22-05-2023
Oleh :
Dosen Pengampu:
PRODI S1 KEBIDANAN
TA. 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan
Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita
masih tetap bisa bernafas hingga hari ini, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu hingga terselesaikannya makalah ini. Dan memahami jika makalah ini
tentu jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran sangat kami butuhkan guna
memperbaiki karya-karya kami dilain waktu.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I .......................................................................................................................1
BAB II ......................................................................................................................3
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi usia 0–28 hari selama satu jam pertama
kelahiran, Masa ini sebagai masa terjadinya kehidupan yang baru dalam ekstra
uteri. Proses adaptasi tersebut dimulai dari aktivitas pernafasan sekitar 35- 50
kalipermenit, denyut jantung sekitar 120 –160 kali permenit. Pemeriksan fisik
bayi baru lahir adalah pemeriksaan awal terhadap bayi setelah berada di dunia
luar yang bertujuan untuk mendeteksi adanya kelainan fisik dan ketiadaan
refleks primitif.Pengkajian fisik adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi
tentang anak dan keluarganya dengan menggunakan semua pancaindera, baik
subjektif maupun objektif. (Mardiati, Millizia, and Zara 2021)
Resusitasi pada neonatus sering terjadi di ruang NICU, karena pasien neonatus
dirawat dengan kondisi yang tidak stabil dan sebelumnya pernah dilakukan
resusitasi, sehingga penilaian kegawatan yang dilakukan meliputi penilaian
frekuensi jantung, pernafasan apneu/megap-megap dan status oksigenasi. Bidan
juga dapat melakukan bantuan hidup dasar.
Pelayanan antenatal merupakan salah satu penerapan peran dan fungsi bidan
sebagai pelaksana. Kompetensi bidan yang meliputi pendidikan, pengetahuan
dan ketrampilan harus dimiliki oleh bidan dalam melaksanakan praktik
kebidanan secara aman dan bertanggungjawab pada berbagai tatanan pelayanan
kesehatan, Bidan sebagai tenaga profesional dalam pelayanan kesehatan ibu dan
anak wajib mematuhi standar pelayanan kebidanan.
1.3 Tujuan
1
2. Untuk mengetahui bagaimana pre resusitasi.
3. Untuk mengetahui langkah sebelum melakukan resusitasi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Resusitasi
2.2 Pre-Resusitasi
Tahapan paling awal mengenai konseling antenatal, persiapan tim, dan alat.
Persiapan awal resusitasi dilakukan dengan menggali informasi mengenai ibu
dan bayi. Informasi ibu seperti riwayat kehamilan sebelumnya, USG antenatal,
riwayat penyulit saat antenatal, risiko infeksi kehamilan, termasuk riwayat obat
yang dikonsumsi. Informasi yang berhubungan dengan bayi yakni taksiran usia
gestasi, bayi berisiko yang diprediksi memerlukan resusitasi tingkat lanjut,
ketuban hijau kental, ditemukannya kelainan kongenital saat pemeriksaan
antenatal, dan terkait manajemen tali pusat.(Imanadhia and Yanika 2022)
Pada bayi cukup bulan atau late preterm tanpa komplikasi, penundaan
penjepitan tali pusat dapat dilakukan setidaknya selama 60 detik. Penjepitan
terlalu dini (<30 detik) dapat mengganggu proses transisi janin. Review
Cochrane dari Rabe, dkk. menyebutkan penundaan penjepitan tali pusat
dihubungkan dengan rata-rata tekanan darah arteri yang tinggi pada 4 jam awal
kehidupan. Manfaat penundaan ini di antaranya kebutuhan inotropik dan
transfusi darah yang rendah dalam konteks tekanan darah rendah, distres napas
cenderung lebih kecil, penurunan kejadian cedera otak, khususnya perdarahan
3
intraventrikuler, necrotizing enterocolitis (NEC), dan retinopathy of
prematurity (ROP). Namun, penjepitan tali pusat dini harus dipertimbangkan
pada beberapa kondisi, seperti adanya indikasi perdarahan maternal,
hemodinamik yang tidak stabil, abruptio plasenta, atau plasenta previa.
Saat persiapan tim, dilakukan pembagian tugas yang jelas antar penolong
sebelum resusitasi dan penerapan komunikasi efektif. Oleh karena resusitasi
tidak dapat dilakukan seorang diri, terlebih pada bayi risiko tinggi, setiap
anggota tim harus memiliki pengetahuan dan kemampuan resusitasi. Tidak ada
perubahan dari rekomendasi ILCOR sebelumnya dalam persiapan tim
resusitasi.
4
Kemudian, angkat dagu secara perlahan ke atas untuk membuka jalan napas
pasien.
5. Periksa Pernafasan: Periksa pernapasan pasien selama tidak lebih dari 10
detik. Lihat, dengar, dan rasakan apakah ada gerakan dada atau suara napas.
Jika pasien tidak bernapas atau hanya mengeluarkan napas yang tidak
normal, lanjutkan ke langkah berikutnya.
6. Mulai Rangsangan Jantung Paru (CPR): Jika pasien tidak bernapas atau
tidak bernapas secara normal, mulailah memberikan kompresi dada atau
CPR. Tempatkan tangan Anda yang satu di atas tangan yang lain di tengah
dada pasien, sekitar setengah hingga dua inci di bawah garis puting susu.
Tekan dada dengan cepat dan dalam, sekitar 100 hingga 120 kali per menit,
dengan mengikuti irama lagu "Stayin' Alive" oleh Bee Gees. Setelah setiap
30 kompresi, berikan dua napas bantuan dengan membuka jalan napas dan
meniupkan napas ke dalam mulut pasien.Penting untuk mencari bantuan
medis secepat mungkin saat melaksanakan resusitasi. Resusitasi yang
diberikan secara dini dan efektif dapat meningkatkan kesempatan bertahan
hidup pasien yang mengalami henti jantung atau pernafasan.
5
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Jadi 6 langkah awal sebelum melakukan resusitasi pada bbl yakni, periksa
keselamatan, panggil bantuan, periksa respon, buka jalan napas, periksa
pernapasan, dan mulai lakukan cpr.
Walaupun tidak semua bayi baru lahir memerlukan tindakan resusitasi,
kelengkapan alat harus dipastikan ada setiap akan melakukan pertolongan
kelahiran dan dilakukan pemeriksaan berkala untuk memastikan alat berfungsi
dengan baik.
3.2 Saran
6
DAFTAR PUSTAKA