Anda di halaman 1dari 70

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA By. Ny. R DENGAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR) HIPOGLIKEMIA DI
RUANG PERINATALOGI RSU KMC LURAGUNG
2021

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok


Stase Keperawatan Anak Program Profesi Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan

Disusun Oleh :
Kelompok 3

ASEP SUGANDI NONO TARSONO


DANIYATI RESHA MAHESWARA
ENOK CUCU SUCIANI SARTIKA HARDIANTI P
IFDAL TRY IRYANSYAH SITI RIMA ROJIYAH
IMA ERPIANA WULANDARI
LIVVANY MUTIARA K WINDY SAGITA
MIRAYANTI

PROGRAM STUDI PROFESI NERS REGULER


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
KUNINGAN
2020-2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan kasih-Nya Penyusun dapat menyelesaikan Laporan Asuhan
Keperawatan tepat pada waktunya. Laporan ini disusun berdasarkan hasil pengamatan
dan pengkajian langsung mengenai kasus BBLR.
Tujuan dari Praktik ini adalah diharapkan agar mahasiswa dapat mengaplikasikan
konsep dan teori yang telah didapatkannya di akademik untuk mencapai kompetensi pada
aspek keterampilan dan psikomotor stase Keperawatan Anak.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini dapat disusun dan diselesaikan berkat
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, Penyusun ingin
menyampaikan ucapan terimakasih sebesar-besarnya kepada:
1. dr. Yoga Karsenda, M.H., Kes selaku Direktur RS KMC Luragung.
2. Santy W, S.Kep.Ners selaku Komite Keperawatan RS KMC Luragung.
3. Nuryati, Amd.Kep selaku Kepala Bidang Keperawatan RS KMC Luragung.
4. Dyan Fajar, Amd. Kep selaku Kepala Ruangan Dahlia RS KMC Luragung.
5. Fitri Widayanti Amd. Kep selaku Kepala Ruangan Perinatalogi RS KMC Luragung.
6. Seluruh Pembimbing Klinik di RS KMC Luragung.
7. Prof. DR. Hj. Dewi Lailatul Badriah, M.Kes., AIFO selaku Ketua Yayasan Pendidikan
Bhakti Husada Kuningan
8. H. Abdal Rohim., S. KP., MH selaku Ketua STIKes Kuningan
9. Ns. Nanang Saprudin, S. Kep., M. Kep selaku Dosen Pembimbing Stase
Keperawatan Anak STIKes Kuningan
10. Ns. Neneng Aria Nengsih, S. Kep., M. Kep selaku Dosen Pembimbing Stase
Keperawatan Anak STIKes Kuningan
11. Seluruh Pembimbing Akademik STIKes Kuningan
12. Rekan-rekan yang telah berjuang bersama selama melaksanakan Praktek Stase
Manajemen di RS KMC Luragung.

2
Semoga kegiatan Praktek ini dapat menjadi pengalaman yang paling berharga bagi
mahasiswa dan dapat dijadikan bahan evaluasi apabila terdapat kekurangan dalam
pelaksanaannya.

Kuningan, 30 Maret 2021

Penyusun

3
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iv

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................... 6

A. Latar Belakang................................................................................................... 6

B. Tujuan Penulisan............................................................................................... 8

C. Rumusan Masalah............................................................................................ 8

D. Sistematika Penulisan....................................................................................... 8

BAB II TINJAUAN TEORITIS............................................................................................. 10

A. Definisi ............................................................................................................. 10

B. Etiologi .............................................................................................................. 10

C. Manifestasi Klinis .............................................................................................. 12

D. Penatalaksanaan .............................................................................................. 12

E. Komplikasi ........................................................................................................ 19

F. Wawancara ....................................................................................................... 20

G. Pemeriksaan Fisik ............................................................................................ 20

H. Pemeriksaan Diagnostik ................................................................................... 23

BAB III KASUS DAN PEMBAHASAN................................................................................ 24

A. Laporan Asuhan Keperawatan ......................................................................... 24

B. Analisis Pemecahan Masalah Keperawatan Berbasis Bukti ............................ 45

C. Analisis Masalah Prinsip Legal Etis Dalam Pelayanan Keperawatan............... 45

D. Analisis Penerapan Fungsi Advokasi Dalam Pelayanan Keperawatan............ 46

4
BAB IV PENUTUP............................................................................................................. 49

A. Simpulan ............................................................................................................ 49

B. Saran.................................................................................................................. 49

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 50

LAMPIRAN

5
6
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


BBLR adalah bayi Baru Lahir Dengan Berat badan Lahir kurang dari 2500
gram. Dahulu bayi baru lahir yang berat badan lahir kurang atau sama dengan 2500
gram disebut prematur (Djitowiyono, 2010).
AKB adalah salah satu indikator penting dalam menentukan tingkat
kesehatan masyarakat. Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah akan dapat
menimbulkan permasalahan bahkan dapat menyebabkan kematian, oleh karena itu
bayi yang memiliki berat badan lahir rendah perlu diberikan perhatian khusus,
sehingga akan berpengaruh kepada derajat kesehatan.
Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah premature beby  dengan low
birth weight baby (Bayi Dengan Berat Lahir Rendah). Hal ini dilakukan karena tidak
semua bayi dengan berat kurang dari 2500 gram pada waktu lahir bayi prematur.
Untuk menentukan apakah bayi baru lahir itu prematur kita dapat melihat dari sesuai
masa kehamilan (SMK), dan (BMK) besar masa kehamilan (Sarwono, 2006).
Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilahpremature beby dengan low
birth weight baby (Bayi Dengan Berat Lahir Rendah). Hal ini dilakukan karena tidak
semua bayi dengan berat kurang dari 2500 gram pada waktu lahir bayi prematur.
Untuk menentukan apakah bayi baru lahir itu prematur kita dapat melihat dari sesuai
masa kehamilan (SMK), dan (BMK) besar masa kehamilan (Sarwono, 2006).
Menurut WHO pada tahun 1995 data BBLR dirincikan sebanyak 17% dari 25
juta persalinan per tahun dan hampir semua terjadi dinegara berkembang (Maulana,
2009). Diketahui bersama bahwa pada saat ini angka kematian bayi (AKB) di
Indonesia adalah tertinggi di Negara ASEAN. Berdasarkan survei demografi dan
kesehatan indenesia (SDKI), Angka Kematian Bayi (AKB) di Indenesia sekarang
adalah 35 bayi per 1000 kelahiran.Bila dirincikan 157.000 bayi meninggal dunia per
tahun atau 430 bayi meninggal dunia per hari. Dalam Millenium Development Goals
(MDG), Indonesia menargetkan pada tahun 2015 angka kematian bayi (AKB)
menurun menjadi 17 bayi per 1000 kelahiran.Beberapa penyebab kematian bayi baru

6
lahir (Neonatus) yang terbanyak disebabkan oleh kegawatdaruratan dan penyulit
pada masa Neonatus,salah satunya Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Hingga saat ini,
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih merupakan masalah di Dunia karena
merupakan penyebab kesakitan dan kematian pada masa bayi baru lahir (Maryunani,
2009).
Angka kejadian BBLR di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah
dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerahMulticenter
diperoleh angka BBLR dengan rentan 2,1%-17,2%, Secara nasional berdasarkan
analisa, Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks
menghisapnya masih lemah. Berdasarkan estimasi dari Survei Demografi dan
kesehatan Indonesia (SDKI). Pada tahun 1992-1997 yaitu secara nasional proporsi
bayi dengan berat badan lahir rendah yaitu 7,7% untuk perkotaan 6,6%. Dari data
tersebut terlihat bahwa selama kurun waktu tiga tahun memperlihatkan adanya
masalah BBLR di rumah sakit Al-fatah (Ardiansyah, 2010).
Angka kejadian BBLR di Indonesia berkisar 9-30% bervariasi antara satu
daerah dengan daerah lain. Hingga saat ini BBLR masih merupakan masalah di
seluruh dunia karena merupakan penyebab kesakitan dan kematian pada masa bayi
baru lahir, Sebanyak 25% bayi baru lahir dengan BBLR meninggal dan 50%
meninggal saat bayi (Evariny, 2005).
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) secara umum di propinsi Sulawesi Tengah
belum mempunyai angka untuk BBLR yang diperoleh berdasarkan survei. Pada tahun
2007 proporsi BBLR diketahui berdasarkan laporan dari program yang melaporkan
kasus BBLR dengan jumlah 537 kasus dan yang ditangani 439 (81,75%) (Ardiansyah,
2010).
Berdasarkan hasil pengumpulan dari indikator kesehatan propinsi yang
berasal dari fasilitas pelayanan kesehatan yang terdapat di Sumatra Utara pada
kasus BBLR pada tahun 2000 sebanyak 6,90% (Zaenab, 2009).

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi salah satu tugas kelompok Stase Keperawatan Anak
Program Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan.

7
2. Tujuan Khusus
a. Apa definisi dari BBLR ?
b. Bagaimana cara mengetahui etiologi BBLR ?
c. Bagaimana cara mengetahui manifestasi klinis BBLR ?
d. Bagaimana cara penatalaksanaan BBLR ?
e. Apa komplikasi dari BBLR ?
f. Bagaimana pengkajian pada BBLR ?
g. Bagaimana cara pemeriksaan fisik pada BBLR ?
h. Apa pemeriksaan diganostik pada BBLR ?
i. Bagaimana asuhan keperawatan pada BBLR?

C. Rumusan Masalah
1. Untuk mengetahui definsi dari BBLR.
2. Untuk mengetahui etiologi dari BBLR.
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari BBLR.
4. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada BBLR.
5. Untuk mengetahui komplikasi dari BBLR.
6. Untuk mengetahui wawancara pada BBLR.
7. Untuk mengetahui pemeriksaan fisik pada BBLR.
8. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik pada BBLR.
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada BBLR.

D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah yang digunakan dalam pembuatan makalah
ini adalah sebagai berikut :
1. BAB I Pendahuluan : Berisi tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan,
tujuan umum, tujuan khusus, rumusan masalah dan sistematika penulisan.
2. BAB II Tinjauan Teoritis : Berisi tentang tinjauan teori, definisi, etiologi,
manifestasi klinis, penatalaksanaan, komplikasi, wawancara, pemeriksaan fisisk
dan pemeriksaan diagnostik.
3. BAB III Kasus dan Pembahasan : Berisi tentang laporan asuhan keperawatan,
analisis pemecahan masalah keperawatan berbasis bukti, analisis masalah

8
prinsip legal etis dalam pelayanan keperawatan dan analisis penerapan fungsi
advokasi dalam pelayanan keperawatan.
4. BAB IV Penutup : Berisi tentang kesimpulan dan saran
5. Daftar Pustaka
6. Lampiran

9
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)


1. Definisi BBLR
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah berat bayi saat lahir kurang
dari 2500 gram yang merupakan hasil dari kelahiran prematur (sebelum 37
minggu usia kehamilan). Bayi dengan berat badan lahir rendah sangat erat
kaitannya dengan mortalitas dan morbiditas, sehingga akan menghambat
pertumbuhan dan perkembangan kognitif serta penyakit kronis di kemudian hari
(WHO, 2004).
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan bayi yang lahir dengan
berat badan kurang dari 2.500 gram saat lahir. Bayi BBLR sebagian besar
dikarenakan retardasi pertumbuhan intrauterin (IUGR) dengan usia kehamilan
kurang dari 37 minggu. Bayi BBLR memiliki risiko empat kali lipat lebih tinggi dari
kematian neonatal dari pada bayi yang berat badan lahir 2.500-3.499 gram
(Muthayya, 2009).
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang berat badannya
kurang dari 2500 gram, tanpa memperhatikan usia gestasi. Bayi BBLR dapat
terjadi pada bayi kurang bulan (kurang dari 37 minggu usia kehamilan) atau pada
usia cukup bulan (intrauterine growth retriction) (Wong, 2008).
Beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bayi berat badan lahir
rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir kurang dari 2500
gram dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu.
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah berat bayi saat lahir kurang
dari 2500 gram yang merupakan hasil dari kelahiran prematur (sebelum 37
minggu usia kehamilan). Bayi dengan berat badan lahir rendah sangat erat
kaitannya dengan mortalitas dan morbiditas, sehingga akan menghambat
pertumbuhan dan perkembangan kognitif serta penyakit kronis di kemudian hari
(WHO, 2004).

10
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan bayi yang lahir dengan
berat badan kurang dari 2.500 gram saat lahir. Bayi BBLR sebagian besar
dikarenakan retardasi pertumbuhan intrauterin (IUGR) dengan usia kehamilan
kurang dari 37 minggu. Bayi BBLR memiliki risiko empat kali lipat lebih tinggi dari
kematian neonatal dari pada bayi yang berat badan lahir 2.500-3.499 gram
(Muthayya, 2009).
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang berat badannya
kurang dari 2500 gram, tanpa memperhatikan usia gestasi. Bayi BBLR dapat
terjadi pada bayi kurang bulan (kurang dari 37 minggu usia kehamilan) atau pada
usia cukup bulan (intrauterine growth retriction) (Wong, 2008).
Beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bayi berat badan lahir
rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir kurang dari 2500
gram dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu.
Vulnus Hematoma adalah luka yang menyebabkan darah mengelompok
disuatu tempat yang sebelumnya tidak ada. Darah ini haruS dikeluarkan
dikarenakan bisa terjad infeksi, menghambat penyembuhan, dapat menjadi
jaringan ikat. Luka ini termasuk pada jenis luka occlosum.

2. Anatomi dan Fisiologi


a. Sistem pernafasan
Pada bayi dengan berat 900 g alveoli cenderung kecil dengan
adanya sedikit pembuluh darah yang mengelilingi stoma seluler. Semakin
matur dan bayi lebih besar berat badannya, maka akan semakin besar
alveoli, pada hakekatnya dindingnya dibentuk oleh kapiler. Otot pernafasan
bayi ini lemah dan pusat pernafasan kurang berkembang. Terdapat juga
kekurangan lipoprotein paruparu, yaitu suatu surfaktan yang dapat
mengurangi tegangan permukaan pada paru-paru.surfaktan diduga bertindak
dengan cara menstabilkan alveoli yang kecil,sehingga mencegah terjadinya
kolaps pada saat terjadi ekspirasi.
Pada bayi preterm yang terkecil relaks batuk tidak ada. Hal ini dapat
mengarah pada timbulnya inhalasi cairan yang dimuntahkan dengan
timbulnya konsekuensi yang serius. Saluran hidung sangat sempit dan cidera

11
terhadap mukosa nasal mudah terjadi. Hal ini penting untuk diingat ketika
memasukkan tabung nasogastrik atau tabung endotrakeal melalui hidung.
Kecepatan pernafasan bervariasi pada semua neonatus dan bayi preterm.
Pada bayi neonatus dalam keadaan istirahat, maka kecepatan pernafasan
dapat 60 sampai 80 per menit, berangsur-angsur menurun mencapai
kecepatan yang mendekati biasa yaitu 34 sampai 36 per menit.
b. Sistem sirkulasi
Jantung secara relatif kecil saat lahir, pada beberapa bayi pre-term
kerjanya lambat dan lemah. Terjadi ekstra sistole dan bising yang dapat
didengar pada atau segera setelah lahir. Sirkulasi perifer seringkali buruk dan
dinding pembuluh darah juga lemah. Hal ini merupakan sebab dari timbulnya
kecenderungan perdarahan intrakanial yang terlihat pada bayi pre-term.
Tekanan darah lebih rendah dbandingkan dengan bayi aterm, tingginya
menurun dengan menurunnnya berat badan. Tekanan sistolik pada bayi
aterm sekitar 80 mmhg dan pada bayi pre-term 45 sampai 60 mmhg.
Tekanan diastolik secara proporsional rendah, bervariasi dari 30 sampai 45
mmhg. Nadi bervariasi antara 100 dan 160/menit.
c. Sistem pencernaan
Semakin rendah umur gestasi, maka semakin lemah reflek
menghisap dan menelan, bayi yang paling kecil tidak mampu untuk minum
secara efektif. Regurgitasi merupakan hal yang sering terjadi. Hal ini
disebabkan oleh karena mekanisme penutupan spingter jantung yang kurang
berkembang dan spingter pilorus yang secara relatif kuat. Pencernaan
tergantung pada perkembangan dari alat pencernaan. Lambung dari seorang
bayi dengan berat 900 gram memperlihatkan adanya sedikit lipatan mukosa,
glandula sekretoris, demikian juga otot, kurang berkembang.
d. Sistem urinarius
Pada saat lahir fungsi ginjal perlu menyesuaikan diri dengan
perubahan lingkungan. Fungsi ginjal kurang efesien dengan adanya angka
filtrasi glumerolus yang menurun, dan bahan terlarut yang rendah. Hal ini
menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan untuk mengkonsentrasi urin
dan urin menjadi sedikit. Gangguan keseimbangan air dan elektrolit mudah

12
terjadi.
e. Sistem persarafan
Perkembangan saraf sebagian besar tergantung ada drajat maturitas.
Pusat pengendali fungsi vital, penrafasan, suhu tubuh, dan pusat reflek,
kurang berkenbang. Reflek moro dan reflek leher tonik di temukan pada bayi
prematuryang normal,tetapi reflek tandon berfariasi. Karena perkembangan
saraf buruk maka bayi kecil lebih lemah dibangunkan dan mempunyai
tangisan yang lemah. (Price dan Syaifudin, 2006).

3. Etiologi
Etiologi atau penyebab dari BBLR (Proverawati dan Ismawati, 2010):
a. Faktor ibu
1) Penyakit
a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan
antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual,
hipertensi, HIV/AIDS, penyakit jantung.
c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2) Ibu
a) Angka kejadian prematitas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20
tahun atau lebih dari 35 tahun.
b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
3) Keadaan sosial ekonomi
a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini
dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
b) Aktivitas fisik yang berlebihan.
b. Faktor janin
Faktor janin meliputi: kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi
sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
c. Faktor plasenta

13
Faktor plasenta disebabkan oleh: hidramnion, plasenta previa, solutio
plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah
dini.
d. Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain: tempat tinggal di dataran tinggi,
terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.

4. Patofisiologi dan Pathway


Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan
yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas.
Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB)
lahirnya lebih kecil dari masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram.
Masalah ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam
kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta,
infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai
makanan ke bayi jadi berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin
tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat
badan lahir normal. Kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak
menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat
hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat dari pada ibu dengan
kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada
masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian
yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.
Ibu hamil umumnya mengalami deplesi atau penyusutan besi sehingga
hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme
besi yang normal. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau
hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi
dapat mengakibatkan kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat
bawaan, dan BBLR. Hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan
kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi, sehingga kemungkinan
melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih besar (Nelson, 2010).

14
15
Pathway
Faktor janin Faktor ibu Faktor lingkungan
Faktor Penyakit ,usia ibu
Kelainan kromosom Tempat tinggal di
Infeksi janin kronik (inklusi  Hidramnion
plasenta
Keadaan gizi ibu dataran tinggi.
sitomegali, rubella bawaan)  Plasenta previa S Terkena radiasi, serta
 Solutio plasenta Kondisi ibu saat hamil
Gawat janin terpapar zat beracun.
 Keadaan sosial dan ekonomi

Kehamilan
kembar

BBLR

Komplikasi BBLR Manifestasi klinis BBLR


Sindrom aspirasi mekonium Berat badan kurang dari 2500 gram
Asfiksia neomatum Masa gestasi kurang dari 37 minggu
Penyakit membrane hialin Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, dan lemak subkutan amat
Hiperbiliruninemia sedikit
Pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernafasan belum
teratur dan sering mendapatkan serangan apnea.

Organpencernaan imatur Pertumbuhan Dinding Sedikitnya lemak dibawah Sistem imun yang
dada belum sempurna jaringan kulit belum matang

Peristaltik belum Kehilangan panas melalui


sempurna kulit
Vaskuler paru Penurunan daya
imatur tahan tubuh
Kurangnya kemampuan untuk Peningkatankebutuhan kalori
mencerna makanan
Peningkatan kerja Resiko infeksi
nafas
Reflek menghisap dan Sistem termoregulasi
menelan belum berkembang yang imtur
dengan baik
Pola nafas tidak
Termoregulasi tidak efektif
Defisit Nutrisi efektif

Sumber : Mitayani, (2009), Wong, (2008), Nelson, (2010), Proverawati dan Ismawati, (2010)

16
5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang dapat ditemukan dengan bayi berat lahir
rendah (Mitayani, 2009):
a. Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm,
lingkar dada kurang dari 30 cm, dan lingkar kepala kurang dari 33cm.
b. Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
c. Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, dan lemak subkutan amat sedikit.
d. Osofikasi tengkorak sedikit serta ubun-ubun dan sutura lebar.
e. Genitalia imatur, labia minora belum tertutup dengan labia miyora.
f. Pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan
sering mendapatkan serangan apnea.
g. Lebih banyak tidur dari pada bangun, reflek menghisap dan menelan belum
sempurna.

6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada bayi BBLR yaitu
dengan menerapkan beberapa metode Developemntal care yaitu :
a. Pemberian posisi
Pemberian posisi pada bayi BBLR sangat mempengaruhi pada
kesehatan dan perkembangan bayi. Bayi yang tidak perlu mengeluarkan
energi untuk mengatasi usaha bernafas, makan atau mengatur suhu tubuh
dapat menggunakan energi ini untuk pertumbuhan dan perkembangan.
Posisi telungkup merupakan posisi terbaik bagi kebanyakan bayi
preterm dan BBLR yang dapat menghasilkan oksigenasi yang lebih baik,
lebih menoleransi makanan, dan pola tidur istirahatnya lebih teratur. Bayi
memperlihatkan aktifitas fisik dan penggunaan energi lebih sedikit bila
diposisikan telungkup. Akan tetapi ada yang lebih menyukai postur berbaring
miring fleksi. Posisi telentang lama bagi bayi preterm dan BBLR tidak disukai,
karena tampaknya mereka kehilangan keseimbangan saat telentang dan
menggunakan energi vital sebagai usaha untuk mencapai keseimbangan
dengan mengubah postur.

17
Posisi telentang jangka lama bayi preterm dan BBLR dapat
mengakibatkan abduksi pelvis lebar (posisi kaki katak), retraksi dan abduksi
bahu, peningkatan ekstensi leher dan peningkatan ekstensi batang tubuh
dengan leher dan punggung melengkung. Sehingga pada bayi yang sehat
posisi tidurnya tidak boleh posisi telungkup (Wong, 2008).
b. Minimal handling
1) Dukungan Respirasi
Banyak bayi BBLR memerlukan oksigen suplemen dan bantuan
ventilasi, hal ini bertujuan agar bayi BBLR dapat mencapai dan
mempertahankan respirasi. Bayi dengan penanganan suportif ini
diposisikan untuk memaksimalkan oksigenasi. Terapi oksigen diberikan
berdasarkan kebutuhan dan penyakit bayi.
2) Termoregulasi
Kebutuhan yang paling krusial pada bayi BBLR adalah
pemberian kehangatan eksternal setelah tercapainya respirasi. Bayi
BBLR memiliki masa otot yang lebih kecil dan deposit lemak cokelat lebih
sedikit untuk menghasilkan panas, kekurangan isolasi jaringan lemak
subkutan, dan control reflek yang buruk pada kapiler kulitnya. Pada saat
bayi BBLR lahir mereka harus segera ditempatkan dilingkungan yang
dipanaskan hal ini untuk mencegah atau menunda terjadinya efek stres
dingin.
3) Perlindungan terhadap infeksi
Perlindungan terhadap infeksi merupakan salah satu
penatalaksanaan asuhan keperawatan pada bayi BBLR untuk mencegah
terkena penyakit. Lingkungan perilindungan dalam inkubator yang secara
teratur dibersihkan dan diganti merupakan isolasi yang efektif terhadap
agens infeksi yang ditularkan melalui udara. Sumber infeksi meningkat
secara langsung berhubungan dengan jumlah personel dan peralatan
yang berkontak langsung dengan bayi.
4) Hidrasi
Bayi resiko tinggi sering mendapat cairan parenteral untuk
asupan tambahan kalori, elektrolit, dan air. Hidrasi yang adekuat sangat

18
penting pada bayi preterm, karena kandungan air ekstraselulernya lebih
tinggi (70% pada bayi cukup bulan dan sampai 90% pada bayi preterm).
Hal ini dikarenakan permukaan tubuhnya lebih luas dan kapasitas
osmotik diuresis terbatas pada ginjal bayi preterm yang belum
berkembang sempurna, sehingga bayi tersebut sangat peka terhadap
kehilangan cairan.
5) Nutrisi
Nutrisi yang optimal sangat kritis dalam manajemen bayi BBLR,
tetapi terdapat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi mereka
karena berbagai mekanisme ingesti dan digesti makanan belum
sepenuhnya berkembang. Jumlah, jadwal, dan metode pemberian nutrisi
ditentukan oleh ukuran dan kondisi bayi. Nutrisi dapat diberikan melalui
parenteral ataupun enteral atau dengan kombinasi keduanya.
Kebutuhan bayi untuk tumbuh cepat dan pemeliharaan harian
harus dipenuhi dalam keadaan adanya banyak kekurangan anatomi dan
fisiologis. Meskipun beberapa aktivitas menghisap dan menelan sudah
ada sejak sebelu lahir, namun koordinasi mekanisme ini belum terjadi
sampai kurang lebih 32 sampai 34 minggu usia gestasi, dan belum
sepenuhnya sinkron dalam 36 sampai 37 minggu.
Pemberian makan bayi awal ( dengan syarat bayi stabil secara
medis) dapat menurunkan insidens faktor komplikasi seperti hipoglikemia,
dehidrasi, derajat hiperbilirubinemia bayi
BBLR dan preterm yang terganggu memerlukan
metode alternatif, air steril dapat diberikan terlebih dahulu. Jumlah yang
diberikan terutama ditentukan oleh pertambahan berat badan bayi BBLR
dan toleransi terhadap pemberian makan sebelum dan ditingkatkan
sedikit demi sedikit sampai asupan kalori yang memuaskan dapat
tercapai.
Bayi BBLR dan preterm menuntut waktu yang lebih lama dan
kesabaran dalam memberikan makan dibandingkan pada bayi cukup
bulan, dan mekanisme oral-faring dapat terganggu oleh usaha pemberian

19
makan yang terlalu cepat. Penting untuk tidak membuat bayi kelelahan
atau melebihi kapasitas mereka dalam menerima makanan.
c. Perawatan Metode Kanguru (Kangaroo Mother Care)
1) Definisi dan manfaat perawatan metode kanguru
Perawatan metode kanguru (PMK) merupakan salah satu
alternatif cara perawatan yang murah, mudah, dan aman untuk merawat
bayi BBLR. Dengan PMK, ibu dapat menghangatkan bayinya agar tidak
kedinginan yang membuat bayi BBLR mengalami bahaya dan dapat
mengancam hidupnya, hal ini dikarenakan pada bayi BBLR belum dapat
mengatur suhu tubuhnya karena sedikitnya lapisan lemak dibawah
kulitnya. PMK dapat memberikan kehangatan agar suhu tubuh pada bayi
BBLR tetap normal, hal ini dapat mencegah terjadinya hipotermi karena
tubuh ibu dapat memberikan kehangatan secara langsung kepada bayinya
melalui kontak antara kulit ibu dengan kulit bayi, ini juga dapat berfungsi
sebagai pengganti dari inkubator.
PMK dapat melindungi bayi dari infeksi, pemberian makanan yang
sesuai untuk bayi (ASI), berat badan cepat naik, memiliki pengaruh positif
terhadap peningkatan perkembangan kognitif bayi, dan mempererat ikatan
antara ibu dan bayi, serta ibu lebih percaya diri dalam merawat bayi
(Perinansia, 2008).
2) Teknik menerapkan PMK pada bayi BBLR Beberapa teknik yang dapat
dilakukan pada bayi BBLR (Perinansia, 2008).
a) Bayi diletakkan tegak lurus di dada ibu sehingga kulit bayi menempel
pada kulit ibu.
b) Sebelumnya cuci tangan dahulu sebelum memegang bayi.
c) Pegang bayi dengan satu tangan diletakkan dibelakang leher sampai
punggung bayi.
d) Sebaiknya tidak memakai kutang atau beha(perempuan) atau kaos
dalam (laki-laki) selama PMK.

20
Gambar 2.1 posisi bayi dalam gendongan PMK
e) Topang bagian bawah rahang bayi dengan ibu jari dan jari-jari
lainnya, agar kepala bayi tidak tertekuk dan tidak menutupi saluran
napas ketika bayi berada pada posisi tegak.
f) Tempatkan bayi dibawah bokong, kemudian lekatkan antara kulit
dada ibu dan bayi seluas-luasnya.
g) Pertahankan posisi bayi dengan kain gendongan, sebaiknya ibu
memakai baju yang longgar danber kancing depan.

Gambar 2.2 Perawatan metode angguru


h) Kepala bayi sedikit tengadah supaya bayi dapat bernapas dengan
baik.
i) Sebaiknya bayi tidak memakai baju, bayi memakai topi hangat,
memakai popok dan memakai kaus kaki.
j) Selama perpisahan antara ibu dan bayi, anggota keluarga (ayah
nenek, dll), dapat juga menolong melakukan kontak kulit langsung ibu
dengan bayi dalam posisi kanguru.

21
Gambar 2.3 Mengeluarkan bayi dari baju kangguru

Gmabar 2.4 Menyusui dalam PMK

Gmabar 2.5 Ayah dapat bergantian dengan ibu dalam PMK

PMK tidak diberikan sepanjang waktu tetapi hanya dilakukan jika


ibu mengunjungi bayinya yang masih berada dalam perawatan di inkubator
dengan durasi minimal satu jam secara terus-menerus dalam satu hari atau
disebut PMK intermiten. Sedangkan PMK yang diberikan sepanjang waktu
yang dapat dilakukan di unit rawat gabung atau ruangan yang dipergunakan
untuk perawatan metode kangguru disebut PMK secara kontinu.

22
d. Perawatan pada Inkubator
Inkubator adalah suatu alat untuk membantu terciptanya suatu
lingkungan yang optimal, sehingga dapat memberikan suhu yang normal dan
dapat mempertahankan suhu tubuh. Pada umumnya terdapat dua macam
inkubator yaitu inkubator tertutup dan inkubator terbuka (Hidayat, 2005).
1) Perawatan bayi dalam inkubator tertutup
a) Inkubator harus selalu tertutup dan hanya dibuka apabila dalam
keadaan tertentu seperti apnea, dan apabila membuka inkubator
usahakan suhu bayi tetap hangat dan oksigen harus selalu disediakan.
b) Tindakan perawatan dan pengobatan diberikan melalui hidung.
c) Bayi harus dalam keadaan telanjang (tidak memakai pakaian) untuk
memudahkan observasi.
d) Pengaturan panas disesuaikan dengan berat badan dan kondisi tubuh.
e) Pengaturan oksigen selalu diobservasi.
f) Inkubator harus ditempatkan pada ruangan yang hangat kira-kira
dengan suhu 27 derajat celcius.
2) Perawatan bayi dalam inkubator terbuka
a) Pemberian inkubator dilakukan dalam keadaan terbuka saat pemberi
perawatan pada bayi.
b) Menggunakan lampu pemanas untuk memberikan keseimbangan suhu
normal dan kehangatan.
c) Membungkus dengan selimut hangat.
d) Dinding keranjang ditutup dengan kain atau yang lain untuk mencegah
aliran udara.
e) Kepala bayi harus ditutup karena banyak panas yang hilang melalui
kepala.
f) Pengaturan suhu inkubator disesuaikan dengan berat badan dengan
sesuai dengan suhu ruangan.

7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik pada bayi BBLR (Mitayani, 2009) :
a. Jumlah darah lengkap

23
Penurunan pada Hb (normal: 12- 24gr/dL), Ht (normal: 33 -38% ) mungkin
dibutuhkan.
b. Dektrosik
Menyatakan hipoglikemi (normal: 40 mg/dL).
c. Analisis Gas Darah (AGD)
Menentukan derajat keparahan distres pernafasan bila ada.
d. Elektrolit serum
Mengkaji adanya hipokalsemia.
e. Bilirubin:
Mungkin meningkat pada polisitemia.
f. Urinalisis
Mengkaji homeostatis.
g. Jumlah trombosit (normal: 200000 - 475000 mikroliter)
Trombositopenia mungkin menyertai sepsis.
h. EKG, EEG, USG, angiografi
Defek kongenital atau komplikasi.

8. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada bayi dengan berat lahir rendah
(Mitayani, 2009) :
a. Sindrom aspirasi mekonium
Sindrom aspirasi mekonium adalah gangguan pernapasan pada bayi baru
lahir yang disebabkan oleh masuknya mekonium (tinja bayi) ke paru-paru
sebelum atau sekitar waktu kelahiran (menyebabkan kesulitan bernafas pada
bayi).
b. Hipoglikemi simptomatik
Hipoglikemi adalah kondisi ketidaknormalan kadar glokosa serum yang
rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa dibawah 40
mg/dL. Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena cadangan glukosa
rendah ,terutama pada laki-laki.
c. Penyakit membran hialin yang disebabkan karena membran surfaktan belum
sempurna atau cukup, sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan

24
aspirasi, tidak tertinggal udara dalam alveoli, sehingga dibutuhkan tenaga
negative yang tinggi untuk pernafasan berikutnya.
d. Asfiksia neonatorum
Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir.
e. Hiperbilirubinemia (gangguan pertumbuhan hati).
Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir) adalah meningginya kadar bilirubin
di dalam jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan alat
tubuh lainnya berwarna kuning.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawwatan Pada Klien dengan BBLR


1. Pengkajian
a. Wawancara
Pengkajian bertujuan untuk mengkaji adaptasi bayi baru lahir dari
kehidupan dalam uterus ke kehidupan luar uterus, yaitu dengan penilaian
APGAR, meliputi appearance (warna kulit), pulse (denyut
jantung), grimace (reflex atau respon terhadap rangsang), activity (tonus
otot), danrespiratory effort (usaha bernafas). Pengkajian sudah dimulai sejak
kepala tampak dengan diameter bessar divulva (crowning).
Setelah pengkajian segera setelah lahir, untuk memastikan bayi
dalam keadaan normal atau mengalami penyimpangan.
1) Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan bayi baru lahir yang penting dan harus dikaji,
adalah :
a) Faktor Genetik, meliputi kelainan atau gangguan metabolik pada
keluarga dan sindroma genetik.
b) Faktor maternal (Ibu), meliputi adanya penyakit jantung diabetes
mellitus, penyakit ginjal, penyakit hati, hipertensi, penyakit kelamin
dan riwayat abortus.
c) Faktor antenatal, meliputi pernah ANC atau tidak, adanya riwayat pre
eklampsia, perdarahan, inspeksi, perkembangan janin terlalu besar
atau tergangg, diabetes gestasional, poli atau oligohidramion.

25
d) Faktor perinatal, meliputi premature atau postmatur, partus lama,
gawat janin, suhu ibu meningkat, penggunaan obat selama
persalinan, posisi janin tidak normal, air ketuban bercampur
meconium, ketuban pecah dini, perdarahan dalam persalinan dan
jenis persalinan.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Dalam waktu 24 jam, bila bayi tidak mengalami masalah apapun,
lakukanlah pemeriksaan fisik yang lebih lengkap. Pemeriksaan umum
meliputi :
a) Pernafasan, pernafas BBL normal 30 – 60 kali per menit, tanpa
retraksi dada dan tanpa suara merintih pada fase ekspirasi yaitu fase
penarikan nafas pada bayi tersebut lihat pada bayi kecil, mungkin
terdapat retraksi dada ringan dan jika bayi berhenti nafas secara
periodik selama beberapa detik masih dalam batas normal.
b) Warna Kulit, Bayi baru lahir aterm kelihatan lebih pucat dibanding
bayi preterm karena kulit lebih tebal.
c) Denyut Jantung, Denyut jantung BBL normal antara 100 – 160 kali
per menit, tetapi dianggap masih normal jika diatas 160 kali per menit
dalam jangka pendek, beberapa kali dalam satu hari pertama
kehidupan, terutama bila bayi mengalami distress. Jika ragu, ulangi
penghitungan denyut jantung.
d) Suhu aksiler normalnya 36,5 – 37,5ºC.
e) Postur dan gerakan, postur normal BBL dalam keadaan istirahat
adalah kepalan tangan longgar dengan lengan, panggul dan lutut
semi fleksi. Pada bayi kecil ekstremitas dalam keadaan sedikit
ekstensi. Pada bayi dengan letak sungsang selama masa kehamilan,
akan mengalami fleksi penuh pada sendi panggul dan lutut atau
sendi lutut ekstensi penuh, sehingga kaki bisa dalam berbagai posisi
normal sesuai bayi intra uterin. Jika kaki dapat diposisikan dalam
posisi normal tanpa kesulitan, maka tidak dibutuhkan terapi. Gerakan
ekstremitas bayi harus secara spontan dan simetris disertai gerakan
sendi penuh. Bayi normal sedikit gemetar.

26
f) Tonus/ tingkat kesadaran,rentang normal tingkat kesadaran BBL
adalah mulai dari diam hingga sadar penuh dan dapat ditenangkan
jika rewel. Bayi dapat dibangunkan jika diam atau sedang tidur.
g) Ekstremitas, periksa posisi, gerakan, reaksi, bayi bila ekstremitas
disentuh dan pembengkakan.
h) Kulit, warna kulit dan adanya verniks kaseosa, pembengkakkan atau
bercak hitam, tanda lahir/ tanda monggol. Selama bayi dianggap
normal, beberapa kelainan kulit juga dapat dianggap normal.
Kelainan itu termasuk milia, biasanya terlihat pada hari pertama atau
selanjutnya dan eritema toksikum pada muka, tubuh dan punggung
pada hari kedua atau selanjutnya. Kulit tubuh, punggung dan
abdomen yang terkelupas pada hari pertama juga masih dianggap
normal.
2) Pemeriksaan Fisik (Head To Toe)
a) Kepala : ubun – ubun, sutura, molase, caput succedaneum, cephal
hematoma, hidrosefalus, ubun-ubun besar, ubun – ubun kecil.
b) Muka : Tanda – tanda paralisis.
c) Mata : keluar nanah, bengkak pada kelopak mata, perdarahan
subkonjungtiva dan kesimetrisan.
d) Telinga : kesimetrisan letak dihubungkan dengan mata dan kepala/
e) Hidung : kebersihan dan palatoskisis.
f) Mulut : labiopalatoskisis, trush, sianosis, mukosa kering/basah.
g) Leher : pembengkakkan dan benjolan.
h) Klavikula dan lengan tangan : gerakan, jumlah jari.
i) Dada : bentuk dada, putting susu, bunyi jantung dan pernafasan.
j) Abdomen : penonjolan sekitar tali pusat saat menangis, perdarahan
tali pusat, jumlah pembuluh darah pada tali pusat, dinding perut dan
adanya benjolan, distensi, gastroskisis, omfalokel, bentuk
k) Genetalia : kelamin laki-laki; testis dalam berada dalam, penis
berlubang dan ada diujung penis. Vagina ; uretra berlubang, labia
mayora dan labia minora.
l) Tungkai dan kaki : gerakan, bentuk dan jumlah kaki.

27
m) Anus : ada/tidak, fungsi spingter ani.
n) Punggung : spina bifida, mielomeningokel.
o) Refleks : moro, rooting, walking, graphs, sucking, tonicneck.
p) Antopometri : BB, LK, LD LP, LILA.
q) Eliminasi : BBL normal biasanya BAK lebih dari enam kali perhari.
Dicurigai diare apabila frekuensi meningkat, tinja hijau atau
mengandung lender atau darah. Pendarahan BBL dapat terjadi
selama beberapa hari pada minggu pertama kehidupan dan hal ini
dianggap normal.
c. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik pada bayi BBLR (Mitayani, 2009) :
1) Jumlah darah lengkap: penurunan pada Hb (normal: 12-24gr/dL), Ht
(normal: 33 -38%) mungkin dibutuhkan.
2) Dektrosik: menyatakan hipoglikemi (normal: 40 mg/dL).
3) Analisis Gas Darah (AGD): menentukan derajat keparahan distres
pernafasan bila ada.
a) Rentang nilai normal:
b) pH : 7,35-7,45
c) TCO2 : 23-27 mmol/L
d) PCO2 : 35-45 mmHg
e) PO2 : 80-100 mmHg
f) Saturasi O2 : 95 % atau lebih
g) Elektrolit serum: mengkaji adanya hipokalsemia.
4) Bilirubin: mungkin meningkat pada polisitemia.
a) Bilirubin normal:
b) bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl.
c) bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl.
5) Urinalisis: mengkaji homeostatis.
6) Jumlah trombosit (normal: 200000 - 475000 mikroliter): Trombositopenia
mungkin menyertai sepsis.
7) EKG, EEG, USG, angiografi : defek kongenital atau komplikasi.

28
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis Keperawatan yang sering muncul menurut (Wong, 2009) :
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan Imaturitas paru dan
neuromuscular, penurunan energy dan keletihan
b. Termogulasi tidak efektif berhubungan dengan kontrol suhu imatur dan
berkurangnya lemak tubuh subkutan.
c. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengingesti nutrient
karena imaturitas dan/ atau sakit
d. Resiko infeksi berhubungan dengan defek pertahanan imunologik

3. Perencanaan
Standar Diagnosis Standar Luaran
Standar Intervensi
Keperawatan Keperawatan
No Keperawatan Indonesia
Indonesia Indonesia Rasional
(SIKI)
(SDKI) (SLKI)
1. D.0005 Pola nafas (l.01004) Pemantauan Respirasi Untuk memantau
Pola napas tidak (I.01014) perubahan dan
efektif Setelah dilakukan Observasi perkembangan :
intervensi selama 3 o Monitor frekuensi, o Frekuensi ,
Definisi: x 24 jam, maka pola irama, kedalaman, irama,
nspirasi dan/atau napas membaik dan upaya napas kedalaman dan
ekspirasi yang tidak dengan kriteria hasil upaya napas
memberikan sebagai berikut : sedini mungkin
ventilasi adekuat. o Frekuensi nafas o Monitor pola napas o Pola napas
membaik (seperti bradipnea, sedini mungkin
Penyebab: o Kedalaman takipnea,
o Depresi pusat napas membaik hiperventilasi, Kussm
pernapasan o Ekskursi dada aul, Cheyne-Stokes,
o Hambatan membaik Biot,  ataksik
upaya napas o Pernapasan o Monitor kemampuan o Kemampuan
(mis. Nyeri saat cuping hidung batuk efektif batuk efektif
bernapas, menurun o Monitor adanya o Adanya
kelemahan otot o Kapasitas vital produksi sputum sumbatan jalan
pernapasan) meningkat napas
o Deformitas o Ventilasi o Monitor adanya o Adanya
dinding dada semenit sumbatan jalan produksi
o Deformitas meningkat napas sputum sedini
tulang dada mungkin
o Gangguan neuro o Palpasi kesimetrisan o Untuk
muskular ekspansi paru mengetahuan
o Gangguan adanya
neurologis (mis. kelainan/tidak

29
Elektroensefalog o Auskultasi bunyi o Untuk
ram (EEG) napas mengetahui
positif, cedera bunyi
kepala, tambahan
gangguan o Monitor saturasi o Untuk
kejang) oksigen memantau
o Imaturitas o Monitor nilai AGD perubahan dan
neurologis o Monitor hasil x- perkembangan
o Penurunan ray  toraks saturasiO2,
energi nilai AGD dan
o Obesitas X-Ray toraks
o Posisi tubuh sedini mungkin
yang
menghambat Terapeutik Terapeutik
ekspansi paru o Atur interval waktu o Respirasi klien
o Sindrom pemantauan respirasi terkontrol
hipoventilasi sesuai kondisi pasien dengan baik
o Kerusakan o Dokumentasikan o Untuk
inervasi hasil pemantauan mengetahui
diafragma hasil evaluasi
(kerusakan saraf
C5 ke atas) Edukasi Edukasi
o Cedera pada o Jelaskan tujuan dan o Agar keluarga
medulla spinalis prosedur mengerti
o Efek agen pemantauan proses
farmakologis pemantauan
o Kecemasan o Informasikan hasil o Agar keluarga
pemantauan,  jika mengetahui
perlu perkembangan
klien
2. Termoregulasi Termoregulasi Manajemen Hipotermia
tidak efektif neonatus (I.14507)
(D.0149) (L.14135) Observasi Observasi
Setelah dilakukan o Monitor suhu tubuh o Untuk
Penyebab : intervensi selama 3 o Identifikasi penyebab memantau
o Stimulasi pusat x 24 jam, maka hipotermia (mis. perubahan dan
termoregulasi Suhu tubuh Terpapar suhu perkembangan
hipotalamus membaik dengan lingkungan rendah, sedini mungkin
o Flutuasi suhu kriteria hasil : pakaian tipis, o Untuk
lingkungan. o Menggigil kerusakan mengetahui
o Proses menurun hipotalamus, penyebab
penyakit (mis. o Kulit merah Penurunan laju hipotermi pada
Infeksi) meningkat metabolisme, klien
o Proses o Takikardi kekurangan lemak o Untuk
penuaan menurun subkutan) memantau
Dehidrasi o Suhu tubuh o Monitor tanda dan perubahan dan
o Ketidaksesuaia meningkat gejala akibat perkembangan
hipotermia (hipotermia tanda dan

30
n pakaian untuk o Suhu kulit ringan ; takipnea, gejala akinat
suhu lingkungan membaik disartria, menggigil, hipotermia
o Peningkatan hipertensi, diuresis ; sedini mungkin
kebutuhan hipotermia sedang :
oksigen aritmia, hipotensi,
o Perubahan laju apatis, koagulopati,
metabolisme refleks menurun;
o Suhu hipotermia berat : Terapeutik
lingkungan oliguria, refleks o Agar tidak
ekstrem menghilang, edema terjadinya
o Ketidakadekuata paru, asam basa hipotermia
n suplai lemak abnormal) o Mencegah
subkutan terjadinya
o Berat badan Terapeutik hipotermia
ekstrem o Sediakan lingkungan o Agar klien
o Efek agen yang hangat (mis. merasa hangat
farmakologis Atur suhu ruangan, o Agar tidak
(mis. Sedasi) inkubator) terjadi
o Ganti pakaian dan hipotermia
atau linen yang o Agar tidak
basah. terjadi
o Lakukan hipotermia
penghangatan pasif
( mis. Selimut,
menutup kepala,
pakaian tebal)
o Lakukan
penghangatan aktif
eksternal ( mis.
Kompres hangat,
botol hangat, selimut Edukasi
hangat, perawatan o Untuk
metode kangguru) menghangatka
o Lakukan n tubuh
penghangatan aktif
internal ( mis. Infus
cairan hangat,
oksigen hangat,
lavase peritoneal
dengan cairan hangat)

Edukasi
o Anjurkan makan
minum hangat
3. D.00019 Status nutrisi Manajemen Nutrisi (I.
Defisit Nutrisi (L. 03030) 03119)
Setelah dilakukan Observasi Observasi
Definisi: intervensi selama 3 o Identifikasi status o Mengetahui

31
Asupan nutrisi tidak x 24 jam, maka nutrisi status nutrisi
cukup untuk Suhu tubuh o Identifikasi alergi dan yang
memenuhi membaik dengan intoleransi makanan dibutuhkan
kebutuhan kriteria hasil : o Identifikasi makanan o Untuk
metabolisme. o BB meningkat yang disukai mengetahui
o Panjang badan o Identifikasi kebutuhan adanya alergi
Penyebab: meningkat kalori dan jenis pada klien
o Ketidakmampua o Pola makan nutrient o Untuk
n menelan membaik o Identifikasi perlunya meningkatkan
makanan o Proses tumbuh penggunaan selang nafsu makan
o Ketidakmampua kembang nasogastrik o Mengetahui
n mencerna membaik o Monitor asupan asupan nutrisi
makanan makanan yang masuk
o Ketidakmampua o Monitor berat badan kedalam tubuh
n mengabsorbsi o Monitor hasil o Membantu klien
nutrien pemeriksaan memenuhi
o Peningkatan laboratorium kebutuhan
kebutuhan nutrisi
metabolisme Terapeutik o Mengetahui
o Faktor ekonomi o Lakukan oral hygiene asupan nutrisi
(mis. finansial sebelum makan, jika yang masuk
tidak mencukupi) perlu o Mengetahui
o Faktor psikologis o Fasilitasi menentukan berubahan atau
(mis. stres, pedoman diet (mis. penurunan BB
keengganan Piramida makanan) pada klien
untuk makan) o Sajikan makanan o Mengetahui
secara menarik dan perkembangan
suhu yang sesuai penyakit
o Berikan makan tinggi
serat untuk mencegah Terapeutik
konstipasi o Agar
o Berikan makanan meningkatkan
tinggi kalori dan tingginafsu makan
protein o Agar kebutuhan
o Berikan suplemen nutrisi klien
makanan, jika perlu terpenuhi
o Hentikan pemberian o Menambah
makan melalui selang nafsu makan
nasigastrik klien
jika
asupan oral dapat o Mencegah
ditoleransi konstifasi
o Kebutuhan
Edukasi nutrisi klien
o Anjurkan posisi tercukupi
duduk, jika mampu dengan baik
o Ajarkan diet yang 1. U
diprogramkan ntuk menambah

32
nafsu makan
o Agar klien
Kolaborasi dapat makan
o Kolaborasi pemberian secara normal
medikasi sebelum
makan (mis. Pereda Edukasi
nyeri, antiemetik), jika o Agar tidak
perlu tersedak
o Kolaborasi dengan o Untuk
ahli gizi untuk pemenuhan
menentukan jumlah kebutuhan
kalori dan jenis nutrisi klien
nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu. Kolaborasi
o Untuk
meningkatkan
nafsu makan
klien
o Mengetahui
asupan nutrisi
yang masuk
kedalam tubuh
4. Resiko infeksi Tingkat infeksi Pencegahan infeksi Observasi
berhubungan L.14137 (I.14539) o untuk
dengan defek Observasi mengetahui
pertahanan Setelah dilakukan o Monitor tanda dan tanda dan
imunologik. asuhan keperawatan gejala infeksi lokal gejala infeksi
D.0142 ... x ... jam dan sistemik pada klien
diharapkan tingkat Terapeutik
Definisi : infeksi menurun o Batasi jumlah Terapeutik
Beresiko mengalami Dengan Kriteri : pengunjung o untuk
peningkatan o Demam menurun o Berikan perawatan mencegah
terserang organisme o Kemerahan kulit pada area edema penularan
patognik menurun o Cuci tangan sebelum infeksi
o Nyri menurun dan sesudah kontak nosocomial
Faktor resiko : o Bengkak dengan pasien dan o untuk
o Penyakit kronis menurun lingkungan pasien mencegah
(mis. Diabetes o Cairan berbau o Pertahankan teknik terjadinya
melitus) busuk menuru aseptik pada pasien infeksi
o Efek prosedur o Kadar sel darah beresiko tinggi o Untuk
invasif putih menbaik mencegah
o Malnutrisi Edukasi terjadinya
o Peningkatan o Jelaskan tanda dan infeksi
paparan gejala infeksi nosocomial
organisme o Ajarkan cara mencuci o untuk
patogen tangan dengan benar mencegah
lingkungan. o Ajarkan etika batuk terjadinya

33
o Ketidakadekuata o Ajarkan cara infeksi
n pertahanan memeriksa kondisi nosocomial
tubuh primer. luka atau luka operasi Edukasi
o Ketidakadekuata o Anjurkan o Agar pasien
n pertahanan meningkatkan asupan mengetahui
tubuh sekunder. nutrisi tanda dan
o Anjurkan gejala infeksi
meningkatkan asupan o Untuk
cairan mencegah
terjadinya
Kolaborasi penularan
o Kolaborasi pemberian infeksi
imunisasi, jika perlu nosocomial
o Untuk
menghindari
penularan
droplet
o Untuk
mencegah
terjadinya
infeksi
o untuk
meningkatkan
berat badan
klien
o Untuk
menghindari
dehidrasi
Kolaborasi
o Untuk
meningkatkan
daya tahan
tubuh

34
4. Implementasi
Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan dengan memperhatikan dan mengutamakan masalah utama yang
aktual dan mengancam integritas klien beserta lingkungannya. Sebelum
melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan, perawat perlu
memvalidasi apakah rencana tindakan keperawatan masih dibutuhkan dan
sesuai dengan kondisi klien pada saat ini (here and now). Hubungan saling
percaya antara perawat dengan klien merupakan dasar utama dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan.

5. Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga
dan tenaga kesehatan lainnya (Setiadi, 2012). Evaluasi adalah penilaian dengan
cara membandingkan perubahan keadaan klien (Hasil yang diamati) dengan
tujuan dan kriteria hasil yang dibuat (Rohmah, 2014).

35
BAB III
KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Laporan Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas Pasien

Nama : By. Ny. R (II)


Tempat Tanggal Lahir : Kuningan, 29 Maret 2021
Pekerjaan Ayah/ Ibu : Wiraswasta/ IRT
Pendidikan Ayah/ Ibu : SMA/SMA
Alamat : Luragung
Suku/ Bangsa : Sunda/ Indonesia
Agama : Islam
Tgl Masuk RS : 29 Maret 2021
Tgl Pengkajian : 29 Maret 2021
b. Keluhan Utama
Bayi lahir dengan berat badan rendah 2440 gr.
c. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
1) Pra Natal
a) ANC
Ibu klien mengatakan selama kehamilan datang ke dokter sebanyak 5
kali untuk pemeriksaan USG di RS KMC Luragung, rutin mengikuti
kegiatan setiap bulan di bidan desa, ke puskesmas sebanyak 3 kali
untuk mengecek kadar HB dan tekanan darah. Selama pemeriksaan
kehamilan ibu klien selalu mendapatkan konseling tentang makanan
bergizi penambah HB dan makanan yang tidak terlalu banyak
mengandung garam. HPHT 24 – Juni – 2020. HPL 01 – April – 2021.
b) Kenaikan BB selama hamil
Selama kehamilan ibu klien mengalami kenaikan BB sebanyak 12kg dari
BB awal 80kg hingga 92kg.
c) Komplikasi kehamilan
Hipertensi selama kehamilan
d) Komplikasi obat
Tidak ada komplikasi obat

36
e) Obat-obat yang didapat
Vitamin penambah darah dan penurun darah tinggi
f) Riwayat hospitalisasi
Ibu klien belum pernah di rawat di RS sebelumnya
g) Golongan darah ibu
Golongan darah Ny, R: O
2) Natal
a) Awal persalinan
Pada 29 Maret 2021 pukul 16.00 WIB klien direncanakan untuk
dilakukan Sectio Cesarea
b) Lama persalinana ( kala I-IV )
Persalinan Sectio Cesarea
c) Komplikasi persalinan
Gemeli dengan indikasi satu bayi melintang
d) Terapi yang diberikan
Tidak dikaji
e) Cara melahirkan
Ibu melahirkan dengan cara Sectio Cesarea
f) Tempat melahirkan
Ibu dilakukan operasi Sectio Cesarea di Rumah Sakit Umum KMC
Luragung.
3) Post Natal
a) Usaha napas ;
( ) Dengan bantuan
( √ ) spontan
b) Kebutuhan resusitasi

Tampilan 0 1 2 Menit 1 Menit 5

A : Pucat Badan Seluruh 2 1


appeararce merah, tubuh
(warna kulit) kemerahan

P : Pulse Tidak ada <100 >100 2 2

37
(denyut
jantung)

G : Grimace Tidak ada Menyeringai Bersin/batuk 1 2


(reaksi
terhadap
rangsangan)

A : Activity Tidak ada Ekstermitas Gerakan 1 2


(kontraksi sedikit fleksi aktif
otot)

R : Tidak ada Lemah atau Menangis 2 3


Respiration tidak teratur kuat
(pernafasan)

TOTAL SCORE 8 9

c) Obat-obatan yang diberikan pada neonatus


Vit K 1 mg
d) Interaksi orang tua dan bayi
By. Ny. R selalu dikunjungi oleh orang tua, diajak berbicara, dipeluk dan
disentuh.
e) Trauma lahir
( ) Ya
(√ ) Tidak
f) Keluarnya urin / BAB
By. Ny. R sudah mengeluarkan urin dan BAB
g) Respon fisiologis atau perilaku bermakna
Tidak dikaji
d. Riwayat Keluarga
1) Genogram

38
Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Klien

: Garis keturunan

: Garis perkawinan

e. Riwayat Sosial
1) Sistem pendukung / keluarga yang dapat dihubungi
Ayah dan keluarga pasien.
2) Hubungan orang tua dengan bayi

Ibu Ayah
√ Menyentuh √
√ Memeluk √
√ Berbicara √
√ Berkunjung √
√ Kontak mata √
3) Anak yang lain
By. Ny. R adalah anak empat dan memiliki tiga saudara

Jenis kelamin anak Riwayat persalinan Riwayat imunisasi


Perempuan (6thn) Normal Lengkap
Laki-laki (3thn) Normal Lengkap
Laki-laki (0bln) SC Vitamin K
4) Lingkungan rumah
Tidak di kaji
f. Keadaan Kesehatan Saat Ini

1) Diagnosa Medik : BBLR SC dengan hipoglikemia


2) Tindakan Operasi : By tidak dilakukan tindakan operasi
3) Status Nutrisi : ASI/ PASI
4) Status Cairan 12 x :10-20 cc/ sonde sesuai advis dokter
5) Obat/ Terapi : o Cek GDS/ pagi
o GDS : 21 gr/dl, satu jam setelah pemberian

39
PASI 45gr/dl, 3 jam setelah pemberian
PASI 79gr/dl
6) Aktivitas : Klien tidak banyak bergerak
7) Tindakan keperawatan : Perawatan diri, pemenuhan kebutuhan nutrisi.
yang telah dilakukan
g. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan Umum : Sedang, refleks hisap lemah, klien cenderung


tidur, jarang menangis.
2) Kesadaran : Composmentis
3) Tanda-tanda vital : P: 143 xpm | R: 41 xpm | S: 35oC | SpO1: 98%
4) Antopometri

Saat Lahir Saat ini

Berat badan 2400 gram 2480 gram

Panjang Badan 46 cm 46 cm

Lingkar kepala 30 cm 30 cm

Lingkar dada 29 cm 29 cm

5) Reflek
(√) Menggenggam (√) Moro ( ) Isap
6) Tonus / Aktivitas
(√) Aktif (√) Tenang ( ) Letargi ( ) Kejang
( ) Menangis Keras (√ ) Lemah ( ) Melengking ( ) Sulit Menangis
7) Kepala / Leher
a) Fontanel Anterior
( √ ) Lunak ( ) Tegas ( ) Datar ( ) Menonjol ( ) Cekung
b) Sutura sagitalis
( √ ) Tepat ( ) Terpisah ( ) Menjauh
c) Gambaran Wajah
( ) Simetris ( √ ) Asimetris
d) Molding
( √ ) Bersesuaian ( ) Tumpang Tindih

40
e) ( ) Caput Succedanum
f) ( ) Chepalohematoma
8) Mata
( √ ) Bersih ( ) Sekresi
9) THT
a) Telinga ( √ ) Normal ( ) Tidak normal
b) Hidung ( √ ) Bilateral ( ) Obstruksi ( ) Cuping hidung
c) Palatum ( √ ) Normal ( ) Tidak normal
10) Abdomen
( ) Lunak ( ) Tegas ( √ ) Datar ( ) Kembung
Lingkar perut :
Liver : ( √ ) Kurang dari 2 cm ( ) Lebih dari 2 cm
11) Thoraks
( √ ) Simetris ( ) Asimetris
Retraksi : Normal
Klavikula : Normal
12) Paru – Paru
a) Suara nafas
( √ ) Bersih ( ) Ronkhi ( ) Wheezing ( ) Tidak terdengar ( ) Menurun
( ) Terdengar disemua lapang paru
b) Respirasi
( √ ) Spontan, jumlah : 45x/menit ( ) Sungkup / headbok ( ) Ventilator
c) Jantung
(√ ) Bunyi normal ( ) Mur – mur ( ) Lain – lain, sebutkan
( ) Nadi perifer
Brakhial ( ) Berat ( √ ) Lemah ( ) Tidak ada
Femoral ( ) Berat ( √ ) Lemah ( ) Tidak ada
d) Ekstremitas
( √ ) Semua ekstremitas bergerak normal
( ) ROM terbatas
( ) Tidak bisa dikaji
( √ ) Ekstremitas atas bawah simetris

41
e) Umbilikus
( √ ) Normal ( ) Abnormal ( ) Inflasi ( ) Drainase

f) Genital
( √ ) Laki – laki normal ( ) Perempuan normal ( ) Ambivalen ( ) Lain –
lain, sebutkan
g) Anus
( √ ) Paten ( ) Imperforata
h) Spina
( √ ) Normal ( ) Abnormal, sebutkan
i) Kulit
Warna
( √ ) Pink ( ) Pucat ( ) Joundice ( ) Rash ( ) Tanda lahir, sebutkan
j) Suhu
( ) Penghangat radian ( ) Pengaturan suhu ( √ ) Inkubator ( ) Suhu
ruang ( ) Boks terbuka
h. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan / Reflek Primitif
1) Kemandirian dan bergaul
Pasien belum mandiri dan belum bergaul dengan orang lain karena usianya
baru 1 hari
2) Motorik halus
Bayi sudah mampu menggenggam ketika di beri rangsangan pada jarinya,
bayi mampu menoleh ke kiri dan ke kanan terutama saat di beri rangsangan
sentuhan.
3) Kognitif dan bahasa
Bayi menangis ketika lapar, buang air kecil maupun buang air besar
4) Motorik kasar
Kesimpulan perkembangan :
( √ ) Menangis bila tidak nyaman
( ) Membuat suara tenggorok yang pelan
( ) Memandang wajah dengan sungguh – sungguh

42
( √ ) Mengeluarkan suara
( ) Berespon secara berbeda terhadap obyek yang berbeda
( √ ) Dapat tersenyum
( √ ) Menggerakkan lengan dan tungkai sama mudahnya ketika terlentang
( ) Memberi reaksi dengan melihat ke arah sumber cahaya
( ) Mengoceh dan memberi reaksi terhadap suara
( ) Membalas senyuman
i. Informasi Lain
Klien di antar oleh perawat dari ruang operasi ke ruang bayi pada
pukul 15.45 WIB yang lahir pada pukul 15.31 WIB dengan indikasi G3P2A0
gravida aterm usia 37 minggu dengan riwayat section caesarea, gemeli dengan
letak melintang. Air ketuban jernih, menangis kencang saat lahir, akral dingin,
gerak aktif, tonus otot kuat. Pada saat pengkajian tidak ada cacat, tampak
tenang, akral hangat jika di incubator, tampak kedinginan ketika sedang
berganti popok, klien sudah BAB dan BAK, tampak menangis ketika tidak
nyaman seperti BAB, BAK dan ketika klien kedinginan. GDS saat lahir hanya
21 gr/dl, ASI ibu belum keluar dan belum ada reflek menghisap.
Suhu : 35 , Nadi : 143 X / menit, RR : 41 X / menit , SpO2 : 98%

2. Diagnosa Keperawatan
a. Analisa Data
No Data Fokus Etiologi Masalah
1. DS : - Refleks menghisap lemah Defisit nutrisi

Volume lambung berkkurang
DO : ↓
o K/U klien sedang Waktu pengosongan lambung
o Kesadaran: CM meningkat

o Refleks hisap lemah Kebutuhan nutrisi bayi
o BB awal persalinan meningkat
2400 gr dan BB ↓
sekarang 2480 gr Defisit nutrisi

2. DS: - Faktor genetik Risiko


↓ ketidakstabilan
Penurunan sensitifitas insulin
DO : ↓ kadar glukosa
o K/U klien sedang Retensi insulin darah:
↓ hipoglikemia
o Kesadaran: CM Pemasukan glukosa kedalam

43
o Refleks hisap lemah darah menurun

o Klien cenderung Hipoglikemia
tidur ↓
o Klien tampak jarang Risiko Ketidakstabilan kadar
menangis gula darah
o GDS awal
persalinan 21 gr/dl.
GDS 1 jam setelah
pemberian PASI:
45gr/dl, GDS 3 jam
setelah pemberian
PASI: 79gr/ dl.
3. DS: - Ketidakmatangan sistem Hipotermi
pengaturan suhu tubuh bayi
DO : (jaringan kulit tipis, lemak
o Akral teraba dingin kurang)

o Suhu: 35ºC. Permukaan tubuh relatif lebih
o Tampak sianosis luas
pada ekstremitas ↓
bawah kanan Pusat pengaturan suhu tubuh
o Suhu tubuh hangat belum sempurna

dengan incubator Produksi panas berkurang
o Klien tampak ↓
menggigil Hipotermi

b. Diagnosa Keperawatan Prioritas


1) Hipotermia berhubungan dengan pengaturan suhu tubuh belum sempurna,
dibuktikan dengan :
DS : -
DO :
o Akral teraba dingin
o Suhu 35oC
o Tampak sianosis pada ekstremitas bawah kanan
o Suhu tubuh hangat dengan inkubator
o Klien tampak menggigil
2) Risiko ketidakstabilan kadar gula darah: hipoglikemia berhubungan dengan
resistensi insulin. dibuktikan dengan :
DS: -
DO:

44
o K/U klien sedang
o Kesadaran: CM
o Refleks hisap lemah
o Klien cenderung tidur
o Klien tampak jarang menangis
o GDS awal persalinan 21 gr/dl, GDS 1 jam setelah pemberian PASI: 45
gr/di. GDS setelah 3 jam pemberian PASI: 79gr/dl.
3) Defisit nutrisi berhubungan dengan saat dilakukan pengkajian BB sekarang
2480 gr. dibuktikan dengan :
DS: -
DO:
o K/U klien: Sedang
o Kesadaran: CM
o Refleks hisap lemah
o BB awal persalinan 2400 gr dan BB sekarang 2480 gr

3. Perencanaan Keperawatan
No Diagnosa SKLI SIKI
1 Hipotermia Setelah dilakukan Manajemen Hipotermia
tindakan keperawatan Observasi
selama 1 x 24 jam o Kaji K/U klien
diharapkan: o Monitor suhu tubuh
o Termoregulasi o Identifikasi penyebab hipotermia
tubuh neonatus o Monitor tanda gejala akibat
membaik dengan hipotermia
kriteria hasil suhu Terapeutik
tubuh membaik o Lakukan penghangatan aktif
eksternal
o Lakukan penghangatan pasif
2 Risiko Setelah dilakukan Manajemen Hipoglikemi
ketidakstabila tindakan keperawatan Observasi
n kadar selama 3 x 24 jam o Kaji K/U klien
glukosa diharapkan: o Kaji keadaaan umum
darah o Kestabilan kadar o Monitor tanda tanda vital
gula darah o Identifikasi tanda dan gejala
meningkat, dengan hipoglikemia
kriteria hasil: kadar o Identifikasi kemungkinan penyebab
glukosa dalam hipoglikemia

45
darah membaik Terapeutik
o Berikan karbohidrat sderhana
o Berikan glukagon
o Berikan PASI sesuai dengan
anjuran
Kolaborasi
o Kolaborasi pemeriksaan GDS.
3 Risiko defisit Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
nutrisi tindakan keperawatan Observasi
selama 3 x 24 jam o Kaji K/U klien
diharapkan: o Identifikasi status nutrisi
o Status nutrisi bayi o Identifikasi status nutrien
membaik dengan o Monitor BB
kriteria hasil: BB Terapeutik
meningkat, o Berikan PASI sesuai dengan
prematuritas anjuran
menurun

4. Pelaksanaan Keperawatan
No Diagnosa Waktu Implementasi Respon
1. Hipotermi Selasa
, 30
Manajemen Hipotermia
Maret
2021
Dinas Pagi
07.00 o Mengkaji K/U klien K/U: sedang, klien
berada diinkubator
terbuka, akral teraba
dingin, klien tampak
menggigil, terdapat
sianosis diesktremitas
o Mengidentifikasi Penyebab bayi
penyebab hipotermia mengalami hipotermia
adalah BBLR
o Memonitor tanda dan Bayi tampak menggigil
gejala akibat
hipotermia
08.00 o Mengikuti visite dr. o Pemberian adv. ASI/
Sinta, Sp. A PASI 12 x 10-20cc/
sonde
o Cek GDS/ pagi
o Mengukur suhu tubuh o S: 35,8oC
bayi o Bayi tampak jarang
menangis
10.00 o Mengukur suhu tubuh o S: 36,0oC

46
bayi o Bayi tampak tenang
12.00 o Mengukur suhu tubuh o S: 36,7oC
bayi o Bayi tampak tenang
07.00- o Melakukan Klien di observasi di
14.00 penghangatan bayi di ruang perinatology
inkubator dalam incubator.
Dinas Siang
14.00 o Mengkaji K/U klien K/U: sedang, kesadaran:
SM. Klien tampak di
inkubatir terbuka, klien
tampak jarang
menangis, terdapat
sianosis diekstremitas
o Mengukur suhu S: tubuh
36,9oC
bayi
16.00 o Memandikan bayi Bayi tampak segar
o Mengukur suhu tubuh S: 37oC
bayi
o Melakukan Klien di observasi di
penghangatan pasif ruang perinatology
dalam incubator. Pada
pukul 16.30 klien dirawat
gabung bersama ibu di
ruang nifas
16.30 Klien dirawat gabung
18.00 o Mengukur suhu tubuh S: 36,6oC
bayi
2 Risiko Selasa
ketidakstabilan , 30
Manajemen Hipoglikemia
kadar gula Maret
darag: 2021
hipoglikemia Dinas Pagi
06.00 o Berkolaborasi GDS: 49gr/dl
pemeriksaan GDS
07.00 o Mengkaji K/U klien K/U: sedang, klien
berada di inkubator
terbuka, klien tampak
jarang menangis, refleks
hisap mulai bagus,
ASI/PASI / sonde.
o Mengidentifikasi Kemungkinan klien
kemungkinan mengalami hipoglikemia
penyebab hipoglikemia adalah karena BB lahir
rendah: 24000gr
08.00 o Mengikuti visite dr. o Pemberian adv. ASI/
Sinta, Sp.A PASI 12 x 10-20cc/
sonde

47
o Cek GDS/ pagi
o Mengukur suhu tubuh o S: 35,8oC
bayi o Bayi tampak jarang
menangis
o Memberikan PASI/ o Reflek hisap lemah
sonde o PASI habis 10cc
dalam waktu 1 jam
o Terdapat gumoh
warna putih
o Klien tampak
mengantuk
09.00 o Mengganti diapers o BAB: Ada, kuning
bentuk kerikil kerikil,
bau tidak terlalu
menyengat
o BAK: Ada
10.00 o Mengukur suhu tubuh o S: 36,0oC
bayi o Bayi tampak jarang
menangis
o Memberikan PASI/ o Reflek hisap mulai
sonde bagus
o PASI habis 10cc
o Klien tampak
mengantuk
o Mengganti diapers o BAB: Ada, kuning
bentuk kerikil kerikil,
bau tidak terlalu
menyengat
o BAK: Tidak ada
12.00 o Mengukur suhu tubuh o S: 36,7oC
bayi o Bayi tampak jarang
menangis
o Memberikan PASI/ o Reflek hisap lemah
sonde o PASI habis 10cc
dalam waktu 1 jam
o Klien tampak
mengantuk
Dinas Siang
14.00 o Mengkaji K/U klien o K/U: baik, kesadaran:
CM, klien tampak
tenang diinkubator,
gerakan aktif, ASI/
PASI 10cc/sonde,
tidak terdapat
gumoh, GDS:
49gr/dl.

48
o Mengukur suhu tubuh o S: 36,9oC
bayi
o Memberikan PASI/ o PASI habis 10cc
sonde o Tidak terdapat
gumoh
15.30 o Memandikan bayi o Bayi tampak
menangis
o Bayi tampak segar
16.00 o Mengukur suhu bayi o S: 37,0oC
o Memberikan PASI/ o Keluarga
sonde mengatakan PASI
habis 10cc
o Tidak terdapat
gumoh
18.00 o Mengukur suhu bayi o S: 37,0oC
o Memberikan PASI/ o PASI habis 10cc
sonde o Tidak terdapat
gumoh
20.00 o Memberikan PASI/ o PASI habis 10cc
sonde o Tidak terdapat
gumoh
Rabu,
31
Manajemen Hipoglikemia
Maret
2021
Dinas Pagi
06.00 o Berkolaborasi GDS: 70gr/dl
pemeriksaan GDS
07.00 o Mengkaji K/U klien K/U: sedang, klien
berada di inkubator
terbuka, klien tampak
menangis, refleks hisap
ada: mulai bagus,
tampak tidak terdapat
sianosis pada
ekstremitas, tidak
terdapat gumoh,
ASI/PASI / sonde.
08.00 o Mengikuti visite dr. o Klien tampak
Sinta, Sp.A menangis kencang
o Mengukur suhu tubuh o S: 35,8oC
bayi o Bayi tampak jarang
menangis
o Memberikan PASI/ o Reflek hisap baik
sonde o PASI habis 10cc
o Terdapat gumoh

49
warna putih
o Klien tampak
mengantuk
08.30 o Mengganti diapers o BAB: Ada, kuning
bentuk kerikil kerikil,
bau tidak terlalu
menyengat
o BAK: Ada
10.00 o Mengukur suhu tubuh o S: 36,0oC
bayi o Bayi tampak jarang
menangis
o Memberikan PASI/ o Reflek hisap mulai
sonde bagus
o PASI habis 10cc
o Klien tampak
mengantuk
12.00 o Mengukur suhu tubuh o S: 36,7oC
bayi o Bayi tampak jarang
menangis
o Memberikan PASI/ o Reflek hisap lemah
sonde o PASI habis 10cc
dalam waktu 1 jam
o Klien tampak
mengantuk
o Melakukan rawat o Klien dirawat gabung
gabung dengan ibu di bersama orang
Ruang Nifas tuanya.
Dinas Siang
14.00 o Mengkaji K/U klien o K/U: baik, kesadaran:
CM, klien tampak
tenang diinkubator,
gerakan aktif, ASI/
PASI 10cc/sonde,
tidak terdapat
gumoh, GDS: 70
gr/dl.
o Mengukur suhu tubuh o S: 36oC
bayi
o Memberikan PASI/ o Keluarga
sonde mengatakan PASI
habis 10cc
o Tidak terdapat
gumoh
15.30 o Memandikan bayi o Bayi tampak
menangis
o Bayi tampak segar

50
16.00 o Mengukur suhu bayi o S: 37,0oC
o Memberikan PASI/ o Keluarga
sonde mengatakan PASI
habis 10cc
o Tidak terdapat
gumoh
18.00 o Mengukur suhu bayi o S: 37,0oC
o Memberikan PASI/ o PASI habis 10cc
sonde o Tidak terdapat
gumoh
20.00 o Memberikan PASI/ o PASI habis 10cc
sonde o Tidak terdapat
gumoh
Kamis,
01
Manajemen Hipoglikemia
April
2021
Dinas Pagi
06.00 o Berkolaborasi GDS: 56gr/dl
pemeriksaan GDS
07.00 o Mengkaji K/U klien K/U: sedang, klien
tampak jarang
menangis, refleks hisap
mulai bagus, ASI/PASI /
sonde, tidak terdapat
gumoh, klien tampak
tenang.
08.00 o Mengikuti visite dr. o Lanjutkan terapi
Sinta, Sp.A
o Mengukur suhu tubuh o S: 36,4oC
bayi o Bayi tampak jarang
menangis
o Memberikan PASI/ o Reflek hisap baik
sonde o PASI habis 10cc
o Klien tampak
mengantuk
08.30 o Mengganti diapers o BAB: Ada, kuning
bentuk kerikil kerikil,
bau tidak terlalu
menyengat
o BAK: Ada
10.00 o Mengukur suhu tubuh o S: 36,0oC
bayi o Bayi tampak jarang
menangis
o Memberikan PASI/ o Reflek hisap mulai
sonde bagus

51
o PASI habis 10cc
o Klien tampak
mengantuk
o Mengganti diapers o BAB: Ada, kuning
bentuk kerikil kerikil,
bau tidak terlalu
menyengat
o BAK: Tidak ada
12.00 o Mengukur suhu tubuh o S: 36,7oC
bayi o Bayi tampak jarang
menangis
o Memberikan PASI/ o Reflek hisap lemah
sonde o PASI habis 10cc
dalam waktu 1 jam
o Klien tampak
mengantuk
o Melakukan rawat o Klien bersama ibu,
gabung klien dengan dirawat gabung di
ibu ruang nipas.
13.15 o Melakukan Keluarga diberikan
Perencanaan Pulang edukasi cara pemberian
Klien PASI
3 Defisit Nutrisi Selasa
, 30
Manajemen Nutrisi
Maret
2021
Dinas Pagi
06.00 o Memonitor BB BB klien: 2440gr
07.00 o Mengkaji K/U klien K/U: sedang, klien
berada di inkubator
terbuka, klien tampak
jarang menangis, refleks
hisap mulai bagus,
ASI/PASI / sonde.
o Mengidentifikasi status Status nutrisi klien
nutrisi kurang, BB lahir: :
2400gr, klien
mendapatkan terapi
ASI/PASI 12x10-20cc/
sonde sesuai anjuran
dokter
08.00 o Mengikuti visite dr. o Pemberian adv. ASI/
Sinta, Sp.A PASI 12 x 10-20cc/
sonde
o Cek GDS/ pagi
o Memberikan PASI/ PASI hanis 10cc
sonde

52
10.00 o Memberikan PASI/ PASI hanis 10cc
sonde
12.00 o Memberikan PASI/ PASI hanis 10cc
sonde
Dinas Siang
14.00 o Mengkaji K/U klien o K/U: baik, kesadaran:
CM, klien tampak
tenang diinkubator,
gerakan aktif, ASI/
PASI 10cc/sonde,
tidak terdapat
gumoh, GDS:
49gr/dl.
o Memberikan PASI/ o PASI habis 10cc
sonde o Tidak terdapat
gumoh
15.30 o Memandikan bayi o Bayi tampak
menangis
o Bayi tampak segar
16.00 o Memberikan PASI/ o Keluarga
sonde mengatakan PASI
habis 10cc
o Tidak terdapat
gumoh
18.00 o Memberikan PASI/ o PASI habis 10cc
sonde o Tidak terdapat
gumoh
20.00 o Memberikan PASI/ o PASI habis 10cc
sonde o Tidak terdapat
gumoh
Rabu,
31
Manajemen Nutrisi
Maret
2021
Dinas Pagi
06.00 o Memonitor BB BB klien: 2375gr
07.00 o Mengkaji K/U klien K/U: sedang, klien
berada di inkubator
terbuka, klien tampak
menangis, refleks hisap
ada: mulai bagus,
tampak tidak terdapat
sianosis pada
ekstremitas, tidak
terdapat gumoh,
ASI/PASI / sonde.
o Mengidentifikasi status Status nutrisi klien

53
nutrisi kurang, BB 2375 gr,
klien mendapatkan
terapi ASI/PASI 12x10-
20cc/ sonde sesuai
anjuran dokter
08.00 o Mengikuti visite dr. o Pemberian adv. ASI/
Sinta, Sp.A PASI 12 x 10-20cc/
sonde
o Cek GDS/ pagi
o Memberikan PASI/ PASI hanis 10cc
sonde
10.00 o Memberikan PASI/ PASI hanis 15cc
sonde
12.00 o Melakukan rawat o Klien dirawat gabung
gabung dengan ibu di bersama orang
Ruang Nifas tuanya.
Dinas Siang
14.00 o Mengkaji K/U klien o K/U: baik, kesadaran:
CM, klien tampak
tenang diinkubator,
gerakan aktif, ASI/
PASI 10cc/sonde,
tidak terdapat
gumoh, GDS: 70
gr/dl.
o Memberikan PASI/ o Keluarga
sonde mengatakan PASI
habis 10cc
o Tidak terdapat
gumoh
15.30 o Memandikan bayi o Bayi tampak
menangis
o Bayi tampak segar
16.00 o Memberikan PASI/ o Keluarga
sonde mengatakan PASI
habis 10cc
o Tidak terdapat
gumoh
18.00 o Memberikan PASI/ o PASI habis 10cc
sonde o Tidak terdapat
gumoh
20.00 o Memberikan PASI/ o PASI habis 10cc
sonde o Tidak terdapat
gumoh
Kamis, Manajemen Nutrisi
01
April

54
2021
06.00 o Memonitor BB BB bayi:
07.00 o Mengkaji K/U klien K/U: sedang, klien
tampak jarang
menangis, refleks hisap
mulai bagus, ASI/PASI /
sonde, tidak terdapat
gumoh, klien tampak
tenang.
08.00 o Mengikuti visite dr. o Lanjutkan terapi
Sinta, Sp.A
o Memberikan PASI/ o Reflek hisap baik
sonde o PASI habis 10cc
o Klien tampak
mengantuk
08.30 o Mengganti diapers o BAB: Ada, kuning
bentuk kerikil kerikil,
bau tidak terlalu
menyengat
o BAK: Ada
10.00 o Mengukur suhu tubuh o S: 36,0oC
bayi o Bayi tampak jarang
menangis
o Memberikan PASI/ o Reflek hisap mulai
sonde bagus
o PASI habis 10cc
o Klien tampak
mengantuk
o Mengganti diapers o BAB: Ada, kuning
bentuk kerikil kerikil,
bau tidak terlalu
menyengat
o BAK: Tidak ada
12.00 o Mengukur suhu tubuh o S: 36,7oC
bayi o Bayi tampak jarang
menangis
o Memberikan PASI/ o Reflek hisap lemah
sonde o PASI habis 10cc
dalam waktu 1 jam
o Klien tampak
mengantuk
o Melakukan rawat o Klien bersama
gabung klien dengan ibu, dirawat gabung di
ibu ruang nipas.
13.15 o Melakukan Keluarga diberikan
Perencanaan Pulang edukasi cara pemberian

55
Klien PASI

5. Evaluasi
Tanggal/
No Diagnosa Evaluasi/ Catatan Perkembangan Paraf
Waktu

Tanggal /
No. Dx Evaluasi Keperawatan Paraf
waktu
1 Resiko Sela S:
Hipotermia selasa,30 O:
maret o Suhu tubuh hangat dengan
2021 incubator
o Terlihat kedinginan ketika di luar
incubator
o Terlihat menangis ketika keluar
incubator .
o Akral teraba dinngin
o Suhu : 35,8 C
A :Risiko Hipotermia

P : Manajemen Hipotermia
o Kaji K/U klien
o Monitor TTV
o Identifikasi penyebab hipotermia

56
o Monitor tanda gejala akibat
hipotermia
o Lakukan penghangatan aktif
eksternal
o Lakukan penghangatan pasif

I : implementasi sesuai intervensi


o Memonitor suhu tubuh
Jam 08.00 S: 35,8
Jam 10.00 S: 36.0
Jam 12.00 S: 36.7
o Mengidentifikasi penyebab
hipotermia
Penyebab bayi mengalami
hipotermi adalah BBLR
o Memonitor tanda gejala akibat
hipotermia
Bayi tampak menggigil
o Melakukan penghangatan pasif
Klien observasi di Ruang
Perinatologi dalam inkubator

E : masalah teratasi sebagian


R : lanjutkan intervensi

2 Risiko ketidak Sel S :-


stabilan gula selasa,30 O:
darah maret o GDS : 21 gr/dl
2021 o Sianosis di ekstremitas
o Reflek hisap mulai bagus
A : Risiko ketidakstabilan gula darah

P : Manajemen Hipoglikemi
o Mengkaji KU
o Memonitor TTV
o Mengidektifikasi kemungkinan
penyebab hipoglikemia
o Memberikan terapi sesuai adv
dokter

I:

57
o Mengkaji KU
KU baik, bayi menangis kencang,
gerakan aktif
o Memonitor TTV
Jam 08.00
S: 35,8
N: 124
R: 42
SpO2: 98
Jam 10.00
S: 36
N: 130
R: 40
SpO2: 97
Jam 12.00
S: 36,7
N: 118
R: 48
SpO2: 97
o Mengidektifikasi kemungkinan
penyebab hipoglikemia
Kemungkinan klien mengalami
hipoglikemi adalah karena BB
lahir 2400gr
o Memberikan PASI (susu formula)
12x10-20 cc
Susu habis 10cc jam 08.00
Susu habis 10cc jam 10.00
Susu habis 10cc jam 12.00
o Berkolaborasi pemeriksaan GDS
GDS: 49gr/dl

E : Masalah Teratasi Sebagian


R : intervensi di lanjutkan

3 Deficit nustrisi S S:
selasa,30 o Ibu klien mengatakan ASI belum
maret keluar
O:
2021
o Saat dilakukan pengkajian BB
sekarang 2400 gr
o Reflek hisap mulai bagus,
Menangis jarang, gerak aktif,
tonus baik

A : Risiko deficit nutrisi

58
P : Manajemen Nutrisi
o Kaji K/U Klien
o Monitor TTV
o Mengidentifikasi status nutrisi
o Observasi adanya gumoh
o Memonitor BB.
o Memberikan terapi sesuai adv
dokter
I:
o Mengidentifikasi status nutrisi
Status nutrisi ASI/ PASI 12x10-
20cc
o Memonitor BB
BB tgl 30 Maret 2021: 2440gr
o Memberikan PASI sesuai dengan
anjuran: 12x10-20cc.
Susu habis 10cc jam 08.00
Susu habis 10cc jam 10.00
Susu habis 10cc jam 12.00

E : masalah teratasi sebagian


R : lanjutkan intervensi.

1 Risiko rRabu, S:
hipotermia Rabu, 31 O :
maret o Suhu tubuh hangat dengan
2021 incubator
o Terlihat kedinginan ketika di luar
incubator
o Terlihat menangis ketika keluar
incubator .
o akral teraba dinngin
o Suhu : 36 C
A :Risiko Hipotermia

P : Manajemen Hipotermia
o Kaji K/U klien
o Monitor TTV
o Identifikasi penyebab hipotermia
o Monitor tanda gejala akibat
hipotermia

59
o Lakukan penghangatan aktif
eksternal
o Lakukan penghangatan pasif

I:
o Memonitor suhu tubuh
Jam 08.00 S: 35,3
Jam 10.00 S: 35,3
Jam 12.00 S: 36,6
o Melakukan penghangatan pasif
Klien dalam inkubator di ruang
perinatologi pada pukul 07.00 –
12.00 WIB
E : masalah teratasi sebagian
R : lanjutkan intervensi

2 Risiko Rabu, S :
Ketidakstabilan Rabu, 31 O :
gula darah maret o GDS : 70 gr/dl
2021 o Sianosis di ekstremitas
o Reflek hisap mulai bagus

A : Risiko ketidakstabilan gula darah

P : Manajemen Hipoglikemi
o Mengkaji KU
o Memonitor TTV
o Mengidektifikasi kemungkinan
penyebab hipoglikemia
o Memberikan PASI (susu formula)
12x10-20 cc
o Berkolaborasi pemeriksaan GDS

I:
o Mengkaji KU
KU baik, bayi menangis kencang,
gerakan aktif
o Memonitor TTV
Jam 08.00
S: 35,3
N: 81

60
R: 43
SpO2: 97
Jam 10.00
S: 35,3
N: 121
R: 42
SpO2: 98
Jam 12.00
S: 36,6
N: 109
R: 43
SpO2: 98
o Memberikan PASI (susu formula)
12x10-20 cc
Susu habis 10cc jam 08.00
Susu habis 15cc jam 10.00
Jam 12.00 klien dirawat gabung
bersama ibu di ruang nipas
o Berkolaborasi pemeriksaan GDS
GDS:70gr/dl

E : masalah teratasi sebagian


R : intervensi di lanjutkan

3 Defisit Nutrisi S:
Rabu, 31
o Ibu klien mengatakan ASI belum
maret
2021 keluar
O:
o Saat dilakukan pengkajian BB
sekarang 2375 gr
o Reflek hisap mulai bagus,
Menangis kuat, gerak aktif, tonus
baik

A : Risiko deficit nutrisi

P : Manajemen Nutrisi
o Mengidentifikasi status nutrisi
o Memonitor BB.
o Memberikan PASI sesuai dengan
anjuran: 12x10-20cc

61
I:
o Mengidentifikasi status nutrisi
Status nutrisi ASI/ PASI
o Memonitor BB
BB klien 2375gr
o Memberikan PASI sesuai dengan
anjuran: 12x10-20cc.
Susu habis 10cc jam 08.00
Susu habis 15cc jam 10.00
Jam 12.00 klien dirawat gabung

E : masalah teratasi sebagian


R: lanjutkan intervensi.

1 Risiko Kamis, S:
hipotermia01 April 2021 O:
o tampak tidak kedinginan ketika
dikeluarkan dari incubator
O-
o Suhu : 36,7C
A : masalah teratasi
P : intervensi di hentikan

2 Risiko kamis, 01 S :
ketidakstabilan April 2021 O :
gula darah o GDS : 56 gr/dl
o Tidak Ada Sianosis Di Ekstremitas
o Reflek Hisap Membaik

A : Masalah Teratasi
P : Intervensi Di Hentikan

3 defist nustrisi Kamis, 01 S :


April 2021 O :
o Saat dilakukan pengkajian BB
sekarang 2500 gr
o Reflek hisap membaik , Menangis
kuat, gerak aktif, tonus baik
A : masalah teratasi
P : intervensi di hentikan

B. Analisis Pemecahan Masalah Keperawatan Berbasis Bukti ( Hasil Penelitian )

62
Berdasarkan hasil analisis dari jurnal dengan judul “Faktor Risiko pada
Kejadian Berat Badan Lahir Rendah”, didapatkan:
Tenaga kesehatan perlu meningkatkan promosi kesehatan yang meliputi
sosialisasi kepada ibu masa reproduksi agar bisa mengatur jarak kehamilan dan
kelahirannya, sosialisasi kepada ibu hamil terkait usia kehamilan, usia ibu saat hamil,
faktor penyebab kehamilan berisiko dan komplikasi pada saat kehamilan. Sosialisasi
tersebut juga perlu diberikan pada calon pengantin wanita sehingga dapat
mempersiapkan kehamilan dengan baik sehingga dapat menjadi upaya preventif
menanggulangi kejadian BBLR.

C. Analisis Masalah Prinsip Legal Etis dalam Pelayanan Keperawatan


Legal etis dalam pelayanan keperawatan di Ruang Peri RSU KMC Luragung
pada pasien By. Ny. V :
1. Beneficience ( Berbuat baik )
Perawat, bidan, dokter dan mahasiswa PKM II melakukan tindakan
keperawatan yang baik, dokter memeriksa By. Ny. V, melindungi By. Ny. V
dengan memasukkan ke dalam inkubator, pemberian sufor dan ASI pada By. Ny.
V, mengganti popok, baju, pampers, memandikan By. Ny. V setiap pagi,
pemberian suhu hangat pada inkubator, dan pemberian tindakan keperawatan
yang baik, benar dan sesuai kepada By. Ny. V.
2. Justice ( Keadilan )
Perawat, bidan, dokter dan mahasiswa Profesi Ners melaksanakan
asuhan keperawatan dengan sedail-adilnya, semua pasien di ruang peri
mendapatkan tindakan sesuai dengan tindakan keperawatan dan tindakan medis
pasien.
3. Non Maleficienci
Perawat, bidan, dokter dan mahasiswa Profesi Ners melaksanakan
tindakan sesuai dengan tindakan keperawatan dan tindakan medis, semua
tindakan selalu memperhatikan keselamatan, tidak melukai, tidak menciderai dan
merugikan pasien, petugas medis dan non medis lainnya.

D. Analisis Penerapan Fungsi Advokasi dalam Pelayanan Keperawatan

63
1. Pengertian Advokasi
Advoksi secara harfiah berarti pembelaan, sokongan atau bantuan
terhadap seseorang yang mempunyai permasalahan. Istilah advokasi mula-mula
digunakan di bidang hukum atau pengadilan.
Fry (1987) mendefinisikan advokasi sebagai dukungan aktif terhadap
setiap hal yang memiliki penyebab atau dampak penting. Defenisi ini hampir
sama dengan yang dinyatakan oleh Gadow (1983) bahwa advokasi merupakan
dasar falsafah dan ideal keperawatan yang melibatkan bantuan perawat secara
aktif kepada individu untuk secara bebas menentukan nasibnya sendiri
(Priharjo,1995).
Menurut Kohnke dalam KoZier,B et all,. (1998) tindakan seorang
advocator adalah menginformasikan dan mendukung secara obyektif, berhati-
hati agar tidak bertentangan dengan setuju atau tidak setuju suatu keputusan
yang dipilih klien. Seorang advokator menginformasikan hak-hak klien dalam
situasi apapun sehingga klien dapat mengambil keputusan sendiri. Fokus peran
advokasi perawat adalah menghargai keputusan klien dan meningkatkan
otonomi klien. Hak-hak yang dimiliki oleh klien yakni hak untuk memilih nilai-nilai
yang sesuai dan penting bagi hidupnya, hak untuk menentukan jenis tindakan
yang terbaik untuk mencapai nilai-nilai yang diinginkan dan hak untuk
membuang nilai-nilai yang mereka pilih tanpa paksaan dari orang lain.
2. Pengertian Peran
Stuart and Sundeen, 1998 peran adalah serangkaian pola dan perilaku
yang diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu
diberbagai kelompok.
Pengertian peran yang dijabarkan dari beberapa konsep teori ini dapat
dikatakan bahwa peran adalah harapan dari seseorang/pasien terhadap perawat
dalam menjalankan peran dan fungsinya dalam memberikan asuhan
keperawatan yang profesional.
3. Pengertian Perawat
Menurut Depkes RI (2002) perawat adalah seorang yang memberikan
pelayanan kesehatan secara professional dimana pelayanan tersebut berbentuk
pelayanan biologis, psikologi sosial, spiritual yang ditujukan kepada individu,

64
keluarga dan masyarakat. Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan
dan kewenangannya melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang
dimilikinya yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan (Gaffar). Seorang
perawat dikatakan profesional jika memiliki ilmu pengetahuan, ketrampilan
keperawatan, dan bertanggung jawab serta berkewenangan melaksanakan
asuhan keperawatan (Gaffar).
Perawat professional adalah perawat yang bertanggung jawab dan
berwewenang memberikan pelayanan keperawatan secara mandiri dan atau
berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sesuai dengan kewenangannya
(Depkes RI,2002).
4. Peran Perawat sebagai Advokator
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam
menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi
lain khusunya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang
diberikan kepada pasien, juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi
hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas
informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menntukan nasibnya
sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.
Menurut Kozier & Erb (2004) untuk menjalankan perannya sebagai
advokasi pasien, perawat harus memiliki nilai-nilai dasar, yaitu :
a. Pasien adalah makhluk holistik dan otonom yang mempunyai hak untuk
menentukan pilihan dan mengambil keputusan.
b. Pasien berhak untuk mempunyai hubungan perawat-pasien yang
didasarkan atas dasar saling menghargai, percaya, bekerja sama dalam
menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan masalah kesehatan
dan kebutuhan perawatan kesehatan, dan saling bebas dalam berpikir dan
berperasaan.
c. Perawat bertanggung jawab untuk memastikan bahwa pasien telah
mengetahui cara memelihara kesehatannya.
Selain harus memiliki nilai-nilai dasar di atas, perawat harus memiliki
sikap yang baik agar perannya sebagai advokat pasien lebih efektif. Beberapa
sikap yang harus dimiliki perawat, adalah:

65
a. Bersikap asertif
Bersikap asertif berarti mampu memandang masalah pasien dari sudut
pandang yang positif. Asertif meliputi komunikasi yang jelas dan langsung
berhadapan dengan pasien.
b. Mengakui bahwa hak-hak dan kepentingan pasien dan keluarga lebih utama
walaupun ada konflik dengan tenaga kesehatan yang lain.
c. Sadar bahwa konflik dapat terjadi sehingga membutuhkan konsultasi,
konfrontasi atau negosiasi antara perawat dan bagian administrasi atau
antara perawat dan dokter.
d. Dapat bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain.
Perawat tidak dapat bekerja sendiri dalam memberikan perawatan yang
berkualitas bagi pasien. Perawat harus mampu berkolaborasi dengan
tenaga kesehatan lain yang ikut serta dalam perawatan pasien.
e. Tahu bahwa peran advokat membutuhkan tindakan yang politis, seperti
melaporkan kebutuhan perawatan kesehatan pasien kepada pemerintah
atau pejabat terkait yang memiliki wewenang/otoritas.

66
BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Masa neonatus dan beberapa minggu sesudahnya masih merupakan masa
yang rawan karena disamping kekebalan yang masih kurang juga gejala penyakit
spesifik. Pada periode-periode tersebut tidak dapat dibedakan/sulit dibedakan dengan
penyakit lain sehingga sulit dideteksi pada usia minggu-minggu pertama kelainanyang
timbul banyak yang berkaitan dengan masa kehamilan/proses persalinan sehingga
perlu penanganan segera dan khusus.
Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu factor
resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa
perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan
fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya, sehingga membutuhkan biaya
perawatan yang tinggi.

B. Saran
Dengan telah dituliskannya makalah yang menjelaskan tentang BBLR, kami
berharap mahasiswa dapat :
1. Meningkatkan pengawasan pada bayi baru lahir dengan BBLR.
2. Menambah informasi dan pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada bayi
baru lahir dengan BBLR.
3. Meningkatkan pelayanan pada bayi baru lahir dengan BBLR.

67
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, Gary. F. 2006. Obstetri William. Jakarta: EGC


Dewi. A. I.. (2008). Etika dan Hukum Kesehatan. Yogyakarta : Pustaka book publisher
Djitowiyono, Sugeng dkk. 2010.Asuhann Keperawatan Neonatus dan Anak. Yogyakarta:
Nuha Medika
Ellis, J. R., & Celia L. H. (2000). Managing and Coordinating Nursing Care. (3th ed )
Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins.
Hidayat, A.Aziz Alimul. 2009. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba
Medika
Jaenab, 2009. Bayi Berat Lahir Rendah.Http://blogjoeharno.blogspot.com.Diakses oleh
Dewi Agita, Tanggal 02 juni 2010, Pukul 15.00 WIB
Karyunani, Pamilih Eko dkk. 2007. Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir. Jakarta: EGC
Maryunani, Anik. 2009. Asuhan Kegawatdaruratan dan Penyulit Pada Neonatus.Jakarta:
TIM
Maulana, Mirza. 2009. Seluk Buluk Merawat Bayi dan Balita. Yogyakarta: Garailmu
Pratama, Hendri Ardiansyah. 2010. Masalah BBLR di Indonesia. Http://modelayu.com
Diakses oleh Dewi Agita,Tanggal 02 juni 2010 pukul 15.15 WIB
Wiknjosastro, Hanifa. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Wong, donna,L.2004 . Pedoman klinis keperawatan pediatric. Jakarta : EGC Iklan

68
LAMPIRAN

69

Anda mungkin juga menyukai