Anda di halaman 1dari 181

DIKTAT AJAR

ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI


DAN BALITA

OLEH :
PURWATI, S.ST

PROGRAM STUDI KEBIDANAN DIII


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2012

1
HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Diktat Ajar : Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan


Balita
2. Penulis
a. Nama lengkap dan gelar : Purwati, S.ST
b. Golongan/pangkat/NIK : III A/ Penata Muda /2160424
c. Mata kuliah yang dikaji :Asuhan kebidanan neonatus, bayi dan
balita
d. Fakultas/jurusan/prodi : Ilmu Kesehatan/Kebidanan DIII
e. Alamat penulis : Perumahan Firdaus G8 Sokaraja
f. No. Telp/Hp/E-mail : 085735145236 / watix_1006@yahoo.com
3. Sumber pembiayaan : Universitas
Muhammadiyah Purwokerto Tahun 2012

Purwokerto, 22 Maret
2012

Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Penulis,

Ns. Dedy Purwito, S.Kep.,M.Sc. Purwati, S.ST


NIK. 2160153 NIK. 2160424

Mengetahui,
Ketua P3AI Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Dr. Sigid Sriwanto, M.Si.


NIP. 195607131982031002

2
DAFTAR ISI

1. Halaman judul................................................................................ i
2. Halaman pengesahan..................................................................... ii
3. Kata pengantar Dekan................................................................... iii
4. Daftar isi........................................................................................ iv
5. Daftar gambar................................................................................ v
6. Pendahuluan................................................................................... vi
7. BAB I. Lingkup Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita...................... 1
8. BAB II. Konsep Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita...................... 10
9. BAB III. Asuhan pada Bayi Umur 2-6 hari.................................... 34
10. BAB IV. Asuhan Primer pada Bayi Usia 6 minggu pertama......... 60
11. BAB V. Pemantauan TumBang neonatus, Bayi dan Balita........... 67
12. BAB VI. Asuhan pada Neonatus dan BBL dengan masalah yang
lazim terjadi....................................................................................
81
13. BAB VII. Asuhan Neonatus dengan Jejas Persalinan.................... 106
14. BAB VIII. Asuhan Neonatus dengan Kelainan Bawaan dan
penatalaksanaannya....................................................................... 112
15. BAB IX. Asuhan Neonatus dengan Resiko Tinggi dan
Penatalaksanaanya.........................................................................
126
16. BAB X. Imunisasi.......................................................................... 138
17. BAB XI. Rujukan.......................................................................... 156
18. BAB XII. Pendokumentasian........................................................ 163
19. Lampiran
20. Curikulum vitae penulis

3
4
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Cara kehilangan panas 51
Gambar 2. Cara menyendawa bayi 52
Gambar 3. Posisi Menyusui 55
Gambar 4. Formulir Denver Development Screning Test II 78
Gambar 5. Formulir Denver Development Screning Test II 79
Gambar 6. Meningimiolokel dan Meningokel 120
Gambar 7. Hipospadia 124

5
PENDAHULUAN

Mata kuliah asuhan kebidanan neonatus, bayi dan balita merupakan salah
satu mata kuliah yang termasuk kompetensi dasar yang harus dicapai mahasiswa
pendidikan D III kebidanan. Mata kuliah ini wajib diikuti oleh mahasiswa dengan
beban studi 4 sks yang terdiri dari 2 sks teori dan 2 sks praktek. Mata kuliah ini
diberikan pada mahasiswa semester III.
Mata kuliah ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk
memberikan asuhan pada neonatus (24 jam pasca lahir sampai dengan 28 hari),
bayi dan anak balita yang didasari konsep, sikap dan ketrampilan dengan pokok
bahasan lingkup asuhan, penatalaksanaannya, pemantauan tumbuh kembang,
imunisasi, peran dan tanggung jawab orang tua, system rujukan serta
pendokumentasian hasil asuhan.
Seorang bidan harus mempunyai kompetensi yang sudah ditetapkan dalam
standart kompetensi yang harus dicapai. Ada 9 standart kompetensi yang harus
dimiliki seorang bidan,. Dalam standart kompetensi tersebut asuhan pada
neonatus, bayi dan balita merupakan standart kompetensi yang ke 6 yaitu bidan
memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif pada bayi baru lahir
sehat sampai dengan umur 1 bulan. Standart kompetensi 7 yaitu bidan
memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif pada bayi baru lahir
sehat sampai dengan umur 1 bulan pada balita sehat (1 bulan sampai 1 tahun).
Mahasiswa mengikuti mata kuliah ini mempunyai tujuan dan manfaat agar
mahasiswa dapat memberikan asuhan kebidanan bermutu tinggi pada neonatus,
bayi dan balita sehingga standart kompetensi profesi bidan yang ke 6 dan 7 dapat
tercapai.
Pembelajaran teori asuhan kebidanan neonatus, bayi dan balita
dilaksanakan dikelas dengan metode ceramah, penugasan dan seminar. Sedangkan
pembelajaran praktek dapat dilaksanakan dikelas maupun di laboratorium
kebidanan komprehensif. Metode yang digunakan dalam pembelajaran praktek
adalah demonstrasi, roleplay dan simulasi.

6
Curicullum vitae
1. Nama : Purwati, S.ST
2. Bidang keahlian : Kebidanan
3. Alamat : Perumahan Firdaus blok G8 Sokaraja
4. Pendidikan : D4 Kebidanan
5. Hasil penelitian, pengabdian masyarakat dan kegiatan akademik
a. Hubungan Faktor kesehatan Dengan Tumbuh kembang Balita (Studi
Penerapan SDIDTK) di Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas
b. Pengabdian Masyarakat Peningkatan Berat Badan Bayi dengan Pijat
bayi
c. Perbedaan Hasil Belajar penggunaan Metode Demonstrasi dan Metode
Audiovisual Pada Pembelajaran pemasanagan IUD
d. Pembimbing PKM Mahasiswa
e. Pengampu Mata kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Balita

Curucullum vitae ini dibuat dengan sebenar-benarnya.

Purwokerto, 21 Maret 2012

Purwati, S.ST
NIK. 2160424

7
BAB I
LINGKUP ASUHAN NEONATUS, BAYI DAN BALITA
A. Kompetensi dasar :
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang lingkup asuhan, bayi dan
balita yang terdiri dari Bayi baru lahir normal, Bayi baru lahir
bermasalah, Bayi baru lahir dengan kelainan serta Bayi baru lahir dengan
trauma
B. Uraian materi
Pelayanan kesehatan neonatal harus dimulai sejak bayi belum
dilahirkan, melalui pelayanan kehamilan (ANC) yang dilakukan oleh ibu
hamil. Pelayanan kehamilan yang bermutu tinggi akan mencegah factor-
faktor yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas pada perinatal yang
meliputi : perdarahan, hipertensi, infeksi, kelahiran pre term, Berat badan
lahir rendah (BBLR), asfiksia, hipotermia, trauma serta kelainan
kongenital. Besarnya morbiditas dan mortalitas neonates mencerminkan
besarnya masalah kegagalan penyesuaian kehidupan bayi baru lahir
Sebagai pengantar untuk mempelajari lingkup asuhan neonates,
bayi dan balita, perlu dipahami beberapa istilah dibawah ini :
Periode Perinatal adalah jangka waktu/ masa kehamilan 28 minggu
(berat janin 1000gr atau panjang badan lebih kurang 36 cm) sampai 7
hari setelah lahir.
Periode Neonatal/ Neonatus adalah jangka waktu sejak bayi baru
lahir sampai 28- 30 hari.
Periode Neonatus Dini adalah jangka waktu 0- 7 hari setelah lahir
Periode Neonatus Lanjut adalah jangka waktu 8- 28 hari setelah lahir
Bayi baru lahir adalah suatu organism yang sedang tumbuh yang
baru mengalami proses kelahiran dan mampu menyesuaikan diri dari
kehidupan intrauteri ke kehidupan ekstrauteri
Lahir hidup adalah bayi yang dilahirkan dengan menunjukkan tanda-
tanda kehidupan seperti bernafas, adanya denyut jantung, tali pusat
berdenyut dan adanya gerakan

8
Lahir mati (still birth/late fetal death) adalah bayi yang lahir tidak
menunjukkan tanda- tanda kehidupan pada usia kehidupan > 28
minggu
Perhitungan angka kematian lahir mati :
Jumlah bayi lahir mati x 1000
Jumlah lahir mati + lahir hidup

Kematian janin dini (early fetal death) adalah kematian janin yang
terjadi pada masa gestasi < 20 minggu
Kematian janin intermediate (intermediate fetal death) adalah
kematian janin yang terjadi pada masa gestasi 20 – 28 minggu
Kematian neonatus dini adalah kematian pada bayi lahir hidup dalam
usia 7 hari pertama (168 jam) kehidupan
Perhitungan angka kematian neonatus dini :

Jumlah kematian neonatal dini x 1000


Jumlah kelahiran hidup

Kematian perinatal adalah kematian pada bayi lahir mati dan


kematian neonatal dini
Perhitungan angka kematian perinatal :

Jumlah bayi lahir mati + kematian neonatal dini x 1000


Jumlah lahir mati + lahir hidup

Lingkup asuhan neonates, bayi dan balita meliputi :


1. Bayi baru lahir normal
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang baru lahir dalam satu
jam pertama hingga usia 4 minggu dengan usia gestasi 37 hingga 42
minggu berat badab lahir 2500-4000 gram, langsung menangis dan
tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat.

9
Ciri-ciri bayi baru lahir normal diantaranya :
a. Berat badan 2500 - 4000 gram
b. Panjang badan 48 - 52 cm
c. Lingkar dada 30 - 38 cm
d. Lingkar kepala 33 - 35 cm
e. Frekuensi jantung pada menit-menit pertama ± 180
kali/menit kemudian turun 120 - 160 kali/menit
f. Pernafasan pada menit-menit pertama ± 80 kali/menit
kemudian turun 60- 40 kali/menit
g. Kulit kemerah - merahan dan licin karena jaringan sub
kutan cukup
h. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya
telah sempurna
i. Kuku agak panjang dan lemas
j. Genitalia;Perempuan labia mayora sudah menutupi labia
minora sedangkan laki – laki testis sudah turun, skrotum
sudah ada
k. Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
l. Reflek morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah
baik
m. Reflek graps atau menggenggan sudah baik
n. Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam
pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan

2. Bayi baru lahir bermasalah


Lingkup asuhan bayi baru lahir dengan masalah meliputi asuhan pada
:
a. Bayi baru lahir dengan bercak mongol
Bercak mongol merupakan bercak berwarna biru atau lesi-
lesi muskular berwarna abu-abu atau biru dengan batas tepi

10
bervariasi, paling sering pada daerah prasakral, tapi dapat juga
ditemukan di daerah posterior paha, tungkai, punggung dan bahu.
b. Hemangioma
Hemangioma merupakan salah satu jenis kelainan
pembuluh darah (semacam tumor) tetapi tidak berbentuk benjolan
yang sering terjadi pada bayi baru lahir dan pada anak berusia
kurang dari 1 tahun.
c. Ikterik fisiologis
Ikterik fisiologis adalah warna kekuningan pada bayi yang
muncul pada hari ke 2 dan ke 3 dan akan menghilang tanpa
pengobatan pada 10 hari pertama bayi lahir.
d. Muntah dan Gumoh
Muntah merupakan pengeluaran sebagian atau lebih ASI
dan makanan dari lambung dalam jumlah banyak dan biasanya
diikuti dengan kontraksi pada lambung. Sedangkan gumoh adalah
pengeluaran kembali ASI atau cairan susu dari lambung beberapa
saat setelah minum, biasanya terjadi pada bayi umur kurang dari
6 bulan.
e. Oral trush
Oral trush adalah infeksi jamur yang menyerang selaput
lendir mulut yaitu mukosa, lidah kadang palatum, gusi serta
mulut bagian bawah bayi.
f. Diaper rush
Diaper rash/ruam popok adalah iritasi kulit/peradangan
yang dialami bayi pada bagian tubuh yang tertutup, biasanya
terjadi di alat kelamin, bokong, lipatan paha dan perut bagian
bawah yang diakibatkan dari gesekan anstara popok dan kulit
serta keadaan yang lembab.
g. Seborrhea
Seborrhea merupakan peradangan pada kulit kepala, wajah
kadang pada bagian tubuh lain sebagai proses pergantian sel-sel

11
kulit yang terjadi pada bulan pertama bayi lahir dan akan
menghilang dengan sendirinya dalam 6 bulan hingga 12 bulan.
h. Bisulan
Bisulan/furunkel adalah Infeksi kulit yang terjadi di folikel
rambut dan jaringan subkutan yang biasa dialami oleh bayi dan
anak.
i. Miliriasis
Miliariasis/biang keringat merupakan bintik-bintik merah
berisi cairan yang terjadi karena tersumbatnya pori-pori sehingga
keringat tidak bias keluar.
j. Diare
Diare adalah peningkatan frekuensi buang air besar lebih
dari 3 kali (pada neonates lebih dari 4 kali) dalam sehari
konsistensi cair, baik berlendir ataupun tidak.
k. Obstipasi
Obstipasi merupakan keadaan yang lebih parah dari
konstipasi yang disebabkan karena terhalangnya pergerakan feses
dalam usus (adanya obstruksi usus).
l. Infeksi
Infeksi yang terjadi pada neonates pada prenatal, antenatal,
intranata ataupun postnatal.
m. Bayi meninggal mendadak
Bayi meninggal mendadak atau disebut juga SIDS (sudden infant
dead syndrome) merupakan bayi tiba-tiba meninggal tanpa
diketahui penyebabnya, kejadian SIDS paling banyak pada bayi
dengan tidur tengkurap.
3. Kelainan bawaan pada bayi baru lahir
Adalah bayi dengan kelainan morfologik dalam pertumbuhan struktur
bayi yang dijumpai sejak bayi lahir. Adapun jenis kelainan bawaan
berdasarkan penanganannya ada 3 yaitu:

12
a. Kelainan bawaan yang memerlukan tindakan segera (untuk
menyelamatkan kehidupan bayi), meliputi:
1) Hernia diafragmatika
2) Atresia koana posterior (penutupan satu/dua saluran hidung
bagian belakang)
3) Obstruksi saluran nafas bagian atas
b. Kelainan bawaan yang memerlukan tindakan dini (seawal
mungkin untuk meningkatkan/memperbaiki kondisi fisik bayi
yang dapat mengganggu perkembangannya), meliputi:
1) Omfalokel (protusi isi rongga perut ke luar dinding perut di
sekitar umbiklikus terbungkus dalam suatu kantong)
2) Atresia esophagus (penyumbatan/obstruksi dari saluran
esophagus/kerongkongan)
3) Hischprung (Gangguan pasase usus besar karena tidak adanya
sel ganglion dalam pleksus aurerbach/meissner)
4) Atresia ani/rekti (penyumbatan/obstruksi pada rectum/anus)
5) Meningokel (Lapisan meningen menonjol keluar kanalis
vertebralis)
6) Ensefalokel (Defek tulang kranium yang menimbulkan
herniasi jaringan saraf pusat)
7) Hidrosefalus (dilatasi ventrikel yang progresif disebabkan
adanya timbunan cairan cerebrospinalis yang berlebihan)
8) Obstruksi Biliaris (penyumbatan saluran empedu)
c. Kelainan bawaan yang dapat dijumpai di klinik yang tidak
memerlukan penanganan segera, meliputi:
1) Labioskizis (bibir sumbing), labiopalatoskizis (bibir &
palatum sumbing), labiognatopalatoskizis (sumbing dari bibir,
palatum, hingga hidung)
2) Hipospadia (orifisium uretra terdapat di bagian ventral penis
antara skrotum dan gland penis)

13
3) Fimosis (penyempitan muara preputium yang tidak
memungkinkan preputium ditarik ke belakang melewati gland
penis pada neonatus laki- laki)
4. Asuhan neonatus dengan jejas persalinan
Yaitu bayi dengan trauma mekanik/perlukaan yang disebabkan oleh
karena proses persalinan/kelahiran.
Adapun trauma kelahiran yang sering ditemui adalah:
a. Caput succedaneum
Adalah pada pembengkakan suatu tempat dikepala karena adanya
timbunan getah bening dibawah lapisan aponerose di luar
periostinum.
b. Cephal Hematoma
Adalah pembengkakan pada kepala karena adanya penumpukan
darah yang disebabkan perdarahan sub periosteum.
c. Pendarahan Intrakranial, yaitu pendarahan yang terjadi dalam
tengkorak
d. Fraktur klavikula merupakan patahnya tulang klafikula bayi
dikarenakan persalinan dengan pertolongan distosia bahu
e. Fraktur humerus
f. Brachial Palsi, yaitu kelumpuhan pada pleksus brachialis.
5. Asuhan neonates resiko tinggi dan penatalaksanaannya
Merupakan asuhan untuk neonates yang beresiko terjadi
kegawatadaruratan sampai terjadi kematian neonates. Asuhan
neonates resiko tinggi meliputi asuhan pada :
a. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah berat badan bayi
ketika lahir kurang dari 2500 gram.
b. Asfiksia Neonatorum merupakan keadaan bayi baru lahir tidak
dapat bernafas secara spontan segera setelah lahir.
c. Sindrom gangguan pernafasan merupakan kumpulan gejala yang
terdiri dari dispnoe atau hiperapnoe dengan frekuensi

14
pernafasan lebih dari 60 kali/menit, sianosis, rintihan pada
ekspirasi dan kelainan otot-otot pernafasan pada inspirasi.
d. Ikterus patologis
Ikterus yang muncul 24 jam pertama bayi lahir dan menetap 2
minggu pertama bayi lahir
e. Hipothermi
Hipothermi merupakan keadaan suhu tubuh di bawah 36,5OC.
f. Hipertermi
Hiperthermi adalah keadaa suhu tubuh diatas 37OC .
g. Hipoglikemi
Hipoglikemi adalah keadaan bayi baru lahir denganKadar gula
darah yang rendah yaitu <30 mg% pd bayi yg cukup bulan, 20
mg% pd BBLR.
h. Tetanus neonatorum
Penyakit yang menyerang bayi baru lahir yang disebabkan oleh
basil Clostridium Tetani.
i. Penyakit yang di derita ibu selama hamil
Semua bayi baru lahir beresiko jika ibu selama hamil menderita
suatu penyakit misalnya ibu dengan diabetes mellitus, ibu
dengan penyakit menular seksual dll. Deteksi dini pada
antenatal lebih utama dari pada pengobatan pada bayinya,
karena efek pengobatan sangat berpengaruh terhadap kesehatan,
perkembangan dan pertumbuhan bayi.

15
C. Ringkasan materi
Mengetahui lingkup asuhan neonatus merupakan dasar untuk
melaksanakan asuhan yang komprehensif, sehingga dapat mengurangi
morbiditas dan mortalitas pada neonatus. Upaya pencegahan dan deteksi
dini pada kelainan bawaan neonatus, jejas pada neonatus, bayi bermasalah
serta resiko tinggi neonatus diawali dengan mengenal tanda dan gejala
yang muncul, sehingga dapat menentukan perencanaan serta tindakan
yang tepat.
D. Tugas dan latihan
1. Jelaskan tentang bayi baru lahir normal!
2. Fraktur klavikula dan brachial palsy merupakan kelaianan yang
terjadi karena…..
E. Rambu-rambu jawaban
1. Bayi yang baru lahir dalam satu jam pertama hingga usia 4 minggu
dengan usia gestasi 37 hingga 42 minggu berat badab lahir 2500-4000
gram, langsung menangis dan tidak ada kelainan congenital (cacat
bawaan) yang berat.
2. Trauma mekanik dalam proses persalinan, biasanya terjadi pada
persalinan dengan distosia bahu.
F. Daftar pustaka
1. Saifudin Abdul Bari, 2002. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBSP
2. Varney, Helen. 2000. Buku Saku Bidan. Jakarta: EGC
3. Manuaba, I. G. Bagus. 2000. Ilmu Kebidanan dan Penyakit
Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta: EGC
4. Depkes RI. 1993. Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga.
Jakarta: Depkes RI
5. Markum, dkk. 2001. Buku Ajar: Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 1.
Jakarta: FKUI
6. Behrman, Kliegman, Avin. 1999. Ilmu Kesehatan Nelson. Ed.15.
Jakarta: EGC

16
BAB II
KONSEP ASUHAN NEONATUS, BAYI DAN BALITA

A. Kompetensi Dasar
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang konsep asuhan neonatus,
bayi dan balita yang meliputi adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan
diluar uterus, rawat gabung serta pencegahan infeksi pada bayi baru lahir
B. Uraian materi
1. Adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan ekstra uteri
Transisi kehidupan bayi dari intra uteri ke ekstra uteri
merupakan peristiwa yang sangat penting bagi kelangsungan hidup
bayi. Periode transisi ini sangat dipengaruhi oleh faktor prenatal,
antenatal serta intrapartum. Peristiwa terjadinya konsepsi dan
kehidupan prenatal sering terjadi ketidaknormalan dalam tumbuh
kembang janin, ini mungkin dipengaruhi oleh faktor gizi, penyakit
yang di derita ibu, sosial ekonomi, psikologis serta lingkungan yang
ada disekitar ibu hamil. Sehingga bayi dengan
ketidaknormalan/kelainan membutuhkan perhatian yang ekstra dari
tenaga kesehatan. Faktor intrapartum mempengaruhi bayi pada detik-
detik pertama bayi lahir, misalnya partus lama dapat menyebabkan
bayi asfiksia sehingga bayi terganggu pernafasannya saat lahir.
Transisi kehidupan ekstrauteri yang paling cepat terjadi sesaat
setelah lahir ada 4 area yaitu :
a. Perubahan sistem pernafasan
Perubahan fisiologis yang terjadi pada bayi baru lahir salah
satunya sistem pernafasan yaitu peralihan dari sirkulasi plasenta
ke pernafasan secara mandiri. Dalam uterus, janin tidak
memerlukan paru-paru untuk melakukan pernafasan, karena
oksigen didapatkan dari darah ibu melalui sirkulasi plasenta.
Walaupun begitu, pembentukan paru-paru sudah mulai terbentuk

17
pada kehamilan minggu ke 4 dan terus berkembang hingga umur
kehamilan aterm. Paru-paru pada janin berisi surfakatan yang
terbentuk sejak umur kehamilan 24 minggu. Fungsi dari surfaktan
ini adalah membantu melarutkan lapisan cairan yg melapisi
alveoli sehingga mempermudah pertukaran O2 dan CO2 serta
mencegah mengempisnya (collaps) kembali alveoli selama
gerakan pernafasan normal (memudahkan paru2 berkembang pd
penarikan nafas pertama ).
Tarikan nafas pertama pada bayi baru lahir terjadi
peristiwa biokimia yaitu hipoksia di akhir persalinan dan stimulus
fisik. Stimulus fisik yang merangsang pusat pernafasan
diantaranya udara dingin, gaya gravitasi, nyeri, cahaya dan suara.
Usaha nafas pertama pada bayi baru lahir dipengaruhi juga oleh
penekanan toraks pada saat proses persalinan berlangsung.
Tekanan yang tinggi pada toraks, mengakibatkan cairan/surfaktan
di paru tertekan keluar dan udara mulai mengisi paru-paru. Setelah
bebrapa kali bernafas, udara mulai masuk ke jalan nafas besar
yaitu trakea dan bronkus. Cairan dalam paru didorong ke perifer
yang selanjunya akan diabsorsi. Pada akhinya seluruh alveolus
akan terisi udara dan terjadilah pernafasan yang adekuat.
Tabel. Respon pernafasan normal dan abnormal
Normal Abnormal
Frekuensi rata-rata 40 kali/menit -
Rentang : 30-60 kali/menit <30 kali / menit dan > 60 kali / menit
Pernafasan diafragma dan abdomen Retraksi interkosta, retraksi prosesus
Bernafas melalui hidung xifoideus
- Nafas cuping hidung
Suara dengkur saat ekspirasi
Sumber: Varney, buku ajar Asuhan Kebidanan Vol. 2
Nafas aktif pertama menghasilkan peristiwa yang fisiologis yaitu
1) Perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi dewasa

18
2) Pengosongan paru dari cairan
3) Pengurangan tekanan arteri pulmonalis
4) Berfungsinya paru-paru pada bayi baru lahir
Pola pernafasan pada bayi baru lahir bervariasi, pernafasan
dapat berfluktuasi dan tidak stabil selama beberapa waktu.
Pernafasan juga terdengan bising dan basah selama periode
transisi ini. Frekuensi nafas secara konsisten rentang 30-60 kali
per menit.
Bagan: Permulaan pernafasan
+
Peristiwa mekanis
(penekanan toraks Rekoil dada Stimulus sensori, kimia, suhu dan
mekanis
+
persalinan per
vaginam

Tekanan Aktivasi nafas


Cairan paru hilang intratoraks negatif pertama

Masuknya udara

Peemulaan berkurangnya tegangan Peningkatan PO2 alveoli


permukaan alveoli

Penurunan tekanan interstisial Pembukaan pembuluh darah paru

Peningkatan volume pembuluh Peningkatan aliran pembuluh darah


darah paru paru

Peningkatan sirkulasi limfe

Peningkatan oksigenasi yang


adekuat

19
Sumber : Varney, Buku Ajar Asuhan Kebidanan Vol. 2

b. Perubahan sistem sirkulasi darah


Setelah lahir, darah BBL harus melewati paru untuk
mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna
mengantarkan oksigen ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang
baik guna mendukung kehidupan luar rahim, harus terjadi dua
perubahan besar yaitu
1) Penutupan foramen ovale pada atrium paru-paru dan aorta
2) Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru-paru dan
aorta
Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan
pada seluruh system pembuluh tubuh. Jadi perubahan-perubahan
tekanan langsung berpengaruh pada aliran darah. Oksigen
menyebabkan system pembuluh mengubah tekanan dengan cara
mengurangi atau meningkatkan resistensinya, sehingga mengubah
aliran darah.
Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam pembuluh
darah:
1) Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh sistemik
meningkat dan tekanan atrium kanan menurun. Tekanan
atrium kanan menurun karena berkurangnya aliran darah ke
atrium kanan tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan
volume dan tekanan atrium kanan itu sendiri. Kedua kejadian
ini membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit
mengalir ke paru-paru untuk menjalani proses oksigenasi
ulang.
2) Pernafasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah
paru-paru dan meningkatkan tekanan atrium kanan. Oksigen
pada pernafasan pertama ini menimbulkan relaksasi dan

20
terbukanya system pembuluh darah paru-paru. Peningkatan
sirkulasi ke paru-paru mengakibatkan peningkatan pembuluh
darah dan tekanan pada atrium kanan. Dengan peningkatan
tekanan atrium kanan ini dan penurunan tekanan atrium kiri,
foramen ovale secara fungsional akan menutup.
Dengan pernafasan, kadar oksigen dalam darah meningkat.
Mengakibatkan duktus arteriosus mengalami konstriksi dan
menutup dalam waktu 8-10 jam setelah bayi lahir. Vena
umbilicus, duktus venosus dan arteri hipogastrika dari tali pusat
menutup secara fungsional dalam beberapa menit setelah lahir dan
setelah tali pusat di klem. Penutupan anatomi jaringan fibrosa
berlangsung dalam 2-3 bulan.
Total volume darah yang bersirkulasi pada waktu lahir
adalah 80 ml/kg bobot tubuh. Akan tetapi dapat meningkat jika
pemutusan tali pusat tidak dilakukan pada waktu lahir. Tingkat
haemoglobin tinggi (15-20 g/dl). 70% adalah Hb janin. Perubahan
Hb janin ke dewasa yang terjadi di rahim selesai pada 1-2 tahun
kehidupan.

21
Bagan : perubahan sirkulasi janin dari intrauteri ke ekstrauteri

Tali pusat diklem

Memutus aliran darah plasenta (sirkuit tahanan rendah untuk darah)

Lingkungan Penutupan Peningkatan tahanan sistemik


yang dingin duktus venosus

Darah ke hati dan Tekanan dalam atrium


system portal kanan menurun
dibandingkan tekanan
Perubahan dari
pada atrium kiri
pirau(shunting)
kanan-ke-kiri menjadi
Nafas pertama aliran darah kiri ke
kanan

Cairan paru
Ekspansi paru
keluar Peningkatan kadar
oksigen dalam
sirkulasi paru
Penurunan
tahanan
pembuluh darah
paru
Penutupan duktus arteriosus

Peningkatan
tekanan dalam
darah paru

Penutupan foramen ovale

Sumber : Varney dalam asuhan kebidanan volume 2

22
c. Kemampuan termoregulasi
BBL belum dapat mengatur suhu tubuh mereka, sehingga
akan mengalami stress dengan adanya perubahan-perubahan
lingkungan. Pada saat bayi meninggalkan lingkungan rahim ibu
yang hangat, bayi tersebut kemudian masuk ke dalam lingkungan
ruang bersalin yang jauh lenih dingin. Suhu dingin ini
menyebabkan air ketubab menguap lewat kulit, sehingga
mendinginkan darah bayi.
BBL/neonatus dapat menghasilakan panas dengan tiga
cara: menggigil, aktivitas volunter otot, dan termogenesis bukan
melalui mekanisme menggigil.
Menggigil saja tidak efisien dan seorang bayi cukup bulan
tidak menghasilkan panas dengan jalan ini. Aktivitaas otot dapat
membangkitkan panas tetapi manfaatnya terbatas bahkan pada
bayi-bayi cukup bulan dengan kekuatan otot cukup kuat untuk
tetap berada dalam posisi fleksi. Termogenesis bukan menggigil
menunjuk pada penggunaan lemak coklat untuk produksi panas.
Timbunan lemak coklat terletak pada dan sekitar tulang belakang,
klavikula dan sternum, ginjal serta pembuluh darah utama. Jumlah
lemak coklat tergantung pada usia kehamilan dan menurun pada
BBL yang terhambat pertumbuhannya. Produksi panas melalui
penggunaan cadangan lemak coklat mulai dengan rangsangan
dingin yang memicu aktivitas hipotalamus. Pesan-pesan imiawi
akan dikirim ke sel-sel lemak coklat. Sel-sel ini menghasilkan
energi yang mengubah lemak menjadi energi panas.
Luasnya permukaan kulit bayi berbanding dengan besar
massa tubuh bayi akan membuat kehilangan panas menjadi
potensial. Lapisan lemak di bawah kulit yang tipis dan
memberikan daya isolasi yang buruk akan memungkinkan
pemindahan inti panas ke lingkungannya. Pusat pengaturan panas
di dalam otak bayi mempunyai kemampuan untuk mendorong

23
produksi panas sebagai reaksi terhadap rangsangan yang diterima
dari termoreseptor. Akan tetapi, hal ini sangat bergantung pada
kegiatan metabolisme yang meningkat yang mengurangi
kemampuan bayi tersebut untuk mengendalikan suhu tubuh,
terutama dalam kondisi lingkungan yang tidak mendukung.
d. Pengaturan glukosa
Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam
jumlah tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan
klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai mempertahankan
kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap BBL, glukosa darah
akan turun dalam waktu cepat (1-2 jam).
Koreksi penurunan gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara:
1) Melalui penggunaan ASI (BBL sehat harus didorong untuk
menyusu ASI secepat mungkin setelah lahir)
2) Melalui penggunaan cadangan glikogen (glikogenesis)
3) Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak
(glukoneogenesis)
BBL yang tidak dapat mencerna makanan dalam jumlah
yang cukup akan membuat glukosa dari glikogen. Hal ini hanya
terjadi jika bayi mempunyai persediaan glikogen yang cukup.
Seorang bayi yang sehat akan menyimpan glukosa sebagai
glikogen, terutama dalam hati, selama bulan-bulan terakhir
kehidupan dalam rahim. Seorang bayi yang mengalami hipotermi
pada saat lahir yang mengakibatkan hipoksia akan menggunakan
persediaan glikogen dalam jam I kelahiran. Perhatikan bahwa
keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya tercapai hingga 3-4 jam I
pada bayi cukup bulan yang sehat. Jika semua persediaan
digunakan pada jam I maka otak bayi dalam keadaan berisiko
kekurangan glukosa. BBL kurang bulan, IUGR, dan distress janin
merupakan risiko utama kekurangan glukosa, karena simpanan
energi berkurang atau digunakan sebelum lahir.

24
Selain keempat perubahan diatas ada beberapa perubahan
system organ dari intrauteri ke ekstrauteri diantaranya :
a. Sistem ginjal
Walaupun ginjal sangat penting dalam kehidupan janin
namun muatan kecil hingga setelah kelahiran. Air seninya encer,
warna kekuning-kuningan dan tidak berbau. Warna coklat akibat
lendir bebas membran mukosa dan udara acid dapat terjadi dan
hilang setelah banyak minum. Garam uric acid dapat
menyebabkan noda merah jambu namun ini tidak penting. Tingkat
filtrasi glomerular rendah dan kapabilitas peresapan tubular
terbatas. Bayi tidak mampu membersihkan/mengencerkan air seni
dengan baik dalam memberikan reaksi terhadap penerimaan
cairan dan juga tidak dapat mengantisipasi tingkat larutan yang
tinggi atau rendah dalam darah. Air seni dibuang dengan cara
mengosongkan kandung kemih secara refleks. Air seni pertama
dibuang saat lahir dan dalam 24 jam dan setelahnya semakin
seirng dengan semakin banyaknya cairan yang masuk.
b. Gastrointestinal
Saluran usus lambung bayi secara fungsional belum
matang dibandingkan orang dewasa. Selaput lendir pada mulut
berwarna merah jambu dan basah. Gigi tertanam di dalam gusi
dan sekresi ptyalin rendah. Sebelum lahir, janin cukup bulan akan
mulai menghisap dan menelan. Reflek gumoh dan batuk yang
matang sudah terbentuk dengan baik pada saat lahir. Kemampuan
bayi untuk menelan dan mencerna makanan (selain susu) masih
terbatas. Hubungan antara esophagus bawah dan lambung masih
belum sempurna mengakibatkan gumoh pada BBL dan neonatus.
Kapasitas lambung sangat terbatas, kurang dari 30 ml (15-30 ml)
untuk seorang BBL cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan
bertambah secara lambat bersamaan dengan tumbuhnya BBL.

25
Pengaturan makan yang sering oleh bayi sendiri penting,
contohnya memberi ASI on demand.
Asam lambung jumlahnya sama dengan yang ada pada
orang dewasa dalam beberapa hari pertama dan pada hari ke-10
bayi benar-benar tidak memiliki asam hidroklorida yang
meningkatkan risiko infeksi. Waktu mengosongkan lambung
adalah 2,5-3 jam. Sesuai dengan ukuran bayi, usus pun panjang,
terdiri dari sejumlah besar kelenjar sekresi dan daerah permukaan
yang besar untuk menyerap gizi makanan. Ada enzim walaupun
terdapat kekurangan amilase dan lipase yang menghilangkan
kemampuan bayi mencerna karbohidrat dan lemak.
Pada waktu lahir, usus dalam keadaan steril hanya dalam
beberapa jam. Terdengan bunyi isi perut dalam 1 jam I kelahiran.
Mekonium yang ada dalam usus besar sejak 16 minggu
kehamilan, diangkat dalam 24 jam I kehidupan dan benar-benar
dibuang dalam waktu 48-72 jam. Kototran pertama berwarna hijau
kehitam-hitaman, keras, dan mengandung empedu. Pada hari 3-5
kotoran berubah warna menjadi kuning kecoklatan. Begitu bayi
diberi makanan, kotoran berwarna kuning. Kotoran bayi yang
meminum susu botol lebih pucat warnanya, lunak dan berbau agak
tajam. Bayi BAB 4-6 x sehari namun ada kecenderuangan untuk
sulit BAB.
c. Adaptasi kekebalan
Sistem imunitas BBL masih belum matang, sehingga
menyebabkan neonatus rentan terhadap infeksi dan alergi. Sistem
imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami
maupunyang didapat.
Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh
yang mencegah atau meminimalkan infeksi. Beberapa contoh
kekebalan alami meliputi:
1) Perlindungan oleh kulit membran mukosa

26
2) Fungsi saringan saluran nafas
3) Pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus
4) Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung
Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel oleh sel
darah yang membantu BBL membunuh mikroorganisme asing.
Tetapi pada BBL sel-sel darah ini masih belum matang, artinya
BBL tersebut belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi
secara efisien.
Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian. BBL
yang lahir dengan kekebalan pasif mengandung banyak virus
dalam tubuh ibunya. Reaksi antibody keseluruhan terhadap
antigen asing masih belum bisa dilakukan sampai awal kehidupan
anak. Salah satu tugas utama selama masa bayi dan balita adalah
pembentukan system kekebalan tubuh.
Bayi memiliki imunoglobulin waktu lahir namun
keberadaannya dalam rahim terlindung membatasi kebutuhan
untuk bereaksi pada kekebalan terhadap antigen tertentu. Ada tiga
macam imunoglobulin (Ig) antibodi, (huruf menunjukkan
masing-masing golongan) yaitu IgG, IgA dan IgM, dan hanya IgG
yang cukup kecil melewati pembatas palsenta.
IgG merupakan golongan antibodi yang sangat penting dan
kira-kira 75% dari seluruh antibodi. IgG mempunyai kekebalan
terhadap infeksi kuman virus tertentu. Pada waktu lahir tingkat
IgG bayi sama dengan atau sedikit lebih banyak dari pada ibu. Ini
memberikan kekebalan pasif selama beberapa bulan kehidupan.
IgM dan IgA tidak melintasi pembatas plasenta namun
dibuat oleh janin. Tingkat IgM pada periode kehamiloan besarnya
20% dari IgM orang biasa dan diperlukan waktu 2 tahun untuk
dapat menyamai tingkat orang dewasa. Tingkat IgM yang relatif
rendah membuat bayi lebih rentan terkena infeksi. IgM juga
penting sebab sebagian besar antibodi yang terbentuk sewaktu

27
terjadi respon primer adalah golongan ini. Tingkat IgA sangat
rendah dan diproduksi dalam waktu yang lama walaupun tingkat
salive sekresi mencapai tingkat orang dewasa dalam kurun waktu
2 bulan. IgA melindungi dari infeksi saluran pernafasan, saluran
usus lambung, dan mata. Sedangkan Imunoglobulin jenis lainnya,
yaitu IgD dan IgE tidak begitu berkembang pada masa awal
bayi/neonatus.
ASI dan terutama kolostrum memberikan kekebalan pasif
kepada bayi dalam bentuk:
1) Laktoferin
Merupakan protein yang mempunyai afinitas yang
tinggi terhadap zat besi. Bersama dengan salah satu
imunoglobulin yaitu IgA, laktoferin mengambil zat besi yang
diperlukan untuk perkembangan E. Colli, stafilokokus, dan
ragi. Kandungan zat besi yang rendah pada kolostrum dan ASI
akan mencegah perkembangan kuman patogen.
2) Lisosom.
Bersama IgA mempunyai fungsi antibakteri dan juga
menghambat pertumbuhan berbagai macam virus.
3) Faktor antitripsin
Enzim tripsin berada di dalam saluran usus dan
fungsinya adalah memecah protein. Adanya faktor tripsin
dalam kolostrum ASI akan menghambat kerja tripsin, sehingga
akan menyebabkan imunoglobulin pelindung tidak akan
dipecah oleh tripsin.
4) Faktor bifidus
Lactobacili ada di dalam usus bayi dan laktobcili ini
menghasilkan asam mencegah perrtumbuhan kuman patogen.
Untuk pertumbuhannya, lactobacili membutuhkan gula yang
mengandung nitrogen, yaitu faktor bifidus dan faktor ini
terdapat dalam ASI.

28
Kelenjar timus tempat diproduksinya limfosit relatif besar
pada waktu lahir dan terus meningkat hingga usia 8 tahun. Karena
adanya defisiensi kekebalan alami dan didapat ini, BBL sangat
rentan terhadap infeksi. Reaksi BBL terhadap infeksi masih lemah
dan tidak memadai. Oleh karena itu, pencegahan infeksi (seperti
praktek persalinan aman, menyusui ASI dini terutama kolostrum)
dan deteksi dini serta pengobatan dini infeksi menjadi sangat
penting.
d. Sistem neurologi
Dibandingkan dengan sistem tubuh lain, sistem saraf BBL
berespon dengan baik secara anatomi maupun fisiologi. Ini
menyebabkan kegiatan refleks spina dan batang otak dikendalikan
secara minimal oleh lapisan luar serebrum pada bulan-bulan awal
walaupun interaksi sosial terjadi lebih awal. Setelah bayi lahir,
pertumbuhan otak memerlukan persediaan oksigen dan glukosa
yang mencukupi sehingga persarafan akan bekerja dengan
maksimal. Otak yang masih muda rentan terhadap hipoksia,
kesetimbangan biokimia, infeksi dan perdarahan.
Ketidakstabilan suhu dan gerak otot yang tidak
terkoordinasi menggambarkan keadaan perkembangan otak yang
tidak sempurna dan mielinisasi saraf tidak baik. BBL dilengkapi
dengan rangkaian aktifitas refleks yang luas pada usia yang
berbeda-beda memberikan indikasi kenormalan dan perpaduan
system neurology dan skeletomuskuler. Beberapa reflek yang
harus diperhatikan pada bayi baru lahir berupa :
1) Refleks Moro (reflek terkejut).
Reflek ini terjadi karena adanya reaksi miring
terhadap rangsangan mendadak. Ini dapat terjadi dengan cara
menggendong bayi dengan sudut 45o, lalu biarkan kepala
menurun sekitar 1-2 cm. Bayi akan bereaksi dengan menarik
dan menjulurkan lengannya yang kadang-kadang gemetar.

29
Lalu kedua lengannya memeluk dada. Reaksi yang sama juga
terjadi pada kaki, yang lentur tertekuk diperut.
Ada atau tidaknya serta simetris atau tidaknya reflek
ini dapat memberikan keterangan mengenai keadaan susunan
saraf pusat, fleksus brakhialis, fraktur klavikula/ ekstremitas,
dislokasi panggul, dll. Refleks moro yang ada pada saat lahir
dan kemudian menghilang, menunjukkan terdapatnya
perdarahan serebral; sebaliknya jika pada waktu lahir tidak
ada kemudian timbul menunjukkan terdapatnya edema
serebri.
Reflek moro akan menghilang pada umur 5 bulan,
bila refelk masih menetap sampai umur lebih dari 5 bulan
berarti terdapat kerusakan susunan saraf pusat.
2) Refleks Rooting (reflek mencari)
Reflek mencari akan timbul bila pada bayi yang lapar
diletakkan sesuatu ke dalam mulutnya, maka bayi akan
mencarinya kemudian akan menghisapnya. Bisa juga dengan
memberikan reaksi terhadap belaian di pipi atau sisi mulut,
bayi akan menoleh ke arah sumber rangsangan dan membuka
mulutnya siap untuk mengisap.
3) Reflek mata
Reflek mata yang harus diperiksa atau diperhatikan
adalah adanya reflek mengedip, reflek mata boneka dan
reflek pupil. Respon yang buruk pada pemeriksaan reflek
menandakan adanya kerusakan pada saraf.
4) Refleks menggenggam
Genggaman tangan diperoleh dengan menempatkan
jari di dalam telapak tangan bayi yang akan menggenggam
dengan erat. Reaksi yang sama dapat ditunjukkan dengan
berjalan bagian bawah tumit (genggam telapak kaki)

30
5) Refleks berjalan dan melangkah (walking reflek)
Jika disangga secara tegak dengan kaki menyentuh
permukaan yang rata, bayi akan terangsang untuk berjalan.
Jika digendong dengan tulang karing menyentuh pinggir
meja, bayi akan memanjat ke meja (reflek penempatan
tungkai).
6) Refleks leher tonik asimetris (tonic neck reflek)
Pada posisi telentang disamping tubuh tempat kepala
menoleh ke arah itu terulur sedangkan lengan sebelah
terkulai. Jika didudukkan tegak, kepala bayi pada awalnya
akan terkulai ke belakang lalu bergerak ke kanan sesaat
sebelum Akhirnya tunduk ke arah depan.
2. Rawat gabung
Rawat gabung adalah suatu sistem perawatan ibu dan anak
bersama-sama atau pada tempat yang berdekaan sehingga
memungkinkan sewaktu-waktu, setiap saat ibu tersebut dapat
menyusui anaknya.
Rawat gabung dapat bersifat :
a. Kontinu : dengan bayi tetap berada disamping ibunya terus
menersus.
b. Intermitten : dimana bayi sewaktu-waktu ingin menyusui atau
atas permintaan ibunya dapat dibawa kepada ibunya.
Tujuan Rawat Gabung
a. Bantuan emosional
Setelah proses kehamilan dan persalinan yang lama dan
melelahkan, ibu akan sangat senang dan bahagia bila dekat dengan
bayinya. Hubungan ibu dan bayinya sangat penting ditumbuhkan
pada saat – saat awal dan bayi akan memperoleh kebagoaan
kehangatan tubuh ibu, kelembutan dan kasih sayangnya.

31
b. Penggunaan ASI
Dari segala sudut pertimbangan maka ASI adalah makanan
terbaik bagi bayi. Dan produksi ASI akan makin cepat dan makin
banyak bila menyusui dilakukan dengan segera dan sesering
mungkn. Hal ini dimungkinkan dengan adaya rawat gabung.
c. Pencegahan infeksi
Pada perawayttan terpisah maka kejadian silang akan sulit
dicegah. Dengan melakukan rawat gabubg maka infeksi silang
dapat dihindari. Kolostrum yang meganduing antibodi dalam
jumlah tinggi, akan melapisi seluruh permukaan mukosa dari
saluran cerna bayi dan diserap oleh ayi sehingga bayi akan
mempunyai kekebalan yang tinggi. Kekebalan ini akan mencegah
infeksi terutama diare.
d. Pendidikan kesehatan
Pada saat melaksanakan rawat gabung dapat dimanfaatkan
untuk memberikan pendidikan kesehatan pada iu, terutama
primipara. Keinginan ibu untuk banugn daari tempat tidur,
menggendong bayi dan erawat diri akan mempercepat obilisasi,
sehingga ia akan lebih cepat pulih dari persalinan.
Pelaksanaan Rawat Gabung
Diberbagai situasi dan kondisi bisa berbeda sehingga disini
akan diambil contoh yang bisa dilaksanakan sesuai dengan situasi dan
kondisi stempat yang ada.
a. Di Poliklinik kebidanan
1) Ibu-ibu diberikan penyuluhan tentang kebaikan ASI dan
perawatan gabung: perawatan payudara, makanan ibu hamil,
perawatan bayi, dan lain-lain.
2) Lebih baik bila ada ruangan untuk memutar film tentang cara
perawatan payudara, KB, cara memandkan bayi, meraat tali
pusat dan lain sebagainya.
3) Melayani konsultasi dalam masalah kesehatan ibu dan anak.

32
4) Membuat laporan bulanan mengenai jumlah pengunjung,
aktivitas-aktivitas, problem yang dijumpai, dll.
b. Di kamar bersalin
Bayi memenuhi syarat rawat gabung dilakukan perawatan
BBL normal. Kriteria yang diambil sebagai patokan untuk dapat
dirawat bersama ibunya adalah:
1) Nilai APGAR lebih dari 7
2) Berat Badan > 2500 gr dan < 400 gr
3) Masa kehamilan lebih dari 36 minggu dan kurang dari 42
minggu
4) Lahir spontan
5) Tidak ada infeksi intra partum
6) Ibu sehat
7) Tidak ada komplikasi persalianan baik pada ibu maupun pada
bayinya.
8) Tidak ada kelainan bawaan yang berat.
c. Di ruangan perawatan
1) Bayi diletakkan dalam tempat tidur yang ditempatkan
disamping tempat tidur ibu
2) Perawat harus memperhatikan keadaan umum bayi dan dapat
mengenali keadaan-keadaan yang tidak normal serta kemudian
melaporkan kepada dokter jaga.
3) Bayi boleh menyusu bila bayi/ ibu menginginkannya.
4) Bayi tidak boleh diberi susu dari botol. Bila terpaksa / sesuai
dengan indikasi medis bayi dapat diberi susu formula dengan
menggunakan sendok/cangkir/pipet/sonde lambung.
5) Ibu harus dibantu untuk dapat menyusui bayi dengan baik,
juga untuk merawat payudaranya.
6) Kedaan bayi sehari-hari dicatat dalam status
7) Bila bayi sakit / perlu observasi lebih teliti, maka bayi
dipindahkan keruang perawatan khusus BBL.

33
8) Bila ibu dan bayi sudah boleh pulang, sekali lagi diberi
penerangan tentang cara-cara merawat bayi dan memberikan
ASI serta perawatan payudara dan makanan ibu menyusui.
Kepada ibu diberikan brosur yang berhubungan dengan itu
dan dipesan agar memeriksakan bayinya satu minggu
kemudian.
9) Status yang sudah lengkap, dikirim ke ruang follow up ( klinik
laktasi / Poliklinik ).
d. Di ruangan Poliklinik / ruangan rawat jalan
Biasanya dilakukan di poliklinik kebidanan atau di klinik
laktasi. Pemeriksaan di ruangan poliklinik meliputi pemeriksaan
bayi dan keadaan ASI. Yang dikerjakan diruangan ini adalah :
1) Menimbang berat badan bayi
2) Memperhatikan payudara ibu, apakah ada kelainan yang
menggangu proses laktasi
3) Anamnesis mengenai makanan bayi yang akan diberikan serta
keluhan yang timbul.
4) Mengecek keadaan ASI
5) Memberikan nasehat mengenai makanan bayi, cara
menysukan bayi, perawatan payudara, perawatan bayi dan
makanan ibu menyusui.
6) Memberikan peraturan makanan bayi.
7) Pemeriksaan bayi oleh ahli anak.
8) Pemberian menuirut aturannya.
Kontraindikasi Rawat Gabung
Pada keadaan tertentu maka rawat gabung tidak dianjurkan, misalnya
pada :
a. Keadaan ibu
1) Kondisi kardiorespirasi yang tidak baik, misal: penyakit
jantung derajat III sebaiknya tidak menyusui.
2) Pasca eklampsia, kesadaran belum baik

34
3) Penyakit infeksi akut, TBC terbuka/ TBC aktif
4) Penyakit hepatitits B, terinfeksi HIV, CMV : seperti herpes
simpleks.
5) Terbukti menderita karsinoma payudara
6) Psikosis
b. Keadaan bayi
1) Bayi kejang atau kesadaran menurun
2) Sakit pada jantung dan paru
3) Bayi yang memerlukan pengawasan intensif / terapi khusus.
4) Cacat bawaan sehingga tidak mampu menyusu
Model pengaturan ruangan rawat gabung
a. Satu kamar dengan satu ibu dan anaknya (model perawatan kelas)
b. 4 – 5 orang ibu dalam satu kamar dengan bayi pada kamar lain
bersebelahan, dan bayi dapat ditarik keluar dari kamarnya tanpa si
ibu perlu meninggalkan tempat tidurnya.
c. Beberapa ibu dalam satu kamar dan bayi dipisahkan dalam
ruangan kaca yang kedap suara, sehingga ibu dapat langsung
memperhatikan anaknya dan dapat mengambilnya serta membawa
ketempat tidur sekendaknya. Cara ini tidak banyak merubah
bentuk ruangan, tinggal kita memberikan penyekat-penyekat yang
diperlukan. Untuk memudahkan mobilitas maka tempat tidur bayi
dapat diberi roda sehingga mudah didorong, bentuk ruangan
model ini dapat bermacam-macam dan itu dapat disesuaikan
dengan keadaan setempat.
d. Model dimana ibu dan bayi tidur diatas tempat tidur / kasur yang
sama.
e. Bayi tidur ditempat tidur bayi yang letaknya disamping ibu.
Keuntungan dan kerugian rawat gabung
Keuntungan :
a. Menggalakkan pemberian ASI
b. Kontak emosi ibu / anak lebih dini dan lebih rapat

35
c. Ibu dapat segera melaporkan keadaan-keadaan bayi yang aneh
ditemuinya
d. Ibu dapat belajar cara merawat bayi
e. Mengurangi ketergantungan ibu pada perawat/bidan dan
membangkitkan kepercayaan diri yang lebih besar dalam
perawatan bayi.
f. Dapat tukar pengalaman dengan ibu-ibu yang lain, termasuk dapat
menimbulkan motivasi penggunaan KB
g. Berkurangnya infelksi silang dan infeksi nosokomial.
h. Mengurangi beban perawatan terutama dalam pengawasan
sehingga paramedis bisa melakukan perkerjaan lain yang
bermanfaat misalnya penyuluhan serta cara perawatan payudara,
dan perawatan bayi.
Kerugian :
a. Ibu kurang dapat istirahat terganggu oleh bayinya sediri / bayi lain
yang menangis.
b. Bisa terjadi salah pemberian makan oleh karena pengaruh rekan-
rekannya.
c. Ibu-ibu yang sakit atau yang kurang tahu hygiene / kebersihan
d. Bayi bisa mendapatkan infeksi dari pengunjung.
e. Pada pelaksanaannya kadang-kadang ada hambatan-hambatan
teknis serta hambatan fasilitas
3. Pencegahan infeksi
Morbiditas dan mortalitas bayi baru lahir cukup tinggi
terjadi di pelayanan kesehatan primer terutama di negara-negara
berkembang. Asuhan BBL selain imunisasai tetanus toksoid maternal
sewaktu hamil dan pengobatan untuk pencegahan sifilis kongenital,
sedikit tindakan preventif lainnya yang melindungi janin dan BBL
secara rutin tersedia. Faktor yang mempengaruhi infeksi terutama
infeksi nosokomial adalah :
a. Imaturita system imunitas terutama pada bayi kurang bulan

36
b. Prosedur invasif yang merobek kulit normal (contohnya
pemasangan infuse pada bayi)
c. Terlalu banyak bayi dan pengunjung dan kurangnya petugas
kesehatan terutama di ruang perinatologi
d. Salah pengunaan antibiotic
e. Tidak dipatuhinya prosedur pencegahan infeksi terutama cuci
tangan
Bayi dilahirkan dari lingkungan steril dari dalam uterus,
namun pada proses persalinan bayi dihadapkan pada sejumlah
organisme yang mengenai kulit, nasofaring, dan saluran
gastrointestinal. Kulit BBL merupakan tempat pertama dan utama
untuk terpaparnya suatu bakteri, khususnya untuk stafilokokus aureus,
yang lebih sering diperoleh dari kamar bayi daripada dari ibunya.
Setiap lecet atau luka sayat pada kulit akan memberikan kesempatan
terjadinya infeksi dengan organisme patogen ini. BBL mempunyai
sekurang-kurangnya satu luka bedah terbuka (tali pusat) yang masih
sangat rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu, untuk meminimalkan
risiko infeksi pada masa BBL, semua tempat harus dirawat dengan
menggunakan teknik aseptik.
Walaupun infeksi yang berat pada bayi cukup bulan sangat
jarang terjadi, tetapi seringkali bakteri sekunder dari grup β
streptokokus, E. Coli, L. Monositogenes, sitrobakterdiversus,
salmonella, klamidia, virus herpes simpleks atau enterovirus bisa saja
menular pada bayi yang sehat. Semua organisme ini dapat ditularkan
ke bayi lain di kamar bayi melalui tangan staf di rumah sakit jika
kewaspadaan baku tidak diikuti, terutama penggunaan sarung tangan.
Penularan juga terjadi jika orang tua tidak memperhatikan personal
hygien serta lingkungan rumah sangat berpengaruh terhadap
penularan virus dan bakteri pada bayi.

37
Pencegahan telah lama menjadi satu-satunya alternatif dalam
memerangi infeksi BBL yang menghancurkan, umpamanya Rubella
kongenital, CMV, varicella, sifilis, toksoplasma dan tetanus. Dan
selama 50 tahun terakhir ini upaya pencegahan telah mengurangi
risiko infeksi janin dan BBL di negara-negara berkembang.
Keberhasilan ini telah dilasanakan melalui :
a. Imunisasai maternal (tetanus, rubella, varicella dan hepatitis B).
b. Pengobatan antenatal sifilis maternal, gonorea dan clamidia
c. Penggunaan profilaksis obat tetes mata post natal untuk
mencegah infeksi mata (konjungtivitis) karena klamidia, gonorea
dan jamur (kandida)
d. Pengobatan dengan obat antiretrovirus maternal (antenatal dan
intraprtum) dan bayi baru lahir (post natal) untuk mencegah HIV.
Meminimalkan risiko infeksi BBL dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut :
a. Memakai sarung tangan apron plastik atau karet jika menangani
bayi sampai dengan darah, mekonium atau cairan amnion segera
membersihkan dari kulit bayi, atau mencuci tangan terlebih
dahulu jika melakukan tindakan pada bayi.
b. Membersihkan darah dan cairan tubuh lainnya secara hati-hati
dengan mengunakan kapas DTT, bukan kasa kemudian dilakukan
pengeringan kulit.
c. Mencuci tangan sebelum memegang atau merawat bayi.
Alternatifnya : dapat menggunakan produk antiseptik berbasil
alkohol tak berair.
d. Menunda membersihkan BBL sampai suhunya stabil (biasanya 6
jam). Yang sangat penting adalah areal pantat dan perineal. Area
ini harus selalu dibersihkan pada setiap penggantian popok atau
sesering mungkin atau diperlukan dengan mengunakan kapas
dicelupkan ke dalam air sabun hangat, kemudian dikeringkan
dengan hati-hati.

38
e. Tidak ada satu cara perawatan tali pusat yang terbukti superior
dalam mencegah kolonisasi infeksi secara umum adalah :
1) Mencuci tangan atau pakai antiseptik sebelum dan sesudah
perawatan tali pusat.
2) Tali pusat harus bersih dan kering
3) Jangan tutup tali pusat dengan gurita
4) Diaper/popok dilipat di bawah tampuk tali pusat
5) Jika tampuk tali pusat kotor, hati-hati, cuci tangan dengan
air matang yang diberi sabun, bersihkan dengan air matang
dan keringkan dengan air bersih
6) Jelaskan pada ibu, jika tampuk tali pusat menjadi merah,
atau bernanah bawa bayi ke klinik atau ke Rumah sakit
secepatnya.
C. Ringkasan materi
Bagian ini adalah mengenai konsep dasar asuhan BBL, meliputi
adaptasi BBL terhadap kehidupan diluar uterus, rawat gabung dan
pencegahan infeksi. Para Bidan harus memahami hal ini sebagai dasar
dalam memahami konsep asuhan pada bayi sehingga dapat memberikan
asuhan yang rasional dan berkualitas.
Berbagai sistem tubuh bayi yang mengalami adaptasi dalm transisi
dari kehidupan di dalam rahim ke kehidupan di luar rahim. Dimana
perubahan atau adaptasi yang peling penting dan sangat jelas terjadi
adalah siste pernafasan, sirkulasi, termoregulasi dan kemmampuan
menyediakan sumber glukosa.
Rawat gabung untuk ibu dan anak merupakan cara yang
digalakkan karena memiliki keuntukngan-keuntungan terutama dalam
rangka meningkatkan pemberian ASI. Rawat gabung dapat bersifat
temporer dan kontinyu atau diatur dalam berbagai model sesuai dnegan
fasilitas yang ada. Pengenalan rawat gabung ini sebaiknya dimulai pada
saat perawatan antenatal di poliklink.

39
Pencegahan infeksi merupakan salah satu aspek dalam
memberikan asuhan yang komprehensif pada BBL dalam rangka
menurunkan morbiditas dan mortalitas bayi. Terdapat beberapa upaya
penting dalam mencegah penyakit infeksi dan menurunkan risiko infeksi
pada BBL yang harus dilakukan.
D. Tugas dan latihan
Jelaskan faktor yang mempengaruhi infeksi nosokomial pada neonatus!
E. Rambu-rambu jawaban
a. Imaturita system imunitas terutama pada bayi kurang bulan
b. Prosedur invasif yang merobek kulit normal (contohnya pemasangan
infuse pada bayi)
c. Terlalu banyak bayi dan pengunjung dan kurangnya petugas
kesehatan terutama di ruang perinatologi
d. Salah pengunaan antibiotic
e. Tidak dipatuhinya prosedur pencegahan infeksi terutama cuci tangan
B. Daftar pustaka
1. Varney, Helen. 2001. Varney’s Midwifery. 3rd ed. Chapter 33.
London: Jones and Barlett Publishers International
2. Bennet, V. R. & Brown, L. K. 1996. Myles Textbook for Midwives.
12th ed. London: Churhill Livingstone
3. Pusdiknakes. 2003. Buku Asuhan Bayi Baru Lahir. Jakarta: EGC
4. Soetjiningsih. 1997. ASI: Petunjuk Untuk Tenaga Keshatan. Jakarta:
EGC
5. Tietjen, L, Bossemeyer, D, McIntosh, N. 2004. Panduan Pencegahan
Infeksi untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan Sumber Daya
Terbatas. Jakarta: YBPSP – JNPKKR/POGI dan JHPIEGO
6. Depkes RI. 1993. Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga.
Jakarta: Depkes RI
7. Verralls, Sylvia. 1996. Anatomi dan Fisiologi Terapan dalam
Kebidanan. Yogyakarta: Andi, Yayasan Essentia Medica

40
BAB III
ASUHAN PADA BAYI UMUR 2-6 HARI
A. Kompetensi Dasar
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan pada bayi umur 2-6 hari secara
komprehensif
B. Uraian Materi
Pembelajaran kali ini sangatlah penting karena masa neonatus
merupakan masa transisi awal dari kehidupan dalam rahim ke kehidupan
luar rahim, selain itu pada masa nifas merupakan masa yang berisiko
untuk terjadinya suatu kondisi yang dapat membahayakan kehidupan bayi
sehingga peranan bidan sebagai provider membantu ibu agar bayinya
dapat melalui masa neonatus dengan aman dan sehat.
BBL dalam hari-hari pertamanya merupakan masa kehidupan
yang rentan dan berisiko tinggi mengalami berbagai komplikasi atau
gangguan kesehatan. Untuk mengantisipasi hal tersebut perlu diberikan
asuhan yang sesuai dan bermutu. Oleh karena itu sangat penting
menentukan asuhan yang komprehensif pada bayi usia 2-6 hari, setelah
melakukan penanganan yang intensif dan segera pada bayi dalam 24 jam
pertama. Asuhan pada bayi usia 2-6 hari diawali dengan pemeriksaan
fisik byi kemudian perencanaa asuhan yang komprehensif.
1. Pengkajian fisik pada bayi baru lahir
Pengkajian pada bayi baru lahir mendasari perawatan dan
mengidentifikasi masalah yang potensial dan masalah kesehatan.
Pemeriksaan fisik dilakukan pertama kali pada 1 jam setelah
pemberian makan/ minum, atau dalam 24 jam pertama setelah lahir.
Pemeriksaan dan pengkajian sebaiknya dilakukan menyeluruh dan
komprehensif, jika memungkinkan pemeriksaan dan pengkajian
dilakukan dihadapan orang tua. Tujuan dari pemeriksaan dan
pengkajian ini adalah tenaga kesehatan dapat memahami fisiologi
bayi baru lahir, karakteristik fisik, perilaku bayi, adanya abnormalitas

41
serta injuri yang mungkin terjadi. Selain itu pemeriksaan fisik bayi
baru lahir juga mempunyai tujuan untuk :
a. Menilai adaptasi neonatus dari kehidupan intra uterine ke
kehidupan ekstra uterine
b. Mencari kelainan kongenital
c. Menentukan prognosis kongenital
d. Menentukan perawatan neonatus selanjutnya
Yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan bayi baru lahir adalah :
a. Mempelajari catatan antenatal dan persalinan
b. Pemeriksaan bayi harus dilakukan dalam keadaan telanjang, di
bawah lampu terang yang berfungsi sebagai pemanas untuk
mencegah kehilangan panas tubuh bayi
c. Menjaga kebersihan tangan dan alat yang digunakan pada
pemeriksaan untuk mencegah infeksi
d. Jika dijumpai kelainan bawaan, cari kelainan yang lain, karena
kelainan itu biasanya tidak berdiri sendiri
Sebelum melakukan pemeriksaan neonatus, melalui anamnesa
dengan keluarga perlu diketahui :
a. Latar belakang ibu
Yang perlu diperhatikan pada latar belakang ibu meliputi:
2) Umur ibu, gravid dan paritas
3) Riwayat anak terdahulu : jumlah anak hidup dan mati,
penyebab kematian dan umur pada saat meninggal, berat
badan lahir, masalah (seperti ikterus, kurang bulan kelainan),
kongenital
4) Status sosial ekonomi
5) Riwayat kelainan congenital/bawaan dalam keluarga
b. Riwayat kehamilan sekarang
Dalam riwayat kehamilan sekarang yang harus dikaji antara lain:
1) Usia gestasi
2) Komplikasi selama kehamilan

42
3) Ibu mempunyai penyakit sebelum dan selama kehamilan
4) Kebiasaan merokok, alcohol dan obat-obatan baik sebelum
hamil dan sesudah hamil
5) Golongan darah dan rhesus
6) Antenatal care
c. Riwayat persalinan sekarang
Pada riwayat persalinan yang harus dikaji meliputi :
1) Jenis persalinan (spontan atau dengan tindakan)
2) Waktu persalinan
3) Komplikasi dalam persalinan
4) Waktu pecahnya ketuban (spontan atau dipecah petugas, jika
spontan sejak kapan pecahnya ketuban)
5) Pemakaian obat-obatan selama persalinan
d. Keadaan bayi baru lahir saat persalinan
Pemeriksaan sesaat bayi lahir segera dilakukan untuk mendeteksi
adanya komplikasi yang harus ditangani segera. Yang perlu
diperhatikan pada keadaan bayi lahir antara lain :
1) Nilai APGAR, dan tindakan resusitasi
2) Kelainan yang jelas pada sesaat bayi lahir
3) Berat badan lahir disesuaikan dengan umur kehamilan
4) Pemberian vitamin K segera setelah lahir
5) Perkiraan berat plasenta
e. Keadaan bayi baru lahir pasca persalinan
Keadaan bayi baru lahir pasca persalinan tentu membutuhkan
perhatian, antara lain :
1) Pemberian minum yang adekuat, bayi baru lahir sebaiknya
dilakukan Inisiasi Menyusui Dini
2) Observasi BAK dan BAB, dalam 24 jam bayi sehat sudah
harus BAK dan BAB
3) Observasi pada masalah hipotermi, hipoglikemi dan distress
pernafasan

43
4) Rawat gabung / kontak bayi dengan ibu.
Pada pemeriksaan bayi baru lahir, bidan menggunakan 4
tehnik dasar pemeriksaan fisik, yaitu ; inspeksi, palpasi, auskultasi
dan perkusi. Pemeriksaan lengkap meliputi 3 jenis evaluasi :
1. Pengukuran antropometrik
2. Evaluasi sistem organ
3. Evaluasi neurologi
Pemeriksaan fisik bayi baru lahir dirancang untuk menapis
adanya variasi- variasi fisik dan malformasi serta status kesehatan
secara menyeluruh. Dalam melakukan pemeriksaan fisik pada bayi
baru lahir, seorang bidan hendaknya tidak perlu untuk melakukan
pemeriksaan secara berurutan. Jika seorang bayi baru lahir dalam
keadaan tidur, dapat dilakukan pemeriksaan dari auskultasi jantung
bising usus serta palpasi denyut nadi femur. Pada bayi baru lahir
dalam keadaan bangun, dilakukan pemeriksaan refleks lebih dulu.
Seorang bayi baru lahir yang menangis, memberi kesempatan pada
pemeriksa untuk melakukan pemeriksaan inspeksi mulut dan
tenggorokan, dan seorang bidan harus menghindari penanganan dan
stimulasi yang berlebihan pada bayi baru lahir.
Berikut ini urutan pengkajian secara sistematis dari kepala
sampai kaki :
1. Keadaan umum
Yang perlu diperhatikan pada saat melakukan
pemeriksaan adalah keadaan bayi secara umum, terlihat kesan
sakit ataukah tidak keadaan tidur aktif, tidur pasif atau terjaga.
2. Kesadaran
a. Compos mentis; yaitu anak/ bayi dalam kondisi sadar penuh
b. Apatis; yaitu anak sadar tapi acuh tak acuh, memberi respon
terhadap adanya stimulus
c. Somnolen; yaitu tampak mengantuk, selalu ingin tidur, tidak
responsif terhadap stimulus kecil dan sedang

44
d. Sopor; yaitu sedikit berespon terhadap stimulus keras, reflek
pupil positif
e. Koma; yaitu tingkat kesadaran yang paling rendah, tidak
bereaksi terhadap stimulus apapun, reflek pupil negatif
f. Delirium; yaitu kesadaran menurun, serta kacau, disorientasi,
iritatif, dan halusinasi
3. Status gizi/ nutrisi
Gizi sesuai dengan masa kehamilan/gestasi atau tidak
4. Tanda- tanda vital
a. Tekanan darah
Nilai normal : 65- 115/ 42- 80 mmHg
Lebar balon manset idealnya 40% dari lingkar titik tengah
lengan atas atau 20% lebih lebar dari diameter lengan atas
Arteri yang diukur adalah arteri brakhialis.
b. Nadi
Pemeriksaan pada arteri brakhialis, arteri femoralis, arteri
radialis, arteri temporalis, arteri karotis, arteri dorsalis pedis
Nilai normal, BBL : 100- 180x/ menit
1 minggu : 100-200x/ menit
3 bln- 2 thn : 70-100x/ menit
c. Suhu
Nilai normal : 36,5 ° C – 37,5° C atau 96- 99,5 ° F
Pengukuran di rektal (2 menit) atau di aksila (3- 5 menit)
d. Respirasi
Nilai normal :
BBL : 35x/ menit
1- 11 bulan : 30x/ menit
2 tahun : 25x/ menit
Tidak normal :
Cheyne stokes adalah periode apnea, respirasi lambat dan
dangkal, perlahan meningkat dan kedalaman abnormal

45
Kussmaul adalah respirasi abnormal, irama teratur, biasanya
pada ketosis diabetik
Biot’s adalah periode apnea, pernapasan dangkal
5. Antropometrik
a. Berat badan (BB)
1) Menggunakan timbangan meja, dengan pakaian
lengkap. Kemudian kurangi hasil penimbangan dengan
berat pakaian yang dikenakan bayi
2) Kalibrasi timbangan pada titik nol
3) Hasil pengukuran dipetakan pada standar BB dan umur
bayi :
BB < sentil ke 10 : defisit
BB > sentil ke 90 : kelebihan
Berat badan lahir normalnya 2500 gram-4000 gram,
berat badan kurang dari 2500 gram kemungkian berat
badan lahir rendah (BBLR), premature serta kecil masa
kehamilan. Menurut Avoa dan Fischer dalam buku
Asuhan Bayi Baru Lahir mengatakan normalnya bayi
baru lahir kehilangan sampai 10 % dari berat badan
lahirnya pada minggu pertama kehidupannya karena
kehilangan cairan ekstraseluler dan mekonium yang
berlebihan maupun asupan makanan/minuman yang
terbatas, terutama pada bayi yang menyusu ASI. Berat
badan akan kembali normal pada hari ke-10.
b. Panjang badan (PB)
Pada bayi baru lahir panjang badan merupakan salah
satu indicator penilain gizi juga. Cara pengukuran panjang
badan adalah diukur dari puncak kepala sampai tumit bayi
menggunakan pengukur yang terbuat dari berbentuk L.
Panjang badan yanormal adalah 45 cm-53 cm. Jika kurang

46
dari 45 cm atau lebih dari 53 cm, kemungkinan adanya
penyimpangan kromosom.
c. Lingkar Lengan Atas (LILA)
1) < 12,5 cm : gizi buruk (merah)
2) 12,5- 13,5 cm : gizi kurang (kuning)
3) > 13,5 cm : gizi baik (hijau)
Cara pengukuran LILA, dilakukan pada pertengahan
lengan kiri antara akromion dan olekranon. Pemeriksaan
tebal lipatan kulit (skin fold calipers), dilakukan pada otot
trisep, sub skapular, dan supra iliaka
d. Lingkar Kepala (LK)
Pita melingkar kepala melalaui glabela pada dahi,
bagian atas alis mata sampai pada protuberansia oksipitalis
(lingkar oksipitofrontalis)
Nilai normal :
1) BBL : 31-35,5 cm bayi cukup bulan
2) 6 bulan : 43,5 cm
3) 1 tahun : ukuran pada saat lahir +6 cm
Lingkar kepala pada bayi baru lahir 2-3 cm lebih
besar dari lingkar dada. Jika kepala lebih besar atau lebih
kecil dari dada maka dicurigai adanya hidrosefalus dan
mikrosefalus. Pengukuran kepala biasanya tidak akan sama
pada waktu segera lahir dan hari pertama atau kedua, karena
pada waktu proses persalinan kepala terjadi molding sehingga
ukuran kepala akan sedikit berbeda.
e. Lingkar Dada (LD)
Cara pengukuran lingkar dada adalah pita ukur
disilangkan dibawah ketiak, mengelilingi dada melalui
putting susu dalam keadaan ekspirasi maksimal,nilai normal
BBL 2 cm lebih kecil dari LK yaitu pada bayi cukup
bulan30,5-33 cm.

47
6. Head To Toe
a. Kulit
1) Warna : plethora (bayi over oksigenasi atau sangat panas),
sianosis perifer (warna kebiruan pada bibir tapi lidah
kemerahan), sianosis sentral (warna kulit kebiru-biruan
termasik bibir dan lidah), akrisianosis (kaki dan tangan
yang berwarna kebiruan), ikterus
2) Adakah eritema (kemerah- merahan), edema
3) Turgor kulit, elastisitas kulit, kulit lembut tampak bengkak
4) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan
cukup terbentuk dan diliputi vernix caseosa
5) Nevi (tanda lahir) : dapat terjadi di setiap bagian tubuh,
dapat menghilang dalam beberapa waktu tapi juga ada
yang, menetap.
b. Kepala dan rambut
1) Rambut : warna, kelebatan, distribusi (BBL; rambut
tumbuh sedikit di bahu dan punggung, akan menghilang
dalam 3 bulan)
2) Kepala : ¼ dari panjang tubuh, kepala biasa fleksi
ke dada, biasanya asimetris karena tekanan pada proses
persalinan, mesocephal (makro cephal: hidrocephalus;
mikrocephal: hipoplasia otak)
3) Fontanel : datar, halus, mudah dikenali batasnya
(tidak normal : cembung; akibat peningkatan tekanan
intra kranial, atau cekung; akibat dehidrasi), fontanel
anterior lebar 3- 6 cm, fontanel posterior lebar 1- 2 cm,
sutura teraba sebagai celah. Fontanel anterior menutup
usia 12- 18 bulan. Perabaan dapat dilakukan untuk
mendeteksi adanya caput suksedenum dan
sefalhematoma.

48
4) Mata : pada bayi baru lahir mata sedikit tertutup,
tidak ada air mata jika ,menangis, keadaan conjuntiva
tidak anemis oemeriksaan juga dilakukan untuk melihat
adanya perdarahan subkonjungtiva karena proses
persalinan, sklera tidak ikterik, pupil sama besar dan
berespon terhadap cahaya (konstriksi), pupil diameter 3- 4
mm, (Midriasis : pupil mengalami dilatasi; buta,
keracunan, koma; Miosis : pupil mengalami pengecilan;
sindrom horner; Strabismus : mata juling, Nistagmus :
gerakan bola mata ritmik, cepat dan horisontal)
5) Telinga : tinggi daun telinga sebanding dengan titik
puncak penempelan pada lipatan luar mata. Tarik daun
telinga ke atas dan ke belakang, perhatikan apakah liang
telinga bebas dari lesi, peradangan, pengeluaran cairan),
berespon terhadap suara yang keras dengan memejamkan
mata (reflek kejut).
6) Hidung dan mulut : bayi bernafas melalui hidung,
biasanya masih terdapat sisa mukus, reflek bersin,nafas
cuping hidung menunjukan adanya distress pernafasan.
Lidah terletak di tengah mulut, palatum terbentuk intact,
salivasi masih minimal, adanya reflek hisap dan rooting.
Memperhatikan adanya kelainan congenital seperti
labiopalatoskizis.
7) Leher : pendek dan terhimpit, mudah digerakkan, jika
bayi posisi pronasi leher ditopang punggung dan kepala
akan miring ke salah satu sisi, jika diberi posisi duduk
mampu menahan kepala ke depan, perabaan pembesaran
atau benjolan pada kelenjar lymfe.
8) Dada : bentuk dada, pernapasan dan putting susu bayi
(simetris, pembesaran kelenjar mamae)

49
9) Bahu, lengan dan tangan : lurus dan simetris, lengan
tertekuk, tidak terdapat simian crease pada telapak
tangan, terdapat plantar crease pada kaki, pinggul stabil
dan tidak terdapat dislokasi, terdapat 10 jari pada kedua
tangan dan kaki, denyut nadi pada brachial dan radial
sama besar, adanya trauma lahir (Brachial Palchy).
Pemeriksaan klavikula dilakukan untuk mendeteksi
adanya fraktur klavikula yang disebabkan selama proses
persalinan.
10) Perut : inspeksi bentuk perut, bentuknya silindris ke
depan, melihat adanya penonjolan sekitar tali pusat ,
keadaan tali pusat (segar, tanda- tanda infeksi, tanda-
tanda perdarahan tali pusat, lembek, adanya benjolan
terutama pada saat bayi menangis), palpasi hati dengan
lembut, ± 1- 2 cm di bawah costa kanan, spleen apada
bagian lateral dari kuadran atas kiri, ginjal dipalpasi pada
1- 2 cm diatas umbilikus, urin jernih, terdapat bising usus.
11) Genital ;
Hal yang perlu diperhatikan :
Laki-laki : Kulit menutupi gland penis, Testis berada pada
skrotum, Penis berlubang yang terletak diujungnya,
lubang sepenuhnya ditutupi oleh prepusium atau kulup.
Perempuan : Vagina berlubang, uretra berlubang terletak
diatas lubang vagina, terdapat labia minora dan labia
mayora (pd bayi aterm; labia minor tertutup oleh labia
mayor), klitoris besar
12) Ekstremitas
Tungkai dan kaki : fleksi dan abduksi sempurna,
simetris, gerakan simetris (koordinasi baik), dan
kelengkapan jari tangan dan kaki
13) Punggung dan anus

50
Punggung dan anus : lurus/ mendatar, adanya
pembengkakan atau cekungan dan colok dubur (+),
mekonium keluar dalam waktu 24 jam pertama.
7. Pemeriksaan neurologis
Evaluasi neurologis dilakukan pada neonatus dilakukan
bersama- sama dengan pemeriksaan fisik. Tonus otot, pergerakan
ekteremitas serta tangis bayi dapat memberikan gambaran
mengenai keadaan neurologis neonatus.
Pemeriksaan yang khusus adalah menilai reflek, yaitu :
a. Reflek Moro
Dapat ditimbulkan dengan menarik kain tempat tidur
bayi dan bayi akan memeperlihatkan gerakan seperti
memeluk.
Ada atau tidaknya serta simetris atau tidaknya reflek
ini dapat memberikan keterangan mengenai keadaan susunan
syaraf pusat, felksus brachialis, fraktur kalvikula,/
ekstremitas, dislokasi sendi panggul dll. Reflek moro yang
ada pada saat lahir dan kemusian menghilang menunjukkan
terdapatnya perdarahan serebral, sebaliknya jika pada waktu
lahir tidak ada kemudian timbul menunjukkan adanya edema
serebri.
Reflek moro normalnya akan hilang pada umur 5
bulan, bila reflek masih menetap sampai umur lebih dari 5
bulan berarti terdapar kerusakan susunan saraf pusat.
b. Reflek Plantar & Grasping Reflek
Dapat ditimbulkan dengan meletakkan sesuatu pada
telapak tangan dan kaki. Tangan akan menggenggam jika
diletakkan benda pada telapak tangan. Pada tealpak kaki
dilakukan perabaan maka jari-jari kaki akan mengkerut.

51
c. Reflek Sucking
Reflek ini dapat diperoleh dengan memasukkan jari
ke dalam mulut bayi, dan bayi akan menghisap jari tersebut.
d. Reflek Rooting
Reflek ini akan timbul jika pada bayi yang lapar
diletakkan sesuatu disekitar mulutnya, maka bayi akan
mencarinya kemudian menghisapnya
Berikut ini merupakan kriteria neurologis neonatus
normal :
a. Posisi katak
b. Reflek neurologis normal
c. Reflek isap positif
d. Reflek pegang positif
e. Reflek rooting positif
2. Melakukan perencanaan pada bayi baru lahir usia 2-6 hari
Rencana perawatan BBL meliputi observasi terus menerus,
rencana perawatan fisik, pemberian makan, penilaian defekasi dan
miksi.
a. Kebutuhan minum/makan bayi
Rencana asuhan untuk memenuhi kebutuhan
minum/makan bayi adalah membantu bayi mulai menyusui
dengan pemberian ASI ekslusif. Untuk itu perlu diketahui prinsip
umum dalam menyusui secara dini dan ekslusif sebagai berikut:
1) Bayi harus disusui sesegera mungkin setelah lahir (terutama
dalam 1 jam pertama) dan melanjutkan selama 6 bulan
pertama kehidupan
2) Kolostrum harus diberikan, tidak boleh dibuang
3) Bayi harus diberi ASI secara ekslusif selama 6 bulan pertama.
Hal ini berarti tidak boleh memberikan makanan apapun pada
bayi selain ASI selama masa tersebut.

52
4) Bayi harus disusui kapan saja ia mau, siang atau malam (on
demand) yang akan merangsang payudara memperoduksi
ASI secara adekuat.
Untuk mendapatkan ASI dalam jumlah cukup, maka
seorang ibu perlu menjaga kesehatannya sebaik mungkin. Ia
perlu minum dalam jumlah cukup, makan makanan bergizi dan
istirahat yang cukup. Oleh sebab itu, bidan harus mengingatkan
hal ini pada ibu.
Jumlah rata-rata makanan seorang bayi cukup bulan
selama dua minggu pertama sebanyak 30-60 ml setiap 2-3 jam.
Selama 2 minggu pertama kehidupan BBL hendaknya
dibangunkan untuk makan paling tidak tiap 4 jam. Sesudah itu,
jika bayi sudah bertambah berat badannya, bayi boleh tidur
dalam periode yang lebih lama (terutama malam hari).
Untuk meyakinkan bahwa bayi mendapat cukup
makanan, ibu harus mengamati/ mencatat seberapa sering bayi
BAK. BAK paling sedikit 6x selama 2-7 hari setelah lahir
menunjukkan intake yang adekuat.
Situasi tertentu yang mempengaruhi proses menyusui
pada bayi baru lahir
1) Bayi kembar
Seperti bayi lain, maka susui lah bayi kembar. Untuk
mendapatkan ASI yang cukup untuk bayi kembar maka ibu
harus minum dalam jumlah cukup, makan makanan bergizi
dan istirahat yang cukup. Lebih sering seorang ibu menyusui
maka lebih banyak susu yang diproduksi. Seorang ibu dapat
menyusui kedua bayinya pada waktu yang sama atau jika ia
mau, ia dapat menyusui bergantian.
2) Wanita karier
Jika ibu bekerja jauh dari rumah dan tidak dapat
membawa bayinya, maka payudara akan menjadi penuh dan

53
jika tidak dikeluarkan, semakin lama akan memproduksi ASI
dalam jumlah yang lebih sedkit. Untuk menjaga agar
payudara tetap produksi ASI dalam jumlah yang cukup, dapat
dianjurkan mengeluarkan ASI 2 jam sekali. Ibu bisa memeras
ASI atau memompa ditempat kerja, kemudian ASI ditampung
ke dalam botol yang steril.
3) Situasi lain dimana sorang ibu seharusnya tidak menyusui
bayinya, yaitu:
a) Bila ibu menderita penyakit yang serius/dalam keadaan
dehidrasi dimana dengan menyusui dapat memperburuk
kesehatan ibu.
b) Jika ibu menderita AIDS atau infeksi HIV, dimana
penyakit ini dapat ditularkan melalui ASI.
Memulai pemberian ASI dengan langkah awal yang baik,
diantaranya :
1) Menyatukan BBL tersebut dengan ibunya segera setelah ia
lahir
2) Membantu ibu dengan pemberian ASI yang pertama
3) Bayi hendaknya tidur di samping ibu di atas ranjang atau
tikar yang sama
4) Memberi bayi minum sesering mungkin
5) Memberi hanya kolostrum dan ASI
6) Menghindari botol atau kompeng
7) Posisi bayi yang benar pada puting susu ibu waktu menyusui
akan membantu keberhasilan menulai pemberian ASI
b. Kebutuhan BAK/BAB bayi
Air seni dikeluarkan dengan cara mengosongkan kandung
kemih secara refleks. Bayi miksi sebanyak minimal 6x sehari.
Semakin banyak cairan yang masuk maka semakin sering bayi
miksi. Defekasi pertama berwarna hijau kehitam-hitaman. Pada
hari ke 3-5 kotoran berubah warna menjadi kuning kecokelatan.

54
Bayi BAB normalnya 4-6x sehari. Kotoran bayi yang hanya
minum ASI biasanya cair. Bayi yang mendapat ASI kotorannya
kuning dan agak cair dan berbiji. Bayi yang minum susu botol,
kotorannya cokelat muda, lebih padat dan berbau. Asuhan yang
perlu diberikan pada bayi dalam hal ini adalah :
1) Memonitor BAK/BAB bayi dalam 24 jam, seberapa sering
bayi BAK/BAB, bagaimana warna kotoran bayi
2) Mengamati adanya kelainan/gangguan yang muncul.
Pengamatan tahap-tahap perubahan kotoran membantu
mengenali kelainan saluran usus lambung.
3) Menjelaskan pada ibu bahwa kotoran bayi yang kuning dan
agak berbiji-biji merupakan hal yang normal.
4) BAB dapat menyebabkan infeksi, jadi segera bersihkan dan
buang kotoran ke dalam toilet atau dikubur. Daerah genital,
bokong bayi harus dicuci dan dikeringkan dengan hati-hati
setiap habis BAK/BAB.
c. Kebutuhan tidur bayi
BBL biasanya akan tidur pada sebagian besar waktu di
antara waktu makan, namun waspada dan bereaksi ketika terjaga.
Hal ini adalah normal dalam 2 minggu pertama. Perlahan bayi
sering terjaga di antara waktu menyusu. Asuhan yang harus
diberikan dalam hal ini adalah:
1) Menjelaskan pada orang tua bahwa pola tidur seperti itu
adalah hal yang normal
2) Memberikan suasana yang tenang dan kurangi gangguan atau
rangsangan.
3) Bayi harus tidur tanpa kena angin namun cukup mendapat
udara segar
4) Meletakkan bayi berbaring miring untuk tidur atau tidurkan
kembali tanpa bantal

55
5) Menjaga agar bayi tidak berguling atau jatuh ke lantai;
hindarkan dari jangkauan anak lain atau binatang peliharaan,
hindari tertutup bantal atau benda lain.
d. Kebersihan Kulit
Pemeriksaan kulit sangat penting dalam pemeriksaan fisik
bayi baru lahir. Kesehatan neonatus dapat diketahui dari warna,
integritas dan karakteristik dari kulit. Dengan alat bantu
pemeriksaan yang canggih maka dapat diketahui umur , status
nutrisi, fungsi dari organ sistem, dan keberadaan penyakit kulit
yang bersifat sistemik.
Dengan adanya luka, memar dan tanda lahir dapat
menjadi sumber kecemasan bagi orang tua. Pemeriksaan yang
lengkap dari kulit melibatkan inspeksi dan palpasi. Pemeriksaan
secara inspeksi dapat melihat adanya variasi dari kelainan kulit,
Namun dengan pemeriksaan palpasi dapat menghindarkan
masalah yang tidak tampak jelas melalui inspeksi seperti
penilaian ketebalan dan konsistensi dari kulit.
Salah satu cara untuk menjaga kebersihan kulit adalah
dengan memandikan bayi. Pertama kali bayi dimandikan harus
ditunda sampai dengan minimal 6 jam dan disarankan setelah 24
jam pertama untuk mencegah terjadinya hipotermi sehubungan
anatomi kulit dan fungsi pengaturan suhu bayi (hipotalamus)
yang belum sempurna sehingga tidak bisa langsung bisa
menghadapi tantangan baik dingin/panas yang berlebihan.
Menurut penelitian minimal 6 jam didasarkan pada hasil
kemungkinan suhu bayi sudah stabil pada saat tersebut dan cukup
mampu mengatasi tantangan linkungan baik panas maupun
dingin (biasanya 2 hari fungsi termoregulasi sudah baik). Apabila
bayi terpapar lingkungan yang dingin maka akan terjadi metoda
pengaturan suhu baik dengan menggigil (peningkatan aktivitas,

56
postur tubuh dan menangis) atau tanpa menggigil (penggunaan
lemak coklat) sebagai kompensasinya.
Harus diingat pula dalam melakukan asuhan memandikan
bayi kemungkinan kehilangan panas melalui konveksi, konduksi,
evaporasi dan radiasi.
Luas permukaan kulit bayi berbanding dengan besarnya
massa tubuh bayi akan membuat kehilangan panas menjadi
potensial, terutama dari bagian bagian kepala bayi yang
merupakan 25% dari ukuran seluruh tubuhnya.
Beberapa proses kehilangan panas tubuh bayi :
1) Konduksi : proses hilangnya panas tubuh melalui kontak
langsung dengan benda-benda yang mempunyai suhu lebih
rendah. Contoh : bayi diletakan di atas meja yang terbuat dari
logam.
2) Konveksi : proses hilangnya panas tubuh melalui kontak
dengan udara dingin disekitarnya. Contoh bayi berada di
dalam suatu ruangan yang dingin atau menggunakan kipas
angin.
3) Evaporasi : proses hilannya panas tubuh bila bayi dalam
keadaan basah.
4) Radiasi : proses hilangnya panas tubuh bila bayi didekatkan
dengan benda-benda yang lebih rendah suhunya dari suhu
tubuhnya.

57
Gambar 1. Cara Kehilangan Panas

Sumber : Asuhan persalinan Normal. JPNKR


e. Keamanan Bayi
Pencegahan Infeksi
1) Pencegahan infeksi adalah satu aspek yang penting dalam
perlindungan dan keamanan pada bayi baru lahir.
2) Mencuci tangan sebelum dan sesudah menangani bayi
merupakan cara efektif untuk mencegah infeksi.
3) Setiap bayi harus mempunyai alat dan pakaian tersendiri untuk
mencegah infeksi silang. Sediakan linen atau pakaian yang
cukup.
4) Mencegah anggota keluarga atau tenaga kesehatan yang
sedang sakit menangani bayi.
5) Stapilococcus merupakan penyebab tersering infeksi
nosokomial maka terkadang beberapa rumah sakit
menggunakan cairan antiseptik atau sabun contoh yang
mengandung heksakloropan untuk mengurangi kemungkinan
infeksi tersebut.
6) Memandikan bayi memang tidak terlalu penting/mendasar
harus sering dilakukan mengingat terlalu sering pun akan

58
berdampak pada kulit yang belum sempurna. Kecuali pada
bagian muka, lipatan-lipatan kulit dan bagian dalam popok
dapat dilakukan 1-2 kali/hari untuk mencegah
lecet/tertumpuknya kotoran pada daerah tersebut.
7) Menjaga kebersihan dan keringnya tali pusat. (perawatan tali
pusat akan dijelaskan lebih lanjut pada praktik)
8) Mengganti popok dan menjaga kebersihan area pantat.
(penggantian popok akan dijelaskan lebih lanjut pada praktik)
Pencegahan Masalah Pada Pernapasan
1) Pencegahan Hipotermi dan kemungkinan infeksi.
2) Menyendawakan bayi setelah menyusui untuk mencegah
aspirasi pada saat terjadi gumoh atau muntah.
3) Jika tidur bayi harus dibaringkan terlentang atau miring.

Gambar 2. Cara Menyendawakan Bayi

Sumber : Asuhan kesehatan anak dalam konteks keluarga

Pencegahan Hipotermia
1) Terlalu sering bayi terpapar dengan udara yang dingin
2) Jaga suhu ruangan sekitar 18-21 °C.
3) Bayi mengenakan pakaian yang hangat dan tidak terlalu ketat
4) Segera mengganti kain yang basah.
5) Memandiakan bayi dengan air hangat kurang lebih 37°C.
6) Pembungkus bayi/selimut harus memfasilitasi pergerakan
dari tangan dan kaki.

59
Pencegahan Perdarahan
Pemberian vitamin K 1 mg IM untuk mencegah perdarahan (
memicu pembentukan protombin). Karena 30 ml darah dari bayi
sama dengan setengah liter darah orang dewasa.
Pencegahan Perlukaan dan Trauma
1) Menemani bayi/tidak boleh meninggalkan bayi sendirian
2) Pada saat memandikan bayi selalu memperhatikan atau cek
suhu air terlebih dahulu. Menghindari memasukan air panas
terlebih dahulu karena akan menyebabkan panas yang cukup
menetap pada bagian dasar bak mandi dan ditakutkan bayi
tercebur.
3) Menggunakan bak mandi yang tidak tinggi/terlalu dalam
serta gunakan air kurang dari setengah tinggi bak mandi bayi
untuk mencegah tenggelamnya bayi.
4) Memindahkan bayi harus menggunakan kain ditakutkan
terjatuh karena permukaan kulit dan pergerakan bayi.
5) Apabila menggunakan peniti untuk mengikatkan popok
maka gunakan salah satu tangan di dalam popok untuk
memastikan tidak sampai tertusuk peniti tersebut.
6) mempergunakan sarung tangan bayi untuk mencegah
perlukaan karena kuku bayi yang panjang .
7) Sarung tangan bayi yang digunakan harus elastis tidak ketat
untuk mencegah penekanan terhadap sirkulasi darah ke
bagian jari tangan.
8) Bayi tidak memerlukan bantal sampai umur 2 tahun, jangan
menempatkan bantal di atas kepala untuk menghindari
penutupan oleh bantal tersebut.

60
f. Tanda- tanda Bahaya Bayi Baru Lahir
Tanda-tanda bahaya Kemungkinan diagnose
Suhu tubuh (Aksila) < 36.5°C dan > Terpapar terhadap suhu
37.5°C ruangan/lingkungan dengan suhu
udara yang dingin atau panas.
Perdarahan Penyakit yang berhubungan
dengan perdarahan contoh faktor
pembekuan darah yang kurang/
akibat trauma persalinan
Warna kemerahan/bau yang tidak Infeksi/ sepsis tali pusat.
normal dari tali pusat
Pus atau warna kemerahan pada Conjungtivitis
mata (clamidia/stapilococcus),
Gonococcal Opthalmia
Icterus (kuning) dalam 24 jam Sepsis, Resus/ABO
pertama atau > 5 hari dan pada bayi incompatibility, kelainan obstruktif
prematur : atresia intestin, meconeal illieus.
Distensi Perut Bayi, muntah. Sepsis, Enterocolitis atau dicurigai
adanya malformasi
gastrointestinal.

Diare, bab > 6x , tidak bab dan bak Dehidrasi, sepsis, disentri/ infeksi
dalam 24 jam setelah bayi pada usus, obstruksi pada saluran
dilahirkan. pencernaan dan perkemihan.
Pembengkakan pada jaringan/bagian Fraktur/luka-lahir jejas : cephal
tubuh hematoma, caput succedanum dll.
Kesulitan bernafas, bernafas cepat > Aspirasi makanan(ASI/cairan
60x/mnt atau menggunakan otot amnion), sepsis, hipothermi dll
pernafasan secara berlebihan
Kejang, spasme, kehilangan Tetanus atau ada kerusakan pada
kesadaran SSP karena trauma
Cyanosis Masalah pernafasan atau karena
hipothermia.
Panas pada perabaan atau demam Sepsis
Lethargy (lemas, tidak aktif) Hipoglikemi

g. Penyuluhan Sebelum Bayi Pulang

61
1) Menyusui
a) Menyediakan bayi baru lahir nutrisi yang ideal. Harus on
demand (sekehendak bayi) dan ASI ekslusif sampai 6
bulan.
b) Menyediakan antibodi untuk melindungi bayi dari infeksi
(colostrum).
c) Meningkatkan hubungan kasih sayang ibu dan anak
(bonding and Attachment)
d) Posisi menyusui yang benar dan tanda bayi menghisap
dengan benar. (dibahas pada praktik)

Gambar 3. Posisi menyusui

Sumber ; Asuhan kesehatan anak dalam konteks keluarga


e) Perawatan Tali Pusat
Menjaga tali pusat bersih dan kering membantu
melindungi bayi baru lahir dari kemungkinan infeksi.
Pemberian alkohol, minyak/baby oil, betadine, bedak dapat
meningkatkan risiko infeksi.
2) Higiene

62
Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
tindakan pada bayi merupakan pencegahan infeksi yang
efektif. Menghindarkan pemakaian barang yang sama untuk
lebih dari satu bayi. Memandikan bayi dengan baik dan
benar.

3) Immunisasi
Vaksin yang diberikan untuk melindungi bayi
BCG, imunisasi untuk mencegah penyakit TBC
Hepatitis B imunisasi untuk mencegah hepatitis B virus
Oral Polio imunisasi untuk mencegah Poliomyelitis
DPT untuk mencegah Dipteri, Pertusis dan Tetanus
4) Menjaga Kehangantan
a) Mengeringkan bayi dengan segara setelah dimandikan
b) Menggunakan kain yang kering hangat dan pakaian yang
tidak ketat
c) Menghindari ruangan atau lingkungan yang terlalu
dingin/panas
d) Memberi ruang pada bayi untuk bergerak (apabila bayi
di bungkus)
C. Ringkasan Materi
Pemeriksaan fisik yang komprehensif dan teliti merupakan dasar
untuk membuat diagnosa yang benar. Diagnosa merupakan dasar untuk
membuat perencanaan yang tepat sesuai dengan kondisi bayi.
Berikan ASI pada bayi secara on demand. Biasanya bayi baru
meminta makan setiap 2-3 jam. Bidan harus memperhatikan dan
membneritahu ibu tentang prinsip umum dalam menyusui dan cara
menyusui yang benar.
Asuhan pada bayi 2-6 hari membutuhkan pemahaman
terlebihdahulu mengenai anatomi dan fisiologi organ tubuh yang
berkaitan dengan asuhan tersebut.

63
Asuhan Kebersihan kulit harus memperhatikan bahwa struktur
kulit bayi dan sistem termoregulasi bayi belumlah sempurna sehingga
perlu diperhatikan kemungkinan trauma dan kehilangan panas yang dapat
mengakibatakan kondisi yang membahayakan kesehatan bayi.
Asuhan keamanan pada bayi ditekankan pada usaha pencegahan
infeksi, pencegahan kehilangan panas, trauma, perdarahan dan gangguan
pada pernapasan.
Asuhan tanda-tanda bahaya menitikberatkan pada kemampuan
untuk mengenali tanda-dan gejala dan melakukan penanganan yang
sesuai dengan temuan/diagnosa yang didapatkan juga sesuai kewenangan
profesi.
Asuhan penyuluhan sebelum pulang bertujuan untuk memberikan
pendidikan kesehatan sebagai bekal bagi ibu untuk membedakan mana
tanda/gejala yang memerlukan perujukkan ke tenaga kesehatan.

D. Latihan Soal
1. Jelaskan hal harus diperhatikan dalam anamnesa sebelum
pengkajian bayi baru lahir!
2. Sebutkan pemeriksaan pada TTV dan sebutkan normalnya pada
bayi baru lahir!
3. Sebutkan dan jelaskan tanda-tanda bahaya bayi baru lahir ?
4. Jelaskan penyuluhan yang akan diberikan pada bayi baru lahir
sebelum pulang ?
E. Rambu-rambu Jawaban
1. Yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan bayi baru lahir adalah :
a. Mempelajari catatan antenatal dan persalinan
b. Pemeriksaan bayi harus dilakukan dalam keadaan telanjang, di
bawah lampu terang yang berfungsi sebagai pemanas untuk
mencegah kehilangan panas tubuh bayi
c. Menjaga kebersihan tangan dan alat yang digunakan pada
pemeriksaan untuk mencegah infeksi

64
d. Jika dijumpai kelainan bawaan, cari kelainan yang lain, karena
kelainan itu biasanya tidak berdiri sendiri
2. TTV pada bayi
a. Tekanan darah
Nilai normal : 65- 115/ 42- 80 mmHg
Lebar balon manset idealnya 40% dari lingkar titik tengah
lengan atas atau 20% lebih lebar dari diameter lengan atas
Arteri yang diukur adalah arteri brakhialis.
b. Nadi
Pemeriksaan pada arteri brakhialis, areri femoralis, arteri
radialis, arteri temporalis, arteri karotis, arteri dorsalis pedis
Nilai normal, BBL : 100- 180x/ menit
1 minggu : 100-200x/ menit
3 bln- 2 thn : 70-100x/ menit
c. Suhu
Nilai normal : 36,5 ° C – 37,5° C atau 96- 99,5 ° F
Pengukuran di rektal (2 menit) atau di aksila (3- 5 menit)
d. Respirasi
Nilai normal :
BBL : 35x/ menit
1- 11 bulan : 30x/ menit
2 tahun : 25x/ menit
3. Tanda bahaya pada bayi
Tanda-tanda bahaya Kemungkinan diagnose
Suhu tubuh (Aksila) < 36.5°C dan > Terpapar terhadap suhu
37.5°C ruangan/lingkungan dengan suhu
udara yang dingin atau panas.
Perdarahan Penyakit yang berhubungan
dengan perdarahan contoh faktor
pembekuan darah yang kurang/
akibat trauma persalinan
Warna kemerahan/bau yang tidak Infeksi/ sepsis tali pusat.
normal dari tali pusat

65
Pus atau warna kemerahan pada Conjungtivitis
mata (clamidia/stapilococcus),
Gonococcal Opthalmia,
Icterus (kuning) dalam 24 jam Sepsis, Resus/ABO
pertama atau > 5 hari dan pada bayi incompatibility, kelainan
prematur obstruktif : atresia intestin,
meconeal illieus.
Distensi Perut Bayi, muntah. Sepsis, Enterocolitis atau dicurigai
adanya malformasi
gastrointestinal.

Diare, bab > 6x , tidak bab dan bak Dehidrasi, sepsis, disentri/ infeksi
dalam 24 jam setelah bayi pada usus, obstruksi pada saluran
dilahirkan. pencernaan dan perkemihan.
Pembengkakan pada jaringan/bagian Fraktur/luka-lahir jejas : cephal
tubuh hematoma, caput succedanum dll.
Kesulitan bernafas, bernafas cepat > Aspirasi makanan(ASI/cairan
60x/mnt atau menggunakan otot amnion), sepsis, hipothermi dll
pernafasan secara berlebihan
Kejang, spasme, kehilangan
Tetanus atau ada kerusakan pada
kesadaran SSP karena trauma
Cyanosis Masalah pernafasan atau karena
hipothermia.
Panas pada perabaan atau demam Sepsis
Lethargy (lemas, tidak aktif) Hipoglikemi
4. Penyuluhan yang diberikan pada asuhan 6 hari pertama :
a. Cara menyusui yang benar
b. Perawatan tali pusat
c. Hygiene
d. Imunisasi
e. Menjaga kehangatan
F. Daftaer Pustaka
1. Maryunani A, Nurhayati.2008.Asuhan Baru Lahir Normal. Jakarta:
ETN
2. Depkes RI. 1993. Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga.
Jakarta: Depkes RI

66
3. Markum, dkk. 2001. Buku Ajar: Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 1.
Jakarta: FKUI
4. Behrman, Kliegman, Avin. 1999. Ilmu Kesehatan Nelson. Ed.15.
Jakarta: EGC
5. Winkjosatro, dkk. 2008. Asuhan Persalinan Normal. Rev 5. Jakarta:
JPNKR
6. Varney, Kriebs, Gegor. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan volume
2. EGC : Jakarta

67
BAB IV
ASUHAN PRIMER PADA BAYI USIA 6 MINGGU PERTAMA

A. Kompetensi dasar
Mahasiswa dapat menerapkan asuhan primer pada bayi usia 6 minggu
pertama
B. Uraian materi
Asuhan pada 6 minggu pertama merupakan kelanjutan dari asuhan
bayi baru lahir. Ibu serta keluarga masih memerlukan pendampingan
untuk melakukan perawatan bayi, terutama pada keluhan-keluhan
fisiologis yang sering muncul pada bayi. Asuhan selama 6 minggu
pertama diharapkan dapat membantu memecahkan atau memberikan
nasehat yang berhubungan dengan keluhan yang muncul pada bayi.
Kunjungan ulang pada neonatus dapat dilakukan pada hari ke-3
samapi hari ke-5, jika bayi baru lahir dipulangkan atau hanya rawat inap
6-12 jam. Jika bayi baru lahir rawat inap selama 48 jam, kunjungan ulang
dapat dilakukan ketika bayi berusia 10 hari hingga 14 hari. Tujuan
kunjungan ini adalah melakukan pemeriksaan ulang pada bayi,
melakukan penapisan serta memberikan pendidikan kesehatan tentang
masalah-masalah yang dihadapi bayi dan keluarga.
Pada kunjungan rumah pertama yang perlu di perhatikan secara
khusus pada orang tua yang belum mengerti atau adanya mitos-mitos
yang berhubungan dengan pengalaman persalinan, postpartum, serta
perawatan bayi. Bidan harus meluruskan mitos yang keliru tentang
perawatan bayi. Bidan juga mengkaji ketidakmampuan orang tua dalam
pemenuhan kebutuhan bayi, khususnya pada pola pemberian nutrisi pada
bayi, tingkat kesadaran, pola defekasi dan berkemih. Pemeriksaan fisik
lengkap juga harus dilakukan pada kunjungan pertama ini
Kunjungan bayi kedua dilakukan pada bayi berusia 6-8 minggu.
Pada kunjungan ini dapat diberikan pendidikan kesehatan tentang

68
imunisasi. Kemudian pemeriksaan fisik yang mencakup berat badan,
panjang badan, kesadaran, detak jantung, pola nutria dll.
Di Indonesia untuk penapisan pada bayi dan balita, pemerintah
mempunyai program untuk pemantau tersebut yaitu Pos Pelayanan
Terpadu. Keluarga yang mempunyai bayi dan balita dianjurkan untuk
melakukan kunjungan ke posyandu. Ada 3 tujuan pada kunjungan ini
adalah :
1. Mengidentifikasi gejala penyakit
2. Merekomendasikan tindakan penapisan
3. Memberikan pendidikan dan pemberian support pada orang tua
Dalam membuat rencana asuhan primer bayi usia 6 minggu
pertama, hendaknya rencana yang dibuat harus berdasarkan hasil
pengkajian sehingga perencanaan disesuaikan dengan kebutuhan bayi.
1. Mengidentifkasi gejala penyakit
Dalam mengidentifikasi penyakit harus berdasarkan :
a. Gejala gejala yang diinterpretasikan oleh orang tua
b. Pemeriksaan fisik neonatal terutama PB dan BB yang sangat
penting dilakukan untuk melihat status gizi dari kecukupan
nutrisinya, selain itu dalam pemeriksaan fisik pada kunjungan
ulang di titik beratkan pada keluhan yang dikemukakan oleh orang
tua. Bidan wajib memeriksa dengan seksama sehingga muncul
satu diagnosa yang akurat, kemudian membuat perencanaan yang
sesuai dengan diagnosa tersebut.
c. Hasil laboratorium (pemeriksaan penunjang)
Pemeriksaan laboratorium dilakukan jika ada indikasi, hasil dari
laboratorium digunakan sebagai dasar merujuk bayi jika memang
dibutuhkan.
d. Pemeriksaan penunjang lain
Pemeriksaan penunjang lainnya dilakukan jika ada indikasi
mengarh kegawatdaruratan misalkan pemeriksaan rontgen.
Temuan- temuan Normal pada neonatus 6 minggu setelah Kelahiran

69
a. Aktifitas Tidur
Pada bulan pertama 60 % waktu bayi digunakan untuk tidur,
sedang periode jaga ( bengun ) pada mulanya berhubungan dg
rasa lapar, tetapi dlm beberapa minggu periode jaga lebih lama
dan berfungsi untuk memenuhi kebutuhan interaksi sosial.
b. Integritas Ego
Mengenali wajah, terutama wajah orangtua, bertujuan : dapat
mendemonstrasikan senyuman ramah
Berespon pada rangsang lingkungan: obyek terang ( yang paling
baik terlihat 8-12 inchi dari wajah), bunyi, dan sentuhan
c. Eliminasi
Urine pucat dan kekuningan ( 6-10 x/hari)
Pola eliminasi usus terbentuk, tergantung pada tipe makanan
d. Makanan dan cairan
Membuat bunyi-bunyi nyaman selama makan, atau dapat
membuat bunyi tenggorok kecil
Penambahan tinggi badan 2,5 cm ( 1 inchi ) setiap bulan selama 6
bulan pertama
Penambahan BB 3,5 ons/minggu selama 6 bulan pertama
e. Neurosensori
Bayi berespon dengan tangisan jika merasakan nyeri,
ketidaknyamanan dan lapar. Kelenjar air mata mulai berfungsi
pada usia minggu kedua sampai keempat, reflek mata boneka dan
reflek menari mulai menghilang, pada minggu 4-5 bayi dapat
mengangkat kepala sebentar dari tempat tidur jika
ditelungkupkan, reflek menggenggam kuat jika telapak tangan
kontak dengan benda.
Selanjutnya bila ada temuan yang mengarah pada gejala penyakit
berat harus segera dirujuk.
2. Melakukan Skreening

70
Pada awal masa pertumbuhan, skreening perkembangan yang
tersedia hanya Denver II / DDST (Lihat bab pemantauan Tumbang )
yang dianggap paling akurat. Tetapi pemerintah indonesia yaitu
kementerian kesehatan mempunyai program untuk deteksi dini
pertumbuhan dan perkembangan melalui Stimulasi Deteksi, Intervensi
Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) yang dilakukan di Puskesmas.
3. Memberikan petunjuk dan bimbingan kepada ortu
a. Memberikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi bayi
b. Meninjau ulang informasi ibu menyusui sesuai kebutuhan.
c. Menentukan berapa lama ibu merencanakan menyusui,
memastikan ibu menyusui ASI secara penuh selama 4-6 bulan
pertama
d. Mendiskusikan rencana ibu terhadap kemungkinan kembali kerja
1) Mempertahankan menyusui, dan mempertahankan suplai
ASI, atau
2) Memberikan makanan tambahan lain selain ASI ( praktik
perawatan dan pemberian ) termasuk resiko adanya tanda
tanda sensitivitas
e. Memberikan bimbingan antisipasi verbal atau tertulis
berhubungan dengan keamanan bayi
f. Mendiskusikan kebutuhan fisik, emosi dan perkembangan bayi
untuk memungkinkan orangtua memantau pertumbuhan dan
perkembangan bayi
g. Membantu orangtua sesuai kebutuhan dalam hal pemberian
rangsang yang tepat untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi,
misal :
1) Stimulasi visual
Menempatkan Obyek yang terang 8 – 10 inchi dari wajah
bayi dan melihat bayi dari rentang dekat.

71
2) Stimulasi Auditorius
Bicara atau menyanyi pada bayi, bermain kotak musik atau
radio.
3) Stimulasi táktil hangat
Memegang, menggendong, memeluk sehingga bayi merasa
nyaman dan aman.
4) Stimulasi Kinetik
Mendirikan bayi di kursi atau ayunan dan menggunakan
gendongan.
h. Menjelaskan pentingnya bounding attacment terhadap
pertumbungan dan perkembangan bayi.
Bounding Attacment merupakan suatu proses dimana
hasil dari suatu interaksi terus menerus antara bayi dan orang tua
yang bersifat saling mencintai, memberikan keduanya
pemenuhan emosional dan saling membutuhkan.
Proses ikatan batin antara ibu dengan bayinya diawali
sejak dalam kandungan yang merupakan suatu modal awal untuk
terbinanya hubungan kasih sayang antara ortu dan anak yang
dapat mempengaruhi pertumbuhan psikologi sehat dan tumbuh
kembang bayi.
Perilaku orang tua yang mempengaruhi ikatan kasih
sayang:
1) Perilaku memfasilitasi
a) Menatap, mencari ciri khas anak
b) Kontak mata
c) Memberikan perhatian
d) Menganggap anak sebagai individu yang unik
e) Menganggap anak sebagai anggota keluarga
f) Memberikan senyuman
g) Mengajak anak berbicara dan menyanyi
h) Menunjukkan kebanggaan pada anak

72
i) Mengajak anak pada acara keluarga
j) Memahami perilaku anak dan memenuhi kebutuhan anak
k) Bereaksi positif terhadap perilaku anak
2) Perilaku penghambat
a) Menjauh dari anak, tidak memeperdulikan
keberadaannya, menghindar, menolak menyentuh anak
b) Tidak menempatkan anak sebagai anggota keluarga yang
lain, tidak memberikan nama
c) Menganggap anak sebagai sesuatu yang tidak disukai
d) Tidak menggenggam jarinya
e) Terburu-buru dalam menyusui
f) Menunjukkan kekecewaan pada anak, tidak berusaha
untuk memenuhi kebutuhannya
4. Imunisasi lanjutan
Imunisasi lanjutan sebaiknya di informasikan ke orang tua, jadwal
pemberian imunisasi dasar selanjutnya sampai bayi umur 9 bulan
adalah BCG, Polio 1, DPT Combo 1, Polio 2, DPT Combo 2, Polio 3,
DPT Combo 3, Polio 4, Campak.
C. Ringkasan materi
Dalam melakukan asuhan primer bayi usia 6 minggu pertama,
seorang bidan harus bisa mengidentifikasi semua keluhan dan temuan
pada waktu pengkajian. Berdasarkan keluhan dan temuan itu bidan dapat
menegakkan diagnosa yang akurat sehingga perencanaan yang dibuat
sesuai dengan kebutuhan bayi dan orang tua. Perencanaan asuhan primer
bayi usia 6 minggu pertama meliputi mengidentifikasi gejala penyakit,
melakukan skrinning pertumbuhan dan perkembangan, memberikan
petunjuk dan bimbingan pada orang tua dan imunisasi lanjutan.
D. Soal latihan
1. Sebutkan tujuan dari kunjungan ulang neonatus!
2. Jelaskan tentang bounding attactment!

73
E. Rambu-rambu jawaban
1. Tujuan kunjungan ini adalah melakukan pemeriksaan ulang pada
bayi, melakukan penapisan serta memberikan pendidikan kesehatan
tentang masalah-masalah yang dihadapi bayi dan keluarga.
2. Bounding Attacment merupakan suatu proses dimana hasil dari suatu
interaksi terus menerus antara bayi dan orang tua yang bersifat saling
mencintai, memberikan keduanya pemenuhan emosional dan saling
membutuhkan. Proses ikatan batin antara ibu dengan bayinya diawali
sejak dalam kandungan yang merupakan suatu modal awal untuk
terbinanya hubungan kasih sayang antara ortu dan anak yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan psikologi sehat dan tumbuh kembang
bayi.
F. Daftar pustaka
1. Maryunani A, Nurhayati.2008.Asuhan Baru Lahir Normal. Jakarta:
ETN
2. Depkes RI. 1993. Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga.
Jakarta: Depkes RI
3. Markum, dkk. 2001. Buku Ajar: Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 1.
Jakarta: FKUI
4. Behrman, Kliegman, Avin. 1999. Ilmu Kesehatan Nelson. Ed.15.
Jakarta: EGC
5. Winkjosatro, dkk. 2008. Asuhan Persalinan Normal. Rev 5. Jakarta:
JPNKR
6. Varney, Kriebs, Gegor. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan volume
2. EGC : Jakarta

74
BAB V
PEMANTAUAN TUMBUH KEMBANG NEONATUS BAYI DAN
BALITA

A. Kompetensi dasar
Mahasiswa mampu melakukan pemantauan pertumbuhan dengan
BB dab TB dan melakukan pemantauan perkembangan bayi dan balita
dengan DDST
B. Uraian materi
Masa balita merupakan golden age/masa emas krn pertumbuhan
dan perkembangan berlangsung dengan pesat. Pada masa balita,
perkembangan kemampuan bicara dengan bahasa kreatifitas, kesadaran
sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat. Perkembangan
moral serta dasar- dasar kepribadian anak juga dibentuk pada masa ini,
sehingga setiap kelainan atau penyimpangan sekecil apapun apabila tidak
dideteksi dan ditangani dengan baik akan mengurangi sumber daya
manusia dikemudian hari.
1. Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran,
tingkat sel, organ maupun individu yang bias diukur dengan ukuran
berat, ukuran panjang, umur tulang dan keseimbangan metabolic
sedangkan perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dan diramalkan,
sebagai hasil proses pematangan. Dapat disimpulkan bahwa
pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan
perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ atau
individu jadi pertumbuhan dan perkembangan sangatlah berhubungan
pada setiap individu.
Dalam mencapai tumbuh kembang yang optimal tergantung
pada potensi biologiknya, dan tingkat tercapainya potensi biologik
seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang saling

75
berkaitan, antara lain yaitu faktor genetik, lingkungan dan perilaku.
Proses pemantauan ini sangat berhubungan dengan berbagai hal dan
segala upaya untuk menjaga dan mengoptimalkan tumbuh kembang
anak baik fisik, mental, dan social. Selain itu juga untuk mengetahui
secara dini tentang kelainan tumbuh kembang dan kemungkinan
penanganan yang efektif, serta mengetahui penyebab dan mencegah
keadaan tersebut.
Secara umum terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi
pertumbuhan anak antara lain adalah :
a. Faktor Genetik
Merupakan faktor utama dalam mencapai hasil akkhir
proses tumbuh kembang anak,dan melalui instruksi genetik yang
terkandung dalam sel telur yang telah dibuahi yang dapat
ditentukan kwalitas dan kuantitas pertumbuhannya.
b. Faktor Lingkungan
Merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau
tidaknya potensi bawaan. Dan terbagi menjadi 2 yaitu
1) Faktor lingkungan pada waktu anak dalam kandungan
a) Gizi ibu pada waktu hamil
b) Mekanis yang disebabkan trauma atau cairan ketuban yang
bias menyebabkan kelainan bawaan pada bayi baru lahir.
c) Toksin/zat kimia yang di sebabkan obat-obatan atau pada
ibu dengan kebiasaan merokok atau minum-minuman
keras yang dapat menyebabkan kelahiran dengan bayi
berat badan lahir rendah,lahir mati, cacat, dan retardasi
mental.
d) Endokrin, perkembangan hormon-hormon kehamilan
sangat mempengaruhi pertumbuhan janin
e) Radiasi, sebelum kehamilan 18 minggu dapat
menyebabkan kematian janin
f) Infeksi,TORCH menyebabkan cacat bawaan

76
g) Stres pada ibu dapat mempengaruhi pertumbuhan janin
h) Imunitas
i) Anoksia Embrio menurunnya oksigenasi janin melalui
gangguan pada plasenta menyebabkan berat badan lahir
rendah
2) Faktor lingkungan setalah anak lahir.
a) Lingkungan biologis yang meliputi ras/suku bangsa,jenis
kelamin, umur, gizi, perawatan kesehatan, kepekaan
terhadap penyakit, fungsi metabolism dan hormone
b) Lingkungan fisik yang meliputi cuaca atau keadaan
geografis suatu daerah, sanitasi, keadaan rumah dan radiasi
c) Faktor psikososial yang meliputi stimulasi,motivasi
belajar,ganjaran atau hukuman yang wajar, kelompok
sebaya, stress, sekolah, cinta dan kasih sayang serta
kualitas interaksi anak-orang tua.
Di samping itu dalam pertumbuhannya anak memerlukan
bimbingan agar dapat lebih mudah beradaptasi terhadap
lingkungannya sehingga anak dapat mengembangkan potensi sesuai
dengan bakat yang dimilki.Seorang anak dalam banyak hal tergantung
kepada orang dewasa oleh karena itu diharapkan orang tua atau semua
orang yang mendapat tugas mengawasi anak harus mengerti persoalan
anak yang sedang tumbuh dan berkembang. Berdasarkan faktor
lingkungan tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh asupan nutrias
atau pemenuhan gizi anak. Tanda-tanda anak bergizi baik anatara lain:
a. Anak sehat dengan bertambahya umur,berat dan tinggi badan
yang bertambah
b. Postur tubuh tegap dan otot padat
c. Rambut berkilau dan kuat
d. Kulit serta kuku bersih dan tidak pucat
e. Wajah ceria,mata bening,dan bibir segar
f. Gigi bersih dan gusi merah muda

77
g. Nafsu makan baik dan buang air besar teratur
h. Anak bergerak aktif dan berbicara lancer sesuai umur
i. Penuh perhatian dan bereaksi aktif
j. Anak dapat tidur dengan nyenyak.
Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan
Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan merupakan deteksi
untuk mengetahui/menemukan status gizi kurang/buruk dan
mikro/makrosefali.
a. Pengukuran berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB)
Tujuan pengukuran BB/TB adalah untuk menetukan status gizi
anak, normal, kurus, kurus sekali atau gemuk. Pengukuran
dilakukan dengan timbangan bayi umur 0-2 tahun, sedangkan
timbangan injak digunakan untuk anak lebih dari 2 tahun atau
anak sudah dapat berjalan.
Untuk pengukuran panjang badan digunakan pengukur yang
terbuat dari kayu, sebaiknya dilakukan oleh 2 orang. Sedangkan
untuk anak sudah berdiri dapat digunakan ukuran tinggi badan.
Pada penggunaan tabel BB/TB (direktorat Gizi Masyarakat 2002)
1) Mengukur tinggi/ panjang badan dan menimbang berat badan
2) Melihat kolom tinggi/panjang badan anak yang sesuai dengan
hasil pengukuran
3) Memilih kolom berat badan untuk laki-laki (kiri) atau
perempuan (kanan) sesuai jenis kelamin anak, mencari angka
berat badan yang terdekat dengan berat badan
4) Dari angka berat badan tersebut , dilihat bagian atas kolom
untuk mengetahui angka standart deviasi (SD) (kolom
Standar Deviasi di Lampiran).
b. Pengukuran lingkar kepala anak (LKA)
Tujuan pengukuran lingkar kepala anak adalah untuk mengetahui
lingkaran kepala anak dalam batas normal atau diluar batas
normal. Hasil dari pengukuran diinterpretasikan pada grafik di

78
Kartu Menuju Sehat (KMS). Jika ukuran lingkar kepala anak di
dalam jalur hijau maka lingkaran kepala anak normal. Jika
ukuran lingkaran kepala anak berada diluar jalur hijau maka
lingkar kepala anak tidak normal. Lingkar kepala anak tidak
ormal ada 2 yaitu makrosefali jika berada diatas jalur hijau dan
mikrisefali jika ukuran dibawah jalur hijau.
Secara umum pertumbuhan pada anak dapat diperkirakan
dalam masa tumbuh kembang sebagai berikut :
Berat badan (Behrman, 1992)
a. Lahir : Kurang lebih 3,25 kg
b. 3-12 bulan : umur (bulan) + 9
2
c. 1-6 tahun : umur (tahun) x 2 + 8
d. 6-12 tahun : umur (tahun) x 7 – 5
2
Tinggi badan (Behrman, 1992)
Lahir : 50 cm
Umur 1 tahun : 75 cm
Atau
1 tahun : 1,5 x TB lahir
4 tahun : 2 x TB lahir
6 tahun : 1,5 x TB setahun
13 tahun : 3 x TB lahir
Dewasa : 3,5 x TB lahir (2 x TB 2 tahun)
2. Perkembangan
Perkembangan merupakan bertambahnya struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak
halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian.
Banyak kasus keterlambatan perkembangan yang tidak segera
dapat diketahui sampai anak masuk sekolah, namun banyak pula yang
dapat diobati bila dideteksi secara dini atau minimal dapat dicegah,
terjadinya cacat sekunder. Karena itu penting artinya untuk

79
mengetahui problema perkembangan dan tingkah laku anak sedini
mungkin.
Denver Development Screening Test (DDST) dirancang
sebagai pemeriksaan baku untuk memenuhi kebutuhan guna
membantu menemukan anak dengan problem perkembangan secara
dini.
Pemeriksaan ini terutama ditujukan untuk mereka yang tidak
mendapatkan pendidikan psikologi secara khusus, mudah dilakukan
dan mudah untuk dinilai. Anak hanya diperiksa dalam 20 hal yang
sederhana yang mungkin sudah dikerjakannya sendiri tanpa diminta.
Sebagai contoh misalnya anak kita periksa dalam hal kemampuan
untuk duduk sendiri.
Pemeriksaan ini didasarkan atas apa yang dilihat oleh
pemeriksa, tentang apa yang telah dapat dikerjakan oleh si anak atau
dari laporan orang tua/ orang yang mengetahui betul tentang
perkembangan anak tersebut. Sebaiknya kita melihat sendiri apa yang
telah dapat dilakukan anak tersebut daripada hanya bertanya kepada
orang tuanya. Kadang- kadang sulit untuk mendapatkan kerjasama
yang baik dari si anak, maka beberapa pemeriksaan diperbolehkan
dinilai PASS ( LULUS/ DAPAT) dari laporan orang tuanya. Agar
tercapai kerjasama yang baik pada waktu pemeriksaan, usahakan
membuat anak senang selama pemeriksaan, usahakan agar membuat
anak senang selama pemeriksaan.
Pemeriksaan DDST seluruhnya meliputi 104 hal yang terbagi
dalam 4 sektor yakni : SEKTOR PERSONAL SOSIAL, SEKTOR
FINE MOTOR ADAPTIVE (Gerakan- gerakan halus), SEKTOR
LANGUAGE (Bahasa), dan GROSS MOTOR (Gerakan- gerakan
kasar). Tujuan pemeriksaan perkembangan ini adalah :
a. Untuk mengetahui dan mengikuti proses perkembangan bayi dan
balita

80
b. Untuk mengetahui secara dini adanya keterlambatan
perkembangan pada bayi dan balita
c. Untuk mencegah secara dini keterlambatan perkembangan pada
bayi dan balita
d. Untuk mencegah terjadinya cacat sekunder akibat keterlambatan
perkembangan pada bayi dan balita
e. Untuk dapat melakukan rujukan pada bayi dengan keterlambatan
perkembangan secara adekuat dan tepat waktu
Indikasi :
a. Bayi umur 0- 1 tahun dan anak balita
b. Anak balita yang dicurigai atau penderita autisme
c. Anak balita dengan Sindroma Down
Persiapan alat :
a. Bola dari benang wol merah
b. Kismis atau manik- manik
c. Kerincingan dengan pegangan kecil
d. balok- balok kecil berwarna merah, kuning, biru, dan hijau
dengan ukuran 2,5 cm sebanyak 8 buah
e. Botol kaca kecil, bening dengan diameter 1,5 cm
f. Bel/ lonceng kecil
g. Bola tenis
h. Pensil/ alat tulis
i. Formulir DDST
j. Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara- cara
melakukan test dan cara penilaiannya
Hal- hal yang perlu diperhatikan selama melakukan test :
a. Mulai dengan menyuruh anak melakukan sesuatu yang mudah
untuk memberi rasa percaya diri dan kepuasan kepada orang tua
b. Memberi pujian kepada anak walaupun gagal
c. Jangan bertanya yang mengarahkan jawaban

81
d. Interpretasi harus dipertimbangkan sebelum memberitahu orang
tua bahwa hasilnya normal/ abnormal
e. Tidak perlu membahas setiap item pada orang tua
f. Pada akhir test, tanyakan pada orang tua apakah penampilan anak
merupakan kemampuan dan perilaku pada waktu lain
Pendekatan terhadap anak/ pasien pada saat pemeriksaan fisik :
a. Tempatkan anak dipangkuan ibunya
b. Untuk mengevaluasi dada perlu mendengarkan 10 kali bunyi
jantung
c. Bagian yang mau diperiksa harus terbuka, bila anak tidak mau
selipkan stetoskope di balik bajunya
d. Pemeriksaan tidak perlu sistematis, tetapi semua harus dilakukan
e. Jika mungkin buka baju anak, lihat postur tubuhnya, simetris atau
tidak
f. Hindari penggunaan stetoskope yang dingin, anak akan ketakutan
g. Perkenankan anak untuk memegang alat untuk mengurangi rasa
takut
h. Perlihatkan prosedur pemeriksaan terhadap anak dengan orang tua
sebagai pasiennya
Langkah- langkah dalam melakukan test :
a. Sebaiknya suasana tenang dan menyenangkan bagi si anak agar
diperoleh kerjasama yang baik. Ada baiknya kita mulai
pemeriksaan dengan meminta anak mengerjakan sesuatu yang
sekiranya dia dapat mengerjakan baru kemudian kita lanjutkan ke
pemeriksan- pemeiksaan yang lain.
b. Harus diperhatikan bahwa hanya barang- barang yang diperlukan
untuk pemeriksaan yang boleh di atas meja selama pemeriksaan,
dengan demikian perhatian si anak dapat lebih terarah.
c. Menjelaskan tentang test pada orang tua, bahwa ini bukan
pemeriksaan inteligensia (IQ) tetapi suatu ”screening” (penyaring)

82
perkembangan. Jelaskan bahwa si anak tidak harus dapat
mengerjakan semua yang terdapat dalam test pemeriksaan
d. Menanyakan identitas, tanggal lahir atau umur si anak. Hitung
umur anak dengan mengurangi tanggal pemeriksaan dengan
tanggal lahir, hari, bulan kemudian tahun.
e. Menanyakan dan catat faktor yang mungkin mempengaruhi
perkembangan anak, seperti riwayat pranatal, natal dan postnatal,
riwayat penyakit yang mempengaruhi perkembangan dan faktor
lingkungan dalam keluarga termasuk didalamnya pendidikan
orang tua, pekerjaan orang tua serta keadaan sosial ekonomi
keluarga, suasana kehangatan keluarga (hubungan antara ayah, ibu
dan anak) dan alat- alat permainan yang dipunyai si anak, teman
bermain dsb.
f. Menanyakan pada orang tuanya apakah anak lahir kurang bulan,
bila ternyata kurang bulan sesuaikan pembuatan garis umur pada
formulir pemeriksaan.
g. Membuat garis umur : tarik garis antara umur anak pada tepi atas
dengan umur anak pada tepi bawah formulir pemeriksaan. Tulis
tanggal pemeriksaan diatasnya. Bila ada penyesuaian, tulis berapa
minggu disesuaikan di bawah tanggal pemeriksaan.
h. Skoring : pada hal- hal (items) yang diperiksa diberikan skor ”P” /
”L” yang berarti PASS/ LULUS, bila anak sudah dapat
mengerjakan.
Beri tanda ”F” / ”G” yang berarti FAILURE / GAGAL bila anak
belum dapat mengerjakan dan beri tanda ”R” /”M” yang berarti
REFUSAL/ MENOLAK bila anak menolak mengerjakan perintah
dan terdapat keraguan pemeriksa untuk menentukan skor.
Dan bila tak ada kemungkinan untuk dinilai atau gagal karena
anak tidak mungkin dapat melakukannya berhubung fasilitas
lingkungan tak memungkinkan maka beri tanda/ skor ”NO” yang
berarti NO OPPORTUNITY.

83
i. Pemeriksaan :
Pertama dimulai dengan memeriksa item pada sektor ”personal-
sosial” kemudian ”fine motor adaptive”, ”language” & ”gross
motor”. Jumlah item yang diperiksa berbeda menurut umur. Pada
bentuk DDST lengkap, semua item yang di sebelah kiri maupun
yang terpotong garis umur harus diperiksa. Mulailah dengan item
yang seharusnya anak sudah dapat mengerrjakan, baru kemudian
makin ke kanan. Hal ini akan memperlancar pemeriksaan.
j. Tiap item yang dinyatakan ”GAGAL (gagal) dan secara lengkap
berada di sebelah kiri garis umur dinyatakan ”DELAY”
(terlambat) karena 90% dari anak yang normal yang telah dapat
melakukannya pada umur yang lebih muda. Bila ujung kanan
kolom item ini masih menyentuh garis umur maka belum dapat
dinyatakan terlambat.
Interpretasi
a. Normal :
1) Bila tidak ada ”keterlambatan/ delay” pada seluruh sektor
2) Terdapat salah satu nilai terlambat namun terdapat pula nilai pass
(lulus) pada item yang terpotong oleh garis umur dalam sektor
yang sama
b. Meragukan (questionable) :
1) Bila satu sektor mempunyai 2 nilai terlambat atau lebih
2) Bila satu sektor atau lebih mempunyai satu nilai terlambat
tanpa adanya nilai pass pada item yang terpotong oleh garis
umur pada sektor yang sama
c. Abnormal :
1) Terdapat 2 sektor atau lebih denganmasing- masing
mempunyai 2 atau lebih delays (terlambat)
2) Satu sektor mempunyai 2 atau lebih nilai terlambat dan 1
sektor lain mempunyai 1 nilai terlambat tanpa adanya nilai

84
pass (dapat) dalam sektor yang sama pada item yang terpotong
oleh garis umur.

85
Gambar 4. Formulir Denver Development Screning Test II
Sumber : Aziz Alimul Hidayat, 2005

86
Gambar 5. Formulir Denver Development Screning Test II
Sumber : Aziz Alimul Hidayat, 2005

87
C. Ringkasan materi
Pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita harus
diperhatikan dan dipantau agar semua balita umur 0-5 tahun dan anak pra
sekolah tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensi
genetiknya.
D. Soal latihan
1. Jelaskan pengertian dari peertumbuhan?
2. Jelaskan pengertian dari perkembangan?
E. Rambu-rambu jawaban
1. Pertumbuhan adalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, tingkat
sel, organ maupun individu yang bias diukur dengan ukuran berat,
ukuran panjang, umur tulang dan keseimbangan metabolic sedangkan
perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks dan diramalkan, sebagai hasil proses
pematangan.
2. Perkembangan merupakan bertambahnya struktur dan fungsi tubuh
yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus,
bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian.
F. Daftar pustaka
1. Kaptiningsih,dkk,. 2005. Golden Age. Jakarta:EGC
2. Rusmil K. 2010. Pedoman Pelaksaan Stimulasi, Deteksi Dini dan
Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Ditingkat Pelayanan
Kesehatan Dasar. Jakarta. Kemenkes RI
3. Hidayat, A. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan anak I. Jakarta :
Salemba Medika

88
BAB VI
ASUHAN PADA NEONATUS DAN BAYI BARU LAHIR DENGAN
MASALAH YANG LAZIM TERJADI

A. Kompetensi dasar :
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan pada neonates dan bayi
baru lahir dengan masalah yang lazim terjadi secara komprehensif.
B. Uraian materi
Neonatus dan bayi baru lahir sering kali mengalami masalah-
masalah yang seringkali membuat khawatir ibu dan keluarga seperti
bercak mongol, haemangioma, ikterik, muntah dan gumoh, oral trush,
diaper rush, sebbhorea, bisulan, milliriasis, diare, obstipasi, infeksi, bayi
meninggal mendadak. Masalah pada neonatus dan bayi baru lahir diatas
jika tidak tertangani dengan baik dan benar akan menjadi kegawatan yang
dapat mengancam jiwa mereka. Asuhan kebidanan yang tepat dapat
mencegah neonatus dan bayi baru lahir dari kegawatan yang lebih lanjut.
Selanjutnya akan diuraikan materi tentang masalah-masalah yang
lazim terjadi pada neonatus dan bayi baru lahir beserta penatalaksanaan
sesuai dengan kompetensi bidan.
1. Bercak Mongol
Definisi
Bercak mongol merupakan bercak berwarna biru atau lesi-lesi
muskular berwarna abu-abu atau biru dengan batas tepi bervariasi,
paling sering pada daerah prasakral, tapi dapat juga ditemukan di
daerah posterior paha, tungkai, punggung dan bahu. Bercak ini dapat
terlihat juga pada semua permukaan tubuh, termasuk pada
ekstremitas. Angka kejadian bercak mongol 80 % terjadi pada bayi
berkulit hitam sementara kejadian pada bayi kulit putih kurang dari 10
%.
Bercak mongol berisi sekumpulan padat melanosit, sel kulit
yang mengandung melamin pigmen normal kulit. Saat melanosit

89
muncul ke permukaan kulit, akan terlihat cokelat tua, semakin jauh
dari permukaan kulit melanosit akan terlihat semakin biru. Bercak
mongol memiliki bermacam ukuran dan bentuk, tidak memiliki
hubungan dengan penyakit tertentu tidak juga menjurus pada kanker
atau masalah lain.
Bercak mongol biasanya akan menghilang dalam hitungan
bulan dan tahun sehingga tidak memerlukan perlindungan khusus.
Bercak mongol multiple yang tersebar luas cenderung tidak hilang
sampai dewasa.
Etiologi
Bercak mongol merupakan bawaan sejak lahir, warna khas
dari bercak ini ditimbulkan karena adanya melanosit yang
mengandung melanin pada dermis yang terhambat selama proses
migrasi dari krista meuralis ke epidermis.
Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang ditemukan pada waktu pemeriksaan
diantaranya :
a. Luka seperti pewarnaan
b. Daerah pigmentasi memiliki tekstur kulit normal
c. Area datar dengan bentuk yang tidak teratur
d. Biasanya akan hilang dalam hitungan bulan dan tahun
e. Tidak ada komplikasi yang ditimbulkan
Penatalaksanaan
Prinsip dari penatalaksanaan bercak mongol ini adalah
pemberian konseling pada orang tua yang bertujuan untuk mengurangi
kecemasan. Penjelasan yang terperinci akan membuat orang tua bayi
lebih tenang dalam menghadapi masalah yang terjadi. Penjelasan yang
diberikan berupa : pengertian dari bercak mongol serta menjelaskan
bercak ini akan menghilang sendiri dan tidak memerlukan penanganan
khusus.

90
2. Haemangioma
Definisi
Hemangioma merupakan salah satu jenis kelainan pembuluh
darah (semacam tumor) tetapi tidak berbentuk benjolan yang sering
terjadi pada bayi baru lahir dan pada anak berusia kurang dari 1 tahun.
Pada umunya hemangioma tidak berbahaya karena sebagian besar
kasus ini akan menghilang dengan sendirinya beberapa bulan setelah
kelahiran. Ada beberapa jenis hemangioma diantaranya :
a. Hemangioma kapiler
Hemangioma ini timbul pada permukaan kulit bagian atas,
dapat disebut juga dengan strawberry hemangioma (hemangioma
simplek) terjadi pada waktu lahir atau beberapa hari setelah lahir.
Hemangioma ini lebih banyak terjadi pada bayi premature.
b. Hemangioma kavernosum
Hemangioma ini terjadi pada lapisan lebih dalam yaitu
bagian dermis dan subkutis, terkadang terdapat pada lapisan
jaringan yang dalam, pada otot atau organ dalam. Jenis ini
berbentuk papul eritematosa dengan pembesaran cepat,
mempunyai batas yang tegas dan mudah berdarah.
c. Hemangioma campuran
Hemangioma campuran merupakan campuran atau
hemangioma kapiler dan kavernosum muncul secara bersamaan.
Gambaran klinis keduanya muncul. Jenis ini sering ditemukan
pada ekstremitas inferior (gerak tubuh bagian bawah), unilateral
(satu sisi bagian tubuh, misalnya paha kanan atau paha kiri),
soliter dan terjadi sejak lahir dan pada masa kanan-kanak.
Etiologi
Hemangioma disebabkan karena kelainan pembentukan
pembuluh darah (pembuluh darah melebar). Selain itu hemangioma
dapat disebabakan karena faktor tertentu yang mungkin terjadi selama
proses persalinan misalnya trauma lahir.

91
Penatalaksanaan
Sebelum melakukan perencanaan seorang bidan terlebih dahulu
mengidentifikasi jenis dari hemangioma. Penatalaksanaan yang dapat
dilakukan bidan adalah :
a. Menjelaskan tentang temuan hemangioma serta jenisnya
b. Menjelaskan tentang penatalaksanaan dari hemangioma
1) Jika jenis hemangioma kapiler, tidak memerlukan penanganan
khusus karena akan menghilang sendiri dalam beberapa bulan
2) Untuk yang jenis hemangioma kavernovus, jika
pertumbuhannya cepat dan terjadi infeksi, memotivasi orang
tua untuk melakukan rujukan.
3) Memberikan dukungan jika bayi dirujuk.
3. Muntah dan Gumoh
Definisi
Muntah adalah pengeluaran sebagian atau lebih, baik ASI,
susu formula maupun makanan dari lambung dalam jumlah banyak
dan biasanya diikuti dengan kontraksi pada lambung lebih dari 10 cc.
Etiologi
a. Ada kelainan pada sistem pencernaan bayi, misalnya kelainan
katup pemisah lambung dan usus 12 jari. Cairan muntah biasanya
berwarna hijau.
b. Ada infeksi atau luka, misalnya infeksi tenggorokan, yang
kadang-kadang dapat memicu bayi muntah, cairan muntah
biasanya disertai bercak darah.
c. Gangguan pada system saraf
d. Kondisi fisiologis, ini terjadi pada anak-anak yang mencari
perhatian.
Sifat muntah :
a. Keluar cairan terus menerus (kemungkinan obstruksi esofagus)
b. Muntah proyektif kemungkinan stenosis pilorus
c. Muntk hijau kekuningan, obstruksi dibwh ampula vateri

92
d. Muntah segera lahir&menetap,kemungkinan tekanan intrakranial
atau obstruksi usus
Muntah yang berlebuhan dapat mengakibatkan komplikasi seperti :
a. Dehidrasi dan alkalosis karena kehilangan cairan tubuh yang
berlebih
b. Dapat terjdi ketosis karena makanan dan minuman tidak dapat
masuk
c. Jika terjadi ketosis makan dapat menyebabkan asidosis dan
kemudian rejatan.
Penatalaksanaan berdasarkan temuan :
a. Anamnesis saat terjadinya muntah, sifat muntah, warna dan
bahan yang dikeluarkan
b. Menanyakan Pola makan anak, terakhir yang dimakan oleh anak,
menanyakan alergi pada anak
c. Riwayat penyakit
d. Mengkaji bayi dengan tanda-tanda dehidrasi jika muntahnya
menghebat
e. Faktor psikologis
f. Pada dasarnya, tidak memerlukan penanganan khusus selama
tidak disertai gangguan fisiologis, tapi juga tidak boleh diabaikan
sebaiknya menganjurkan pada klien untuk :
1) Menciptakan suasana tenang pada saat makan atau menyusui,
menghindari anak makan dengan berbaring/tergesa-gesa. Jika
menyusui lakukan dengan duduk atau jika dengan berbaring
posisi bayi miring.
2) Mengajarkan pola makan yang benar dan menghindari
makanan yang mrangsang serta menimbulkan alergi.
3) Mengajarkan cara menyusui yang benar
4) Menciptakan hubunguan yang harmonis antara orang tua dan
anak

93
5) Merujuk/kolaborasi jika muntah disertai dengan gangguan
fisiologis (warna muntah hijau, muntah secara proyektil dll.)
Gumoh adalah pengeluaran kembali ASI atau cairan susu dari
lambung beberapa saat setelah minum, biasanya terjadi pada bayi
umur kurang dari 6 bulan.
Etiologi
a. Bayi yang sudah kenyang
b. Posisi bayi saat menyusui
c. Posisi botol
d. Terburu-buru
Penatalaksanaan :
Gumoh yang tidak berlebihan merupakan keadaan yg normal,
terutama pada bayi dibawah 6 bulan. Nasehat yang diberikan ke orang
tua adalah :
c. Menjelaskan keadaan bayi merupakan hal fisiologis sehingga
tidak perlu dicemaskan
d. Menganjurkan ibu untuk memperbaiki tehnik menyusui atau jika
dengan botol susu, memperbaiki posisi botol susu saat minum
e. Menyendawakan bayi setelah minum
4. Oral trush
Oral trush adalah infeksi jamur yang menyerang selaput lendir
mulut yaitu mukosa, lidah kadang palatum, gusi serta mulut bagian
bawah bayi.
Etiologi
a. Candida albicans (moniliasis)
b. Hygiene yg kurang baik
Oral trush dapat ditularkan melalui :
a. Persalinan dengan ibu yang terinfeksi Candida albicans
b. Penggunaan botol susu yang kurang bersih dan tidak disteril
c. Kurangnya perawatan putting susu
d. Tidak mencuci tangan yang tidak benar

94
Pada oral trush yang tidak tertangani dapat menyebabkan bayi
diare. Pada pengkajian akan ditemukan bercak keputihan pada mulut
anak terkadang menolak minum. Penatalaksanaan yang tepat segera
dilakukan, diantaranya :
a. Menjelaskan tentang keadaan bayi
b. Menganjurkan untuk menjaga kebersihan bayi dan semua
peralatan yg digunakan, jika menggunakan botol susu sebaiknya
disteril sebelum digunakan.
c. Menganjurkan untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah
merawat bayi.
d. Ibu dengan candida albican harus segera diobati untuk mencegah
infeksi ulang/ merujuk untuk penanganan lebih lanjut.
e. Untuk perawatan anak yang sudah terinfeksi, membersihkan
mulut dengan menggunakan jari dibungkus kassa yang sudah
dibasahi larutan garam.
f. Mengoleskan obat mycositin 4 x sehari selama 1 minggu atau
sampai gejala menghilang (biasanya hasil kolaborasi dengan
dokter)
g. Memberikan nutrisi yang cukup
5. Diaper rush
Diaper rash/ruam popok adalah iritasi kulit/peradangan yang
dialami bayi pada bagian tubuh yang tertutup, biasanya terjadi di alat
kelamin, bokong, lipatan paha dan perut bagian bawah yang
diakibatkan dari gesekan anstara popok dan kulit serta keadaan yang
lembab.
Etiologi
a. Pola kebersihan yang tidak terjaga, misalkan setelah bayi BAB
atau BAK tidak segera dibersihkan atau tidak segera mengganti
popok
b. Udara/suhu lingkungan yg panas/ lembab sehingga mempengaruhi
keadaan kulit bayi

95
c. Bayi diare, dikarenakan pengeluaran cairan yang terus menerus
mengakibatkan iritasi pada kulit terutama pada daerah bokong.
d. Reaksi kontak terhadap karet dan plastik biasanya pada
penggunaan popok disposible, karena sirkulasi udara yang kurang
menyebabkab kelmbaban pada daaerah genetalia
e. Popok yang kurang bersih pada pembilsan sehingga kandungan
deterjen masih menempel pada popok.
Temuan pada pengkajian :
a. Iritasi pada kulit yang terinfeksi, kemudian muncul sebagai
erythema
b. Erupsi pada daerah kontak yang menonjol (pantat, alat kemaluan,
perut bawah, paha atas)
c. Keadaan lebih parah ditemukan : papila eryhema, vesicula dan
ulcerasi
Penatalaksanaan :
a. Menjelaskan pada orang tua keadaan bayi
b. Menjelaskan pada orang tua tentang kebersihan diri/personal
hyiegen
c. Mengajari orang tua cara perawatan diaper rush yaitu
1) Pada daerah yang terkena diaper rash, tidak boleh terkena air,
membiarkan terbuka dan tetap kering
2) Membersihkan kulit yang teriritasi dengan kapas dan minyak
3) Jika bayi kencing/berak segera dibersihkan dan dikeringkan
4) Mengatur posisi tidur bayi agar daerah yang teriritasi terkena
udara
5) Memelihara kebersihan kulit, pakaian, dan alat-alat yang
berhubungan dengan kulit.
6. Ikterik fisiologis
Ikterik fisiologis adalah warna kekuningan pada bayi yang
muncul pada hari ke 2 dan ke 3 dan akan menghilang tanpa
pengobatan pada 10 hari pertama bayi lahir.

96
Etiologi
a. Terjadinya hemolisis yang disebabkan oleh jumlah sel darah
merah lebih banyak dan berumur pendek
b. Fungsi hepar yang belum sempurna
c. Sirkulasi enterohepatika meningkat sebagai akibat masih
berfungsinya enzim glukorenidase (kadar glukosa dan darah)
diusus dan belum adanya nutrient.
d. Pemberian ASI atau susu yang kurang adekut.
Temuan/gejala
a. Timbul pada hari ke 2 dan ke 3
b. Ikterik menghilang pada 10 hari pertama
c. Kadar bilirubin indirek tidak lebih 10 mg% pada neonatus cukup
bulan dan 12,5% pada neo kurang bulan
d. Kadar bilirubin direk tidak memlebihi 1 mg %
e. Tidak terbukti mempunyai hub dengan keadaan patologis
Pentalaksanaan
a. Menjelaskan tentang keadaan bayi merupakan hal yang fisiologis
tapi dapat menjadi patologis
b. Mengajari ibu perawatan bayi sehari-hari (memandikan,
perawatan talipusat dll)
c. Menganjurkan ibu untuk menjemur dibawah sinar matahari pagi
kurang lebih ½ jam
d. Menganjurkan ibu untuk memberi ASI sedini mungkin dan
sesering mungkin
e. Menganjurkan untuk makanan bergizi bagi ibu
f. Menganjurkan ibu untuk tidak minum jamu karena akan
memepengarui produksi ASI
g. Jika pada hari pertama bayi sudah ikterik hingga 3 hari masih
belum hilang, segera merujuk ke rumah sakit
7. Seborhea

97
Seborrhea merupakan peradangan pada kulit kepala, wajah
kadang pada bagian tubuh lain sebagai proses pergantian sel-sel kulit
yang terjadi pada bulan pertama bayi lahir dan akan menghilang
dengan sendirinya dalam 6 bulan hingga 12 bulan.
Etiologi
Sering dijumpai pada bayi berumur 2-10 hari, umumnya
terjadi pada kulit kepala. Kondisi cuaca yang panas dan lembab
mempengaruhi seborrhea lebih lanjut. Penyebab pasti seborrhea
belum pasti tetapi kemungkinan seborrhea disebabkan oleh jamur
yang memicu kelenjar berproduksi lebih banyak. Peningkatan kelenjar
ini biasanya disertai rasa gatal, rambut berbau tak enak dan lebih
berminyak
Temuan/gejala
a. Kulit tampak berminyak
b. Ruam tebal berkeropeng berwarna kuning dikepala (Crdle cap)
c. Kadang tampak seperti sisik dibelakang telinga
d. Tampak erytrema, ketombe
e. Perasaan gatal yg hebat
f. Bayi biasanya rewel
Penatalaksanaan
a. Menjelaskan keadaan bayi pada orang tua
b. Meningkatkan hygiene
c. Menjelaskan tentang cara menghilangkan sisik yaitu selama
kepala bersisik penggunaan shampoo setiap hari sangant
dianjurkan, setelah sisik menghilang cukup menggunakan
shampoo 2 kali seminggu
d. Menghindari udara panas dan lembab dengan cara membiarkan
kepala bayi terkena udara, menyeka kepala jika terdapat banyak
keringat.
e. Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh kulit utk
mencegah infeksi

98
8. Bisulan
Bisulan/furunkel adalah Infeksi kulit yang terjadi di folikel
rambut dan jaringan subkutan yang biasa dialami oleh bayi dan anak.
Etiologi
a. Faktor kebersihan
Bisul muncul karena adanya kuman, orang tua yang tidak
menjaga kebersihan bayi maka akan lebih berpeluang terpapar
kuman penyebab bisul. Kebersihan lingkungan juga sangat
mempengaruhi, karena lingkungan yang tidak terjaga
kebersihannya kuman akan mudah berkembang biak. Sedangkan
bayi sangat rentan terserang kuman.
b. Udara
Udara panas salah satu penyebab terjadinya bisul, terutama
bisul yang terjadi pada kelenjar /keringat. Bayi sangat mudah
berkeringat terutama pada daerah yang panas, sangat dianjurkan
untuk selalu mengelap keringat juga keringat bayi berlebihan.
c. Menurunnya daya tahan tubuh
Menurunnya daya tahan tubuh juga mempengaruhi
masuknya kuman ke dalam tubuh. Bayi dengan ASI eksklusif
lebih terjaga dari serangan kuman dari pada bayi dengan susu
formula.
Temuan/gejala
a. Berbentuk kerucut dan bermata
b. Bintil merah hingga terjadi abses (proses peradangan)
c. Gatal jika bisul muncul masih berupa follikulitis.
d. Warna merah, bengkak , panas
e. Kadang disertai demam, nyeri
f. Bisul yang muncul pada kelenjar keringat berbentuk bulat seperti
kubah, tidak bermata dan tanpa disertai nyeri.
Penatalaksanaan
a. Menjelaskan keadaan bayi atau anak

99
b. Meningkatkan hygiene
c. Membersihkan bisul dengan sabun antibakteri
d. Mengkompres dengan air hangat
e. Menjaga asupan gizi, untuk menjaga pertahanan tubuh
f. Menganjurkan untuk memberikan ASI eksklusif
g. Menganjurkan untuk menghindari garukan, karena jika abses
pecah bisa menular
h. Mencuci tangan sebelum dan sesudah membersihkan bisul
i. Jika bisul bertambah besar merujuk ke dokter untuk tindakan
selanjutnya.
9. Miliriasis
Miliariasis/biang keringat merupakan bintik-bintik merah
berisi cairan yang terjadi karena tersumbatnya pori-pori sehingga
keringat tidak bisa keluar.
Etiologi
a. Udara panas dan lembab dengan ventilasi udara yang kurang
b. Pakaian yang tidak menyerap keringat
c. Aktifitas yang berlebihan
d. Penyumbatan keringat dapat ditimbulkan oleh bakteri sehingga
peradangan dan edema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar
dan diabsorbsi oleh stratum korneum
e. Infeksi bisa terjadi jika kebersihan tidak terjaga dan sering digaruk
f. Personal higiene yang kurang juga dapat menimbulkan miliriasis
Temuan/gejala
a. Bersifat gatal
b. Berbentuk bintik-bintik merah, berisi cairan
c. Dapat ditemukan pada dahi, leher, bagian yang tertutup pakaian
(dada, punggung), tempat yang mengalami tekanan atau gesekan
pakaian dan juga kepala.

100
Penatalaksanaan
a. Penjelasan tentang miliriasis serta penyebabnya pada orang tua
sangat dianjurkan, karena mungkin miliriasis hal yang
dikhawatirkan oleh orang tua
b. Menganjurkan orang tua untuk menghindari udara panas dan
lembab, jika perlu dianjurkan menggunakan AC
c. Menganjurkan pada orang tua untuk menggunakan pakaian tipis
dan menyerap keringat
d. Meningkatkan personal higiene terutama keberihan kuku dan
tangan
e. Menghindari menggaruk pada daerah yang gatal
f. Pada biang keringat, tidak dianjurkan diberi bedak karena
gumpalan yang berbentuk memperparah sumbatan kelenjar
g. Jika terjadi infeksi, member penjelasan untuk dilakukan rujukan.
10. Diare
Diare adalah peningkatan frekuensi buang air besar lebih dari
3 kali (pada neonatus lebih dari 4 kali) dalam sehari konsistensi cair,
baik berlendir ataupun tidak.
Etiologi
a. Faktor infeksi
Penyebab yang paling sering adalah infeksi oleh bakteri atau
virus. Virus yang paling banyak menimbulkan diare adalah
rotavirus. Kontribusi rotavirus pada kejadian diare anak umur 6-
24 bulan menurut WHO adalah 15-25%. Sedangkan bakteri yang
menyebabkan diare antara lain Shigella, Vibrio cholera,
Salmonella, Campylobacter jejuni maupun Escherichia coli.
b. Faktor makanan
Makanan basi, beracun dan alergi terhadap makanan.
c. Faktor psikologis (rasa takut, cemas dll)
d. Infeksi parenteral

101
Infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti : otitis media akut,
tonsillitis, bronkopneomoni, ensefalitis
e. Faktor predisposisi
1) Faktor anak
a) Umur : semakin muda anak resiko terkena diare semakin
tinggi karena keadaan integritas mukosa usus masih belum
baik, sehingga daya tahan tubuh masih belum sempurna.
b) Alergi susu : pemberian susu formula pada ballita terutama
pada bayi memicu terjadinya diare karena kemungkinan
bayi alergi susu sapi.
c) Tidak memberikan ASI Eksklusif : ASI merupakan
makanan terbaik pada bayi umur kurang dari 6 bulan,
banyak bayi mengalami diare pada bayi kurang 6 bulan
sudah mendapatkan MP ASI.
d) Alergi obat, beberapa obat terutama antibiotik
2) Faktor orang tua
a) Tingkat pendidikan dan pengatauan
Tingkat pendidikan orang tua khususnya ibu
mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang. Pengetahuan
tentang kebersihan dalam merawat bayi sangat
berpengaruhi dengan kejadian diare. Misalnya pada
penyajian makanan yang sehat, kebersihan botol susu dan
peralatan yang digunakan bayi.
b) Perilaku dan kebiasaan
Perilaku dan kebiasaan ibu tentang kebersihan
mempengaruhi pola merawat anak, jika kebisaan hidup
bersih tidak diterapkan, kejadian diare pada bayi akan
tinggi.
3) Faktor lingkungan
Penelitian yang dilakukan oleh Sinthamurti tahun 2006
tentang Faktor-faktor Resiko Kejadian Diare Akut pada Balita

102
menegaskan, penyakit diare merupakan salah satu penyakit
yang berbasis lingkungan. Ada 2 faktor yang dominan yaitu
sarana air bersih dan pembuangan tinja, keduanya berinterkasi
dengan perilaku manusia. Penularan penyakit diare sangat
dipengaruhi oleh factor lingkungan dimana sebagian besar
penularan melalui faecal oral yang sangat dipengaruhi oleh
ketersediaan sarana air bersi dan jamban keluarga.
4) Faktor kependudukan
Faktor kependudukan menunjukkan bahwa insiden
diare lebih tinggi pada penduduk perkotaan yang padat, miskin
dan kumuh.
Tanda dan gejala
Tanda dan gejala dapat diklasifikasikan sesuai dengan pembagian
pada buku Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).
a. Diare dengan dehidrasi berat
1) Letargis atau tidak sadar
2) Mata cekung
3) Cubitan kulit perut kembalinya sangat lambat (> 2 detik)
b. Diare dengan dehidrasi ringan/sedang, terdapat
1) Gelisah/rewel
2) Mata cekung
3) Cubitan kulit kembalinya lambat (< 2 detik)
c. Diare tanpa dehidrasi
Tidak cukup tanda untuk dehidrasi berat atau ringan/sedang.
Penatalaksanaan
a. Diare tanpa dehidrasi
1) Memberikan cairan tambahan sebanyak yang anak mau
dengan cara pemberian ASI lebih sering dan lebih lama,
member oralit atau air matang sebagai tambahan.

103
2) Memberikan tablet zinc selama 10 hari, dosis 1 tablet sama
dengan 20 mg. anak umur 2-6 bulan ½ tablet, anak umur > 6
bulan 1 tablet.
3) Melanjutkan pemberian makanan sesuai usianya.
4) Merujuk segera jika pada kunjungan ulang bertambah parah
atau dalam 1 hari tidak ada perbaikan.
b. Diare dengan dehidrasi ringan/sedang
1) Memberikan oralit dan observasi di klinik selam 3 jam dengan
jumlah sekitar 75 ml/kg BB atau berdasarkan usia anak.
2) Menentukan jumlah oralit untuk 3 jam pertama yaitu jumlah
BB= kg x 75 ml atau jika anak menginginkan dapat diberikan
lebih dari jumlah yang ditentukan. Untuk anak kurang dari 6
bulan yang tidak menyusu, memberikan juga 100-200 ml air
matang selama periode ini.
3) Pemberian tablet zinc
4) Melakukan penilaian setelah anak diobservasi selama 3 jam.
c. Diare dengan dehidrasi berat
1) Melakukan rujukan segera dengan tetap memberikan cairan
oralit melalui mulut.
2) Setelah ditempat rujukan :
a) Pemberian cairan intravena secepatnya
b) Melakukan observasi kembali setelah 15-30 menit. Jika
nadi lemah atau tidak teraba tetesan dipercepat.
c) Memberikan oralit segerah setelah anak mau minum.
d) Jika tidak dapat memasang infus, memasang sonde untuk
pemberian oralit.
e) Pemberian oralit diperlambat jika keadaan membaik.
11. Obstipasi
Obstipasi merupakan keadaan yang lebih parah dari konstipasi
yang disebabkan karena terhalangnya pergerakan feses dalam usus
(adanya obstruksi usus).

104
Etiologi
Etiologi dari obstipasi dibedakan dari konstipasi, pada
obstipasi karena adanya obstruksi intestinal sedangkan konstipasi
selain adanya obstruksi intestinal misalnya kurangnya makanan
berserat.
Selain itu obstipasi juga disebabkan penyaluran makanan yang
kurang baik misalnya makanan pada bayi yang kurang mengandung
air dan gula, sedangakan pada bayi umur lebih dari 6 bulan atau pada
balita yang kurang mengandung serat. Jika obstipasi terjadi pada bayi
muda, kemungkinanan adanya gangguan pada usus misalnya penyakit
hirschpung, karena usus tidak melakukan gerakan peristaltic. Pada
balita yang sering menahan BAB.
Gejala
Berupa pengeluaran feses yang keras dalam jangka waktu tiap
3-5 hari, disertai dengan perasaan perut penuh karena feses dan gas.
Bayi sering menangis, susah tidur, gelisah, kadang muntah, abdomen
distensi dan anoreksia
Penatalaksanaan
a. Penjelasan pada orang tua tentang keadaan bayi/anak
b. Jika terjadi pada bayi muda sebaiknya dilakukan rujukan untuk
penanganan lebih lanjut
c. Memberikan konseling pencegahan obstipasi :
1) Memberikan asupan ASI yang lebih banyak dan memastikan
bayi tidak mengalami dehidrasi
2) Diet ibu dan bayi cukup mengandung makanan yang berserat
12. Infeksi neonatorum
Infeksi yang terjadi pada neonatus pada prenatal, antenatal,
intranata ataupun postnatal. Infeksi neonatus lebih banyak terjadi pada
bayi yang lahir dirumah sakit daripada bayi yang lahir diluar rumah
sakit. Bayi baru lahir mendapat imunitas trans. Sesudah lahir bayi

105
terpapar dengan kuman baik dari ibu maupun bukan dari ibu. Infeksi
neonatus dapat melalui beberapa cara yaitu :
a. Infeksi Antenatal
Kuman mencapai janin melalui plasenta, infeksi terjadi
melalui sirkulasi umbilicus. Kuman yang dapat menyerang janin
melalui plasenta adalah:
1) Virus : rubella, Polyomyelitis, covsakie, variola, vaccinia,
cytomegalic inclusion
2) Spirokaeta yaitu Treponema palladium
3) Bakteri jarang yang dapat melalui plasenta kecuali E. Coli dan
Listeria monocytogenes. Tuberculosis congenital dapat juga
terjadi melalui plasenta.
b. Infeksi intranatal
Mikriorganisme dari vagina naik dan masuk ke dalam
rongga amnion setelah ketuban pecah. Biasanya terjadi pada ibu
dengan ketuban pecah dini dan jarak waktu pecahnya ketuban dan
lahirnya janin lebih dari 12 jam.
c. Infeksi pascanatal
Infeksi pascanatal terjadi setelah bayi lahir lengkap.
Infeksi ini terjadi karena proses persalinan, infeksi silang,
perawatan yang tidak steril dan penggunaan alat yang tidak steril.
Infeksi ini sebenarnya bisa dicegah dengan selalu memperhatikan
prinsip pencegahan infeksi.
Infeksi neonatus sangat cepat menjalar menjadi infeksi
umum sehingga gejala infeksi local tidak terlalu menonjol.
Diagnosis dini dapat ditegakan dengan memperhatikan tingkah
laku neonatus yang merupakan tanda-tanda dari infeksi. Tanda-
tanda yang sering muncul adalah malas minum, gelisah, nafas
cepat, BB turun, pergerakan kurang, muntah dan diare. Selain itu
gejala yang sering lainnya adalah edema, perdarahan, ikterus,
hepatosplehomegali dan kejang.

106
Angka kematian infeksi/sepsis neonatorum cukup tinggi (13-
50% ) dan masalah yang sering timbul sebagai komplikasi sepsis
neonatorum: Meningitis, kejang, hipotermia, hiperbilirubinemia,
gangguan nafas dan gangguan minum.
Etiologi
a. Penyebaran transplasenta merupakan jalan tersering masuknya
mikroorganisme ke janin.
b. Infeksi saat persalinan terjadi akibat aspirasi cairan amnion yang
terinfeksi atau dari cairan vagina, tinja, urin ibu.
c. Semua infeksi yang terjadi setelah lahir disebabkan oleh pengaruh
lingkungan.
d. Faktor risiko terjadinya sepsis neonatorum:
1) Ibu demam sebelum dan selama persalinan
2) Ketuban Pecah Dini
3) Persalinan dengan tindakan
4) Timbul asfiksia pada saat lahir
5) BBLR
Langkah promotif dan preventif dalam infeksi neonatorum
a. Mencegah dan mengobati ibu demam dengan kecurigaan infeksi
berat atau infeksi intrauterin.
b. Mencegah dan pengobatan ibu dengan ketuban pecah dini.
c. Perawatan antenatal yang baik dan berkualitas
d. Mencegah persalinan prematur
e. Melakukan pertolongan persalinan yang bersih dan aman
f. Mencegah asfiksia neonatorum
g. Melakukan resusitasi dengan benar
h. Melakukan tindakan pencegahan Infeksi
i. Melakukan identifikasi awal terhadap faktor risiko sepsis dan
pengelolaan yang efektif.

107
Dalam mendiagnosa infeksi neonatorum anamnesis dan
pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan dengan teliti sehingga
diagnose yang ditegakkan benar. Hal yang harus diperhatikan adalah :
a. Anamnesis
1) Riwayat ibu mengalami infeksi intra uterin, demam dengan
kecurigaan infeksi berat atau ketuban pecah dini.
2) Riwayat persalinan tindakan, penolong persalinan, lingkungan
persalinan yang kurang higienis
3) Riwayat lahir asfiksia berat, bayi kurang bulan, berat lahir
rendah.
4) Riwayat air ketuban keruh, purulen atau bercampur mekonium
5) Riwayat bayi malas minum, penyakit cepat memberat
6) Riwayat keadaan bayi lunglai, mengantuk atau aktivitas
berkurang atau iritabel / rewel, bayi malas minum, demam
tinggi atau hipotermi, gangguan napas, kulit ikterus, sklerema
atau skleredema, kejang
b. Pemeriksaan fisik
1) Suhu tubuh tidak normal (hipotermi atau hipertermi), letargi
atau lunglai, mengantuk atau aktivitas berkurang
2) Malas minum sebelumnya minum dengan baik.
3) Iritabel atau rewel,
4) Kondisi memburuk secara cepat dan dramatis
5) Gastrointestinal: Muntah, diare, perut kembung, hepatomegali
Tanda mulai muncul sesudah hari ke empat.
6) Kulit : Perfusi kulit kurang, sianosis, pucat, petekhie, ruam,
sklerema, ikterik
7) Kardiopulmoner : Takipnu, gangguan napas, takikardi,
hipotensi
8) Neurologis : Iritabilitas, penurunan kesadaran, kejang, ubun-
ubun membonjol, kaku kuduk sesuai dengan meningitis

108
Kategori infeksi neonatorum ;
Kategori A
a. Kesulitan bernapas (mis. apnea, napas lebih dari 30 kali per menit,
retraksi dinding dada, grunting pada waktu ekspirasi, sianosis
sentral)
b. Kejang
c. Tidak sadar
d. Suhu tubuh tidak normal, (tidak normal sejak lahir & tidak
memberi respons terhadap terapi atau suhu tidak stabil sesudah
pengukuran suhu normal selama tiga kali atau lebih, menyokong
ke arah sepsis)
e. Persalinan di lingkungan yang kurang higienis (menyokong ke
arah sepsis)
f. Kondisi memburuk secara cepat dan dramatis (menyokong kearah
sepsis)
Kategori B
a. Tremor
b. Letargi atau lunglai
c. Mengantuk atau aktivitas berkurang
d. Iritabel atau rewel
e. Muntah (menyokong ke arah sepsis)
f. Perut kembung (menyokong ke arah sepsis)
g. Tanda tanda mulai muncul sesudah hari ke empat (menyokong ke
arah sepsis)
h. Air ketuban bercampur mekonium
i. Malas minum sebelumnya minum dengan baik (menyokong ke
arah sepsis)
Pemeriksaan penunjang sebaiknya dilakukan untuk memastikan
diagnose dan untuk perncanaan yang tepat. Pemeriksaan penunjang
meliputi :

109
a. Jumlah lekosit dan hitung jenis secara serial untuk menilai
perubahan akibat infeksi, adanya lekositosis atau lekopeni,
trombositopenia
b. Pemeriksaan pengecatan Gram dari darah.
c. Gangguan metabolik
d. Hipoglikemi atau hiperglikemi, asidosis metabolik.
e. Peningkatan kadar bilirubin
Kecurigaan sepsis dapat ditegakkan jika :
a. Pada bayi umur sampai dengan 3 hari
Ditemukan ada riwayat ibu dengan infeksi rahim, demam
dengan kecurigaan infeksi berat atau (ketuban pecah dini) atau
bayi mempunyai 2 atau lebih Kategori A ,atau 3 atau lebih
Kategori B
b. Pada bayi umur lebih dari tiga hari
Jika bayi mempunyai dua atau lebih temuan Kategori A
atau tiga atau lebih temuan Kategori B.
Penatalaksanaan
a. Rujukan
1) Mempersiapkan untuk merujuk bayi yang menderita infeksi
neonatal dengan komplikasi, setelah keadaan stabil.
2) Pengelolan bersama dengan sub bagian neurologi anak,
pediatri sosial, bagian mata, bedah syaraf dan rehabilitasi
medik.
b. Pemantauan
1) Tumbuh Kembang
2) Komplikasi yang sering terjadi pada penderita dengan sepsis
dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang seperti
gejala sisa neurologis berupa retardasi mental, gangguan
penglihatan, kesukaran belajar, kelainan tingkah laku.

110
13. Bayi meninggal mendadak
Bayi meninggal mendadak atau disebut juga SIDS (sudden
infant dead syndrome) merupakan bayi tiba-tiba meninggal tanpa
diketahui penyebabnya, kejadian SIDS paling banyak pada bayi
dengan tidur tengkurap. SIDS disebut juga dg kematian ditempat
tidur, kejadian tersering kematian bayi umur 1 minggu – 1 tahun dan 3
dari 2000 bayi mengalami SIDS, hampir selalu dalam keadaan tidur.
Etiologi
a. Penyebab pasti belum diketahui
b. Penelitian : SIDS lebih sering terjadi bayi tidur tengkurap
c. SIDS jg ditemukan pada bayi dg tidur menghadap ke kasur/selimut
yang lembut/empuk
Faktor resiko terjadinya SIDS
a. Tidur tengkurap (bayi umur kurang dari 4 bulan)
b. Kasur yang lembut (kurang 1 tahun)
c. Bayi prematur
d. Riwayat SIDS pada sodara kandung
e. Musim dingin
f. ibu perokok
g. Ibu pecandu
h. Ibu berusia muda
i. Jarak yang pendek antara 2 kehamilan
j. Perawatan kehamilan yang kurang
k. Cacat batang otak
l. Fungsi saluran nafas abnorml
m. Reflek saluran nafas yg hiperaktif shg cairan masuk kedalam laring
(aspirasi) shg terjadi apnea
n. Abnormalitas jantung
Tanda dan gejala
Tidak ada gejala yang mendahului SIDS

111
Penatalaksanaan
Dukungan emosional pada keluarga
Pencegahan :
a. Mengnjurkan pada setiap orang tua untuk posisi tidur telentang
atau miring
b. Selalu mengobservasi nafas bayi ketika tidur
c. Cara menyusui yang baik dengan posisi tiduran serta sendawa
C. Rangkuman materi
Pada asuhan kebidanan neonatus bayi baru lahir dengan
permasalahan yang lazim terjadi, dibutuhkan penanganan yang
komprehensif. Pendidikan kesehatan yang bermutu akan memberikan
pengetahuan yang tinggi pada orang tua, sehingga kekhawatiran orang tua
akan teratasi. Hal-hal yang biasa terjadi pada bayi jika tidak ditangani
dengan baik akan menjadi kekhawatiran yang berlebih pada orang tua,
dapat juga menjadi hal yang buruk pada bayi.
D. Soal latihan
1. Sebutkan etiologi oral trush?
2. Jelaskan apa itu miliriasis?
3. Sebutkan tanda gejala diare?
E. Rambu-rambu jawaban
1. Etiologi oral trush
a. Persalinan dengan ibu yang terinfeksi Candida albicans
b. Penggunaan botol susu yang kurang bersih dan tidak disteril
c. Kurangnya perawatan putting susu
d. Tidak mencuci tangan yang tidak benar
2. Miliariasis/biang keringat merupakan bintik-bintik merah berisi cairan
yang terjadi karena tersumbatnya pori-pori sehingga keringat tidak
bisa keluar.
3. Tanda gejala diare
a. Diare dengan dehidrasi berat
Letargis atau tidak sadar

112
Mata cekung
Cubitan kulit perut kembalinya sangat lambat (> 2 detik)
b. Diare dengan dehidrasi ringan/sedang, terdapat
Gelisah/rewel
Mata cekung
Cubitan kulit kembalinya lambat (< 2 detik)
c. Diare tanpa dehidrasi
Tidak cukup tanda untuk dehidrasi berat atau ringan/sedang.
F. Daftar pustaka
1. Depkes RI. 1993. Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga.
Jakarta: Depkes RI
2. Markum, dkk. 2001. Buku Ajar: Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 1.
Jakarta: FKUI
3. Behrman, Kliegman, Avin. 1999. Ilmu Kesehatan Nelson. Ed.15.
Jakarta: EGC
4. Winkjosatro, dkk. 2008. Asuhan Persalinan Normal. Rev 5. Jakarta:
JPNKR
5. Varney, Kriebs, Gegor. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan volume
2. EGC : Jakarta
6. Lia, N. V. Dewi. 2001. Asuhan neonatus Bayi dan Balita. Jakarta:
Salemba Medika
7. Ngastiyah. 2001.Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC
8. Arif. 2007. Hemangioma. Yanmedik-depkes.net. diunggah 1 Maret
2012.
9. Prawirohardjo. 2008. Buku Acuan Nasional pelayanan maternal dan
neonatal.Jakarta.Yayasan Bina Pustaka

113
BAB VII
ASUHAN NEONATUS DENGAN JEJAS PERSALINAN

A. Kompetensi Dasar
Mahasiswa mampu melakukan asuhan neonatus dengan jejas persalinan
B. Uraian materi
Asuhan neonatus dengan jejas persalinan sebagian besar
disebabkan oleh proses persalinan dengan tindakan, yang meliputi :
1. Caput Suksedenum
Adalah pada pembengkakan suatu tempat dikepala karena
adanya timbunan getah bening dibawah lapisan aponerose di luar
periostinum.
Etiologi
Disebabkan adanya tekanan pada kepala janin oleh jalan lahir
misalnya partus lama dan persalinan dengan vacum ekstraksi. Faktor
predisposisi dari caput ini adalah panggul sempit.
Tanda dan gejala
a. Adanya oedem di kepala
b. Pada perabaan teraba lembut dan lunak
c. Oedem melampaui sela-sela tulang tengkorak
d. Batas tidak jelas
e. Oedem berisi serum dan kadang bercampur darah
f. Permukaan kulit pada benjolan berwarna ungu atau kemerahan
Penatalaksanaan
Pada prinsipnya caput suksedenum tidak memerlukan
penanganan yang intensif karena akan menghilang dengan sendirinya
dalam waktu 2-3 hari.
a. Melakukan perawatan bayi sama dengan bayi normal
b. Menempatkan bayi dilingkungan yang baik, adanya ventilasi dan
sinar matahari

114
c. Menganjurkan ibu dan keluarga, agar tidak sering mengangkat
bayi karena akan menyebabkan tekanan intracranial sehingga
cairan serebrospinalis meningkat serta mencegah perdarahan pada
kepala.
d. Pemberian ASI yang adekuat
e. Mengajari ibun untuk tehnik menyusui dengan tiduran karena bayi
tidak boleh sering diangkat.
f. Pencegahan infeksi pada daerah benjolan, menjaga kebersihan
pada daerah kepala
g. Penjelasan pada orang tua bahwa oedem akan menghilang dengan
sendirinya dalam waktu 2-3 hari.
2. Cephal Hematoma
Adalah pembengkakan pada kepala karena adanya
penumpukan darah yang disebabkan perdarahan sub periosteum.
Etiologi
a. Teknan jalan lahir yang terlalu lama pd persalian
b. Moulage terlalu keras sehingga selaput tengkorak robek
c. Partus dengan tindakan (vacuum, forsep)
Tanda dan gejala
a. Kepala bengkak dan merah/perdarahan
b. Berisi darah
c. Batasnya jelas
d. Pada perabaan mula-mula keras lambat laun lunak
e. Menghilang pada waktu beberapa minggu
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada cephal hematoma sama dengan caput
suksedenum. Bayi tidak boleh sering diangkat untuk mencegah
perdarahan yang lebih parah.

115
3. Fraktur klavikula
Merupakan patahnya tulang klafikula bayi dikarenakan
persalinan dengan pertolongan distosia bahu
Etiologi
Biasanya kesulitan melahirkan bahu pada letak kepala
dikarenakan bayi besar dan melahirkan lengan pada presentasi
bokonge. Tulang klafikula juga disebabkan karena intervensi dari
pihak tenaga medis.
Klasifikasi fraktur klafikula :
a. Fraktur mid-klafikula (1/3 tengah klafikula)
Fraktur ini paling banyak ditemui, terjadi pada medial ligament
korako-klavikula (antara medial dan 1/3 lateral)
b. Fraktur 1/3 lateral klafikula
Fraktur klavikula lateral dan ligament korako-klavikula.
c. Fraktur 1/3 medial klafikula
Insiden jarang terjadi, fraktur pada bagian lateral bahu yang dapat
menekan klavikula ke sternum.
Tanda gejala
Bayi tidak dapat menggerakkan lengan secara bebas pada sisi
yg mengalami gangguan, sehingga reflek moro asimetris. Bayi
menangis pada perabaan klafikula yang patah dan adanya krepitasi
dan perubahan warna kulit ditempat yang sakit
Penatalaksanaan
a. Imobilisasi lengan dan bahu pada sisi yg sakit
b. Perawatan bayi dengan hati-hati
c. Pemberian nutrisi yang adekuat
d. Konseling untuk melakukan rujukan
4. Fraktur humerus
Kelaianan yang terjadi pada kesalahan teknik dalam
melahirkan lengan pada presentasi puncak kepala atau letak sungsang
dengan lengan membumbung kea atas.

116
Etiologi
Fraktur humerus hampir semua kejadian dikarenakan
kesalahan proses persalinan yaitu :
a. Kesalahan melahirkan lengan pada letak kepala
b. Kesalahan melahirkan lengan pada letak sungsang
c. Kesalahan melahirkan pada letak lintang
d. Kesukaran melahirkan tangan yang menjungkit merupakan
penyebab terjadinya tulang humerus yang fraktur
e. Pada kelahiran presentasi kepala dapat juga ditemukan fraktur
humerus jika ditemukan ada tekanan keras dan langsung pada
tulang humerus oleh tulang pelvis.
Tanda dan gejala
a. Berkurangnya gerakan tangan yang sakit
b. Reflek moro asimetris / tidak simetris
c. Terabanya deformitas dan krepotasi di daerah fraktur disertai rasa
sakit
d. Terjadinya tangisan bayi pada gerakan pasif
e. Diagnosa pasti ditegakkan dengan pemeriksaan radiologi
Penanganan
a. Imobilisasi lengan pada sisi bayi dengan siku fleksi 90 derajat
b. Daya penyembuhan fraktur tulang bagi yang berupa fraktur tulang
tumpang tindih ringan, dapat menjadi baik kembali karena
pengaruh pertumbuhan dan perkembangan bayi.
c. Akan sembuh dalam waktu 2-4 minggu.
d. Konseling tentang rencana rujukan untuk mendapat penanganan
lebih lanjut
5. Brachial Palsy
Merupakan kelumpuhan pada pleksus brachialis. Trauma pada
pada pleksu brakialis dapat menyebabkan paralisis lengan atas dengan
atau tanpa paralisis lengan bawah atau tangan, atau lebih lazim
paralisis dapat terjadi pada seluruh lengan

117
Paralisis pleksus brakialis dapat dibagi menjadi 2 berdasarkan
radiks saraf yang terkena dan derajat cidera :
a. Paralisis Erb-Duchene
Radiks saraf yang terkena adalah radiks saraf servikal C5 dan C6.
Tanda-tanda hilangnya pergerakan secara menyeluruh pada
lengan yang terkena dan aduksi pada bagian bawah lengan. Reflek
menggenggam tidak terganggu tapi reflek moro lemah pada sisi
yang terkena.
b. Paralisis Klumpke
Radiks saraf yang terkena servikal C8 dan C1. Tanda-tanda reflek
genggam hilang dan tangan bayi tetap dalam postur seperti
mencakar.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kebidanan meliputi
a. Rujukan untuk membebat lengan dekat dengan tubuh.
b. Menganjurkan orang tua sebisa mungkin jangan menyentuh
ekstremitas yang terkena karena akan menimbulkan rasa nyeri.
c. Memberi penjelasan, bahwa paralisis akan menghilang dalam 3-6
bulan.
d. Menganjurkan untuk melakukan terapi rutin
C. Rangkuman materi
Asuhan kebidanan neonatus dengan jejas persalinan memerlukan
rujukan, bidan harus bisa mendiagnosa sehingga rujukan dapat dilakukan
ke tempat yang tepat.
D. Soal latihan
1. Sebutkan penyebab dari fraktur klafikula?
2. Sebutkan tanda gejala fraktur humerus?
E. Rambu-rambu jawaban
1. Biasanya kesulitan melahirkan bahu pada letak kepala dikarenakan
bayi besar dan melahirkan lengan pada presentasi bokonge. Tulang
klafikula juga disebabkan karena intervensi dari pihak tenaga medis.

118
2. Tanda gejala fraktur humerus
a. Berkurangnya gerakan tangan yang sakit
b. Reflek moro asimetris / tidak simetris
c. Terabanya deformitas dan krepotasi di daerah fraktur disertai rasa
sakit
d. Terjadinya tangisan bayi pada gerakan pasif
e. Diagnosa pasti ditegakkan dengan pemeriksaan radiologi
F. Daftar pustaka
1. Varney, Kriebs, Gegor. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan volume
2. EGC : Jakarta
2. Hasan R, Alatas H. 2001. Ilmu kesehatan Anak. Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FK UI : Jakarta
3. Winkjosastro H. 2002. Perlukaan Persalinan dalam Ilmu kebidanan.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta

119
BAB VIII
ASUHAN NEONATUS DENGAN KELAINAN BAWAAN DAN
PENATALAKSANAANNYA

A. Kompetensi dasar
Mahasiswa mampu melakukan asuhan neonatus dengan kelainan
bawaan dan penatalaksanaannya.
B. Uraian materi
1. Labio scizis dan labio palate scizis
Definisi
Labio schizis : kelainan bawaan berupa kegagalan
pembentukan bibir sedangkan labio palato schizis : kelainan bawaan
berupa bibir belah/palatum belah.
Etiologi
Labio schizis maupun labio palate schizis disebabkan karena
kegagalan proses penutupan maxilla (rahang atas) dan premaxilla
selama masa embryo. Konsumsi obat-obatan selama kehamilan sangat
mempengaruhi terjadinya kelaianan ini terutama jenis obat korison,
anti konfulsan dan klorsiklizin, ibu selama hamil mengkonsumsi
alkohol, ibu mempunyai penyakit atau infeksi kehamilan. Kekurangan
asam folat selama konsepsi juga dapat terjadi kelainan ini.
Tanda dan gejala
Gejala utamanya adalah pembukaan di bibir atau langit-langit.
Gejala lain dapat terjadi sebagai akibat dari sumbing meliputi :
a. Masalah bicara
b. Gigi, termasuk gigi yang hilang, terutama ketika bibir meluas ke
daerah gusi bagian atas
c. Infeksi berulang telinga bagian tengah
d. Masalah pendengaran
Manifestasi klinik
a. Deformitas pada bibir

120
b. Kesukaran dalam menghisap/makan
c. Kelaianan susunan archumdentis
d. Distersi nasal sehingga pernafasan terganggu
e. Regurgitasi makanan
f. Gangguan komunikasi verbal
Manifestasi pada labio schizis :
a. Distorsi pada hidung
b. Tampak sebagian atau keduanya
c. Adanya celah pada bibir
Manifestasi pada labio palate schizis :
a. Tampak ada celah pada tekak, palate lunak, keras dan faramen
incisive
b. Terdapat rongga pada hidung
c. Distorsi hidung
d. Kesukaran dalam menghisap putting
e. Teraba ada celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksa
dengan jari
Penatalaksanaan
Pembedahan adalah satu-satunya cara untuk memperbaiki
labio schizis maupun labio palato schizis, tetapi pembedahan tiddak
dapat dilakukan segera setelah lahir. Bayi dilakukan pembedahan
setelah berumur 2 bulan dengan syarat ada penambahan berat badan,
bebas dari infeksi oral pada saluran nafas dan sistemik.
Penatalaksanaan sebelum dilakukan pembedahan antara lain :
a. Penjelasan dan dukungan emosional sangat diperlukan pada orang
tua
b. Konseling tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan
dengan kondisi bayi, yang harus diperhatikan adalah tehnik
pemberian nutrisi/ASI.
Labio schizis :

121
a. Jika bayi dapat menyusu dan tidak ada masalah lain maka bayi
dapat dipulang. Konseling tentang tehnik menyusui atau
pemberian susu yaitu posisi bayi jangan terlentang, kepala agak
ditegakkan, pemberian makanan/minuman dg menggunkan
sendok, menjaga jangan sampai makanan tertelan ke paru-paru.
b. Jika dalam 2 bulan bayi mengalami penambahan berat badan dan
tidak ada masalah maka bayi dapat dirujuk untuk melakukan
pembedahan.
Labio palato schizis :
a. Jika bayi dalam keadaan seperti ini tidak dapat menyusu sama
sekali maka pemberian susu/ASI sebaiknya menggunakan sendok.
Penggunaan alat khusus dapat membantu dalam pemberian nutrisi
seperti dot domba, botol peras. Pemberian susu sebaiknya posisi
dalam keadaan mendekati duduk dengan aliran yang langsung
menuju belakang lidah.
b. Jika perawatan dirumah tidak memungkinkan, bayi dapat
diinapkan terlebih dahulu sampai orang tua benar-benar mengerti
tantang perawatan bayi.
c. Jika berat badan dalam 2 bulan mengalami kenaikan maka
rencana merujuk untuk dilakukan pembedahan dapat dianjurkan.
2. Atresia esophagus
Atresia esophagus merupakan kelainan congenital yang terdiri
dari gangguan kontuinitas esophagus dengan atau tanpa hubungan
persisten dengan trachea.
Etiologi
Penyebab pasti belum diketahui, kemungkinan berhubungan
dengan penyebab genetik.
Tanda dan gejala
a. Salivasi berlebihan
b. Gawat nafas
c. Terdapat permasalahan dalam menelan

122
d. Terdapat distensia abdomen
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kebidanan meliputi mengubah bayi baru lahir
dalam posisi pronasi dengan kepala agak ditinggikan, pemberian
makanan per oral tidak dianjurkan karena akan menyebabkan aspirasi.
Pada pelayanan tingkat dasar atau di BPS segera merujuk jika
dalam pemeriksaan ditemukan tanda gejala atresia esophagus.
3. Atresia ani
Merupakan defek karena kelaianan bawaan yang menunjukkan
keadaan tidak ada anus atau tidak sempurnanya anus.
Etiologi
Secara pasti belum diketahui, kemungkinan besar terjadi
kegagalan perkembangan gastrointestinal dan genitourinary. Selain itu
kelainan kloaka pada saat embrionik, gangguan pertumbuhan fusi,
pembentukan anus dari tonjolan embrionik serta kelainan gen
merupakan kemungkinan terjadinya atresia ani.
Tanda dan gejala
Gejala muncul 24-48 jam setelah bayi lahir, antara lain :
a. Perut kembung
b. Muntah (cairan muntah warna hijau karena cairan empedu)
c. Bayi tidak BAB dalam waktu 24 jam pertama
d. Tampak kelainan anus
Penatalaksanaan
a. Pemeriksaan colok dubur sebaiknya selalu dilakukan, untuk
memastikan anus berlubang. Jika terjadi atresia ani rujukan segera
dilakukan untuk penanganan lebih lanjut.
b. Konseling pada orang tua tentang tindakan ditempat rujukan yaitu
pembuatan anus sementara (kolostomi) untuk pembuangan feses.
c. Diet nutrisi yang baik dan pemberian laktulosa agar tidak terjadi
konstipasi

123
d. Menjaga kantung kolostomi, meliputi enema/irigasi kolon satu
kali sehari untuk menjaga kebersihan kolon.
4. Hirscprung
Hirschprung merupakan kelainan konginetal pada
perkembangan sistem saraf enterik sehingga mengakibatkan tidak
adanya ganglionik usus sehingga menyebabkan obstruksi fungsional.
Penyakit Hirschsprung lebih sering terjadi pada laki-laki dibanding
perempuan, dengan rasio sekitar 4:1. Akan tetapi, segmen aganglionik
yang panjang sering ditemukan pada pasien perempuan.
Etiologi
Kegagalan pembentukan saluran pencernaan selama masa
perkembangan fetus.
Tanda dan Gejala :
a. Konstipasi/tidak bisa BAB dalam 24 jam pertama
b. Distensi abdomen
c. Muntah berwarna hijau
d. Dinding abdomen tipis
e. Perut kembung
f. Jika dilakukan colok dubur, mekonium menyemprot
Penatalaksanaan
a. Penjelasan pada orang tua tentang kelainan yang dialami bayi.
b. Melakukan rujukan untuk penanganan lebih lanjut
c. Pada tempat rujukan, bayi dengan hirsprung akan dilakukan
pengangkatan aganglion
d. Pemberian nutrisi yang adekuat
5. Obstruksi billiaris
Obstruksi billiaris adalah tersumbatnya saluran kandung
empedu karena terbentuknya jaringan fibrosis. Saluran empedu ini
berfungsi untuk mengeluarkan empedu yang diproduksi di hati
menuju ke usus. Empedu sendiri merupakan zat untuk mencerna

124
lemak dan kolesterol. Posisi saluran empedu normal dapat dilihat pada
bagan berikut, yaitu saluran yang digambarkan dengan warna hijau.
Pembagian periode terjadinya atresia biliaris dapat dibagi
menjadi tipe fetal dan tipe perinatal. Tipe perinatal lebih sering
ditemukan (80% vs 20%). Anak dengan atresia biliaris tipe fetal
umumnya sudah mengalami gejala kuning seluruh tubuh sejak lahir,
dan sering pula disertai dengan kelainan bawaan lainnya (seperti
penyakit jantung, kelainan usus, dan sebagainya). Sedangkan anak
dengan atresia biliaris tipe perinatal umumnya lahir normal dan baru
kemudian menjadi kuning (sekitar 2-8 minggu setelah lahir).
Etiologi
a. Kelainan kongenital
b. Pada atresia billiaris tipe fetal, disebabkan karena mutasi genetik
c. Pada atresia biliaris tipe perinatal disebabkan proses inflamasi
atau peradangan pada saluran empedu yang menyempit.
d. Keracunan janin dalam kandungan, dengan virus penyebabnya
roevirus tipe 3, rotavirus dan cytomegalovirus (CMV).
Tanda dan gejala
a. Ikterik (pada umur 2-3 minggu)
b. Peningkatan billirubin direct dalam serum (kerusakan parenkim
hati, sehingga bilirubin indirek meningkat)
c. Bilirubinuria, urin berwarna gelap seperti teh
d. Tinja berwarna seperti dempul
e. Terjadi hepatomegali
Penatalaksanaan
a. Penjelasan tentang keadaan bayi, konseling tentang
pembedahan/transplantasi hati
b. ASI tetap dianjurkan karena mengandung lipase dan garam
empedu yang dapat membantu pencernaan lemak dalam tubuh
anak.

125
c. Jika bayi tidak mendapatkan ASI maka bayi membutuhkan
formula khusus untuk membantu pencernaan lemak, yang
umumnya mengandung trigliserida rantai sedang.
6. Omfalokel
Omfalokel merupakan hernia pada pusat, sehingga isi perut
keluar dalam kantong peritoneum atau cacat lahir di mana organ
biasanya terletak di dalam tubuh berkembang di luar tubuh karena
pembukaan di dekat tali pusat.
Etiologi
Kegagalan penutupan organ dalam untuk kembali ke rongga abdomen
pada waktu janin berumur 10 minggu
Tanda dan Gejala
a. Gangguan pencernaan, karena polisitemia dan hiperinsulin
b. Berat badan lahir > 2500 gr
c. Terlihat organ dalam keluar dipermukaan tubuh.
Penatalaksanaan
a. Penjelasan pada orang tua tentang keadaan bayi dan konseling
rujukan untuk penanganan lebih lanjut
b. Menutupi omfalokel dengan kassa steril
c. Bila kantong belum pecah, diberikan merkurokrom yang
bertujuan untuk penebalan selaput yang menutupi kantong
d. Pembedahan dilakukan ditempat rujukan
7. Hernia diafragmatika
Hernia diafragmatika terjadi akibat isi rongga perut masuk ke
dalam lubang diafragma. Akibat penonjolan viscera abdomen ke
dalam rongga thorax melalui suatu pintu pada diafragma. Terjadi
bersamaan dengan pembentukan sistem organ dalam rahim.
Etiologi
Kegagalan penutupan kanalis pleuroperitoneum posterolateral
selama kehamilan minggu ke-8. Janin tumbuh di uterus ibu sebelum
lahir, berbagai sistem organ berkembang dan matur. Diafragma

126
berkembang antara minggu ke-7 sampai 10 minggu kehamilan.
Esofagus (saluran yang menghubungkan tenggorokan ke abdomen),
abdomen, dan usus juga berkembang pada minggu itu.
Pada hernia tipe Bockdalek, diafragma berkembang secara tidak wajar
atau usus mungkin terperangkap di rongga dada pada saat diafragma
berkembang. Pada hernia tipe Morgagni, otot yang seharusnya
berkembang di tengah diafragma tidak berkembang secara wajar.
Pada kedua kasus di atas perkembangan diafragma dan saluran
pencernaan tidak terjadi secara normal. Hernia difragmatika terjadi
karena berbagai faktor, yang berarti “banyak faktor” baik faktor
genetik maupun lingkungan.
Tanda dan Gejala
a. Bayi mengalami sesak napas
b. Bayi mengalami muntah karena obstruksi usus
c. Sianosis (warna kulit kebiruan akibat kekurangan oksigen)
d. Takipneu (laju pernafasan yang cepat)
e. Bentuk dinding dada kiri dan kanan tidak sama (asimetris)
f. Takikardia (denyut jantung yang cepat).
Penatalaksanaan
a. Penjelasan pada orang tua tentang keadaaan bayi dan koseling
untuk rujukan.
b. Pemberian nutrisi / ASI yang adekuat
c. Dilakukan tindakan pembedahan ditempat rujukan
8. Meningokel
Merupakan anomali dlm pembentukan tulang belakang, dapt
disebut juga penyakit kongenital dari kelainan embriologis Neural
tube defect (NTD). Meningokel merupakan salah satu jenis dari spina
bifida.
Etiologi
a. Kelainan gen/kromosom
b. Kekurangan asam folat pada awal kehamilan

127
c. Faktor obat yang dikonsumsi ibu pada waktu hamil
Tanda dan gejala
a. Penonjolan/kantung pada punggung tengah sampai ke bawah
b. Jika disinari, kantung tidak tembus cahaya
c. Kelumpuhan/kelemahan pada pinggul, tungkai/kaki
d. Inkontensia urin dan tinja
e. Rentan terhadap infeksi(meningitis)
Pembagian/klasifikasi
a. Spina bifida okulta : defek terdapat pada arkus vertebra tanpa
hernia jaringan terjadi karena kegagalan penutupan pada daerah
vertebra atau gagal terbentuk secara utuh
b. Meningokel spinalis : meningen menonjol melalui vertebra yang
tidak utuh dan teraba benjolan yang beisi cairan dibawah kulit
c. Meningomiolokel : benjolan berisi leptomeningen, cairan, jaringan
saraf berupa serabut spinalis atau bagian medula spinalis
d. Mielomeningosistokel : kantung terdiri dari leptomeningen, CSS,
serabut saraf, sebagian jaringan saraf membentuk kista
e. Rakiskisis spinal lengkap : tulang belakang terbuka seluruhnya.

Gambar. 6 : Meningomiolokel dan meningokel

Sumber : Medicastro.com

128
Penatalaksanaan
a. Pencegahan infeksi dengan menutup defek dengan kassa steril
b. Perawatan bayi dan nutrisi yg adekuat
c. Posisi bayi tengkurap atau miring
d. Mobilisasi ekstremitas bawah
e. Konseling pada keluarga dalam menghadapi kelainan
f. Rujukan dan kolaborasi dengan dokter spesialis
9. Ensefalokel
Ensefalokel merupakan kelainan tabung saraf yang ditandai
dengan penonjolan meningen (selaput otak), otak berbentuk seperti
kantong melalui suatu lubang pada tulang tengkorak.
Etiologi
Ensefalokel disebabkan karena kegagalan penutupan tabung
saraf saat kehamilan. Kegagalan ini disebabkan oleh virus, kelainan
gen dan kekurangan konsumsi asam folat saat kehamilan muda.
Tanda dan gejala
a. Hidrosefalus
b. Kelumpuhan ektremitas
c. Gangguan perkembangan
d. Mikrasefalus
e. Gangguan penglihatan
f. Keterbelakangan mental dan pertumbuhan
g. Ataksia
h. Kejang
Penatalaksanaan
a. Konseling pada keluarga tentang kelainan
b. Tutup dengan kassa pada tempat yang terbuka untuk menghindari
infeksi
c. Segera merujuk

129
10. Hidrosefalus
Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang
mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal dengan tekanan
intracranial yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran ventrikel.
Jumlah CSS normal pada orang dewasa 120-180 ml, pada anak umur
8-10 th antara 100-140 ml, pada bayi antara 40-60 ml, sedangkan
pada bayi dengan hidrosefalus jumlah CSS 1,5 ltr bahkan ada hingga
5 ltr .
Etiologi
a. Faktor infeksi (virus sitomegalio)
b. Kelainan bawaan (spina bifida/meningokel, stenosis akuaduktus
sylvii, syndrom Dandy-Walker, Kista araknoid, anomali pembuluh
darah)
c. Neoplasma
d. Perdarahan
Tanda dan gejala
a. Gejala yang nampak akibat tekanan intrakranial berupa muntah
dan nyeri kepala
b. Kepala terlihat lebih besar dari tubuh
c. Ubun-ubun besar melebar atau tidak menutup pada waktunya,
teraba tegang dan menonjol.
d. Dahi tampak lebar dengan kulit kepala yang menipis, tegang dan
mengkilat dengan pelebaran vena kulit kepala.
e. Sutura tengkorak belum menutup dan teraba lebar
f. Pada perkusi kepala : didapatkan “cracked pot sign” yaitu bunyi
seperrti pot bunga retak
g. Pada pemeriksaan mata : Bola mata terdorong ke bawah oleh
tekanan dan penipisan tulang supraorbit
h. Sklera tampak diatas iris seakan-akan iris seperti matahari
terbenam (Sun Set Sign)

130
i. Pergerakan bola mata tidak teratur
j. Kerusakan syaraf (gangguan kesadaran, kejang)
Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah meminimalkan atau mencegah
terjadinya kerusakan otak dengan cara memperbaiki aliran cairan
serebrospinal. Penatalaksanaan kebidanan :
a. Pendidikan kesehatan tentang perawatan sehari-hari pada orang
tua (bayi jangan terlalu sering diangkat meminimalkan tekanan
intrakranial)
b. Nutrisi yang adekuat
c. Segera merujuk, untuk penanganan lebih lanjut.
11. Fimosis
Fimosis merupakan pengkerutan atau penciutan kulit depan
penis, sering dijumpai pada bayi baru lahir atau anak kecil biasanya
pada masa pubertas akan menghilang dengan sendirinya
Etiologi
Adanya mal formasi kongenital saat perkembangan organ
dalam uterus.
Tanda dan gejala
Bayi dengan fimosis gejala yang ditunjukan adalah adanya
gangguan proses berkemih.
Penatalaksanaan
Konseling pada keluarga untuk melakukan sirkumsisi
sekalipun itu pada bayi baru lahir.
12. Hipospadia
Hipospadia adalah kelainan letak lubang urethra yang tidak
pada tempatnya, terkadang diatas dan bisa juga dibawah.

131
Gambar 7. Hipospadia
Sumber : medicastro.com
Etiologi
a. Urethra terlalu pendek
b. Kelainan pada urethra anterior dan leher kandung kemih
c. Merupakan kelainan kongenital
Tanda dan gejala
a. Penis agak bengkok
b. Kadang diikuti keluhan miksi (pengeluaran urin tergantung
dimana lubang terbentuk)
Penatalaksanaan
a. Konseling pada keluarga, untuk rujukan (pada bayi dilakukan
kordektomi)
b. Pada anak umur 2-4 th : konseling dilakukan rekontruksi urethra
c. Konseling untuk penundaan dilakukan sirkumsisi, (dilakukan
sirkumsisi jika kulit prepitium penis dapat digunakan untuk
neouretra)
C. Rangkuman materi
Kewenangan bidan dalam asuhan kebidanan neonatus dengan kelainan
bawaan adalah merujuk. Sebelum merujuk seorang bidan harus bisa
mengenali tanda dan gejala dari kelainan tersebut sehingga diagnosa dan
penanganan selanjutnya tepat.
D. Soal latihan
1. Jelaskan etiologi dari omfalokel?
2. Jelaskan pengertian dari fimosis!
E. Rambu-rambu jawaban

132
1. Kegagalan penutupan organ dalam untuk kembali ke rongga abdomen
pada waktu janin berumur 10 minggu
2. Fimosis merupakan pengkerutan atau penciutan kulit depan penis,
sering dijumpai pada bayi baru lahir atau anak kecil biasanya pada
masa pubertas akan menghilang dengan sendirinya
F. Daftar pustaka
1. Teks Original dari Hirschsprung disease
(http://emedicine.medscape.com/article/178493-overview)translated
by Husnul Mubarak, S.Ked. diunggah 15 Maret 2012
2. A-Kader HH, Balistreri WF. Cholestasis; in Kliegman et al. Nelson
Textbook of Pediatrics, 18th ed. Saunders-Elsevier 2007, chapter 53.
3. Chardot C. Biliary Atresia. Pediatric Surgery Unit / Centre Hospitalier
Universitaire de Bicetre (France), last updated September 02, 2001.
4. Musfiroh M, Kondisi-Kondisi Dalam Kegawatdaruratan Neonatus.
Blog staff dan dosen UNS. Diunggah 15 Maret 2012
5. Staff Pengajar FKUI. 2006. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta:Info
Medika
6. WHO. 2005. Buku Saku Manajemen Masalah Bayi baru Lahir.
Jakarta : EGC

133
BAB IX
ASUHAN NEONATUS DENGAN RESIKO TINGGI DAN
PENATALAKSANAANNYA

A. Kompetensi dasar
Mahasiswa mampu melakukan asuhan neonatus resiko tinggi dan
penatalaksanaannya
B. Uraian materi
1. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah berat badan bayi ketika
lahir kurang dari 2500 gram.
Batasan
a. BBLR : bayi lahir dengan berat lahir kurang dari 2500gr tanpa
memandang masa kehamilan
b. Berat lahir ditimbang dalam 1 jam setelah lahir
c. Untuk bidan desa, dapat diterima jika bayi ditimbang dalam 24
jam pertama
Etiologi
Penyebab BBLR kompleks diantarnya:
a. Faktor ibu
1) Riwayat kelahiran prematur
2) Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun
3) Jarak kehamilan
4) Penyakit menahun ibu (hipertensi, jantung, TORCH,
malaria, IMS)
5) Perdarahan antepartum
6) Faktor ibu pekerja terlalu berat
7) Primigravida
8) Ibu muda
b. Faktor kahamilan
Hamil hidramnion, kehamilan ganda, perdarahan antepartum,
komplikasi hamil misalnya pre eklamsi, eklamsi dll.

134
c. Faktor janin
Kelainan kromosom, infeksi janin kronik, radiasi, aplasis
pankreas.
d. Faktor plasenta
Berat plasentan kurang atau berongga, atau keduanya, luas
permukaan berkurang, plasentitis virus, plasenta lepas, sindrom
plasenta kembar.
e. Faktor sosial ekonomi
Kejadian tertinggi pada sosial ekonomi yang rendah, karena
keadaan gizi yang kurang baik, pengawasan antenatal yang
kurang.
f. Faktor lingkungan
Bertempat tinggal di dataran tinggi, terkena radiasi, terpapar zat
beracun.
g. Faktor kebiasaan
Pekerjaan yang melelahkan, ibu merokok, peminum alkohol, ibu
pecandu narkoba, pengguna obat anti metabolik
Klasifikasi dan karakteristik
a. Prematuritas murni
Pada prematuritas murni ; masa gestasi kurang dari 37 minggu
dan berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi.
Karakteristik yang ditemukan :
1) BB kurang dari 2500 gram, PB >45 cm, lingkar kepala >33
cm, lingkar dada >30 cm.
2) Masa gestasi .37 minggu
3) Kulit tipis dan transparan, tampak mengkilat dan licin
4) Kepala lebih besar dari badan
5) Lanugo masih tebal
6) Lemak subkutan berkurang
7) Ubun-ubun dan sutura lebar
8) Rambut tipis halus

135
9) Tulang rawan dan daun telinga imatur
10) Pergerakan juga masih lemah
11) Genetalia belum sempurna
12) Reflek sebagian besar masih lemah
b. Dismaturitas
Bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa gestasi. Karakteristik yangditemukan
pada dismatur :
Pre term : sama dengan bayi prematur
Post term: kulit pucat, keriput, tipis, vernik kaseosa tipis/tidak
ada, jaringank lemak di bawah kulit tipis, bayi tampak gesit,
aktif, dan kuat, tali pusat berwarna kuning kehijauan.
Penatalaksanaan
a. Perawatan metode kanguru pada BBLR
b. Pemberian nutrisi yang adekuat
c. Pencegahan infeksi
d. Perawaatn BBLR pada minggu-minggu pertama
e. Pemberian imunisasi pada BBLR
f. Pendidikan kesehatan tentang tanda bahaya pada bayi baru lahir

2. Asfiksia Neonatorum
Asfiksis neonatorum merupakan keadaan bayi baru lahir
tidak dapat bernafas secara spontan segera setelah lahir atau
kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau
beberapa saat setelah lahir.
Etiologi
a. Faktor ibu
1) Preeklampsia dan eklampsia
2) Perdarahan antepartum abnormal (plasenta previa atau
solusio plasenta)
3) Partus lama atau partus macet

136
4) Demam sebelum dan selama persalinan
5) Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
6) Kehamilan lebih bulan (lebih 42 minggu kehamilan)
b. Faktor plasenta dan tali pusat
1) Infark plasenta
2) Hematom plasenta
3) Lilitan talipusat
4) Talipusat pendek
5) Simpul talipusat
6) Prolapsus talipusat
c. Faktor bayi
1) Bayi kurang bulan/prematur (kurang 37 minggu kehamilan)
2) Air Ketuban bercampur mekonium
3) Kelainan kongenital yang memberi dampak pada pernapasan
bayi
Tanda dan gejala
a. Gangguan atau kesulitan waktu lahir (lilitan tali pusat, sungsang,
ekstraksi vakum, forseps, dll.)
b. Lahir tidak bernafas / menangis.
c. Air ketuban bercampur mekonium.
d. Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap
e. Denyut jantung kurang dari 100X/menit
f. Kulit sianosis, pucat.
g. Tonus otot menurun.
h. Untuk diagnosis asfiksia tidak perlu nilai Skor Apgar
Aspek penting dari resusitasi BBL adalah Menilai bayi,
Menentukan tindakan yang akan dilakukan dan melaksanakan
tindakan. Upaya resusitasi yang efisien dan efektif berlangsung
melalui rangkaian tindakan, yaitu Penilaian, Pengambilan keputusan
dan tindakan lanjutan.

137
Penatalaksanaan
Pada asfiksia ada 3 penilaian penting untuk melakukan
resusitsi yaitu :
a. Pernafasan
b. Denyut jantung
c. Warna kulit

138
3. Sindrom gangguan pernafasan
Sindrom gangguan pernafasan merupakan kumpulan gejala
yang terdiri dari dispnoe atau hiperapnoe dengan frekuensi
pernafasan lebih dari 60 kali/menit, sianosis, rintihan pada ekspirasi
dan kelainan otot-otot pernafasan pada inspirasi.
Etiologi
a. Obstruksi saluran pernafasan bagian atas
b. Kelaianan parenkim paru (perdarahan paru)
c. Kelainan didalam paru
d. Kelainan diluar paru
Tanda dan gejala
a. Sering disertai riwayat asfiksia
b. Timbul 6-8 jam setelah lahir
c. Pernafasan cepat >60x/mnt
d. Retraksi interkostal, epigastrium pd inspirasi
e. Sianosis
f. Grunting (suara rintihan) pada saat ekskresi
g. Takikardi (170x/mnt)
Penatalaksanaan
a. Membersihkan jalan nafas
b. Mempertahankan suhu tubuh
c. Posisi tidur bayi ekstensi untuk mempermudah bayi bernafas
d. Jika terjadi apnoe memberikan nafas buatan
e. Memakai baju yang longgar
f. Konseling rujukan
4. Ikterus patologis
Ikterus yang muncul 24 jam pertama bayi lahir dan menetap
2 minggu pertama bayi lahir. Dasar patologis kadar bilirubin
mencapai suatu nilai yang di sebtu hyperbilirubinea.
Tanda dan gejala
a. Terjadi 24 jam pertama

139
b. Kadar bilirubin melebihi 10 mg % pada neo cukup bulan atau
12,5 mg% pada neo kurang bulan
c. Peningkatan bilirubin >5mg%
d. Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama
e. Mempunyai hubungan dengan proses pengenceran darah
Pembagian ikterus menggunakan metode Kremer
a. Derajat I
Daerah kepala dan leher 5,0 mg%
b. Derajat II
Sampai batas atas 9,0 mg%
c. Derajat III
Sampai badan bawah hingga tungkai 11,4 mg%
d. Derajat IV
Sampai daerah lengan, kaki bawah dan lutut. 12,5mg%
e. Derajat V
Sampai Daerah telapak tangan dan kaki 16,0 mg%
Penatalaksanaan
a. Perawatan bayi sehari-hari
b. Konseling rujukan
5. Hypothermi
Hypothermi merupakan keadaan suhu tubuh di bawah 36,5OC.
Etiologi
a. Dapat disebabkan oleh terpapar dg lingk.yang dingin
b. Suhu aksiler < 36,5 derajat C

140
Tanda da gejala

ANAMNESIS PEMERIKSAAN KLASIFI


KASI

- Bayi -suhu tbh 32 Hipotermia


terpapar C(<36,5C) sedang
suhu lingk -gangg nafas
rendah -denyt jant <100/mnt
- Waktu -malas minum
timbul <2 -letargi
hr

- By -suhu tbh 32 C Hipotermi


terpapar -tanda lain dr a berat
suhu lingk hipotermi sdng
rendah -kulit teraba keras
- Waktu -nafas pelan dan
timbul <2 dalam
hr

- Tidak -suhu tbh Suhu tidak


terpapar dg berfluktuasi antara 36-39 stabil (dugaan
dingin atau C meskipun berada di sepsis)
panas yang suhu stabil
berlebihan -fluktuasi terjadi
setelah periode suhu
stabil

141
Bayi berada di -suhu tbh 37,3 C Hipotermi
lingkungan yg - Tanda dehidrasi a
sangat panas, - Malas minum
terpapar sinar - RR >60/mnt
matahari, berada - DJ>160/mnt
di inkubator - letargi
/pemancar panas

142
Penatalaksanaan
a. Menganjurkan ibu segera menyusui dan sesering mungkin
menyusui
b. Menghangatkan bayi (metode kanguru)
c. Menghindari paparan panas yang berlebihan
d. Melatih ibu untuk mengamati tanda kegawatdaruratan
e. Memantau suhu bayi setiap jam
6. Hypertermi
Hyperthermi adalah keadaan suhu tubuh diatas 37OC hingga lebih
dari 40 derajat celciuc secara terus menerus .
Etiologi
a. Dapat disebabkan oleh gangguan otak atau toksin yang
mempengaruhi pusat pengaturan suhu.
b. Reaksi negatif obat
c. Dapat disebakan karena adanya infeksi dalam tubuh
Tanda dan gejala
a. Suhu tubuh lebih dari 37,5
b. Frekuensi pernafasan lebih dari 60 x per menit
c. Terdapat tanda-tanda dehidrasi
Penatalaksanaan
a. Bayi dipindah keruangan yang sejuk dengan suhu kamar 26-28
derajat celsius
b. Tubuh bayi dikompres dengan kain basah sampai suhu tubuh
bayi normal
c. Memberi muni yang adekuat
d. Merujuk jika tidak ada perbaikan
7. Hypoglikemi
Hypoglikemi adalah keadaan bayi baru lahir denganKadar
gula darah yang rendah yaitu <30 mg% pd bayi yg cukup bulan, 20
mg% pd BBLR.

143
Etiologi
a. Bayi dg ibu diabetes melitus
b. BBLR mengalami mal nutrisi intrauterin
c. Bayi imatur /yg sedang sakit
d. Bayi menderita penyakit genetik
Tanda dan gejala
a. Gerakan gelisah atau tremor
b. Episode sianosis
c. Apatis
d. Kejang
e. Apnea
f. Suara tangis yg lemah
g. Lemah
h. Letargi
i. Kesulitan makan
j. Bola mata berputar-putar
k. Keringat banyak
Penatalaksanaan
a. Memberi air gula 30 cc, 1 x pemberian
b. Mempertahankan suhu tubuh, menjauhkan dari hal2-hal yang
menyerap panas
c. Segera memberi ASI
d. Mengobservasi keadaan bayi
e. Merujuk jika dlm 24 jam gejala tidak hilang
8. Tetanus neonatorum
Penyakit yang menyerang bayi baru lahir yang disebabkan
oleh basil Clostridium Tetani
Etiologi
a. Disebabkan basil klostridium tetani
b. Dapat menghancurkn sel darah merah

144
c. Bersifat neurotropik dpt menyebabkan ketegangan dan spasme
otot
d. Masa tunas 3-10 hari kadang hingga beberapa minggu
Tanda dan gejala
a. Ketegangan otot mendadak terutama pada rahang dan leher
b. Dalam 48 jam penyakit menjadi nyata
c. Bayi tiba-tiba tidak mau minum
d. Mulut mencucu seperti mulut ikan
e. Mudah terangsang dan sering kejang, sianosis
f. Kaku kuduk hingga opistotonus
g. Dinding abdomen kaku, mengeras dan kadang mengejang
h. Suhu meningkat
i. Dahi berkerut, alis terangkat, sudut, mulut tertarik ke bawah
j. Ekstremitas terulur dan kaku
k. Bayi gelisah dan menangis
Penatalaksanaan
a. Pembersihan saluran pernafasan agar tdk tersumbat
b. Pakaian dilonggarkan
c. Lidah diberi tong spatel
d. Ruangan dan lingkungan harus tenang
e. ASI diberikan dlm keadaan tidak kejang dg pipet
f. Perawatan talipusat
g. Merujuk
C. Ringkasan materi
Asuhan kebidanan neonatus denga resiko tinggi sering dijumpai
dilapangan, maka dari itu pemahaman tentang tanda dan gejala harus
dimiliki oleh seorang bidan untuk suatu diagnose. Sistem rujukan harus
berfungsi dengan baik agar tidak terjadi mortalitas.
D. Soal latihan
1. Jelaskan tentang tetanus neonatorum!
2. Sebutkan etiologi dari hipoglikemi!

145
E. Rambu-rambu jawaban
1. Penyakit yang menyerang bayi baru lahir yang disebabkan oleh
basil Clostridium Tetani
2. Etiologi dari hipoglikemi :
a. Bayi dg ibu diabetes melitus
b. BBLR mengalami mal nutrisi intrauterin
c. Bayi imatur /yg sedang sakit
d. Bayi menderita penyakit genetik
F. Daftar pustaka
1. Teks Original dari Hirschsprung disease
(http://emedicine.medscape.com/article/178493-overview)translated
by Husnul Mubarak, S.Ked. diunggah 15 Maret 2012
2. A-Kader HH, Balistreri WF. Cholestasis; in Kliegman et al. Nelson
Textbook of Pediatrics, 18th ed. Saunders-Elsevier 2007, chapter
53.
3. Chardot C. Biliary Atresia. Pediatric Surgery Unit / Centre
Hospitalier Universitaire de Bicetre (France), last updated
September 02, 2001.
4. Musfiroh M, Kondisi-Kondisi Dalam Kegawatdaruratan Neonatus.
Blog staff dan dosen UNS. Diunggah 15 Maret 2012
5. Staff Pengajar FKUI. 2006. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta:Info
Medika
6. WHO. 2005. Buku Saku Manajemen Masalah Bayi baru Lahir.
Jakarta : EGC

146
BAB X
IMUNISASI
A. Kompetensi dasar
Mahasiswa mampu menjelaskan dan melakukan imunisasi dasar
dan imunisasi ulang pada neonatus, bayi dan balita
B. Uraian materi
Imunisasi adalah suatu cara meningkatkan kekebalan seseorang
terhadap suatu antigen atau pemberian vaksin untuk mencegah suatu
penyakit tertentu.
Berdasarkan asal mulanya terdapat 2 jenis kekebalan yaitu
kekebalan pasif (imunitas pasif) dan kekebalan aktif (imunitas aktif).
Kekebalan pasif adalah jika tubuh anak atau seseorang tidak bekerja
membentuk kekebalan, tetapi hanya menerimanya saja. Bisa dikatakan
pula kekebalan itu didapat dari luar tubuh individu, bukan dibuat oleh
individu itu sendiri. Contoh adalah kekebalan pada janin yang diperoleh
pada ibu, atau kekebalan yang diperoleh setelah suntikan
immunoglobulin. Kekebalan pasif tidak berlangsung lama karena akan
dimetabolisme oleh tubuh.
Sedangkan kekebalan aktif adalah jika tubuh anak atau tubuh
seseorang ikut membentuk imunitas. Bisa dikatakan juga kekebalan yang
dibentuk oleh tubuh itu sendiri akibat terpajan pada antigen seperti pada
imunisasi atau terpajan secara ilmiah. Kekebalan ini berlangsung lebih
lama karena adanya memori imunologik.
Tujuan dan manfaat imunisasi
Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit
tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada
sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit
tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar.
Manfaat dari imunisasi adalah menurunkan morbiditas, mortalitas
dan cacat serta bila mungkin eradikasi dari suatu penyakit dari suatu
daerah atau negeri.

147
Respon imun
Dilihat dari beberapa kali pajanan antigen maka dapat dikenal dua
macam respon imun, yaitu respon imun primer dan respon imun
sekunder.
1. Respon imun primer adalah respon imun yang terjadi pada pajanan
pertama kali dengan antigen. Antibodi yang terbentuk pada respon
imun primer adalah IgM dengan titer yang lebih rendah dibanding
dengan respon imun sekunder, demikian pula daya afinitanya
2. Respon imun sekunder antibodi yang dibentuk terutama adalah IgG
dengan titer dan daya afinitas lebih tinggi serta fase lebih pendek
dibanding respon imun primer.
Keberhasilan imunisasi
Keberhasilan imunisasi tergantung pada beberapa faktor yaitu
status imun penjamu, faktor genetik pejamu serta kualitas dan kuantitas
vaksin.
1. Status Imun Penjamu
Terjadinya antibodi spesifik pada pejamu terhadap vaksin yang
diberikan akan mempengaruhi keberhasilan vaksinasi. Misalnya pada
bayi yang semasa fetus mendapat antibobi maternal spesifik terhadap
virus campak, bila vaksinasi campak diberikan pada saat kadar
antibodi spesifik campak masih tinggi akan memberikan hasil yang
kurang memuaskan.
2. Faktor Genetik Pejamu
Interaksi antara sel-sel sistem imun dipengaruhi oleh
variabilitas genetik. Secara genetik imun manusia dapat dibagi atas
responder baik, cukup dan rendah terhadap antigen tertentu. Ia dapat
memberikan respon rendah terhadap antigen tertntu, tetapi terhadap
antigen ali dapat lebih tinggi. Karena itu tidak heran bila kita
menemukan keberhasilan vaksinasi yang tidak 100 %.
3. Kualitas dan Kuantitas Vaksin

148
Vaksin adalah mikroorganisme atau toksoid yang diubah
sedemikian rupa sehingga patogenesis atau toksisitasnya hilang tetapi
masih tetap mengandung sifat antigenisitas. Vaksin adalah suatu obat
yang diberikan untuk membantu mencegah suatu penyakit. Vaksin
membantu tubuh untuk menghasilkan antibodi. Antibodi ini
mempunyai fungsi untuk melindungi tubuh terhadap penyakit.
Vaksin tidak hanya menjaga agar anak tetap sehat, tetapi juga
membantu membasmi penyakit yang serius yang timbul pada masa
kanak-kanak.
Vaksin secara umum cukup aman. Keuntungan perlindungan yang
diberikan vaksin jauh lebih besar daripada efek samping yang
mungkin timbul. Beberapa faktor kualitas dan kuantitas vaksin dapat
menentukan keberhasilan vaksinasi seperti cara pemberian, dosis,
frekuensi pemberian , dan jenis vaksin.
a. Cara pemberian vaksin akan mempengaruhi respon imun yang
timbul. Misaknya vaksin polio oral akan menimbulkan imunitas
lokal di samping sistemik, sedangkan vaksin polio parenteral akan
memberikan imunitas sistemik saja.
b. Dosis vaksin yang terlalu tinggi atau terlalu rendah juga
mempengaruhi reapon imun yang terjadi. Dosis terlalu tinggi akan
menghambat respon imun yang diharapkan sedangkan dosis yang
terlalu rendah tidak merangsang sel-sel imunokompeten.
c. Frekuensi pemberian juga mempengaruhi respon imun yang
terjadi. Sebagaimana telah diketahui, respon imun sekunder
menimbulkan sel efektor aktif lebih cepat, lebih tinggi
produksinya, dan afitinitasnya lebih tinggi. Disamping frekuansi,
jarak pemberian pun akan mempengaruhi respon mun yang
terjadi. Bila pemberian vaksin berikutnya diberikan pada saat
kadar antibodi spesifik masih tinggi, maka antigen yang masuk
segera dinetralkan oleh antigen spesifik yang masih tinggi tersebut
sehingga tidak sempat merangsang sel imunokompeten. Bahkan

149
bisa terjadi yang namanya reaksi Arthus, yaitu bengkak
kemerahan di daerah suntikan antigen akibat pembentukkan
kompleks antigen antibodi lokat sehingga terjadi peradangan
lokal.
d. Ajuvan adalah zat yang secara nonspesifik dapat meningkakan
respon imun terhadap antigen. Ajuvan akan meningkatkan respon
imun dengan mempertahankan antigen pada atau dekat dengan
tempat suntikan dan mengaktivasi sel APC (antigen presenting
cells) untuk memproses antigen secara efektif dan memproduksi
interleukin yang akan mengaktifkan sel imunokompeten lainnya.
e. Jenis vaksin, vaksin hidup akan menimbulkan respon imun lebih
baik dibandinkan vaksin mati atau yang diinaktivasi (killed atau
inactivated) atau bagian (komponen) dan mikroorganisme.
Imunisasi dasar
Pemerintah sebenarnya tidak mewajibkan berbagai jenis imunisasi
harus dilakukan semua. Hanya 5 jenis imunisasi pada anak dibawah usia
1 tahun yang harus diakukan yakni BCG (Bacillus Calmette-Guerin),
DPT (Dipteri, Pertusis, Tetanus), polio, campak dan hepatitis B.
1. BCG (Bacillus Calmette-Guerin)
Vaksinasi BCG atau Bacillus Calmette Guerin merupakan
vaksin yang memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit
tuberkulosis (TBC). Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus
Calmette-Guerin hidup yang dilemahkan. Vaksin BCG tidak boleh
terkena sinar matahari, harus disimpan pada suhu 2-8OC dan tidak
boleh beku. BCG sebaiknya diberikan pada anak dengan Mantoux
(tuberkulin) negatif.
Cara pemberian dan waktu pemberian
Vaksin disuntikkan secara intrakutan pada lengan atas, untuk
bayi kurang dari 1 tahun diberikan secara sebanyak 0,05 ml. Dan
untuk anak berumur lebih dari 1 tahun 0,1 ml. BCG diberikan 1 kali

150
sebelum anak berumur 2 bulan. BCG ulangan tidak di anjurkan karena
keberhasilannya diragukan.
Kontraindikasi untuk vaksin BCG adalah
a. Penderita gangguan sistem kekebalan tubuh (misanya penderita
leukimia, penderita HIV), imunokompromais akibat pengobatan
kortikosteroid, obat imuno-supresif, mendapat pengobatan
radiasi, penyakit keganasan yang mengenai sumsum tulang atau
sistem limfe.
b. Reaksi uji tuberkulin >5 mm
c. Anak menderita gizi buruk
d. Sedang menderita demam tinggi
e. Menderita infeksi kulit yang luas
f. Pernah sakit tuberkulosis
g. Kehamilan
Reaksi yang mungkin timbul :
a. Reaksi lokal : 1-2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat
penyuntikan timbul kemerahan dan benjolan kecil yang teraba
keras. Kemudian benjolan ini berubah menjadi pustula
(gelembung yang berisi nanah), lalu pecah dan membentuk luka
(ulkus). Luka ini akhirnya sembuh secara spontan dalam waktu
8-12 hari dengan meningglakan jaringan parut.
b. Reaksi regional : pembesaran getah bening ketiak dan leher,
tanpa disertai nyeri tekan maupun demam, yang akan menghilang
dalam waktu 3-6 bulan.
Komplikasi :
a. Pembentukan abses (penimbunan nanah) ditempat penyuntikan
karena penyuntikan yang terlalu dalam. Abses ini akan
menghilang secara spontan, untuk mempercepat penyembuhan,
bila abses sudah matang, sebaiknya dilakukan aspirasi
(penghisapan abses dengan menggunakan jarum) dan bukan
sayatan

151
b. Limfadenitis supurativa, terjadi jika penyuntikan dilakukan
terlalu dalam atau dosis terlalu tinggi. Keadaan ini akan membaik
dalam waktu 2-6 bulan.
2. DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus)
Imunisasi DPT (3 in 1) merupakan kombinasi vaksin penangkal
difteri, pertusis dan tetanus. Tujuan dari imunisasi DPT :
a. Mencegah penyakit difteri
Difteri adalah penyakit yang bermula dari infeksi pada
hal ini terkadang nyaris tanpa disertai radang tenggorokan yang
menyebabkan saluran pernafasan tersumbat, kerusakan jantung
dan kematian. Serta bisa menyebabkan infeksi paru-paru dan
infeksi otak.
b. Mencegah penyakit pertusis
Penyakit batuk biasanya banyak terjadi pada anak balita.
Penyebab penyakit ini adalah kuman Haemophilus Pertusis.
Kuman ini biasanya berada di saluran pernafasan bila anak-anak
dalam keadaan daya tahan tubuh melemah, maka kuman tersebut
mudah sekali menyerang menimbulkan penyakit. Penularannya
melalui cairan yang keluar dari hidung yang tersembur keluar
waktu batuk atau bersin. Perwatan dan pencegahan penyakit ini
tidak terlalu sulit. Bila anak tidak begitu menderita dan cuaca
cukup baik, boleh ia dibawa keluar untuk menghirup udara segar
dan bersih. Makanan sebaiknya diberikan yang ringan-ringan dan
cukup bergizi.
c. Mencegah penyakit tetanus
Tetanus adalah manifestasi sistemik tetanus disebabkan
oleh absorbsi eksotoksin sangat kuat yang dilepaskan oleh
Clostridiumtetani pada masa pertumbuhan aktif dalam tubuh
manusia. Penyebab penyakit ini Clostridiumtetani yang hidup
anaerob, berbentuk spora selama diluar tubuh manusia, tersebar
luas di tanah dan mengeluarkan toksin bila dalam kondisi baik.

152
Toksin ini dapat menghancurkan sel darah merah, merusak
leukosit dan merupakan tetanusporasmin yaitu toksin yang
neurotropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan spasme
otot.
Kontraindikasi
a. Riwayat anafilaksis
b. Bila pada imunisasi DPT sebelumnya terdapat riwayat
hiperpireksia keadaan hipotonik-hiporesponsif dalam 48 jam.
Waktu dan cara pemberian
Imunisasi dasar DPT diberikan setelah bayi berusia 2 bulan
sebanyak 3 kali (DPT I, II, dan III) dengan .interval tidak kurang dari
4 minggu. Imunisasi DPT ulangan diberikan 1 tahun sejak imunisasi
DPT III, kemudian saat masuk sekolah (5-6 tahun) dan saat
meninggalkan sekolah dasar (12 tahun). Menurut program
dilanjutkan dengan TT dikelas 2 dan 3 SD. Imunisasi DPT diberikan
dengan cara injeksi intra muskular (IM) pada paha sebanyak 0,5 ml.
Efek samping
Efek samping dari pemberian imunisasi DPT adalah
munculnya efek imunitas terhaadap penyakit yang dalam hal ini
vaksin DPT yang telah dilemahkan dalam hal ini salah satu
bentuknya adalah munculnya kenaikan suhu tubuh (demam ringan),
serta nyeri ditempat suntikan selama beberapa hari.
Pada kurang dari 1% penyuntikan, DTP menyebabkan
komplikasi demam tinggi >40,5 derajat celcius, kejang demam
(resiko lebih tinggi pada anak yang sebelumnya pernah mengalami
kejang atau terdapat riwayat kejang dalamkeluarganya), syok
(kebiruan, pucat, lemah, tidak memberikan respon). Jika anak sakit
serius maka imunisasi dapat ditunda hingga anak sehat.
Efek samping yang sering terjadi adalah1-2 hari setelah
mendapatkan suntikan DPT, mungkin akan terjadi demam ringan,
nyeri, kemerahan atau pembengkakan di tempat penyuntikan. Untuk

153
mengatasi nyeri dan menurunkan demam, bisa diberikan
asitaminofen/ibuprofen. Untuk mengurangi nyeri di tempat
penyuntikan juga bisa dilakukan kompres hangat atau lebih sering
menggerak-gerakkan lengan maupun tungkai yang bersangkutan.
3. Hepatitis B
Imunisasi Hepatitis B memberi kekebalan terhadap hepatitis B.
Hepatitis B adalah suatu infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker
hati dan kematian.
Waktu dan cara pemberian
Imunisasi hepatitis B diberikan sedini mungkin setelah lahir
yaitu 0-7 hari. Jika ibu dengan HBsAg negatif, bisa diberikan pada
saat bayi 2 bulan. Imunisasi dasar diberikan sebanyak 3 kali dengan
selang waktu 1 bulan antara suntikan HB I dengan HB II, serta selang
waktu 6 bulan untuk HB III. Sebelum memberikan imunisasi ulangan
sebaiknya memeriksa kadar HbsAg. Pada bayi dengan ibu HBsAg
positif diberikan vaksin HB pada lengan kiri, 0,5 ml dan HBIG
(hepatitis B imuno globulin) pada lengan kanan dalam waktu 12 jam
setelah lahir.
Vaksin disuntikan dengan dosis 0,5 ml atau 1 buah HB uniject.
Vaksin akan rusak karena pemanasan atau bekuan. Vaksis baik
disimpan pada suhu 2-8OC. Vaksin disuntikkan pada otot lengan atas
atau paha. Vaksin hepatitis B dapat diberikan pada ibu hamil.
Kontraindikasi
Anak yang menderita infeksi berat yang dsertai kejang.
Pemberian imunisasi pada anak yamg sakit berat sebaiknya ditunda
sampai anak benar-benar sehat.
Efek samping
Efek samping yang timbul adalah efek lokal (nyeri ditempat
suntikan) dan sistemis (demam ringan, lesu, perasaan tidak enak pada
pencernaan), yang akan hilang dalam beberapa hari.

154
4. Polio
Imunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit
poliomielitis. Vaksin yang digunakan vaksin hidup yang dilemahkan
dan berbentuk cairan. Vaksin polio ada 2 macam yakni vaksin ulros
poliural (OPV) atau vaksin Sabin yaitu mengandung vaksin hidup
yang telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil dan cairan dan
vaksin polio inactivated (IPV) atau vaksin Salk yaitu mengandung
virus polio yang telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan.
Vaksin yang banyak dijumpai adalah jenis OPV. Bentuk trivalen
(TOPV) efektif melawan semua bentuk polio, bentuk monovalen
(MOPV) efektif melawan 1 bentuk polio.
Polio bisa menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada salah satu
maupun kedua lengan/tungkai. Polio juga bisa menyebabkan
kelumpuhan pada otot-otot pernafasan dan otot untuk menelan. Polio
bisa menyebabkan kematian.
Waktu dan cara pemberian
Imunisasi dasar polio diberikan sebanyak 4 kali (polio I, II, III,
IV) dengan interval tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi polio
diberikan 1 tahun setelah polio IV, kemudian diberikan kembali saat
masuk SD (5-6 tahun), dan pada saat meninggalkan SD (umur 12
tahun). Di Indonesia umumnya diberikan vaksin sabin. Vaksin ini
diberikan sebanyak 2 tetes (0,1 ml) langsung ke mulut anak atau
dengan menggunakan sendok yang berisi air gula.
Dosis pertama dan kedua diperlukan untuk menimbulkan
respon kekebalan primer, sedangkan dosis ketiga dan keempat
diperlukan untuk meningkatkan kekuatan antibobi sampai pada
tingkat yang tertinggi. Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi
dasar, kepada orang dewasa tidak perlu dilakukan pemberian booster
secara rutin, kecuali jika dia hendak bepergian ke daerah dimana polio
masih banyak ditemukan. Pada orang dewasa yang belum pernah
mendapatkan imunisasi polio dan perlu menjalani imunisasi,

155
sebaiknya hanya diberikan IPV. Sedangkan orang yang pernah
mengalami reaksi alergi hebat (anafilaktik) setelah pemberian IPV,
streptomisin, polimiksin B atau neomisin, tidak boleh diberikan IPV.
Sebaiknya diberikan OPV. Kepada penderita gangguan sistem
kekebalan (misalnya penderita AIDS, infeksi HIV, leukemia, kanker,
limfoma), dianjurkan untuk diberikan IPV. IPV juga diberikan kepada
orang yang sedang menjalani terapi penyinaran, terapi kanker,
kortikosteroid atau obat imunosupresan lainnya.
IPV bisa diberikan kepada anak yang menderita diare. Jika
anak sedang menderita penyakit ringan atau berat, sebaiknya
pelaksanaan imunisasi ditunda sampai mereka benar-benar pulih. IPV
bisa menyebabkan nyeri dan kemerahan pada tempat penyuntikan,
yang biasanya berlangsung hanya selama beberapa hari.
Kontraindikasi
a. Diare berat
b. Gangguan kekebalan (karena imunosupresan, kemoterapi,
kortikosteroid)
c. Kehamilan
Efek samping
Efek samping yang mungkin terjadi berupa kelumpuhan dan kejeng-
kejang.
5. CAMPAK
Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap
penyakit campak (tampek). Diagnosis campak biasanya dapat dibuat
atas dasar kelompok gejala yang saling berkaitan yaitu koriza dan
mata meradang disertai batuk dan demam yang tinggi dalam beberapa
hari dan diikuti timbulnya ruam makulopapular pada kulit yang
memiliki ciri khas, diawali dari belakang telinga kemudian menyebar
ke muka, dada, tubuh, lengan dan kaki bersamaan dengan
meningkatnya suhu tubuh.

156
Waktu dan cara pemberian
Vaksin yang digunakan adalah vaksin hidup yang dilemahkan.
Kemasan dalam flacon berbentuk gumpalan yang beku dan kering
yang dlarutkan dalam 5 cc pelarut (aqua bidest).
Imunisasai camapak diberikan 1 kali dosis pada saat anak
berumur 9 bulan atau lebih. Pada kejadian luar biasa dapat diberikan
pada umur 6 bulan dan diulangi 6 bulan kemudian. Vaksin
disuntikkan secara subkutan dalam dosis 0,5 ml.
Kontraindikasi
a. Infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38OC
b. Gangguan sistem kekebalan tubuh
c. Pemakaian obat imunosupresan
d. Alergi terhadap protein telur
e. Hipersensitif terhadan kanamisin dan eritromisin
f. Wanita hamil
Efek samping
Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit,
diare, konjungtivitis dan gejala katarak dan ensefaitis.
IMUNISASI TAMBAHAN
Untuk jenis imunisasi tambahan, seperti MMR (campak-
gondongan-rubela), Act.Hib (antiradang otak), tifus atau demam tifoid
(masa perlindungan vaksin ini sekitar tiga tahun sehingga imunisasi baru
diulang tiga tahun kemudian), dan varicela (cacar air), pemerintah
membolehkan dan juga menganjurkan sepanjang bermanfaat. Biasanya
jenis imunisasi tersebut diberikan oleh dokter praktik atau pribadi.

1. MMR (Measles, Mumps, Rubela)


Imunisasi MMR memberi perlindungan terhadap campak,
gondongan dan campak Jerman dan disuntikkan sebanyak 2 kali.
Campak menyebabkan demam, ruam kulit, batuk, hidung meler dan
mata berair. Campak juga menyebabkan infeksi telinga dan

157
pneumonia. Campak juga bisa menyebabkan masalah yang lebih
serius, seperti pembengkakan otak dan bahkan kematian.
Gondongan menyebabkan demam, sakit kepala dan
pembengkakan pada salah satu maupun kedua kelenjar liur utama
yang disertai nyeri. Gondongan bisa menyebabkan meningitis
(infeksi pada selaput otak dan korda spinalis) dan pembengkakan
otak. Kadang gondongan juga menyebabkan pembengkakan pada
buah zakar sehingga terjadi kemandulan.
Campak Jerman (rubella) menyebabkan demam ringan, ruam
kulit dan pembengkakan kelenjar getah bening leher. Rubella juga
bisa menyebakban pembengkakan otak atau gangguan perdarahan.
Jika seorang wanita hamil menderita rubella, bisa terjadi keguguran
atau kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkannya (buta atau tuli).
Terdapat dugaan bahwa vaksin MMR bisa menyebabkan autisme,
tetapi penelitian membuktikan bahwa tidak ada hubungan antara
autisme dengan pemberian vaksin MMR.
Vaksin MMR adalah vaksin 3-in-1 yang melindungi anak
terhadap campak, gondongan dan campak Jerman. Vaksin tunggal
untuk setiap komponen MMR hanya digunakan pada keadaan
tertentu, misalnya jika dianggap perlu memberikan imunisasi kepada
bayi yang berumur 9-12 bulan.
Suntikan pertama diberikan pada saat anak berumur 12-15
bulan. Suntikan pertama mungkin tidak memberikan kekebalan
seumur hidup yang adekuat, karena itu diberikan suntikan kedua
pada saat anak berumur 4-6 tahun (sebelum masuk SD) atau pada
saat anak berumur 11-13 tahun (sebelum masuk SMP).
Imunisasi MMR juga diberikan kepada orang dewasa yang
berumur 18 tahun atau lebih atau lahir sesudah tahun 1956 dan tidak
yakin akan status imunisasinya atau baru menerima 1 kali suntikan
MMR sebelum masuk SD.

158
Pada 90-98% orang yang sudah mendapat suntikan MMR
akan memberikan perlindungan seumur hidup terhadap campak,
campak Jerman dan gondongan. Suntikan kedua diberikan untuk
memberikan perlindungan adekuat yang tidak dapat dipenuhi oleh
suntikan pertama.
Efek samping yang mungkin ditimbulkan oleh masing-
masing komponen vaksin:
a. Komponen campak
1-2 minggu setelah menjalani imunisasi, mungkin akan
timbul ruam kulit. Hal ini terjadi pada sekitar 5% anak-anak yang
menerima suntikanMMR. Demam 39,5° Celsius atau lebih tanpa
gejala lainnya bisa terjadi pada 5-15% anak yang menerima
suntikan MMR. Demam ini biasanya muncul dalam waktu 1-2
minggu setelah disuntik dan berlangsung hanya selama 1-2 hari.
Efek samping tersebut jarang terjadi pada suntikan MMR kedua.
b. Komponen gondongan
Pembengkakan ringan pada kelenjar di pipi dan dan
dibawah rahang, berlangsung selama beberapa hari dan terjadi
dalam waktu 1-2 minggu setelah menerima suntikan MMR.
c. Komponen campak Jerman
Pembengkakan kelenjar getah bening dan atau ruam kulit
yang berlangsung selama 1-3 hari, timbul dalam waktu 1-2
mingu setelah menerima suntikan MMR. Hal ini terjadi pada 14-
15% anak yang mendapat suntikan MMR. Nyeri atau kekakuan
sendi yang ringan selama beberapa hari, timbul dalam waktu 1-3
minggu setelah menerima suntikan MMR. Hal ini hanya
ditemukan pada 1% anak-anak yang menerima suntikan MMR,
tetapi terjadi pada 25% orang dewasa yang menerima suntikan
MMR. Kadang nyeri/kekakuan sendi ini terus berlangsung
selama beberapa bulan (hilang-timbul). Artritis (pembengkakan
sendi disertai nyeri) berlangsung selama 1 minggu dan terjadi

159
pada kurang dari 1% anak-anak tetapi ditemukan pada 10%
orang dewasa yang menerima suntikan MMR. Jarang terjadi
kerusakan sendi akibat artritis ini.
Nyeri atau mati rasa pada tangan atau kaki selama
beberapa hari lebih sering ditemukan pada orang dewasa.
Meskipun jarang, setelah menerima suntikan MMR, anak-anak
yang berumur dibawah 6 tahun bisa mengalami aktivitas kejang
(misalnya kedutan). Hal ini biasanya terjadi dalam waktu 1-2
minggu setelah suntikan diberikan dan biasanya berhubungan
dengan demam tinggi.
Keuntungan dari vaksin MMR lebih besar jika
dibandingkan dengan efek samping yang ditimbulkannya.
Campak, gondongan dan campak Jerman merupakan penyakit
yang bisa menimbulkan komplikasi yang sangat serius. Jika anak
sakit, imunisasi sebaiknya ditunda sampai anak pulih
Imunisasi MMR sebaiknya tidak diberikan kepada:
a. Anak yang alergi terhadap telur, gelatin atau antibiotik
neomisin
b. Anak yang 3 bulan yang lalu menerima gamma globulin
c. Anak yang mengalami gangguan kekebalan tubuh akibat
kanker, leukemia, limfoma maupun akibat obat prednison,
steroid, kemoterapi, terapi penyinaran atau obati
imunosupresan.
d. Wanita hamil atau wanita yang 3 bulan kemudian hamil.
2. Hib (Haemophilus influenza tipe b)
Imunisasi Hib membantu mencegah infeksi oleh
Haemophilus influenza tipe b.Organisme ini bisa menyebabkan
meningitis, pneumonia dan infeksi tenggorokan berat yang bisa
menyebabkan anak tersedak. Vaksin Hib diberikan sebanyak 3 kali
suntikan, biasanya pada saat anak berumur 2, 4 dan 6 bulan.

160
3. Imunisasi Varisella
Imunisasi varisella memberikan perlindungan terhadap cacar
air. Cacar air ditandai dengan ruam kulit yang membentuk lepuhan,
kemudian secara perlahan mengering dan membentuk keropeng yang
akan mengelupas.
Setiap anak yang berumur 12-18 bulan dan belum pernah
menderita cacar air dianjurkan untuk menjalani imunisasi varisella.
Anak-anak yang mendapatkan suntikan varisella sebelum berumur
13 tahun hanya memerlukan 1 dosis vaksin. Pada anak-anak yang
berumur 13 tahun atau lebih, yang belum pernah mendapatkan
vaksinasi varisella dan belum pernah menderita cacar air, sebaiknya
diberikan 2 dosis vaksin dengan selang waktu 4-8 minggu.
Cacar air disebabkan oleh virus varicella-zoster dan sangat
menular. Biasanya infeksi bersifat ringan dan tidak berakibat fatal;
tetapi pada sejumlah kasus terjadi penyakit yang sangat serius
sehingga penderitanya harus dirawat di rumah sakit dan beberapa
diantaranya meninggal. Cacar air pada orang dewasa cenderung
menimbulkan komplikasi yang lebih serius.
Vaksin ini 90-100% efektif mencegah terjadinya cacar air.
Terdapat sejumlah kecil orang yang menderita cacar air meskipun
telah mendapatkan suntikan varisella; tetapi kasusnya biasanya
ringan, hanya menimbulkan beberapa lepuhan (kasus yang komplit
biasanya menimbulkan 250-500 lepuhan yang terasa gatal) dan masa
pemulihannya biasanya lebih cepat.
Vaksin varisella memberikan kekebalan jangka panjang,
diperkirakan selama 10-20 tahun, mungkin juga seumur hidup.
Efek samping dari vaksin varisella biasanya ringan, yaitu berupa:
a. Demam
b. Nyeri dan pembengkakan di tempat penyuntikan
c. Ruam cacar air yang terlokalisir di tempat penyuntikan.

161
Efek samping yang lebih berat adalah:
a. Kejang demam, yang bisa terjadi dalam waktu 1-6 minggu setelah
penyuntikan
b. Pneumonia
c. Reaksi alergi sejati (anafilaksis), yang bisa menyebabkan
gangguan pernafasan, kaligata, bersin, denyut jantung yang cepat,
pusing dan perubahan perilaku. Hal ini bisa terjadi dalam waktu
beberapa menit sampai beberapa jam setelah suntikan dilakukan
dan sangat jarang terjadi
d. Ensefalitis
e. Penurunan koordinasi otot.
Imunisasi varisella sebaiknya tidak diberikan kepada:
a. Wanita hamil atau wanita menyusui
b. Anak-anak atau orang dewasa yang memiliki sistem kekebalan
yang lemah atau yang memiliki riwayat keluarga dengan kelainan
imunosupresif bawaan
c. Anak-anak atau orang dewasa yang alergi terhadap antibiotik
neomisin atau gelatin karena vaksin mengandung sejumlah kecil
kedua bahan tersebut
d. Anak-anak atau orang dewasa yang menderita penyakit serius,
kanker atau gangguan sistem kekebalan tubuh (misalnya AIDS)
e. Anak-anak atau orang dewasa yang sedang mengkonsumsi
kortikosteroid
f. Setiap orang yang baru saja menjalani transfusi darah atau
komponen darah lainnya
g. Anak-anak atau orang dewasa yang 3-6 bulan yang lalu menerima
suntikan immunoglobulin.
4. Imunisasi Pneumokokus Konjugata
Imunisasi pneumokokus konjugata melindungi anak
terhadap sejenis bakteri yang sering menyebabkan infeksi telinga.

162
Bakteri ini juga dapat menyebabkan penyakit yang lebih serius,
seperti meningitis dan bakteremia (infeksi darah).
Kepada bayi dan balita diberikan 4 dosis vaksin.Vaksin ini
juga dapat digunakan pada anak-anak yang lebih besar yang
memiliki resiko terhadap terjadinya infeksi pneumokokus.
5. Demam Tifoid
Salmonella typhi, kuman pathogen terhadap manusia,
termasuk dalam spesies Salmonella menyebabkan infeksi invasive
yang ditandai oleh demam, toksemia, nyeri perut, konstipasi, atau
diare.
Cara pemberian, untuk imunisasi dasar diberikan 2 dosis
vaksin secara subkutan denga interval 4-6 minggu.
6. Hepatitis A
Hepatitis A merupakan penyakit yang tersebar hamper ke
seluruh dunia, dengan proses penularan melalui tinja-mulut.
Pencegahan dapat dilakukan dengan pola bersih-sahat dan imunisasi.
Pemberian imunisasi dapat berupa imunisasi pasif dan imunisasi
aktif.
Imunisasi pasif dilakukan dengan memberikan
immunoglobulin. Diberikan sebagai pencegahan segera setelah
kontak atau pencegahan sebelum kontak. Bagi mereka yang akan
bepergian ke daerah endemis. Dosis yang dianjurkan 0,02 ml/kg BB.
Diberikan dalam kurun waktu tidak lebih dari satu minggu setelah
kontak.
Imunisasi aktif dilakukan denagn imunisasi rekomendasi.
a. Pada anak usia sekolah (di atas 2 tahun), terutama mereka yang
terbukti belum mempunyai antibodi
b. Di daerah resiko tinggi diberikan secara selekgtif
c. Pada penderita penyakit hati kronik (B maupun C)

163
C. Ringkasan materi
Imunisasi merupakan suatu cara menigkatkan kekebalan tubuh
dengan memberikan/menyuntikan vaksin ke dalam tubuh. 5 Imunisasi
dasar yang wajib dilakukan pada bayi dibawah 1 tahun adalah BCG
(Bacillus Calmette Guerin), Hepatitis B, DPT (Dipteri, pertusis Tetanus),
Polio dan Campak. Sedangkan imunisasi tambahan yang dianjurkan
adalah, MMR (Measles, Mumps, Rubela), Hib (Haemophilus influenza
tipe b), imunisasi varisela, Pneumokokus Konjugata, Demam tifoid,
Hepatitis A.
D. Latihan soal
1. Ny H, umur 25 tahun baru saja melahirkan bayi perempuan dengan
berat 3500 gram, PB 48 cm, bayi Ny. H dalam keadaan sehat.
Imunisasi awal apa yang diberikan pada bayi tersebut?
2. Efek samping apa yang timbul pada pemberian imunisasi DPT?
3. Imunisasi apa saja yang dianjurkan pada anak usia diatas 1 tahun?
E. Rambu-rambu jawaban
1. Bayi umur 0 hari diberikan suntikan Hepatitis B0 (Hb0),
2. Munculnya efek imunitas terhaadap penyakit yang dalam hal ini
vaksin DPT yang telah dilemahkan dalam hal ini salah satu bentuknya
adalah munculnya kenaikan suhu tubuh (demam ringan), serta nyeri
ditempat suntikan selama beberapa hari.
3. Pemerintah mewajibkan 5 imunisasi dasar untuk bayi 0-1 tahun untuk
imunisasi anjuran setelah 1 tahun adalah MMR, imunisasi Hib,
imunisasi varisela, pnemuokokus, tifoid dan hepatitis A.
F. Daftar pustaka
1. _____.2010. Pedoman Imunisasi.Jakarta. IDAI
2. Depkes RI. 1993. Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga.
Jakarta: Depkes RI
3. Markum, dkk. 2001. Buku Ajar: Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 1.
Jakarta: FKUI

164
BAB XI
RUJUKAN
A. Kompetensi Dasar
Mahasiswa mampu melakukan penatalaksanaan rujukan.
B. Uraian materi
Sistem rujukan neonatus adalah suatu sistem yang memberikan
suatu gambaran tata cara pengiriman neonatus resiko tinggi dari tempat
yang kurang mampu memberikan penanganan ke rumah sakit yang
dianggap mempunyai fasilitas yang lebih mampu dalam hal
penatalaksanaannya secara menyeluruh (yaitu mempunyai fasilitas yang
lebih, dalam hal tenaga medis, laboratorium, perawatan dan pengobatan).
Dalam rujukan terdapat :
1. Penyerahan tanggungjawab timbal perawatan penderita dari suatu
unit kesehatan secara vertikal (dari unit yang lebih mampu
menanganinya) dan horisontal (antar unit-unit yang setingkat
kemampuannya)
2. Penyaluran pengetauan dan ketrampilan dari unit kesehatan yang
lebih mampu pada unit kesehatan yang lebih kecil
3. Pengiriman bahan untuk pemeriksaan laboratorium dari unit
kesehatan yang kecil pada unit kesehatan yang lebih mampu dan
pengiriman hasil kembali pada unit kesehatan yang mengirimnya.
Tujuan rujukan neonatus :
Memberikan pelayanan kesehatan neonatus dengan cepat dan tepat,
menggunakan fasilitas kesehatan neonatus seefisien mungkin dan
mengadakan pembagian tugas pelayanan kesehatan neonatus pada unit-
unit kesehatan sesuai dengan lokasi dan kemampuan unit-unit tersebut
serta mengurangi angka kesakitan dan kematian bayi.

165
166
Jenis rujukan
Secara garis besar rujukan dibedakan menjadi 2, yakni :
1. Rujukan medik
Rujukan ini berkaitan dengan upaya penyembuhan penyakit
dan pemulihan
kesehatan pasien. Disamping itu juga mencakup rujukan pengetahuan
(konsultasi medis) dan bahan-bahan pemeriksaan.
2. Rujukan kesehatan masyarakat
Rujukan ini berkaitan dengan upaya pencegahan penyakit
(preventif) dan
peningkatan kesehatan (promosi). Rujukan ini mencakup rujukan
teknologi,
sarana dan operasional.
Tingkat rujukan bayi baru lahir
Berdasarkan faktor resiko dan kemampuan unit kesehatan, pada
dasarnya tingkat perawatan atau tingkat rujukan dibagi menjadi ;
1. Pelayanan dasar, termasuk didalamnya RS kelas D, Puskesmas
dengan tempat tidur, Rumah bersalin
2. Pelayanan spesialistik didalamnya termasuk RS kelas C, RS
Kabupaten, RS Swasta, RS Provinsi
3. Pelayanan subspesialistis ialah RS kelas A, RS kelas B baik
pendidikan maupun non pendidikan pemerintah atau swasta.
Berdasarkan pembagian diatas maka unit perawatan neonatus dapat
dibagi menjadi beberapa unit :
1. Unit perawatan bayi baru lahir tingkat III
Merupakan penerima rujukan neonatus yang lahir dirumah atau
pondok bersalin dengan memberi pelayanan dasar pada bayi baru
lahir di Puskesmas dengan tempat tidur dan rumah bersalin. Kasus
rujukan yang dapat dilakukan adalah : bayi kurang bulan, sindroma
gangguan pernafasan, kejang, cacat bawaan, yang memerlukan

167
tindakan segera, gangguan pengeluaran mekonium disertai kembung
dan muntah, kuning yang yang timbulnya terlalu awal atau lebih dari
2 minggu serta diare. Pada unit ini perlu penguasaan terhadap
pertolongan pertama kegawatandaruratan bayi baru lahir seperti
pengenalan tanda-tanda sindroma gangguan nafas, infeksi atau
sepsis, cacat bawaan yang memerlukan penanganan segera, masalah
ikterus, muntah perdarahan, berat badan lahir rendah dan diare.
2. Unit perawatan bayi baru lahir tingkat II
Pada unit ini telah ditempatkan sekurang-kurangnya empat
tenaga dokter ahli dimana pelayanan yang diberikan berupa
pelayanan kehamilan dan persalinan maupun resiko tinggi.
Perawatan neonatus pada unit ini meliputi kemampuan pertolongan
resusitasi bayi baru lahir dan resusitasi pada kegawatan selama
pemasangan pita endotrakeal, terapi oksigen, pemberian cairan
intravena, terapi sinar dan tranfusi, penatalaksanaan hipoglikemi,
perawatan bayi berat lahir rendah dan bayi lajir dengan tindakan.
Sarana penunjang berupa laboratorium dan pemeriksaan radiologis
yang telah tersedia pada setiap unit, disamping itu telah dapat
dilakukan tindakan bedah segera pada bayi yang membutuhkan
tindakan bedah karena di unit ini telah ada dokter bedah.
3. Unit perawatan bayi baru lahir tingkat I
Pada unit ini semua aspek yang menyangkut dengan masalah
perinatologi dan neonatologi dapat ditangani di unit perawatan
tingkat I. Unit ini merupakan pusat rujukan sehingga kasus yang
ditangani sebagiab besar merupakan kasus dengan resiko tinggi baik
dalam kehamilan, persalinan maupun bayi baru lahir.
Identifikasi neonatus yang akan dirujuk
Neonatus yang akan dirujuk adalah yang tergolong resiko tinggi.
Disamping itu perlu diketahui bahwa neonatus resiko tinggi lahir dari ibu
dengan kehamilan resiko tinggi pula. Oleh karena itu dalam tahap yang

168
lebih awal penolong persalinan harusnya dapat mengenali bahwa
kehamilan yang dihadapinya adalah suatu kelahiran resiko tinggi, seperti:
1. Ketuban Pecah Dini (KPD)
2. Amnion bercampur mekonium
3. Kelahiran prematur < 37 minggu
4. Kelahiran postmatur >42 minggu
5. Toksemia
6. Ibu menderita diabetes mellitus
7. Primigravida muda (<17 tahun)
8. Primigravida tua (>35 tahun)
9. Kehamilan kembar
10. Ketidakancocokan golongan darah / resus
11. Hipertensi
12. Penyakit jantung pada ibu
13. penyakit ginjal pada ibu
14. Penyakit epilepsi pada ibu
15. Ibu demam
16. Perdarahan ibu
17. Sungsang
18. Lahir dengan Seksio Cesarea / ekstraksi vakum / ekstraksi forsep
19. Kecanduan obat-obatan
20. Dicurigai adanya kelainan bawaan
21. Komplikasi obstetri lain
Bayi Resiko Tinggi
Yang termasuk bayi resiko tinggi ;
1. Prematur / BBLR (BB< 1750 – 2000 gram)
2. Umur kehamilan 32-36 minggu
3. Bayi dari ibu DM
4. Bayi dengan riwayat apneu
5. Bayi dengan kejang berulang / kejang yang tertangani
6. Sepsis

169
7. Asfiksia berat
8. Bayi dengan gangguan perdarahan
9. Bayi dengan gangguan pernafasan (respiratory distress)
10. Bayi hipotermi berat
11. kasus bedah neonatus
12. ikterus yang tidak memberi respon pada fototerapi
13. Kemungkinan penyakit jantung bawaan
14. Penyakit hemolisis
15. Hipoglikemi yang tidak tertangani

Secara garis besar arah rujukan dapat dilihat pada skema dibawah ini :

Kendala / masalah dalam rujukan


Yang paling banyak menimbulkan masalah rujukan adalah
transportasi terutama fasilitas yang harus ada sewaktu neonatus dirujuk,
masalah geografis yaitu jalan yang harus ditempuh sering merupakan
penghambat, sehingga tak jarang orang tua yang telah di beri informasi
i

170
tentang rujukan, mereka keberatan bayinya dirujuk belum lagi terbayang
di benak mereka biaya perawatan yang harus dikeluarkan. Kendala lain
adalah pelayan rumah sakit yang seharusnya sesuai secara teori ternyata
tidak sesuai secara kenyataan, misalkan rumah sakit tipe C, yang
seharusnya ada fasilitas resusitasi tapi pada kenyataannya tidak bisa
menangani kasus tersebut. Ini merupakan suatu hal yang menyebabkan
bidan atau dokter merujuk langsung ke RS tipe B atau tipe A, selain
tempat RS kedua tipe tersebut dekat.
C. Ringkasan materi
Dalam penanganan kegawatdaruratan neonatus tenaga kesehatan
harus paham betul tanda gejala dari kegawatan tersebut. Kestabilan saat
merujuk salah satu yang harus diperhatikan, jika pasien atau bayi dalam
keadaan tidak stabil sebaiknya dilakukan stabilisasi terlebih dahulu.
Kerjasama yang baik dari yang merujuk dan tempat rujukan sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan penanganan pasien, sehingga angka
mortalitas dan morbiditas bayi turun.
D. Latihan soal
1. Sebutkan tingkat rujukan neonatus!
2. Jelaskan kendala yang sering dihadapi dalam rujukan neonatus!
E. Rambu-rambu jawaban
1. Tingkat rujukan neonatus ada 3 :
- Unit perawatan bayi baru lahir tingkat 1
- Unit perawatan bayi baru lahir tingkat 2
- Unit perawatan bayi baru lahir tingkat 3
2. Kendala yang sering dihadapi dalam rujukan neonatus adalah
transportasi terutama fasilitas yang harus ada sewaktu neonatus
dirujuk, masalah geografis yaitu jalan yang harus ditempuh sering
merupakan penghambat, sehingga tak jarang orang tua yang telah di
beri informasi tentang rujukan, mereka keberatan bayinya dirujuk
belum lagi terbayang di benak mereka biaya perawatan yang harus
dikeluarkan

171
F. Daftar pustaka
1. Guslihan D. Tjipt. Sistem Rujukan Neonatus. Bagian Ilmu Kesehatan
Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara. 2004
2. Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu
Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta. 2003.
3. Dr R Soerjo Hadijono SpOG(K), DTRM&B(Ch). Jaringan Nasional
Pelatihan Klinik – Kesehatan Reproduksi

172
BAB XII
PENDOKUMENTASIAN

A. Kompetensi Dasar
Mahasiswa mampu menerapkan dokumentasi kebidanan neonatus dengan
benar
B. Uraian materi
Dokumentasi asuhan dalam pelayanan kebidanan adalah bagian
dari kegiatan yang harus dikerjakan oleh bidan setelah memberi asuhan
kepada pasien. Dokumentasi merupakan suatu informasi lengkap
meliputi status kesehatan pasien, kebutuhan pasien, kegiatan asuhan
kebidanan serta respons pasien terhadap asuhan yang diterimanya.
Dengan demikian dokumentasi kebidanan mempunyai porsi yang besar
dari catatan klinis pasien yang menginformasikan faktor tertentu atau
situasi yang terjadi selama asuhan dilaksanakan.
Dokumentasi asuhan kebidanan merupakan bagian integral dari
asuhan kebidanan yang dilaksanakan sesuai standar. Dengan demikian
pemahaman dan ketrampilan dalam menerapkan standar dengan baik
merupakan suatu hal yang mutlak bagi setiap tenaga kebidanan agar
mampu membuat dokumentasi kebidanan secara baik dan benar.
Mahasiswa diharapkan dapat melakukan pendokumentasian asuhan
kebidanan khususnya pada asuhan kebidanan neonatus.
Prinsip – prinsip pendokumentasian
1. ISI PENCATATAN
a. Mengandung Nilai Administratif
Misalnya rangkaian pendokumentasian kegiatan pelayanan kebidanan
merupakan alat pembelaan yang sah manakala terjadi gugatan.
b. Mengandung Nilai Hukum
Misalnya catatan medis kesehatan kebidanan dapat dijadikan sebagai
pegangan hukum bagi rumah sakit, petugas kesehaan, maupun pasien.
c. Mengandung Nilai Keuangan

173
Kegiatan pelayanan medis kebidanan akan menggambarkan tinggi
rendahnya biaya perawatan yang merupakan sumber perencanaan
keuangan rumah sakit.
d. Mengandung Nilai Riset
Pencatatan mengandung data, atau informasi, atau bahan yang dapat
digunakan sebagai objek penelitian, karena dokumentasi merupakan
informasi yang terjadi di masa lalu.
e. Mengandung Nilai Edukasi
Pencatatan medis keperawatan/kebidanan dapat digunakan sebagai
referensi atau bahan pengajaran di bidang profesi si pemakai.

2. TEKNIK PENCATATAN
a. Menulis nama pasen pada setiap halaman catatan perawat/bidan
b. Mudah dibaca, sebaiknya menggunakan tinta warna biru atau hitam
c. Akurat, menulis catatan selalu dimulai dengan menulis tanggal, waktu
dan dapat dipercaya secara faktual
d. Ringkas, singkatan yang biasa digunakan dan dapat diterima, dapat
dipakai.
Contoh : Kg untuk Kilogram
e. Pencatatan mencakup keadaan sekarang dan waktu lampau
f. Jika terjadi kesalahan pada saat pencatatan, coret satu kali kemudian
tulis kata “salah” diatasnya serta paraf dengan jelas. Dilanjutkan
dengan informasi yang benar “jangan dihapus”. Validitas pencatatan
akan rusak jika ada penghapusan.
g. Tulis nama jelas pada setiap hal yang telah dilakukan dan bubuhi tanda
tangan. Jika pencatatan bersambung pada halaman baru, tandatangani
dan tulis kembali waktu dan tanggal pada bagian halaman tersebut

174
FORMAT PADA BBL
ASUHAN KEBIDANAN PADA BBL

I. PENGKAJIAN
A. BIODATA
Identitas pasien
Nama :
Jenis Kelamin :
Tanggal/jam Lahir :

Identitas orang tua


Nama Ibu : Nama ayah :
Umur : Umur :
Suku bangsa : Suku Bangsa :
Agama : Agama :
Pendidikan : Pendidikan :
Pekerjaan : Pekerjaan :
Alamat : Alamat :

B. ANAMNESA
Dilaksanakan tanggal .... jam
1. Alasan datang
-
2. Keluhan

175
-
3. Riwayat penyakit keluarga

4. Riwayat Kehamilan
G: P: A: , umur kehamilan ..... minggu
ANC ..... x di......
Imunisasi TT .... x
Kenaikan BB selama hamil ... Kg

5. Riwayat persalinan

K L Vit Indikasi/keja Tind Ket/


ala ama al Sign dian akan Oleh
I
II
II
I
I
V
N
ifas

Kala II Mulai Jam : ........


Keadaan DJJ : .........
Warna air ketuban : .......
Bayi lahir jam : .........
APGAR Score : ........
6. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum :
Vital Sign : Suhu : ...... , Respiratori : .......

176
BB : .... gr, PB : ..... cm
LK : ......... , LD : .......
a. Kepala
Bentuk :
Rambut : banyak/sedikit, Distribusi : Rata/tidak
Benjolan : ada/tidak, Batas : jelas tegas/tidak, letak
benjolan :
Luka : ada/tidak, Perdarahan : Ya/Tidak
Sutura : Melebar/tidak
b. Muka
Bentuk :
Simetris: Ya/Tidak

c. Mata
Simetris : Ya/Tidak
Konjungtiva : biasa/kemerahan/pucat, bersih/kotor
Kelenjar air mata : ada/tidak
Sklera : ikterik/tidak
d. Telinga
Simetris : ya/tidak
Kelainan : ada/tidak
e. Mulut
Bibir : ada celah/tidak
Warna bibir : merah/kebiruan
Langit – langit : ada kelainan/tidak
Lidah : normal/tidak
Bila minum : tersedak/tidak
f. Hidung
Bentuk : mancung/tidak
Gerakan cuping hidung : ya/tidak

177
Kelainan : ya/tidak
g. Leher
Kelainan : ada/tidak
h. Dada
Ekspasi dada kanan – kiri saat bernafas : sama/tidak
Retraksi otot dada : ada/tidak
Ronchi : ada/tidak
Klavikula : menonjol/tidak
Ikterus : ada/tidak
i. Abdomen
Kembung/tidak
Ada kelainan/tidak
j. Tali Pusat
Perdarahan : ada/tidak
Bersih : Ya/Tidak
k. Punggung
Integritas kulit : Utuh/tidak
Kelainan : ada/tidak, bila ada : .......

l. Ekstremitas Atas
Keutuhan jumlah jari : ya/tidak
Gerakan : simetris/tidak
Keluhan nyeri : ada/tidak
Tanda kelumpuhan : ada/tidak
m. Ekstremitas bawah
Keutuhan jumlah jari : ya/tidak
Gerakan : simetris/tidak
Keluhan nyeri : ada/tidak
Tanda kelumpuah : ada/tidak
n. Genetalia
Jenis kelamin : laki – laki/perempuan

178
Laki – laki : testis turun/belum
Perempuan : kelainan ada/tidak
o. Anus
Mekonium : ada/tidak
Lobang anus : ada/tidak
Jenis Kelainan ........
p. Kulit
Keriput : ada/tidak
Tipis (transparan) : ya/tidak
Lanugo : ada/tidak
Ikterus : ada/tidak, derajat : ........
Vernic Caseosa : ada/tidak
Warna kulit : .........
q. Refleks
Morro : ada/tidak, kuat/lemah ........
Rooting : ada/tidak, kuat/lemah ........
Suching : ada/tidak, kuat/lemah ........
Walking : ada/tidak, kuat/lemah ........
Grasping : ada/tidak, kuat/lemah ........
Tonic neck: ada/tidak, kuat/lemah ........

II. INTERPRETASI DATA


Diagnosa
By. Ny. X umur........... normal/dengan .... (BBLR, Diare, Febris
DLL)

Dasar

179
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
-

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN AKAN TINDAKAN SEGERA


-

V. PERENCANAAN
- Berisi asuhan, pendidikan kesehatan, terapi, kolaborasi, rujukan,
dan tindak lanjut.
- Menggunakan kata perintah, misalnya : berikan, anjurkan.

VI. PELAKSANAAN
- Berisi keterangan dari perencanaan
- Menggunakan kata kerja aktif, misalnya memberikan,
menganjurkan

VII. EVALUASI
- Berisi umpan balik dari pelaksanaan yang dilakukan
- Menggunakan kata – kata :
Ibu menjelaskan kembali.........

C. Ringkasan materi
Dokumentasi asuhan kebidanan merupakan bagian integral dari asuhan
kebidanan yang dilaksanakan sesuai standar. Dengan demikian
pamahaman dan ketrampilan dalam menerapkan standar dengan baik
merupakan suatu hal yang mutlak bagi setiap tenaga kebidanan agar
mampu mambuat dokumentasi kebidanan secara baik dan benar.
D. Latihan soal
Jelaskan tentang dokumentasi kebidanan?
E. Rambu-rambu jawaban

180
Dokumentasi asuhan dalam pelayanan kebidanan adalah bagian dari
kegiatan yang harus dikerjakan oleh bidan setelah member asuhan kepada
pasien. Dokumentasi merupakan suatu informasi lengkap meliputi
status kesehatan pasien, kebutuhan pasien, kegiatan asuhan kebidanan
serta respons pasien terhadap asuhan yang diterimanya. Dengan
demikian dokumentasi kebidanan mempunyai porsi yang besar dari
catatan klinis pasien yang menginformasikan faktor tertentu atau situasi
yang terjadi selama asuhan dilaksanakan.
F. Daftar pustaka
1. Varney, Kriebs, Gegor. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan volume 2.
EGC : Jakarta
2. Mufdlilah, dkk. 2005. Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta :
Fitramanya

181

Anda mungkin juga menyukai