Anda di halaman 1dari 12

Makalah

HAL – HAL YANG DILARANG AGAMA DALAM PRAKTIK


KEPERAWATAN

Disusun Oleh :

Kelompok 10

Rauzatul Rizka (19010666)

Aina Rizkia (19010663)

Marina Sari (19010634)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
BUMI PERSADA LHOKSEUMAWE
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb
Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya.
Banyak rintangan dan hambatan yang kami hadapi selama proses
pembuatan makalah ini. Namun berkat kerja keras dan bimbingan dari dosen
pembimbing, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Hal –
Hal Yang Dilarang Agama Dalam Praktik Keperawatan”.
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu dalam
pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan para pembaca.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu, dorongan dan do’a untuk menyelesaikan makalah ini. Seperti kata
pepatah “Tak Ada Gading yang Tak Retak”, begitu pula dalam penyusunan
makalah ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran dari teman-teman,dosen serta para pembaca sekalian demi kepentingan
makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, Wassalamu’alaikum wr.wb.

Lhokseumawe, 29 Juni 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................2
D. Manfaat Penulisan...................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................3


A. Euthanasia...............................................................................................3
B. Aborsi......................................................................................................4
C. Operasi Kelamin atau Operasi Plastik.....................................................4
D. Otopsi......................................................................................................5
E. Insemina Buatan......................................................................................6

BAB III PENUTUP...........................................................................................8


A. Kesimpulan.............................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Praktik Keperawatan senantiasa bersentuhan dengan manusia baik
jasmani maupun jiwanya. Oleh karena itu, praktik Keperawatan tidak
boleh mengalami kekeringan spiritual. Islam secara teori dan praktis
menyediakan informasi yang berkaitan dengan praktik keperawatan. Fokus
praktik keperawatan meliputi, peningkatan, pemeliharaan, pemulihan
kesehatan dan perawatan orang menjelang ajal.
Syariah adalah ketentuan-ketentuan agama yang merupakan
pegangan bagi manusia di dalam hidupnya untuk meningkatkan kualitas
hidupnya dalam rangka mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat mencapai
keridhaan Allah SWT yang diterangkan dalam firman Allah SWT
“Kemudian kami jadikan kamu berada di atas syariat (peraturan) dari
urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti
hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. (Q.S Al-Jatsiyah ayat :
18)”. Ketentuan-ketentuan sebagaimana dirumuskan dalam syariah wajib
dipatuhi. setiap ketentuan yang ditinggalkannya atau dilanggar bukan saja
akan merusak lingkungannya tetapi juga akan menghilangkan fungsi
parameter dalam komponen atau fungsi komponen dalam sistem.
Jarimah ialah larangan-larangan Syara’ yang diancamkan oleh
Allah dengan hukuman had atau ta’zir. Para Fuqoha sering memakai kata-
kata “Jinayah” untuk “jarimah”. Semula pengertian “jinayah” ialah hasil
perbuatan seseorang, dan biasanya dibatasi kepada perbuatan seseorang,
dan biasanya dibatasi kepada perbuatan yang dilarang oleh syara’, baik
perbuatan itu mengenai (merugikan) jiwa atau harta-benda ataupun lain-
lainnya. Akan tetapi kebanyakan fuqoha memakai kata-kata “Jinayah”
hanya untuk perbuatan yang mengenai jiwa orang atau anggota badan,
seperti membunuh, melukai, memukul, menggugurkan kandungan dan
sebagainya.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah dalam makalah
ini adalah apa saja hal-hal yang dilarang agama dalam praktik
keperawatan?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah untuk mengetahui hal-
hal yang dilarang agama dalam praktik keperawatan.

D. Manfaat Penulisan
Hasil makalah ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan
pengetahuan terkait hal-hal yang dilarang agama dalam praktik
keperawatan.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Euthanasia
Euthanasia adalah dengan sengaja tidak melakukan sesuatu untuk
memperpanjang hidup seorang pasien atau sengaja melakukan sesuatu
untuk memperpendek hidup atau mengakhiri hidup seorang pasien, dan ini
dilakukan untuk kepentingan pasien sendiri. Jenis Euthanasia ada dua
yaitu aktif dan pasif. Euthanasia pasif adalah perbuatan menghentikan atau
mencabut segala tindakan atau pengobatan yang perlu untuk
mempertahankan hidup manusia. Euthanasia aktif adalah perbuatan yang
dilakukan secara medik melalui intervensi aktif oleh seorang dokter
dengan tujuan untuk mengakhiri hidup manusia.
Euthanasia telah menjadi topik yang kontroversial, yang telah
menimbulkan banyak perdebatan tentang apakah itu harus disahkan atau
tidak. Dari sudut pandang etika, tidak pernah dibenarkan mengorbankan
manusia karena suatu tujuan, apalagi melalui euthanasia yang dapat
disamakan dengan pembunuhan. Dalam pandangan agama Islam,
kehidupan dan kematian hanyalah Allah SWT yang berhak menentukan.
Penderitaan yang dialami manusia apapun bentuknya, tidak dibenarkan
seorangpun merenggut kehidupan orang yang menderita tersebut
khususnya melalui praktek euthanasia.
Konsep euthanasia yang dirumuskan para ahli, sebenarnya
ditemukan pula larangannya dalam Al-Quran dan Hadits. Misalnya dalam
Al-Qur’an pada QS. Al- An’am ayat 151: ”Dan janganlah kamu
membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan
dengan sesuatu sebab yang benar”. Membunuh disini dapat diartikan
membunuh dengan cara apapun termasuk membunuh dengan bantuan
orang lain seperti konsep euthanasia aktif. Pembunuhan yang dikecualikan
dalam ayat tersebut adalah pembunuhan yang dibenarkan seperti
membunuh saat berperang dalam melawan kaum kafir. Penderitapun tidak

3
berhak mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri karena berputus asa
terhadap penyakit yang dideritanya.

B. Aborsi
Aborsi (penguguran kandungan) merupakan awal fetus pada
periode gestasi sehingga fetus tidak mempunyai kekuatan untuk bertahan
hidup. Aborsi merupakan pemusnahan yang melanggar hukum atau
menyebabkan lahir premature fetus manusia sebelum masa lahir secara
alami. Dalam istilah fiqh aborsi berasal dari kata ‫ا –جھض‬II‫ جھض‬artinya
menghilangkan. Al-Ijhadh berarti “mengakhiri kehamilan sebelum
masanya, baik terjadi dengan sendirinya (keguguran) ataupun dilakukan
dengan sengaja”.
Ayat yang biasa dijadikan acuan ketika berbicara mengenai aborsi
yaitu QS. al-Isra’ (17): 31 dan 33, dikemukakan:” Janganlah kamu
membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kami yang akan
memberi rezeki kepada mereka dan juga kepada kamu. Sesungguhnya
membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar”. “Dan janganlah kamu
membunuh jiwa yang diharamkan Allah melainkan dengan haq. Dan
barangsiapa dibunuh secara dhalim, maka sesungguhnya Kami telah
memberikan kekuasaan kepada walinya, tetapi janganlah keluarganya
melampaui batasan dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang
yang dimenangkan”.

C. Operasi Kelamin dan Operasi Plastik


Ada pendapat yang mengatakan bahwa operasi perubahan kelamin
hukumnya haram karena sama dengan merubah ciptaan (fitrah) Allah swt.
Operasi perubahan kelamin dapat dilakukan pada perempuan yang ingin
menjadi laki-laki, dan sebaliknya laki-laki yang ingin menjadi perempuan.
Mengubah fitrah atau kejadian yang diciptakan oleh Allah swt adalah
merupakan keberhasilan godaan syetan. Sejak diusir dari syurga, maka
syetan akan menyesatkan manusia diantaranya dengan menggoda untuk

4
mengubah ciptaan Allah swt. Dalam Al-Qur’n Allah swt memberikan
informasi tentang godaan syetan pada manusia untuk mengubah ciptaan
Allah, sebagaimana terdapat dalam QS. An-Nisaa’:118-119 : “Yang
dila’nati Allah dan syaitan itu mengatakan: “Saya benar-benar akan
mengambil dari hamba-hamba Engkau bahagian yang sudah ditentukan
(untuk saya). Dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan
membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan menyuruh mereka
(memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar
memotongnya, dan akan Aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah),
lalu benar-benar mereka merubahnya”. Barang siapa yang menjadikan
syaitan menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita
kerugian yang nyata”.

D. Otopsi
Dalil yang secara tegas membolehkan atau melarang tentang otopsi
mayat tidak ditemukan dalam al-Qur’an maupun hadis-hadis Nabi.
Kemungkinan besar pada masa lampau belum ada otopsi mayat yang
dilakukan, sehingga belum ditentukan hukumnya. Dalam hadis Nabi saw.
yang ditemukan hanya dalil-dalil secara umum tentang larangan merusak
tulang mayat seorang muslim. Selain itu kita menemukan perbedaan
pendapat di antara para ulama tentang hukum membedah perut mayat.
Hadis yang melarang kita merusak jasad mayat yang telah meninggal
dunia adalah: Dari Jabir ra berkata, “Aku keluar bersama Rasulullah saw
mengantar jenazah, beliau duduk di pinggir kuburan dan kami pun juga
demikian. Lalu seorang penggali kubur mengeluarkan tulang (betis atau
anggota) dan mematahkannya (menghancurkannya). Maka nabi SAW
bersabda, “Jangan kamu patahkan tulang itu. “Kamu patahkan meski
sudah meninggal sama saja dengan kamu patahkan sewaktu masih hidup.
Benamkanlah di samping kuburan” (HR Malik, Ibnu Majah, Abu Daud
dengan isnad yang shahih. Di kalangan fuqaha terdapat kaidah ushul:
“Keperluan (yang mendesak) didudukkan setingkat dengan darurat”.

5
Meskipun demikian perlu diperhatikan bahwa bedah mayat yang
dilakukan atas dasar keperluan mendesak demikian itu dibatasi
kebolehannya hingga terpenuhi keperluan saja. Setelah itu, mayat harus
diperlakukan sebagaimana mestinya menurut aturan Islam.

E. Insemina Buatan
Islam sangat menghargai harkat, martabat, dan fitrah manusia baik
laki-laki maupun perempuan. Oleh karena itu, Islam menganjurkan
pernikahan untuk mendapatkan keturunan, memelihara agama,
memperoleh kasih sayang, serta mendapatkan ketentraman hidup. Karena
inseminasi buatan terkait dengan keturunan, maka untuk menetapkan
hukum inseminasi buatan baik dengan cara Artificial Insemination Donor
(AID) maupun dengan cara AIH harus dikaitkan dengan ta’rif dan batasan
nikah, zina, dan nasab (Jurnalis Udin, 2002) Secara detail, menetapkan
hukum inseminasi buatan harus diawali dengan pertanyaan; apakah
inseminasi buatan tidak melanggar ketentuan pernikahan dalam Islam?
apakah sama dengan perbuatan zina? dan bagaimana dengan nasab anak?
Berikut jawabannya:
a. Insemination Husband (AIH) atau inseminasi buatan dengan sperma
suami yang sah.
1) Dilihat dari sudut batasan nikah, maka tidak melanggar, karena
sperma diambil dari suami yang sah baik secara hukum syara’
maupun hukum positif.
2) Dari aspek zina, inseminasi buatan tidak dapat digolongkan zina
karena sperma dan ovum milik suami istri yang sah.
3) Dipandang dari sudut nasab, maka anak hasil inseminasi buatan
jenis ini memiliki kaitan genetik secara total dengan suami maupun
istri yang sah. Dari kajian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
Insemination Husband (AIH) atau inseminasi buatan dengan sperma
suami yang sah tidak melanggar kaidah nikah, zina, dan nasab.

6
Dengan demikian, inseminasi jenis ini bukan merupakan perbuatan
terlarang.
b. Artificial Insemination Donor (AID) atau dengan bantuan donor sperma
orang lain/bukan suami yang sah.
1) Dilihat dari sudut batasan nikah, maka inseminasi buatan dengan
donor dari orang lain jelas melanggar akad nikah antara laki-laki
dan perempuan. Inseminasi dengan donor akan merusak lembaga
pernikahan baim secara hukum maupun secara syar’i.
2) Dilihat dari batasan zina, inseminasi dengan donor merupakan
perbuatan zina. zina bukan hanya pertemuan dua kelamin, akan
tetapi secara subtansi, pertemuan sperma dan ovum yang tidak
didahului dengan pernikahan maka haram hukumnya.
3) Dilihat dari nasab, maka secara otomatis anak yang dihasilkan akan
bernasab kepada pendonor. Ini akan merusak dan mengacaukan
nasab seorang anak.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Praktik Keperawatan senantiasa bersentuhan dengan manusia baik
jasmani maupun jiwanya. Islam secara teori dan praktis menyediakan
informasi yang berkaitan dengan praktik Keperawatan. Jarimah ialah
larangan-larangan Syara’ yang diancamkan oleh Allah dengan hukuman
had atau ta’zir. Hal-hal yang dilarang agama dalam praktek keperawatan
antara lain seperti euthanasia, aborsi, operasi kelamin atau operasi plastik,
otopsi, dan insemina buatan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Fatmawati. (2016). Aborsi Dalam Perspektif Hukum Islam (Meluruskan Problema


Perempuan di Mata Publik). Jurnal Al-Maiyyah, 9(1), 151–163.
https://media.neliti.com/media/publications/285765-aborsi-dalam-perspektif-
hukum-islam-melu-1a99d924.pdf

Pajarianto, H., & Ahmad, M. (2020). Integrasi Islam dalam Praktik Keperawatan
dan Kebidanan Pradigma Profetik dalam Dunia Keperawatan dan
Kebidanan. April 2020.

Prihastuti, I. (2018). Euthanasia Dalam Pandangan Etika Secara Agama Islam,


Medis Dan Aspek Yuridis Di Indonesia. Jurnal Filsafat Indonesia, 1(2), 85.
https://doi.org/10.23887/jfi.v1i2.13995

Susanto, A. (2015). Aborsi Dalam Perspektif Hukum Islam dan Peraturan


Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Reproduksi. 1–52.

)1369( .‫ ا‬,‫مگردچیان‬. No Title‫زلزله و شکل پذیری سازه ها‬.

Anda mungkin juga menyukai