Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PBL MODUL 3

BLOK AL ISLAM 1
TAHUN AJARAN 2018/2019

Tutor : dr. Farsida, MPH

Disusun Oleh:

Kelompok 2
Annisa Gholiza Putri 2018730009
Annisa Salsabil Husna 2018730012
Dony Prasetya Nugraha 2018730025
Elsa Novilindra 2018730028
Fadlillah 2018730033
Muhammad Bobby Suristian 2018730065
M. Rizky Bambang Wiratmoko 2018730059
Nandya Satyaning Rahayu 2018730078
Shafira Aulia Khairunnisa 2018730099

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2018

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum WarahmatullahiWabarakatuh
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan berkat
rahmat, dan anugrah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan sebuah
permasalahan dari Modul 1. Makalah ini dibuat berdasarkan hasil pembelajaran dan diskusi
kami mengenai Dokter Islami.
Pada penyusunan makalah ini, tidak semata-mata hasil kerja kami, melainkan juga
berkat bimbingan dan dorongan dari pihak-pihak yang telah membantu baik secara materi
maupun non materi. Maka dari itu kami ingin mengucapkan terimakasih yang tak terhingga
kepada orang-orang yang telah membantu kami secara langsung maupun tidak langsung,
kepada:
1. Yth, dr. Farsida, MPH, selaku tutor kami dalam pbl,
2. Yth, kepada orang tua kami semua yang telah memberikan dukungan kepada kami
dalam penyusunan makalah ini, dan
3. Teman-teman sejawat yang kami cintai dan sayangi.
Kami menyadari bahwa kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT, saran dan kritik
membangun untuk perbaikan makalah ini sangat kami harapkan. Akhir untuk semua itu, kami
mendoakan semoga Allah SWT membalas jasa-jasa mereka semua Aamiin. Harapan kami
semoga penulisan makalah ini bisa bermanfaat bagi kami dan para pembaca pada umumnya.

2
DAFTAR ISI
Judul.......................................................................................................................1
Kata Pengantar.......................................................................................................2
Daftar Isi.................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................4
C. Tujuan Pembelajaran..................................................................................4
BAB II ISI..............................................................................................................5
A. Skenario......................................................................................................6
B. Kata Kunci..................................................................................................6
C. Identifikasi Masalah....................................................................................6
D. Mind Map...................................................................................................6
E. Hasil Analisa..............................................................................................7
BAB III PENUTUPAN.......................................................................................13
A. Kesimpulan...............................................................................................13
Daftar Pustaka
Lampiran

3
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pekerjaan sebagai seorang dokter merupakan tugas mulia karena telah
mendedikasikan dirinya untuk membantu manusia. Seorang dokter sering dihormati
dan disegani sebab aksi heroiknya, yang telah menjadi sarana untuk membantu
menyelamatkan nyawa seseorang. Selayaknya seorang dokter memiliki adab dan
sikap yang baik sesuai dengan sumpah dokter yang telah disumpahi, selain sumpah
dokter, seorang dokter sebaiknya memiliki kepribadian Islami sesuai dengan kaidah
Muhammadiyah.
Berbagai masalah umum terjadinya di kalangan dokter, terutama saat seorang
dokter diminta untuk menyalahi aturan yang telah disumpahkan, seperti contohnya
aborsi. Seperti yang telah diketahui, aborsi merupakan tindakan menggugurkan
kandungan secara sengaja. Aborsi sendiri sebenarnya diperbolehkan dalam dunia
kedokteran apabila janin yang dikandung telah emninggal atau membahayakan nyawa
ibu yang mengandungnya. Akan tetapi, banyak sekali pasangan muda yang
melakukan aborsi hanya karena malu akan tindakan yang telah diperbuat.
Hal ini tentu menjadi masalah karena sebagai seorang dokter tidak boleh
melakukan aborsi apabila syarat tidak terpenuhi, selain itu aborsi juga terdapat hukum
secara konstitusi dan agama sebelum dilakukan. Aborsi sangat ketat ditekankan
karena berhubungan dengan mengakhiri nyawa seseorang. Sebagai seorang dokter,
kasus seperti ini merupakan kasus yang pelik untuk dibahas karena banyak pro dan
kontra.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hukum aborsi ditinjau dari hukum konstitusi dan agama?
2. Jelaskan area kompetensi dokter Muhammadiyah!
3. Jelaskan isi sumpah dokter!
4. Bagaimana kriteria dokter Islami?
5. Bagaimana sikap dokter Islami dalam menangani kasus aborsi?
6. Jelaskan pengertian dan macam-macam aborsi?
7. Apa saja dampak sosial dan kesehatan dari pelaku aborsi?
8. Apa saja syarat aborsi yang diperbolehkan di Indonesia?

C. Tujuan Pembelajaran
Makalah yang berjudul “Dokter Islami” ini kami susun dengan maksud untuk
memaparkan penjelasan lebih rinci tentang konsep dokter Islami dan langkah-langkah
menuju konsep tersebut dan menjelaskan tentang aborsi, menjelaskan kriteria dokter
Muhammadiyah, menjelaskan syarat aborsi, serta menjelaskan dampak dari perbuatan
aborsi tersebut. Dengan demikian umat muslim akan lebih tahu makna dokter Islami
sehingga dapat menjalankannya sesuai kriteria.

4
BAB 2
ISI

A. Skenario
Usman adalah seorang dokter lulusan sebuah perguruan tinggi
Muhammadiyah yang bertugas di salah satu Rumah Sakit di Jakarta. Dia datangi
pasien perempuan yang didampingi oleh seorang laki-laki, pasien ini hamil karena
zina dengan laki-laki yang mendampingi tersebut, ia minta kepada Usman untuk
melakukan aborsi terhadap kandungannya untuk menghilangkan rasa malu.

B. Kata Kunci
 Laki-laki, dokter Muhammadiyah
 Pasien hamil karena zina
 Ingin melakukan aborsi

C. Identifikasi Masalah
1. Bagaimana hukum aborsi ditinjau dari hukum konstitusi dan agama?
2. Bagaimana etika seorang dokter dan area kompentensi dokter Muhammadiyah?
3. Apa isi sumpah dokter?
4. Bagaimana kriteria dokter islami?
5. Bagaimana sikap dokter islami dalam menangani kasus aborsi?
6. Jelaskan pengertian dan macam aborsi?
7. Apa saja dampak kesehatan dan dampak sosial dari pelaku aborsi?
8. Syarat aborsi yang diperbolehkan di Indonesia?

D. Mind Map

5
E. Hasil Analisa
1. Bagaimana hukum aborsi ditinjau dari hukum konstitusi dan agama?
 Hukum aborsi dalam Islam adalah HARAM

ِ ‫ب هّللا ُ َعلَ ْي ِه َولَ َعنَهُ َوأَ َع َّد لَهُ َع َذابًا ع‬


‫َظي ًما‬ ِ ‫“ َو َمن يَ ْقتُلْ ُم ْؤ ِمنًا ُّمتَ َع ِّمدًا فَ َج َزآ ُؤهُ َجهَنَّ ُم خَالِدًا فِيهَا َو َغ‬
َ ‫ض‬
“Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka
balasannya adalah neraka Jahanam, dan dia kekal di dalamnya,dan Allah murka
kepadanya dan melaknatnya serta menyediakan baginya adzab yang besar”( Qs
An Nisa’ : 93 )

َ ِ‫س الَّتِي َح َّر َم هّللا ُ إِالَّ ب‬


 ِّ‫الحق‬ ْ ُ‫َوالَ تَ ْقتُل‬
َ ‫وا النَّ ْف‬

“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah melainkan dengan
alasan yang benar” (Qs al Isra’ : 33 )

‫ك ُمضْ َغةً ِم ْث َل‬َ ِ‫ك ثُ َّم يَ ُكونُ فِي َذل‬ َ ِ‫ط ِن أُ ِّم ِه أَرْ بَ ِعينَ يَوْ ًما ثُ َّم يَ ُكونُ فِي َذلِكَ َعلَقَةً ِم ْث َل َذل‬ ْ َ‫إِ ََّن أَ َح َد ُك ْم يُجْ َم ُع َخ ْلقُهُ فِي ب‬
َ َ
‫ب ِر ْزقِ ِه َوأ َجلِ ِه َو َع َملِ ِه َو َشقِ ٌّي أوْ َس ِعي ٌد‬ ِ ‫ت بِ َك ْت‬ َ ُ َ‫َذلِكَ ثُ َّم يُرْ َس ُل ْال َمل‬
ٍ ‫ك فَيَ ْنفُ ُخ فِي ِه الرُّو َح َوي ُْؤ َم ُر بِأرْ بَ ِع َكلِ َما‬

“Sesungguhnya seseorang dari kamu dikumpulkan penciptaannya di dalam perut


ibunya selama empat puluh hari. Setelah genap empat puluh hari kedua,
terbentuklah  segumlah darah beku. Ketika genap empat puluh hari ketiga ,
berubahlah menjadi segumpal daging. Kemudian Allah mengutus malaikat   
untuk meniupkan roh, serta memerintahkan untuk menulis empat perkara, yaitu
penentuan rizki, waktu kematian, amal, serta nasibnya, baik yang celaka,
maupun yang bahagia”.(Bukhari dan Muslim )

 Hukum aborsi secara konstitusi

Sumpah Dokter

Etika Dokter Islami Kriteria

Kasus-Kasus yang Berkembang

Hukum Aborsi Akibat

Konstitusi Agama 6 Sosial Kesehatan


“Setiap orang dilarang melakukan aborsi” berdasarkan Pasal 75 ayat (1) UU
No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
Pasal 75 ayat (2) yang berisi larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dikecualikan berdasarkan: 
a) Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan baik yang
mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat
dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan
bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau 
b) Kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi
korban perkosaan. Kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma
psikologis bagi korban perkosaan. "Setiap orang yang dengan sengaja melakukan
aborsi tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat
(2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak
Rp1 miliar."
Pasal 75 ayat (3) yang berisi: Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) hanya dapat dilakukan setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pra
tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh
konselor yang kompeten dan berwenang. 
Pasal 75 ayat (4) yang berisi :Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi
kedaruratan medis dan perkosaan, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat
(3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

2. Bagaimana etika seorang dokter dan area kompentensi dokter


Muhammadiyah?
a) Etika Dokter Islami
 Fitrah
 Jalan keselamatan (Ridho Allah)
 Valensi “khas”

1. Excellent Profession
 Memiliki Standar Kompetensi (SKDI/SKKDM)
 Ukuran pelayanan tertinggi (sesuai fasilitas dan standar pelayanan)
 Prinsip EBM
 Berpegang pd kode etik
 Sistematis/procedural

2. Islamic behavior/ Simbol Penampilan Fisik


 Menutup Aurat
 Bersih, rapi dan Sederhana dalam “Tabaruz “
 Salam-sapa-senyum
 Adab aktifitas .ibadah umum
 Memulai kegiatan dengan basmalah
 Senantiasa Dzikir/Do’a sesuai kondisi

7
a. Ibadah khusus
 Sholat lima waktu (laki-laki upayakan jama’ah di masjid), dll

b. Memberi edukasi aktifitas khusus (ibadah) dlm praktek medis


 Bersuci (toharoh)
 Sholat, puasa
 Pasien terpasang kateter, colostomi, gips,post operasi, dll
 Nasihat psiko-spiritual

Substansi/Nilai Kepribadian Muslim (Akhlaqul Karimah)


 Jujur
 Amanah
 Tawasaw
 Ta’awun
 Takaful
 Qonaah
 Sabar
 Syukur dll

b) Area Kompetensi Dokter Muhammadiyah


1. Profesionalitas Luhur
Mampu melaksanakan praktek kedokteran yang profesional dan islami sesuai
dengan nilai dan prinsip tauhid, ibadah shahihah, akhlakul karimah, disiplin hukum,
bertanggung jawab dan sosio budaya.

2. Mawas diri dan Pengembangan diri


Mampu melaksanakan praktek kedokteran dengan menyadari keterbatasan,
mengatasi masalah personal, mengembangkan diri, mengikuti penyegaran dan
peningkatan pengetahuan secara berkesinambungan dan mengembangkan
pengetahuan untuk keselamatan pasien.

3. Komunikasi Efektif
Mampu menggali dan bertukar informasi secara verbal dan nonverbal pasien ,
keluarga masyarakat, sejawat dan profesi lain.

4. Pengelolaan Informasi
Mampu memanfaatkan teknologi informasi komunikasi dalam praktek
kedokteran Islam.

5. Landasan Ilmiah

8
Mampu menyelesaikan masalah kesehatan berdasar landasan ilmiah ilmu
kedokteran, kesehatan, yang mutakhir dan kedokteran Islam untuk hasil yang
optimum.

6. Ketrampilan Klinis
Mampu melakukan prosedur klinis sesuai kewenangannya yang berkaitan
dengan masalah kesehatan dengan menggunakan prinsip keselamatan pasien serta
keselamatan diri sendiri dan orang lain (universal precaution)
7. Pengelolaan Masalah Kesehatan
Mampu mengelola masalah kesehatan individu, keluarga masyarakat secara
komprehensif, holistik, koordinatif, kolaboratif dan berkesinambungan dalam konteks
pelayanan kesehatan primer sesuai prinsip Islam.

3. Apa isi sumpah dokter?


Saya bersumpah bahwa:
 Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan.
 Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara terhormat dan bersusila, sesuai
dengan martabat pekerjaan saya.
 Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur jabatan
kedokteran.
 Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya
dan karena keilmuan saya sebagai dokter.
 Kesehatan penderita senantiasa akan saya utamakan.
 Dalam menunaikan kewajiban terhadap penderita, saya berikhtiar dengan sungguh-
sungguh supaya saya tidak terpengaruh oleh pertimbangan Keagamaan,
Kebangsaan, Kesukuan, Politik Kepartaian atau Kedudukan Sosial.
 Saya akan memberikan kepada guru-guru saya penghormatan dan pernyataan
terima kasih yang selayaknya.
 Saya akan memperlakukan teman sejawat saya sebagaimana saya ingin
diperlakukan.
 Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan.
 Sekalipun diancam saya tidak akan mempergunakan pengetahuan Kedokteran saya
untuk sesuatu yang bertentangan dengan hukum perikemanusiaan.
 Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh dan dengan mempertaruhkan
kehormatan diri saya.

4. Bagaimana kriteria dokter islami?


Meskipun sudah banyak penulis, alim maupun pakar kedokteran muslim
menyampaikan karakteristik atau ciri dokter muslim, namun sampai saat ini belum
ada kesepakatan mengenai rumusan tertulis dokter muslim yang disetujui oleh
segenap persatuan dokter muslim baik ditingkat nasional, regional maupun
internasional. Menurut Majid Ramadhan (2004) dalam bukunya “Karakteristik
Dokter Muslim”, ciri dokter yang diharapkan dapat menanggung amanat juga
kekahalifahan adalah:
1. Aqidahnya benar

9
2. Ikhlas dan tekun dalam kerjanya
3. Maksimal dalam spesialisasi profesinya
4. Jujur dalam perkataan dan perbuatan
5. Punya komitment untuk selalu dapat bermanfaat bagi manusia
6. Pemalu, jujur dan menjaga rahasia
7. Peka dan penyanyang
8. Ikut merasakan rasa sakit pasien (empati) dan membangun optimisme pada pasien
9. Rendah hati, tidak sombong dan ramah
10. Tidak melebih-lebihkan ongkos dan meringankan yang kesulitan
11. Berpenampilan indah
12. Menasehati pasiennya, dengan menyuruh kepada kebaikan dan mencegah
kemungkaran.
Sifat-sifat atau karakter dokter muslim seperti tersebut di atas juga banyak ditulis
oleh ahli lain, antara lain seperti yang dinyatakan oleh Zuhair Ahmad Assi Ba’i dalam
buku “Dokter-dokter, Bagaimana Ahlakmu” (Gema Insani Press) atau juga oleh
Sahid Athar dalama buku “Islam dan Etika Kedokteran” (PSKI UMY).

5. Bagaimana sikap dokter islami dalam menangani kasus aborsi?


Sikap dokter dalam menangani pasien aborsi sangat tidak diperbolehkan.
Dokter yang bener tidak gampang di iming-iming bayaran mahal untuk melakukan
tindakan yang melanggar hukum dan HAM. Mengingat sumpah profesi dan etika
kedokteran dimana dokter adalah pelindung kehidupan yang berkewajiban melindungi
hidup makhkuk insan.
Seorang dokter dilarang terlibat atau melibatkan diri ke dalam abortus,
euthanasia, maupun hukuman mati yang tidak dapat dipertanggung jawabkan
moralitasnya. Dokter harus mengarahkan segala kemampuaannya untuk meringankan
penderitaan, memelihara hidup dan bukan untuk mengakhirkannya.
Seperti yang dijelaskan dalam KUHP Bab XIX Pasal 346 s/d 349:
Pasal 346: Seorang perempuan yang dengan sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara
paling lama empat tahun.
Pasal 347:(1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungan seorang perempuan tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara
paling lama duabelas tahun.
(2)  Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya perempuan tersebut, diancam dengan
pidana penjara paling lama limabelas tahun.
Pasal 348:
(1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang
perempuan dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima
tahun enam bulan.

10
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya perempuan tersebut, diancam dengan
pidana penjara tujuh tahun.
Pasal 349: Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan
berdasarkan pasal 346, ataupun membantu melakukan salah satu kejahatan dalam
pasal 347 & 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah
dengan sepertiga & dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam mana
kejahatan dilakukan.
Dari rumusan pasal-pasal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Seorang perempuan hamil yang dengan sengaja melakukan aborsi atau ia menyuruh
orang lain, diancam hukuman empat tahun penjara.
2. Seseorang yang dengan sengaja melakukan aborsi terhadap ibu hamil dengan tanpa
persetujuan ibu hamil tersebut, diancam hukuman penjara 12 tahun, & jika ibu hamil
tersebut mati, diancam penjara 15 tahun penjara.
3. Jika dengan persetujuan ibu hamil, maka diancam hukuman 5,5 tahun penjara &
bila ibu hamil tersebut mati diancam hukuman 7 tahun penjara.
4. Jika yang melakukan & atau membantu melakukan aborsi tersebut seorang dokter,
bidan atau juru obat ancaman hukumannya ditambah sepertiganya & hak untuk
berpraktik dapat dicabut.
5. Setiap janin yang dikandung sampai akhirnya nanti dilahirkan berhak untuk hidup
serta mempertahankan hidupnya.

6. Jelaskan pengertian dan macam aborsi?


 Aborsi Buatan / Sengaja atau Abortus Provocatus Criminalis
Aborsi buatan atau sengaja (Abortus Provocatus Criminalis) adalah pengakhiran
kehamilan sebelum usia kandungan 20 minggu atau berat janin kurang dari 500
gram sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja dan disadari oleh calon ibu
maupun si pelaksana aborsi (dalam hal ini dokter, bidan atau dukun beranak).
Pengguguran macam ini dikalangan Ulama disebut dengan istilah Isqath al-
Ikhtiyary yang berarti pengguguran yang disengaja tampa sebab yang
membolehkan sebelum masa kelahiran tiba. Perempuan melakukan aborsi jenis ini
karena didorong oleh motivasi yang berbeda-beda. Ada perempuan yang
melakukanya karena alasan ekonomi, ingin mempertahankan sebagai status
perempuan karir. Ada juga yang khawatir bahwa janin dalam kandungannya akan
lahir dalam keadaan cacat akibat radiasi dan motif-motif lainnya yang serupa.

 Aborsi Terapeutik / Medis atau Abortus Provocatus Therapeuticum


Aborsi terapeutik atau (Abortus Provocatus therapeuticum) adalah pengguguran
kandungan buatan yang dilakukan atas indikasi medis. Sebagai contoh, calon ibu
yang sedang hamil tetapi mempunyai penyakit darah tinggi menahun atau penyakit
jantung yang parah yang dapat membahayakan baik calon ibu maupun janin yang
dikandungnya. Tetapi ini semua atas pertimbangan medis yang matang dan tidak
tergesa-gesa. Aborsi ini dikalangan Ulama disebut dengan istilah Isqath al-Dharury
atau dengan Isqath al-Ilajiy yang berarti aborsi darurat atau aborsi pengobatan.

7. Apa saja dampak kesehatan dan dampak sosial dari pelaku aborsi?

11
Aborsi memiliki risiko penderitaan yang berkepanjangan terhadap kesehatan
maupun keselamatan hidup seorang wanita. Resiko kesehatan terhadap wanita
yang melakukan aborsi berisiko kesehatan dan keselamatan secara fisik dan
gangguan psikologis berikut merupakan resiko kesehatan dan resiko gangguan
psikologis pada wanita yang melakukan aborsi :
a) Resiko kesehatan
 Kematian mendadak karena pendarahan hebat.
 Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal.
 Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan.
 Rahim yang sobek (Uterine Perforation).
 Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat
pada anak berikutnya
 Kanker indung telur (Ovarian Cancer).
 Kanker leher rahim (Cervical Cancer).
 Kelainan pada ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada
anak
berikutnya dan pendarahan hebat pada kehamilan berikutnya.
 Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi ( Ectopic Pregnancy).
 Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease).
 Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)
b) Resiko psikologis
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi
kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki
dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita.
Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-Abortion Syndrome”
(Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam “Psychological
Reactions Reported After Abortion” di dalam penerbitan The Post-Abortion
Review (1994). Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan
mengalami hal-hal seperti berikut ini:
1.    Kehilangan harga diri
2.    Berteriak-teriak histeris
3.    Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi
4.    Ingin melakukan bunuh diri
Diluar hal-hal tersebut diatas para wanita yang melakukan aborsi akan dipenuhi
perasaan
bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya.

8. Syarat aborsi yang diperbolehkan di Indonesia?


■ Ketika sang janin sudah mati
(Syaikh Muhammad bin Ibrahim rahimullah mengatakan dalam majmu’fatawa:
“Tentang usaha mengugurkan kandungan,maka itu tidak boleh dilakukan selama
sang janin belum terbukti sudah mati.Namun jika sang janin sudah dipastikan
mati,maka boleh digugurkan.”)
■ Ketika keselamatan sang ibu terancam

12
(menggugurkan kandungan pada periode awal yaitu saat usia kandungan 40 hari tidak
boleh dilakukan kecuali untuk mencegah bahaya yang dikhawatirkan akan terjadi
atau untuk mewujudkan masalah syar’iyyah “kebaikan yang sesuai syari’at)
■ Aborsi spontan (Al-isqath al-dzaty)
(janin gugur secara alamiah tanpa adanya pengaruh dari luar atau gugur dengan
sendirinya biasanya disebabkan oelh kelainan kromosom,infeksi,kelainan
rahim/kelainan hormone)
■ Aborsi karena khilaf atau tidak disengaja (khatha)
(aborsi ini dilakukan tanpa sengaja, misalnya seorang pemburu yang hendak
menembak binatang buruannya tetapi meleset mengenai ibu hamil yang sedang
berjalan dipersawahan sehingga menyebabkan ibu itu keguguran)

BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ditinjau dari permasalahannya, seorang dokter hanya diperbolehkan
melakukan aborsi kepada seorang pasien apabila syarat-syarat dilakukannya aborsi
terjadi seperti: janin sudah mati atau keselamatan ibu terancam. Selain itu sebagai
seorang dokter, Usman juga perlu menjaga etika sesuai dengan kode etik kedokteran
serta menjalankan sumpah dokter agar memenuhi kriteria seorang dokter islami.
Untuk kasus ini, dokter dilarang melakukan tindakan aborsi hanya karena pasien malu
dengan anak yang dikandungnnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

 www.ahmadzain.com 
 www.depkes.go.id
 Chusaimah Tahido Yanggo, Aborsi dan Agama dalam Elga Serapong, Masruchah,
M. Imam Asiz (eds.), Agama dan Kesehatan Refroduksi (Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan, 1999), Cet I, Hal 162
 Muhammad Shiddiq Al Jawi, artikel : Aborsi dalam Pandangan Hukum Islam
 Wiknjosastro, Gulardi H., dkk.(2002).Aborsi dalam Perspektif Fiqh
Kontemporer.Jakarta:Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
 Ahmad Anees Munawir, Islam dan Masa Depan Biologis Manusia, Bandung: Mizan,
1991,47

14

Anda mungkin juga menyukai