK pembentukan Tim SIM rumah sakit.
1. Ketidaksiapan rumah sakit dalam menerapkan sistem informasi yang terintegrasi yang
berbasis komputer.
2. Penyajian data yang belum semua menjadi data elektronik yang akan memudahkan
pada proses migrasi data.
3. Komitment yang dilaksanakan secara bersamaan dan menyalur sehingga menimbulkan
kekacauan pada data transaksi.
4. Koordinasi antar unit bagian yang terkesan mementingkan unit masing – masing.
5. Berubah – ubahnya kebijakan.
6. Mengubah pola kerja yanag sudah terbiasa dengan manual ke komputerisasi.
7. Pemahaman yang belum merata antara SDM terkait.
8. Mengacu pada UU nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit Yaitu pasal 52 ayat 1
yang berbunyi “ setiap rumah sakit wajib melakukan pencatatan dan pelaporan tentang
semua kegiatan penyelenggaraan rumah sakit dalam bentuk SISTEM INFORMASI
MANAJEMEN RUMAH SAKIT.
SIMRS adalah aplikasi berbasis web, yang ditujukan untuk memperbaiki pengelolaan
data rumah sakit agar data rumah sakit dan informasi bisa ditata dengan baik dan dapat
dipertanggung jawabkan. Pengelolaan data dan informasi meliputi:
14
f. Manajemen pembelian ( pengadaan dan jasa / barang )
g. Logistik dan persediaan
h. Analisis ratio
i. Kepegawaian
j. Rawat jalan / poliklinik.
k. Instalasi gawat darurat
l. Rawat inap
m. ICU / PICU / NICU
n. OK / VK
o. Medical check up
p. Laboratorium.
q. Radiologi.
r. Farmasi.
s. Instalasi gizi.
t. Instalasi Laundry
u. Keperawatan.
v. Sistem administrator.
15
2.10 Knowledge Management Systems.
Pengelolaan data Rumah Sakit sesungguhnya cukup besar dan kompleks, baik data
medis pasien maupun data-data administrasi yang dimiliki oleh rumah Sakit sehingga bila
dikelola secara konvensional tanpa bantuan SIMRS akan mengakibatkan beberapa hal berikut:
a. Redudansi Data, pencatatan data medis yang sama dapat terjadi berulang-ulang sehingga
menyebabkan duplikasi data dan ini berakibat membengkaknya kapasitas penyimpanan
data. Pelayanan menjadi lambat karena proses retreiving (pengambilan ulang) data
lambat akibat banyaknya tumpukan berkas.
b. Unintegrated Data, penyimpanan dan pengelolaan data yang tidak terintegrasi
menyebabkan data tidak sinkron, informasi pada masing-masing bagian mempunyai
asumsi yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan masing-masing unit /Instalasi.
c. Out of date Information, dikarenakan dalam penyusunan informasi harus direkap secara
manual maka penyajian informasi menjadi terlambat dan kurang dapat dipercaya
kebenarannya
d. Human Error, kelemahan manusia adalah kelelahan, ketelitian dan kejenuhan hal ini
berakibat sering terjadi kesalahan dalam proses pencatatan dan pengolahan data yang
dilakukan secara manual terlebih lagi jika jumlah data yang dicatat atau di olah sangatlah
besar. Pemasukan data yang tidak sinkron untuk pasien atau barang yang sama tentu saja
akan meyulitkan pengolahan data dan tidak jarang berdampak pada kerugian materi yang
tidak sedikit bagi rumah sakit.
16
Dengan bantuan SIMRS kelemahan diatas dapat di kurangi bahkan dihindari. SIMRS
membuat fungsi dari bagian perawatan lebih dikonsentrasikan pada pelayanan perawatan/jasa
medis secara profesional, fungsi penagihan dilakukan oleh bagian keuangan sedangkan
pemberian potongan menjadi wewenang direksi. Para tenaga medis tidak perlu memikirkan
kemampuan finansial pasien dan tidak membeda-bedakan pelayanan kepada pasien karena
tenaga medis akan diberi insentif yang sama untuk tindakan yang sama, tidak tergantung
kepada siapa pelayanan medis tersebut diberikan. Pola tersebut terbukti mempengaruhi secara
positif kinerja para tenaga medis yang pada akhirnya akan meningkatkan mutu pelayanan
rumah sakit secara keseluruhan.
Proses entri data penggunaan tindakan medis di masukkan ke sistem komputer oleh
operator dari setiap unit yang terintegrasi dengan bagian keuangan sehingga data akan selalu
terbarukan hal ini menutup kemungkinan terjadinya manipulasi data disaat pasien akan
membayar biaya perawatan. Tanpa mengurangi misi sosial, pemberian diskon maupun subsidi
perawatan dapat dilakukan secara arif oleh direksi berdasarkan pertimbangan posisi keuangan
rumah sakit yang didapat dengan cepat dan tepat berdasarkan informasi yang disajikan oleh
sistem informasi.
Hal ini merupakan sebagian dari kemampuan SIMRS yang terintegrasi, disamping
keuntungan lain seperti pencatatan rekam medis elektronik yang terintegrasi, kecepatan
pelayanan administratif, sistem kendali gudang yang baik, fungsi finansial yang efisien dan
tepat, pembuatan laporan-laporan baik keuangan dan perawatan dapat disajikan dengan cepat,
akurat dan bagus.
SIMRS yang ideal tentu harus dapat mengurangi beban kerja masing-masing unit
pelayanan. Secara global diharapkan kemampuan sistem dapat digambarkan sebagai berikut:
a. Dapat mengurangi beban kerja berbagai unit, terutama unit rekam medis dalam
‘menangani’ berkas rekam medis. Unit rekam medis merupakan unit yang paling sibuk
dengan banyaknya berkas medis pasien. Kegiatan yang dilakukan mulai dari proses
coding, indexing, assembling, filing dll, semua dikelola di unit ini. Dengan adanya SIMRS
maka bagian inilah yang pertama untuk di migrasikan menjadi rekam medis elektronik
(RME). Sehingga semua proses diatas dilakukan secara otomatis dengan komputer.
17
b. Dapat mengurangi pemakaian kertas (paperless). Dengan adanya sistem ini, maka sudah
seharusnya pemakaian kertas dapat dikurangi dan bila perlu dihilangkan. Sistem ini harus
mampu memangkas pemakaian kertas seperti:
• Lembar-lembar rekam medis yang tidak berhubugan dengan masalah autentikasi atau
aspek hukum.
• Laporan masing-masing unit pelayanan (semua laporan sudah terekap oleh sistem).
• Rekap Laporan yang dikirim ke dinas kesehatan.
c. Dapat mendukung pengambilan keputusan bagi para direktur dan manajer rumah sakit
karena sistem mampu menyediakan informasi yang cepat, akurat serta akuntabel. Untuk
keperluan ini sistem harus mampu menyediakan laporan yang bersifat executive summary
bagi mereka.
18
d. Teknologi Informasi, ketepatan dalam memilih Teknologi Informasi sangat penting dalam
pembangunan, komponen-komponen Teknologi Informasi secara umum adalah Piranti
Keras (Hardware), Piranti Lunak (Software) dan Jaringan((Network). Faktorfaktor yang
perlu diperhatikan dalam memilih teknologi adalah :
Price, harga sesuai dengan Teknologi Informasi yang didapat
Performance, diukur dari kemampuan, kapasitas dan kecepatan Teknologi Informasi
menangani proses maupun penampungan data
Flexibility, kemampuan Teknologi Informasi saling beradaptasi dan kemudahan
pengembangan di masa yang akan datang
Survivability, berapa lama Teknologi Informasi mendapatkan dukungan dari vendor
maupun pasar, perlu dipertimbangkan untuk tidak membangun sistem yang hanya
bergantung pada satu vendor tertentu saja.
e. Perubahan budaya kerja dari manual ke otomasi. Perubahan budaya ini tidak mudah
dilakukan, bahkan tidak jarang justru mengganggu proses migrasi dari manual ke otomasi
berbasis komputer. Meninggalkan kebiasaan kerja yang sudah mendarah daging (“zona
nyaman” bekerja) dan sedia belajar untuk meyesuaikan diri dengan sistem yang baru,
bukanlah hal yang mudah. Kadang-kadang diperlukan keberanian, ketegasan dan
kesepakatan bersama antara pimpinan dan karyawan.
Berdasarkan apa yang sudah penulis uraikan diatas, dapatlah disimpulkan bahwa
sudah waktunya para pengelola rumah sakit menyadari pentingnya Sistem Informasi
Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) untuk diaplikasikan di rumah sakit mereka. Dalam era
informasi ini, dimana persaingan semakin ketat, kompetitif dan global, pengaruhnya bukan
hanya dirasakan oleh perusahaan bisnis semata melainkan juga oleh dunia pelayanan kesehatan
(rumah sakit). Hanya rumah sakit yang mampu beradaptasi dengan dunia baru ini akan dapat
bertahan hidup. Rumah sakit itu harus mampu memberikan layanan yang cepat, nyaman dan
berkualitas. Layanan seperti itu hanya mungkin dilakukan jika proses pengelolaan rumah sakit
dilakukan dengan bantuan SIMRS. Sistem ini mendukung tercapainya pengelolan rumah sakit
yang efektif, efisien, dan akuntabel.
19
BAB III
Didirikan pada tahun 1973, Rumah Sakit Pertamina Cirebon pada awalnya merupakan
bagian dari Kesehatan Pertamina Unit EP III Cirebon yang mengelola fasilitas kesehatan
Karyawan Pertamina Unit EP III beserta keluarganya. Di samping itu RS Pertamina Cirebon
juga memberikan layanan pada karyawan/Keluarga Pertamina lain yang ada di wilayah
Cirebon seperti UPPDN III, LPG dan UP VI Balongan, PT Exor serta Pensiunan Pertamina
dan keluarganya.
Berlokasi di Jalan Patra Raya Klayan Cirebon yang terletak di jalur Pantura, RSPK
telah menjadi salah satu pilihan warga Cirebon dalam memenuhi kebutuhannya akan layanan
kesehatan yang optimal dan terjangkau. Saat ini RSPK telah mengembangkan fasilitas ruang
rawat inapnya dengan membangun paviliun, sehingga kapasitasnya bertambah dari 50 TT
menjadi 100 TT sesuai dengan tuntutan masyarakat Cirebon yang semakin tinggi dan semakin
sadar kesehatan.
Berdasarkan hasil Penilaian Rumah Sakit yang diselenggarakan oleh Kantor Wilayah
Departemen Kesehatan Jawa Barat , beberapa prestasi telah diraih RSPK diantaranya pada
bulan November 1991 menjadi RS Terbaik Kedua se-Jawa Barat, tahun 1995 sebagai Juara
Kedua Lomba Penampilan RS Swasta kelas C se Jawa Barat, tahun 1996 sebagai Rumah
Sakit Pengelola Taman RS terbaik Kedua se Jawa Barat. Bagi kami, prestasi ini merupakan
kebanggaan namun kebanggaan kami yang terbesar adalah apabila pasien-pasien kami puas
dengan pelayanan kami.
20
Gambar 1. Rumah Sakit Pertamina Cirebon
Pada tanggal 8 Agustus 2002, PT RSPP berganti nama menjadi PT Pertamina Bina
Medika (Pertamedika) dengan 8 unit usaha layanan kesehatan berupa RS yaitu RS Pusat
Pertamina dan RS Pertamina Jakarta yang berlokasi di Jakarta, RS Pertamina Balikpapan, RS
Pertamina Cirebon, RS Pertamina Prabumulih, RS Pertamina Tanjung, RS Pertamina Tarakan,
dan RS Pertamina Sorong. Berdasarkan memorandum Direktur Utama Pertamedika no.
0713/A00000/2004-S0 yang diberlakukan mulai tanggal 7 September 2004, RS Pertamina
Klayan Cirebon berganti nama menjadi RS Pertamina Cirebon.
21
Gambar 2. Unit Usaha Pertamedika
➢ Jumlah TT : 100 TT
22
Gambar 3. Peta Loka Gambar 2. Peta Lokasi Rumah Sakit Pertamina
Cirebon
Sumber : Google Maps, Tahun 2018
3.4. Visi
3.5. Misi
Mengelola rumah sakit, poliklinik dan fasilitas kesehatan lainnya secara mandiri,
efektif dan efisien.
Memberikan Jasa Layanan Kesehatan bagi pegawai perminyakan dan keluarganya,
masyarakat luas yang berorientasi kepada kepuasan stake holder.
Aktif dalam Program Peningkatan Derajat Kesehatan Masyarakat.
23
3.6. Core Value
Trustworthy, Reliable,
Tactical
3.7. Motto
“Kami Peduli Kesehatan Anda”
SMF Jumlah
Dokter Umum 4
Dokter Jaga UGD 5
Dokter Gigi 1
Dokter Spesialis Orthopedi 1
Dokter Spesialis Penyakit Dalam 1
Dokter Spesialis Bedah 1
Dokter Spesialis Saraf 1
Dokter Spesialis Obsgyn 1
Dokter Spesialis Anak 2
Dokter Spesialis Anestesi 1
SMF Jumlah
Dokter Spesialis Jantung 1
Dokter Spesialis Penyakit Dalam 2
Dokter Spesialis THT 1
Dokter Spesialis Kulit & Kelamin 1
Dokter Spesialis Bedah Mulut 1
24
Dokter Spesialis Orthodentis 1
Dokter Spesialis Obsgyn 1
Dokter Spesialis Bedah 2
Dokter Spesialis Bedah Urologi 1
Dokter Spesialis Mata 1
Dokter Spesialis Paru 1
Adapun fasilitas kesehatan yang ada di rumah sakit Pertamina Cirebon, adalah sebagai
berikut :
25
Farmasi
Fisioterapi
Gizi
Treadmill Jantung
EEG
CT Scan
USG 4 Dimensi
4. Sarana Penunjang lain non medik
Info Rekam Medik
Umum dan Keuangan
Pusat Pelayanan Pelanggan (Humas, Kasir, Pendaftaran Rawat Inap)
Musholla dan Masjid
Gas Medis Central
Genset dan UPS
Mini Market (W-Mart Koperasi “Warkes” )
Ambulance
ATM Corner
Lingkungan Asri
Parkir Kendaraan
5. Instalasi Rawat Inap
Rawat Perawatan Utama (Kelas VIP dan Kelas I),
Rawat Perawatan Umum (Dewasa),
Rawat Perawatan Anak (kurang dari 14 tahun),
Rawat Perawatan Kebidanan & Bayi Sehat,
Rawat Perawatan Neonatologi,
Rawat Perawatan Insentif Care.
6. Instalasi Rawat Khusus
Rawat Perawatan Insentif Care.
Ruang Operasi
Ruang Bersalin (VK)
Ruang Isolasi
26
3.10. Fasilitas sarana fisik di rumah sakit
Rumah Sakit Pertamina Cirebon memiliki sarana fisik dengan luas bangunan 11.274
27
Gambar 4. Ruang Perawatan Paviliun VVIP Rumah Sakit Pertamina Cirebon
28
Gambar 6 . Ruang Perawatan Kelas 1 Rumah Sakit Pertamina Cirebon
29
Gambar 8 . Ruang Perawatan Kelas 3 Rumah Sakit Pertamina Cirebon
30
Gambar 10 . Ruang Perinatologi Rumah Sakit Pertamina Cirebon
31
Gambar 12 . Ruang IGD Rumah Sakit Pertamina Cirebon
32
Gambar 14 . Ruang Lobby, Ruang Tunggu & Kasir Rumah Sakit Pertamina
Cirebon
33
Gambar 16 . Ruang Klinik Anak Rumah Sakit Pertamina Cirebon
34
Gambar 18 . Ruang Klinik Dokter Spesialis RS Pertamina Cirebon
35
Gambar 20 . Ruang Klinik Gigi Rumah Sakit Pertamina Cirebon
36
Gambar 22 . Ruang Hemodialisa Rumah Sakit Pertamina Cirebon
37
Gambar 24 . Ruang Laboratorium Rumah Sakit Pertamina Cirebon
38
Gambar 26 . Ruang Fisioterapi Rumah Sakit Pertamina Cirebon
39
BAB IV
SIM-RS UNIT KERJA PENUNJANG NON MEDIS
RUMAH SAKIT PERTAMINA CIREBON
SIM-RS Rumah Sakit Pertamina Cirebon untuk unit penunjang non medis terdiri atas
beberapa bagian, yakni unit kerja logistik (logistik farmasi dan logistik umum), unit kerja HRD,
dan unit kerja keuangan.
40
Manajemen (SIM), dan Sumber Daya Manusia (SDM) sehingga pengelolaan obat dapat
berlangsung secara efektif dan efisien.
Unit logistik di Rumah Sakit Pertamina Cirebon terbagi menjadi logistik farmasi dan
logistik umum. Logistik farmasi hanya bertugas untuk menerima pesanan farmasi yang telah
dipesan sebelumnya oleh bagian logistik umum. Logistik farmasi sendiri memiliki staf atau
petugas khusus logistik farmasi. Petugas ini tidak melakukan analisa kebutuhan obat yang
dibutuhkan dari tiap unit, karena yang menganalisa adalah staf apoteker. Apoteker ditempatkan
pada bagian manajerial kantor Rumah Sakit Pertamina Cirebon.
Alur kegiatan yang dilakukan dalam logistik farmasi, antara lain menerima permintaan
dari tiap unit kerja pelayanan di Rumah Sakit Pertamina Cirebon dalam bentuk obat, cairan
infus, dan bahan habis pakai berdasarkan formulir permintaan barang dan melalui sistem
komputer. Terdapat formulir permintaan barang farmasi yang ditempatkan di tiap unit
pelayanan kesehatan sehingga dapat diisi secara manual tertulis sebelum diinput dalam sistem.
Selanjutnya dari list atau daftar permintaan pesanan barang tersebut, petugas logistik
menyiapkan permintaan unit sesuai dengan stok yang tersedia dalam gudang farmasi. Gudang
farmasi di Rumah Sakit Pertamina Cirebon terbagi menjadi gudang penerimaan dan gudang
penyerahan obat serta peralatan kesehatan. Bila pesanan obat ataupun alat kesehatan dari pihak
vendor sampai akan diterima oleh logistik umum, dan disimpan dalam gudang farmasi. Setelah
itu, petugas logistik farmasi melakukan input data ke dalam komputer untuk diperiksa dan
evaluasi kembali, ini dapat diakses oleh bagian logistik umum, manajemen farmasi, serta
manajemen rumah sakit.
41
4.2 Logistik Umum
Unit logistik umum Rumah Sakit Pertamina Cirebon memiliki alur kegiatan untuk
melakukan pengontrolan dan evaluasi permintaan secara sistem terintegrasi dari tiap unit kerja
pelayanan setelah daftar pemesanan diterima. Pihak manajemen rumah sakit bertugas untuk
menyeleksi permintaan tersebut, dan apabila disetujui maka akan ditindaklanjuti dengan
memberikan tanda merah. Hal ini sebelumnya telah dikoordinasikan terlebih dahulu dengan
unit logistik farmasi dan logistik umum. Dengan adanya persetujuan dari pihak manajemen
berupa tanda merah pada daftar barang, maka akan dilakukan pemesanan kepada pihak rekanan
vendor yang bersangkutan.
Jika pesanan barang yang telah diorder dari pihak rekanan telah sampai, bagian logistik
memeriksa kembali invoice atau faktur dari pihak rekanan vendor secara sistem. Hal ini
dilakukan sebelum seluruh berkas yang berkaitan dengan orderan diserahkan pada unit
keuangan. Staf logistik umum bertugas memberikan harga barang masuk ke dalam sistem.
Selanjutnya barang yang diterima oleh logistik umum akan disimpan dalam gudang farmasi
(gudang penerimaan) dan dikunci sehingga datanya tidak dapat diubah. Maka sebelum
menginput harga barang yang masuk, diperlukan pengontrolan dan evaluasi kembali oleh
petugas logistik umum. Apabila bagian gudang farmasi akan mengubah barang yang berada
dalam gudang, maka membutuhkan pengajuan berupa laporan terlebih dahulu pada bagian
logistik umum agar data dapat direvisi. Bilamana data telah sesuai dengan permintaan, barang
kiriman tersebut akan didistribusikan pada tiap unit kerja pelayanan kesehatan yang
mengajukan permintaan.
42
4.3 HRD
Human Resource Department (HRD) adalah salah satu departemen
dalam perusahan yang bertanggung jawab menangani pengelolaan SDM atau karyawan dalam
suatu perusahaan atau organisasi. HRD bertanggung jawab untuk memastikan perusahaan
mendapatkan karyawan-karyawan terbail sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.
Tugas seorang HRD bergantung pada ukuran perusahaan, jumlah SDM, dan kebutuhan
perusahaan. Namun, yang paling mendasar, HRD bertugas merekrut dan mengembangkan
potensi karyawan. Selengkapnya, berikut ini tugas yang dilakukan oleh Departemen HRD:
Merekrut karyawan untuk posisi yang dibutuhkan perusahaan.
Memberikan pelatihan dan pengembangan karyawan.
Melakukan pengawasan kinerja dari setiap karyawan.
Memberikan rekomendasi pengangkatan jabatan dan kompensasi.
Distribusi penggajian karyawan
Melakukan survei Karyawan dan grading.
Mengawasi perlengkapan kesehatan dan keselamatan bagi karyawan.
Melakukan pembentukan tim untuk proyek-proyek perusahaan.
Pembimbingan dan pemecahan masalah bagi karyawan.
Menjaga solidaritas semua karyawan, dll.
Salah satu penggunaan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIM-RS) yang ada di RS
Pertamedika Cirebon digunakan di bagian HRD. HRS RS Pertamedika Cirebon menyimpan
43
seluruh data karyawan, baik karyawan saat ini, karyawan yang telah pensiun, karyawan
magang, hingga karyawan yang telah resign.
Seperti yang dapat dilihat pada gambar di bawah, identitas karyawan cukup lengkap.
Dari nama, alamat, pendidikan, golongan karyawan hingga besaran tunjangan. Dari gambar di
bawah juga tampak status karyawan merupakan karyawan aktiv. Karyawan aktif ditulis
berwarna biru, sedangkan karyawan pensiun / resgin akan ditulis berwarna merah.
Data karyawan yang dapat dilihat di SIM RS cukup detail yaitu data pribadi, data
keluarga (suami/istri/anak), pendidikan formal – nonformal, kursus, oganisasi, hobi, hingga
histori gaji. Salah satu menu yang dibuka adalah daftar kursus yang telah diikuti. Seperti
gambar dibawah, tertulis detail kursus yang pernah diikuti seperti lama kursus, topik kursus,
dan lembaga kursus.
44
Khusus untuk tenaga medis, akan muncul pemberitahuan apabila masa berlaku STR
atau SIP akan habis. Sehingga bagian HRD dapat segera mengingatkan tenaga medis untuk
segera memperpanjang STR atau SIP. Begitu pula untuk karyawan magang / intership, akan
muncul pemberitauan 1 bulan sebelum masa kontrak habis. Sehingga manajemen RS dan
karyawan dapat mendiskusikan kembali untuk memperpanjang kontrak atau tidak.
45
4.4. Keuangan
Bagian keuangan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan rumah sakit.
Walaupun bagian keuangan tidak menghasilkan keuntungan bagi rumah sakit, tetapi peran
pengendalian menjadi penting agar rumah sakit dapat tetap berjalan. Fungsi keuangan adalah
menyusun kegiatan perencanaan, penganggaran, pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, dan
penyimpanan dana oleh perusahaan atau rumah sakit.
Hal tersebut juga menjadi fungsi keuangan di RS Pertamina Cirebon. Saat ini RS
Pertamina Cirebon menggunakan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) fungsional. PNBP
Fungsional berarti semua penghasilan rumah sakit akan disetor ke pihak perusahaan.
Penghasilan rumah sakit yang telah disetor tetap dapat digunakan dengan sistem pengajuan.
Sistem pengajuan inilah yang merupakan salah satu peran penting keuangan di RS Pertamina
Cirebon. Semua penghasilan setiap hari akan disetor ke perusahaan maksimal jam 15.00.
Selain itu, peran keuangan adalah fungsi pengendalian. Pengendalian biaya yang
dimaksud adalah bagian keuangan yang akan menyetujui permintaan dari logistik umum.
Setelah ada persetujuan dari bagian keuangan (yang sebelumnya juga sudah disetujui direktur
atau wakil direktur rumah sakit), bagian logistik umum baru bisa melakukan pembelian ke
pihak vendor. Fungsi keuangan disini adalah sebagai budget control, karena yang mengetahui
setiap harga barang yang akan dibeli di RS Pertamina Cirebon.
46
Gaji karyawan
pembayaran piutang
47
48
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
5.1.1. Logistik Umum
1. Tata kelola pemesanan sudah menggunakan SIM RS
2. Pemesanan barang dilakukan jika sudah ada kelengkapan berkas dan persetujuan
dari managemen
3. Target waktu penyediaan barang 3 – 7 hari
5.1.2. Logistik Farmasi
1. Data farmasi (stok barang kefarmasian) sudah terintegrasi di Instalasi farmasi secara
SIM RS
2. Permintaan stok farmasi dari unit layanan selain melalui sistem juga masih
menggunakan formulir permintaan untuk mengecekan
3. Logistik farmasi hanya menerima barang dari orderan logistik umum hasil dari
analisa apoteker
4. Logistik farmasi melakukan penerimaan barang dan pendistribusian ke unit
5.1.3. Kepegawaian
1. Data – data karyawan baik karyawan lama, karyawan baru bahkan karyawan yang
sudah tidak bekerja masuk di sistem rumah sakit
2. Penginputan jam lembur melalui komputerisasi tiap – tiap unit pelayanan
5.1.4. Keuangan
1. Sistem keuangan menggunakan PPK PNBP Satker
2. Tugas – tugas bagian keuangan terintegrasi secara sistem pelayanan keuangan
5.2 SARAN
1. Bagian logistik umum : petugas yang melakukan pemesanan bisa dibagi antara
kebutuhan non medis dengan kebutuhan medis. Agar tidak terjadi penumpukan
pesanan bisa dibagi tugas kebagian logistik farmasi.
2. Diperlukan bagi unit kepegawaian (HRD) adanya notifikasi atau munculnya tanda
jika surat ijin karyawan mendekati berakhirnya masa berlaku.
49
DAFTAR PUSTAKA
50
LAMPIRAN
FOTO – FOTO KEGIATAN RS CIREBON
51
UNIT HRD
PEGAWAI HRD
52
UNIT LOGISTIK
DOKUMEN LOGISTIK
53
UNIT KEUANGAN BAGIAN PENAGIHAN
54
UNIT KEUANGAN BAGIAN PENAGIHAN
55
UNIT HRD
56