Disusun Oleh:
Kata Pengantar
Segala pu ji hanya bagi Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Berkat
limpahan karunia nikmatnya. Penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Transplantasi Organ Tubuh” dengan lancar. Penyusunan makalah ini dalam rangka
memenuhi tugas Mata Kuliah Fqih Kontemporer yang dibimbing oleh Bapak Rifanto Bin
Ridwan, Lc.,MA.,Ph.D.
Dalam proses penyusunannya tak lepas dari bantuan, arahan dan masukan dari
berbagai pihak. Untuk itu kami ucapkan banyak terima kasih atas segala partisipasinya dalam
menyelesaikan makalah ini. Makalah ini tentunya jauh dari kata sempurna tapi penulis
tentunya bertujuan untuk menjelaskan atau memaparkan point-point di makalah ini, sesuai
dengan pengetahuan yang kami peroleh baik dari buku maupun sumber-sumber yang lain.
Demikian apa yang dapat kami sampaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
untuk kita semua, masyarakat umumnya, dan untuk kami sendiri khususnya.Bila ada
kesalahan tulisan atau kata-kata di dalam makalah ini, penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.
Penulis
Daftar Isi
KATA PENGANTAR.........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................
A. Latar Belakang.........................................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................................
C. Tujuan......................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................
A. Kesimpulan..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan yang sangat penting bagi manusia karena dengan
kondisi sehat, manusia bisa beraktifitas dengan sesama. Setiap manusia menginginkan
hidup yang sehat,Maka dari itu pencarian Ilmu Kesehatan sudah dimulai sejak zaman
dahulu, karena manusia sudah diserang oleh penyakit-penyakit sejak ia dilahirkan.
Salah satu anjuran untuk menjaga kesehatan bisa dilakukan dengan tindakan
preventif (pencegahan) dan represif (pengobatan). Secara preventif, perhatian islam
terhadap kesehatan bisa dilihat dari anjuran terhadap pemeliharaan kebersihan.
Pada dasarnya manusia mempunyai hasrat untuk hidup yang teratur, akan
tetapi keteraturan bagi seseorang belum tentu sama dengan keteraturan bagi orang
lain. Oleh karena itu diperlukan kaidah-kaidah yang mengatur hubungan antar
manusia melalui keserasian antara ketertiban dan landasan hukum.
Hukum Kesehatan menurut PERHUKI adalah semua ketentuan Hukum yang
berhubungan dengan pemeliharaan/pelayanan kesehatan dan penerapannya. Hal ini
menyangkut hak dan kewajiban baik dari perorangan dan segenap lapisan masyarakat
sebagai penerima pelayanan kesehatan maupun dari pihak penyelenggara pelayanan
kesehatan dalam segala aspeknya.
Seiring dengan berkembangannya zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi
dibidang kedokteran berkembang dengan pesat. Penemuan revolusioner diberbagai
bidang kehidupan mewarnai sejarah perjalanan masa yaitu salah satunya adalah
kemajuan dalam teknik transplantasi organ. Transplantasi organ merupakan salah satu
metode penyembuhan penyakit yang lahir dari kemajuan teknologi dalam dunia
kedokteran.
Secara faktual, hal ini sangat membantu pihak-pihak yang menderita sakit
untuk bisa sembuh kembali dengan penggantian organnya yang sakit diganti dengan
organ manusia lain yang sehat.
Penemuan transplantasi membawa perubahan besar dalam bidang kesehatan.
Sejak kesuksesan transplantasi yang pertama kali berupa ginjal dari donor kepada
pasien gagal ginjal pada tahun 1954, perkembangan ilmu kedokteran dibidang
transpIantasi semakin maju ditandai dengan adanya penemuan obat- obatan yang
semakin baik sehingga berbagai organ dan jaringan dapat ditransplantasikan.
Transplantasi atau pergantian organ tubuh yang tidak berfungsi dengan organ
dari lain merupakan langkah lain yang ditempuh untuk menyelamatkan jiwa
seseorang apabila obat-obatan sudah tidak dapat menyembuhkan organ yang
mengalami kerusakan.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Dan Hukum Transplantasi Organ Tubuh
2. Jenis-jenis Dan Sejarah Transplantasi Organ Tubuh
3. Hukum Transpalantasi Organ Tubuh Donor Dalam Keadaan Sehat.
4. Hukum Transplantasi Organ Tubuh Donor dalam Keadaan Koma.
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Transplantasi
2. Untuk mengetahui Hukum Transplantasi
3. Untuk mengetahui Jeni-jenis dan sejarah Transplantasi
4. Untuk mengetahui Golongan Hukum Transplantasi
BAB II
PEMBAHASAN
1
Hamid Abdul, "FIKIH KONTEMPORER", LP2 STAIN CURUP, Rejang Lebong, 2011, hlm.215-217
mampu menolongnya, maka hal itu pada dasarnya adalah sama dengan membunuh
mereka.
2
Sari Maula, "TRANSPORTASI ORGAN DALAM AL-QUR'AN PERSPEKTIF TAFSIR AL-MAQASIDI", Pascasarjana universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2020, hlm. 65
Sebagaimana telah ditentukan bahwa seseorang tidak dibe- narkan
memperlakukan tubuhnya dengan sekehendak hati pada waktu dalam keadaan hidup
dengan melenyapkannya dan mem- bunuhnya (bunuh diri), maka dia juga tidak
dibolehkan mem- pergunakan sebagian tubuhnya jika sekiranya menimbulkan
mudarat buat dirinya. Artinya bahwa kesehatan dan keselamatan donor harus menjadi
prioritas utama dalam pelaksanaan trans- plantasi, jika karena transplantasi fungsi
fisik seorang donor akan terganggu dan berakibat pada keselamatan jiwanya, maka
hal itu adalah dilarang, sekalipun hal itu berakibat pada kematian orang lain.
Yusuf Qardhawi mengemukakan, dalam kaidah syar'iyah dictapkan bahwa
mudarat itu harus dihilangkan sedapat mungkin. Karena itulah kita disyariatkan untuk
menolong orang yang da lam keadaan tertekan/terpaksa, menolong orang yang
terluka, memberi makan orang yang kelaparan, melepaskan tawanan, mengobati
orang yang sakit, dan menyelamatkan orang yang menghadapi bahaya, baik mengenai
jiwanya maupun lainnya. tidak diperkenankan seorang muslim yang melihat suatu
dhanar (bencana, bahaya) yang menimpa seseorang atau seke- lompok banyak orang,
tetapi dia tidak berusaha menghilangkan bahaya itu padahal dia mampu dan bisa
menghilangkannya, atau dak berusaha menghilangkannya menurut kemampuan yang
ada padanya.
Namun Islam tidak membatasi sedekah pada harta semata-mata,bahkan Islam
menganggap semua kebaikan sebagai sedekah, maka mendermakan sebagian organ
tubuh termasuk dalam kebaikan atau sedekah. Karena itu, mendermakan sebagian dari
organ tu- buh merupakan pendekatan diri kepada Allah yang paling utama dan
sedekah yang paling mulia.
Namun seseorang tidak dibolehkan mendonorkan organ yang cuma satu-
satunya dalam tubuhnya, misalnya hati atau tubuh jantung, karena dia tidak mungkin
dapat hidup tanpa adanya organ tersebut; dan tidak diperkenankan menghilangkan
dharar dari orang lain dengan menimbulkan dharar pada dirinya.
Ada beberapa catatan penting yang berkaitan dengan transplantasi ini,
berdasar hasil dari bahtsul masail (pembahasan berbagai masalah-masalah
keagamaan) yang diselenggarakan oleh Pesantren Lirboyo Kediri:
Pertama, antara donor dengan resipien harus ada kesamaan agama. Hal ini
penting, mengingat bahwa manusia diciptakan oleh Allah Swt di dunia ini adalah
dalam rangka mengabdi kepada-Nya, bukan untuk menyekutukan-Nya. Apabila trans-
plantasi diperuntukkan bagi orang di luar Islam, maka hal itu sama halnya dengan
mempertahankan kemusyrikan bertebaran di muka bumi.
Pandangan tersebut berbeda dan bertolak belakang. dengan pendapat Yusuf
Qardhawi yang justru membolehkan antara donor dan resipien yang berbeda agama.
Beliau berpan- dangan bahwa mencangkokkan organ tubuh orang non-muslim kepada
orang muslim tidak terlarang, karena organ tubuh ma- nusia tidak diidentifikasi
sebagai Islam atau kafir, ia hanya me- rupakan alat bagi manusia yang
dipergunakannya sesuai dengan akidah dan pandangan hidupnya.
Namun menurut Yusuf Qardhawi tidak boleh membe- rikan donor kepada
orang kafir harbi yang memerangi kaum muslim. Misalnya orang kafir yang
memerangi kaum muslim le- wat perang pikiran dan yang berusaha merusak Islam.
Demikian pula tidak diperbolehkan mendonorkan organ tubuh kepada o- rang murtad
yang keluar dari Islam secara terang-terangan. Karena menurut pandangan Islam,
orang murtad berarti telah meng- khianati agama dan umatnya sehingga ia berhak
dihukum bunuh.
Kedua, bahwa kesanggupan seorang donor ketika hendak mendonorkan organ
tubuhnya harus didasarkan atas pertim- bangan bahwa hal itu untuk menyelamatkan
jiwa orang lain dan tidak berbahaya bagi dirinya sendiri. Apabila hal itu justru akan
membahayakan dirinya, maka hukum transplantasi menjadi tidak diperbolehkan.
Ketiga, dalam kasus bahwa donor adalah orang yang telah meninggal dunia,
maka harus meminta izin kepada ahli waris yang bersangkutan. Namun tetap saja hal
ini dibolehkan manakala kondisi resipien benar-benar dalam keadaan darurat, yang
bilamana tidak dilakukan transplantasi ia akan meninggal dunia, sementara dia telah
menempuh berbagai cara pengobatan dan tidak berhasil.
Namun dalam Lembaga fikih Islam, dalam rapatnya yang ke-8 di
selenggarakan di Mekkah pada tanggal 19-28 Januari 1985, memutuskan transplantasi
organ manusia itu boleh, tapi harus memenuhi empat syarat, yaitu: tidak
menimbulkan bahaya bagi pendonor, pendonor secara suka rela memberikan organ
tubuhnya , transplantasi tersebut memang untuk pengobatan si sakit dan adanya
indikasi prasangka kuat bahwasanya operasi akan berhasil denga baik". Artinya bagi
si pendonor tidak akan menimbulkan mudarat, dan bagi si sakit akan menimbulkan
manfaat dengan kesembuhannya dari penyakit yang diderita.
D. Hukum Transplantasi Organ Tubuh Donor dalam Keadaan Koma.
Apabila donor dalam keadaan koma atau diduga kuat akan meninggal
segera.Maka Melakukan transplantasi organ tubuh donor dalam keada- masih hidup,
meskipun dalam keadaan koma, hukumnya tetap walaupun menurut dokter bahwa si
donor itu akan segera peninggal, karena hal itu dapat mempercepat kematianya dan
haram mendahului kehendak Allah, hal tersebut dapat dikatakan thanasia atau
mempercepat kematian.
Tidak etis melakukan transplantasi atau mengambil organ tubuh dalam
keadaan sekarat. Orang yang sehat, seharusnya berusaha untuk menyembuhkan orang
yang sedang koma itu, meskipun menurut dokter, bahwa orang sudah koma tersebut
sudah tidak ada harapan lagi untuk sembuh. Sebab ada juga orang yang dapat sembuh
kembali walaupun itu hanya sebagian kecil, padahal menurut medis, pasien tersebut
sudah tidak ada harapan untuk hidup.
E. Hukum Transplantasi Organ Tubuh Donor dalam Keadaan telah Meninggal.
Ketika donor dalam keadaan meninggal, organ tubuh yang akan dicangkokkan
diambil berdasarkan ketentuan medis dan yuridis. Di samping itu, juga harus
diperhatikan daya tahan organ yang akan dicangkokkan, apakah masih ada
kemungkinan untuk bisa berfungsi bagi resipien, atau apakah sel-sel dan jaringannya
sudah mati, sehingga tidak bermanfaat lagi bagi resipien.
Mengambil organ tubuh donor (jantung, mata atau ginjal) yang sudah
meninggal secara yuridis dan medis, hukumnya mu- bah, yaitu dibolehkan menurut
pandangan Islam, dengan syarat bahwa resipien (penerima sumbangan organ tubuh)
dalam kea- daan darurat yang mengancam jiwanya bila tidak dilakukan transplantasi
itu, sedangkan ia sudah berobat secara optimal, tetapi tidak berhasil. Hal ini
berdasarkan kaidah fikih: akan membolehkan yang diharamkan".
Pandangan senada dikemukakan oleh Yusuf Qardhawi, di mana seseorang
berwasiat mendonorkan anggota tubuhnya ketika sudah meninggal, beliau
membolehkannya. Dengan alasan, apabila seorang muslim diperbolehkan
mendonorkan tubuhnya pada waktu hidup, yang dalam hal ini mungkin saja akan
organ mendatangkan kemelaratan-meskipun kemungkinan itu kecil, maka tidaklah
terlarang dia mewasiatkannya setelah meninggal dunia. Sebab yang demikian itu akan
memberikan manfaat yang utuh kepada orang lain tanpa menimbulkan mudarat
sedikit pan kepada dirinya, karena organ-organ tubuh orang yang meninggal akan
dimakan tanah beberapa hari setelah dikubur.
Termasuk dalam hal si mayit tidak berwasiat untuk mendonorkan anggota
tubuhnya, menurut Yusuf Qardhawi tidak 18 terlarang bagi ahli waris mendonorkan
sebagian organ tubuh mayit yang dibutuhkan oleh orang-orang sakit untuk mengobati
mereka, seperti ginjal, jantung, dan sebagainya, dengan niat sebagai sedekah dari si
mayit, suatu sedekah yang berkesinambungan pahalanya selama si sakit (resipien)
masih memanfaatkan orang yang didonornya itu.
F. Jual Beli Organ Tubuh.
Di Indonesia organ tubuh yang dikomersialkan hukumnya adalah terlarang,
sebagaimana diatur dalam ketentuan Undang- Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan. Pasal 33 ayat (2) Undang-Undang tersebut menyebutkan, transplantasi
organ dan atau jaringan tubuh serta transfusi darah dilakukan hanya untuk tujuan
kemanusiaan dan dilarang untuk tujuan komersial atau diperjual belikan.
Pelanggaran terhadap pasal tersebut diancam hukuman penjara maksimal 15
tahun dan denda maksimal Rp 300 juta. Selain itu diatur juga dalam Peraturan
Pemerintah No.18 Tahun 1981 yang melarang jual beli organ tubuh manusia dan
melarang memberi dan menerima penggantian kerugian dalam bentuk apapun.
Tapi ada hal yang aneh dari negara lain, dokter dari USA mengusulkan jual-
beli organ tubuh manusia di legalkan dengan alasan kekurangan stok organ tubuh
yang harus dipakai. Karena bisa dilihat di USA sendiri kira-kira 6.000 jiwa meninggal
karena tidak mendapatkan donor. Sedangkan sumber organ terbesar hanyalah dari
orang-orang yang baru mengalami hukuman mati saja.
Ketika diperbolehkan mendonorkan salah satu organ tubuh, bukan berarti
diperbolehkan memperjual belikannya Yusuf Qardhawi menyatakan bahwa tubuh
manusia itu bukan harta yang dapat dipertukarkan dan ditawar-menawarkan sehingga
organ tubuh manusia menjadi objek perdagangan dan 3jual beli.
Lebih jauh Yusuf Qardhawi menjelaskan, apabila orang yang memanfaatkan
organ itu memberi sejumlah uang kepada donor tanpa persyaratan dan tidak
ditentukan sebe- lumnya, semata-mata untuk hibah, hadiah, dan bentuk perto- longan
maka yang demikian itu hukumnya jaig (boleh), bahkan terpuji dan termasuk akhlak
yang mulia. Hal ini sama dengan pemberian orang yang berhutang ketika
3
ibid, Abdul Hamid, hlm.218-228
mengembalikan pinjam- an atau hutangnya dengan memberikan tambahan yang tidak
dipersyaratkan sebelumnya. Hal ini diperkenankan syara' dan terpuji.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Transplantasi organ merupakan teknik kemajuan terbaru dalam ilmu kedokteran
modern. Tidak ada nash al-Quran atau hadits yang secara eksplisit menyebutkan tentang
tranplantasi. Sehingga sangatlah wajar jika banyak pendapat. Banyaknya pendapat terkait
transplantasi organ menjadi bahan pertimbangan hingga saat ini.
Maka dari itu, pengambilan dan transplantasi organ tubuh tanpa adanya alasan yang
dibenarkan secara syar’i hukumnya haram. Di perbolehkan jika adanya ketentuan-ketentuan
mendesak secara syar’i, dan tidak adanya kemudharatan bagi pendonor. Ketentuan lainnya
juga bukan merupakan organ vital yang mempengaruhi kehidupannya. Dan tidak ada upaya
medis lain untuk menyembuhkannya, kecuali dengan transplantasi. Tidak diperbolehkan
karena tubuh manusia adalah amanah yang menyebutkan manusia sebagai objek material dan
menimbulkan mudharat.
DAFTAR PUSTAKA
Hamid Abdul. "FIKIH KONTEMPORER". 2011. Rejang Lebong : LP2 STAIN CURUP.