Dosen Pengajar :
Disusun Oleh :
Resi Rosalina
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa, yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami. Sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang
Puji Tuhan tepat pada waktunya.
Makalah ini kami buat dengan tujuan untuk memberikan gambaran mengenai cardiotokografi
pada kebidanan. Hal ini sangat bermanfaat untuk melengkapi pengetahuan mahasiswa agar
mampu mengatasi permasalahan yang mungkin terjadi dalam dunia kerja.
Kami menyadari bahwa tugas makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami sangat
mengharap segala bentuk saran dan kritik yang membangun guna penyempurnaan tugas makalah
ini. Sebagai akhir kami berharap agar tugas makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi kajian
bagi banyak pihak.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................
1.2 Tujuan.............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................
2.1 Pengertian.......................................................................................................
2.2 Indikasi...........................................................................................................
2.5 Persiapan Pasien.............................................................................................
2.6 Cara Melakukan.............................................................................................. 6
2.7 Cara Melakukan..............................................................................................
BAB III PENUTUP ............................................................................................
LAMPIRAN GAMBAR.....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu upaya untuk menurunkan angka kematian perinatal yang disebabkan oleh
penyakit penyulit hipoksia janin dalam rahim antara lain dengan melakukan pemantauan
kesejahteraan janin dalam rahim. Pada dasarnya pemantauan ini bertujuan untuk mendeteksi
adanya gangguan yang berkaitan hipoksia janin dalam rahim, seberapa jauh gangguan tersebut
dan akhirnya menentukan tindak lanjut dari hasil pemantauan tersebut.
Hampir semua ibu hamil pasti menginginkan kehamilannya berjalan lancar, persalinan
berjalan normal, dan melahirkan bayi sehat. Untuk mewujudkan keinginan tersebut tak pelak lagi
dibutuhkan pemeriksaan kehamilan yang teratur.
Sebenarnya bukan hanya untuk ibu, pemeriksaan kehamilan pun bermanfaat untuk
kesejahteraan janin. "Untuk ibu, misalnya, pemeriksaan berguna untuk mendeteksi dini jika ada
komplikasi kehamilan, sehingga dapat segera mengobatinya; mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan selama kehamilan; mempersiapkan mental dan fisik dalam menghadapi persalinan;
mengetahui berbagai masalah yang berkaitan dengan kehamilannya, juga bila kehamilannya
dikategorikan dalam risiko tinggi, sehingga dapat segera ditentukan pertolongan persalinan yang
aman kelak."
Sementara untuk bayi, pemeriksaan itu bisa meningkatkan kesehatan janin dan mencegah
janin lahir prematur, berat bayi lahir rendah, lahir mati, ataupun mengalami kematian saat baru
lahir.
1.2 Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Cardiotokografi adalah suatu metoda elektronik untuk memantau kesejahteraan janin dalam
kehamilan dan atau dalam persalinan. Kardiotokografi (CTG) merupakan alat yang dipakai untuk
mencatat pola denyut jantung janin dalam hubungannya dengan adanya kontraksi ataupun aktivitas janin
dalam Rahim. Keduanya disajikan pada waktu yang bersamaan, denyut jantung terdapat dibagian atas
catatan dan kontraksi dibawahnya.
Dilakukan untuk menilai apakah bayi merespon stimulus secara normal dan apakah bayi menerima cukup
oksigen. Umumnya dilakukan pada usia kandungan minimal 26-28 minggu, atau kapanpun sesuai dengan
kondisi bayi. Cardiotokografi merupakan pemeriksaan denyut jantung janin untuk menilai
kesejahteraanya (fetal-wellbeing).
2. Kontraksi Rahim
3. Gerakan janin.
Yang dinilai adalah gambaran denyut jantung janin (djj) dalam hubungannya dengan gerakan atau
aktivitas janin. Pada janin sehat yang bergerak aktif dapat dilihat peningkatan frekuensi denyut jantung
janin. Sebaliknya, bila janin kurang baik, pergerakan bayi tidak diikuti oleh peningkatan frekuensi denyut
jantung janin.
Jika pemeriksaan menunjukkan hasil yang meragukan, hendaknya diulangi dalam waktu 24 jam. Atau
dilanjutkan dengan pemeriksaan CST (Contraction Stress Test). Bayi yang tidak bereaksi belum tentu
dalam bahaya, walau begitu pengujian lebih lanjut mungkin diperlukan.
2.2 Indikasi
Pemeriksaan Cardiotokografi biasanya dilakukan pada kehamilan factor resiko kehamilan dan penyakit
penyerta atau penyulit yang dapat menjadi indikasi kardiotokografi (CTG) dan indikasinya terdiri dari:
1. IBU
a) Pre-eklampsia-eklampsia
c) Diabetes mellitus
f) Hipertensi
g) Penyakit jantung
h) Penyakit ginjal
i) Penyakit Thyroid
2. JANIN
e) Hidrops fetalis
i) Kehamilan ganda
2.3 Syarat Pemeriksaan Cardiotokografi
1. Usia kehamilan > 28 minggu (susunan saraf otonom janin sudah mulai tumbuh sempurna )
Sampai saat ini belum ditemukan kontra-indikasi pemeriksaan Cardiotokografi terhadap ibu maupun
janin.
2.5 Persiapan Pasien
1. Persetujuan tindak medik (Informed Consent) : menjelaskan indikasi, cara pemeriksaan dan
kemungkinan hasil yang akan didapat. Persetujuan tindak medik ini dilakukan oleh dokter penanggung
jawab pasien (cukup persetujuan lisan).
4. Ibu tidur terlentang, bila ada tanda-tanda insufisiensi utero-plasenter atau gawat janin, ibu tidur
miring ke kiri dan diberi oksigen 4 liter / menit.
5. Lakukan pemeriksaan Leopold untuk menentukan letak, presentasi dan punctum maksimum DJJ.
6. Hitung DJJ selama satu menit; bila ada his, dihitung sebelum dan segera setelah kontraksi berakhir..
7. Pasang transduser untuk tokometri di daerah fundus uteri dan DJJ di daerah punktum maksimum.
8. Setelah transduser terpasang baik, beri tahu ibu bila janin terasa bergerak, pencet bel yang telah
disediakan dan hitung berapa gerakan bayi yang dirasakan oleh ibu selama perekaman cardiotokografi.
10. Lama perekaman adalah 30 menit (tergantung keadaan janin dan hasil yang ingin dicapai).
11. Lakukan pencetakkan hasil rekaman Cardiotokografi.
12. Lakukan dokumentasi data pada disket komputer (data untuk rumah sakit).
13. Matikan komputer dan mesin kardiotokograf. Bersihkan dan rapikan kembali alat pada tempatnya.
15. Berikan hasil rekaman cardiotokografi kepada dokter penanggung jawab atau paramedik membantu
membacakan hasi interpretasi komputer secara lengkap kepada dokter.
2.6 Cara Melakukan
Sebaiknya pemeriksaan dilakukan pagi hari 2 jam setelah sarapan dan tidak boleh diberikan sedativa.
Prosedur pelaksanaan :
7. Bila pasien dalam keadaan puasa dan hasil pemantauan selama 30 menit tidak reaktif, pasien diberi
larutan 100 gram gula oral dan dilakukan pemeriksaan ulang 2 jam kemudian (sebaiknya pemeriksaan
dilakukan pagi hari setelah 2 jam sarapan)
8. Pemeriksaan NST ulangan dilakukan berdasarkan pertimbangan hasil NST secara individual
2.7 Cara Membaca
Pembacaan hasil :
1. Reaktif, bila :
a) Denyut jantung antara 120-160 kali per menit
c) Gerakan janin terutama gerakan multipel dan berjumlah 5 gerakan atau lebih dalam 20 menit
d) Reaksi denyut jantung terutama akselerasi pola ”omega” pada NST yang reaktif berarti janin dalam
keadaan sehat, pemeriksaan diulang 1 minggu kemudian
c) Gerak janin tidak ada atau kurang dari 5 gerakan dalam 20 menit
d) Tidak ada akselerasi denyut jantung janin meskipun diberikan rangsangan dari luar
Hasil negative mengganbarkan Kondisi janin yang baik hingga 1 minggu setelah pemeriksaan Hasil
positif menggambarkan kondisi janin yang tidak baik sehingga persalinan harus segera dilakukan baik
dengan induksi maupun operasi section caesaria.
3. Sinusoidal, bila :
c) Tidak terjadi akselerasi, janin dalam keadaan bahaya. Bila paru-paru janin matur, janin dilahirkan.
Gambaran ini didapatkan pada keadaan isoimunisasi-RH.
Jika pemeriksaan menunjukkan hasil yang meragukan, hendaknya diulangi dalam waktu 24 jam. Atau
dilanjutkan dengan pemeriksaan CST (Contraction Stress Test). Bayi yang tidak bereaksi belum tentu
dalam bahaya, walau begitu pengujian lebih lanjut mungkin diperlukan.
4. Hasil pemeriksaan CTG disebut abnormal (baik reaktif ataupun non reaktif) apabila ditemukan :
Pada pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan terminasi kehamilan bila janin sudah viable atau pemeriksaan
ulang setiap 12-24 jam bila janin belum viable.
Hasil CTG yang reaktif biasanya diikuti oleh keadaan janin yang masih baik sampai 1 minggu kemudian
(dengan spesifitas sekitar 90%), sehingga pemeriksaan ulang dianjurkan 1 minggu kemudian. Namun
bila ada faktor resiko seperti hipertensi/gestosis, DM, perdarahan atau oligohidramnion hasil CTG yang
reaktif tidak menjamin bahwa keadaan janin akan masih tetap baik sampai 1 minggu kemudian, sehingga
pemeriksaan ulang harus lebih sering (1 minggu). Hasil CTG non reaktif mempunyai nilai prediksi
positif yang rendah <30%, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan dengan CST atau pemeriksaan
yang mempunyai nilai prediksi positif yang lebih tinggi (Doppler-USG). Sebaiknya CTG tidak dipakai
sebagai parameter tunggal untuk menentukan intervensi atau terminasi kehamilan oleh karena tingginya
angka positif palsu tersebut (dianjurkan untuk menilai profil biofisik janin yang lainnya).
5. Saat persalinan
Pemeriksaan CTG dilakukan pada proses intrapartum dan sering dilakukan pada kasus kecurigaan
kegawatdaruratan janin.
a) Hasil tekanan positif menunjukkan penurunan fungsi plasenta janin, hal ini mendorong untuk
melakukan seksio sesarea.
b) Gawat janin relatif cukup banyak (14,7%) dan terutama pada persalinan, sehingga memerlukan
pengawasan dengan kardiotokografi
c) Hal – hal yang diperhatikan untuk indikasi Seksio sesarea ,dilakukan bila terdapat :
Ø pewarnaan mekonium
Ø Kelainan obstetri (berat bayi >4000g, Kelainan posisi, partus > 18 jam)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
CTG atau Cardiotokografi sendiri adalah salah satu alat kedokteran yang digunakan untuk
mengetahui gangguan yang berkaitan hipoksia janin, seberapa jauh gangguan tersebut, hingga akhirnya
menentukan tindak lanjut dari hasil pemantauan tersebut.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan baik pada saat kehamilan maupun persalinan.
3.2 Saran
Demikian makalah yang dapat kami paparkan semoga berguna dan bermanfaat bagi kita semua.
Kami sebagai penulis menyadari bahwa apa yang kami tulis dan paparkan jauh dari kesempurnaan. Untuk
itu kami mengharapkan saran dan kritiknya yang membangun kelancaran makalah kami ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abarwati. A, E R , Sunarsih,T. (2011). KDPK Kebidanan Teori & Aplikasi, Nuha Medika,
Yogyakarta,
Jee, Lofever, J, ( 1997 ), Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik, Edisi 6, EGC,
Jakarta.
http://citraabadi2010.blogspot.com/2012/02/cardiotokografi.html