Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Ujian Bersyarat Mata Kuliah Etika
Keperawatan
oleh :
RANDI
18112165
Ucapan puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang hanya
Makalah ini dususun secara sistematis mengenai uraian singkat tentang pengertian
eutahanasia yang masih pro dan kontra dikalangan masyarakat. Pada kesempatan ini,
Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan atau ilmu
Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk
itu penulis sangat mengharap saran dan kritik yang membangan dari pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan ...................................................................................
A. Saran .....................................................................................
B. Kesimpulan ...........................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Semakin banyak penemuan yang dilakukan oleh para ilmuan untuk memperkaya
wajar. Hal ini dilakukan untuk mengakhiri penderitaan si pasien dengan syarat ada
sebutan “The Aippocratie Oath” mengatakan “saya tidak akan memberikan obat
abad ke-14 sampai abad ke-20,Hukum adat inggris yang dipetik oleh Mahkamah
“Lebih jelasnya, selama lebih dari 700 tahun, Orang Hukum Adat Amerika
Utara telah menghukum atau tidak menyetujui aksi bunuh diri individual ataupun
dibantu.”
menyetujui euthanansia dan diikuti oleh Australia yang melegalkan di tahun yang
juga yang ikut mengeluarkan undang-undang yang sama,Hal ini akan dibahas lebih
C. Tujuan
kesehatan.
euthanasia.
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN EUTHANASIA
Euthanasia secara bahasa berasal dari bahasa Yunani eu yang berarti “baik”,
dan thanatos, yang berarti “kematian” (Utomo, 2003;177). “ Dalam bahasa Arab
dikenal dengan istilah qatlu ar-rahma atau taysir al-maut. Menurut istilah
mempercepat kematian seseorang yang ada dalam kesakitan dan penderitaan hebat
Dalam praktik kedokteran, dikenal dua macam euthanasia, yaitu aktif dan
diberikan pada saat keadaan penyakit pasien sudah sangat parah atau sudah sampai
pada stadium akhir, yang menurut perhitungan medis sudah tidak mungkin lagi bisa
sembuh atau bertahan lama. Alasan yang biasanya dikemukakan dokter adalah
serta tidak akan mengurangi sakit yang memang sudah parah (Utomo, 2003;176).
Contoh euthanasia aktif, misalnya ada seseorang menderita kanker ganas
dengan rasa sakit yang luar biasa sehingga pasien sering kali pingsan. Dalam hal
ini, dokter yakin yang bersangkutan akan meninggal dunia. Kemudian dokter
(Utomo, 2003;178).
pasien yang menderita sakit keras, yang secara medis sudah tidak mungkin lagi
pasien. Alasan yang lazim dikemukakan dokter adalah karena keadaan ekonomi
pasien yang terbatas, sementara dana yang dibutuhkan untuk pengobatan sangat
efektif lagi. Terdapat tindakan lain yang bisa digolongkan euthanasia pasif, yaitu
medis masih mungkin sembuh. Alasan yang dikemukakan dokter umumnya adalah
ketidakmampuan pasien dari segi ekonomi, yang tidak mampu lagi membiayai dana
Contoh euthanasia pasif, misalkan penderita kanker yang sudah kritis, orang
sakit yang sudah dalam keadaan koma, disebabkan benturan pada otak yang tidak
ada harapan untuk sembuh. Atau, orang yang terkena serangan penyakit paru-paru
yang jika tidak diobati maka dapat mematikan penderita. Dalam kondisi demikian,
(Utomo, 2003;177).
Menurut Deklarasi Lisabon 1981, euthanasia dari sudut kemanusiaan
dibenarkan dan merupakan hak bagi pasien yang menderita sakit yang tidak dapat
karena ada dua kendala. Pertama, dokter terikat dengan kode etik kedokteran bahwa
menghilangkan nyawa orang lain yang berarti melanggar kode etik kedokteran itu
dilakukanya aksi tersebut harus didukung dengan alasan yang kuat. Dari beberapa
survei negara dan penyaringan sumber. Berikut ini adalah tiga alasan utama
pasien tersebut mengalami rasa sakit yang amat besar. Namun pada zaman ini,
penuman semakin gencar untuk mengetasi rasa sakit tersebut, yang secara
memang sekilas merupakan jawaban dari stres yang disebabkan oleh rasa sakit
yang semakin menjadi. Namun ada juga yan g dinamakan “drugged state” atau
suatu saat dimana kita tak merasakan rasa sakit apapun karean pengaruh obat.
Karena itulah kita bisa menyimpulkan bahwa sebenarnya tidak ada rasa
sakit yang tidak terkendali, namun beberapa pendapat menyatakan bahwa hal
tersebut bisa dilakukan dengan mengirim seseorang kedalam keadan rasa sakit
masalah ini adalah dengan meningkatkan mutu para profesional medis dan
seorang pasien.
tahu bagaimana harus bertindak apabila seorang pasien mengalami rasa sakit
yang luar biasa. Jika hal ini terjadi,hendaklah pasien tersebut mencari dokter
lain.
rasa sakit itu,bukan yang akan membunuh sang pasien.Ada banyak spesialis
yang sudah dibekali dengan keahlian tersebut yang tidak hanya dapat
penderitaan mental yang biasanya mengiringi rasa sakit luar biasa tersebut.
Mungkin hal kedua bagi para pro-euthanasia adalah jika kita mengangka
hal paling dasar dari semuanya,yaitu “HAK” . Tapi jika kita teliti lebih
dalam,yang kita bicarakan disini bukanlah memberi hak untuk seseorang yang
seseorang.
Manusia memang punya hak untuk bunuh diri,hal seperti itu tidak
akhirnya.
Jawabannya adalah tidak. Bahkan tidak ada hukum atau etika medis yang
dengan alasan hukum dan sebagainya juga bisa dinilai kejam dan tidak
tanpa rasa kasihan,tidak bijak, atau tidak terdengar sebagai perilaku medis.
sama. Suatu prinsip etika yang sangat mendasar ialah kita harus menghormati
mempunyai nilai absolut, karena itu di mana-mana harus selalu dihormati. Jika kita
dengan konsekuen mengakui kehidupan manusia sebagai suci, menjadi sulit untuk
baru beberapa hari, dan menjadi sulit pula untuk menerima praktik euthanasia dan
kehidupan ini bukan saja menandai suatu tradisi etika yang sudah lama, tetapi
dalam salah satu bentuk dicantumkan juga dalam sistem hukum beberapa negara.
kesucian kehidupan mulai dikritik. Nama-nama yang terkenal di antara kritisi itu
adalah Peter Singer dan Helga Kuhse, dan etikawan terkemuka di Australia.
moral Kristen dan karena itu tidak boleh diberlakukan untuk semua orang. Di
moral makin berkurang dan makin banyak orang menempuh alur pemikiran moral
yang lain.
Dalam bukunya Practical Ethics (edisi ke-2, 1993, hlm 173) Peter Singer
saja atas masalah euthanasia dan aborsi, namun juga dalam anggapannya yang
yang baru lahir. Dengan demikian ia memperluas diskusi tentang masalah aborsi
dipraktikkan.
Dalam tulisan ini tentu tidak mungkin membahas topik ini sampai tuntas.
pengertian“kesucian kehidupan”. Dan hal itu tidak berlaku untuk agama Kristen
saja tetapi untuk agama umumnya dan khususnya untuk ketiga agama “Ibrahimik”:
konsepsi jelas tentang kehidupan yang diciptakan Tuhan dan kedudukan istimewa
Tetapi dalam hal ini kontribusi agama tidak bisa dipisahkan dari pengaruh-
demokrasi, dan dalam banyak hal lain lagi. Pandangan moral kita kini di bidang
sosial-politik merupakan buah perkembangan panjang, di mana antara lain agama
berperanan juga.
Ketiga dan terpenting, rupanya khusus dalam etika profesi medis pengertian
saja. Pengertian ini sudah terbentuk sejak permulaan pertama etika profesi medis,
“bapak ilmu kedokteran” bukan saja memberi dasar ilmiah kepada profesi
kedokteran, namun juga menyediakan pandangan moral yang teguh bagi profesi ini.
yang memiliki suatu ethos khusus. Dalam Sumpah Hippokrates ada tiga kalimat
pendek, “Aku tidak akan memberikan obat yang mematikan kepada siapa pun bila
orang memintanya, dan juga tidak akan menyarankan hal serupa itu. Demikian
juga aku tidak akan memberikan kepada seorang wanita sarana abortif (pesson
phthoron). Dalam kemurnian dan kesucian akan kujaga kehidupan dan seniku”.
Tiga kalimat pendek ini bisa dilihat sebagai awal tradisi anti-euthanasia dan
anti-aborsi dalam ethos profesi medis. Euthanasia dalam arti kini tentu belum lama
dikenal. Tetapi larangan untuk memberi racun telah mengembangkan tradisi anti-
praktik aborsi sudah dikenal sepanjang sejarah. Dalam masyarakat Yunani kuno
sekitar Hippokrates aborsi malah diterima sebagai hal lumrah. Tetapi, sejak
Hippokrates. Tetapi, bila kalimat ketiga tadi langsung boleh dikaitkan dengan
kalimat pertama dan kedua, maka “kemurnian dan kesucian” profesi medis itu
dan kedua. Kalau begitu, “kesucian kehidupan” adalah faham yang mudah bisa
muncul.
kehidupan. Jika anjing kita sakit dan tidak bisa disembuhkan, tanpa ragu-ragu kita
menganggap lebih baik membunuhnya. Hal itu sudah dipraktikkan. Yang baru
hanya bahwa kini kita memakai jasa dokter hewan. Hewan kita bunuh untuk
besar, menurut penilaian umum cara ini tidak boleh dipakai. Perbedaan ini cukup
mencolok dan berlaku secara universal. Bagi manusia tidak ada mercy killing
pengecualian.
kebiasaan membunuh orang tua, jika mereka mulai menginjak usia tua dan
manusia contoh-contoh seperti itu sedikit sekali dan sering dapat dimengerti karena
keadaan manusia di alam baka sama seperti saat ia meninggal. Karena itu justru
kondisinya parah.
Pengecualian serupa itu tidak menghindari kesimpulan bahwa hormat untuk
kehidupan manusia bersifat universal. Bahkan rasa hormat itu melampaui batas
bangkai temannya yang mati dalam alam terbuka, tetapi manusia tidak begitu. Para
Serentak juga kubur menjadi tanda peringatan akan manusia yang unik ini.
Semua itu tidak berarti, di “pinggiran” kehidupan tidak bisa timbul dilema-
dilema besar. Dan mungkin jalan keluar yang tepat adalah aborsi atau suntikan
kehidupan sekarat itu tidak bermakna. Mungkin masih bisa diterima, bila dilakukan
dengan rasa enggan, sebagai tindakan tak terelakkan. Seandainya tersedia alternatif
lebih baik, dokter tidak akan melakukannya. Dengan demikian kehormatan untuk
D. MACAM-MACAM EUTHANASIA
aksi atau dengan penghilangan suatu hak pengobatan yang seharusnya didapatkan
oleh pasien, agar pasien tersebut dapat meninggal secara wajar. Kata kuncinya
adalah disengaja, artinya jika aksi tersebut dilakukan dengan tidak sengaja, maka
adalah di negara Belanda, negara pertama di dunia yang telah secara hukum
1. Euthanasia sukarela Apabila si pasien itu sendiri yang meminta untuk diakhiri
hidupnya.
ekspresi.
4. Assisted suicide Atau bisa dikatakan proses bunuh diri dengan bantuan suatu
mengakhiri hidupnya sendiri. Jika aksi ini dilakukan oleh dokter maka disebut
dengan melakukan suatu aksi, salah satu contohnya adalah dengan melakukan
suntik mati.
seorang pasien. Tujuannya adalah agar pasien itu dapat dibiarkan meninggal
secara wajar.
Dari beberapa macam jenis euthanasia tersebut, masing-masing negara
1. Euthanasia aktif
menimbulkan kematian. Contoh dari kasus ini adalah memberikan suntik mati.
2. Euthanasia pasif
tindakan medis. Contoh dari kasus ini adalah penghentian pemberian nutrisi,
kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan
asuhan keperawatan.
dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang
euthanasia maka sebagai seorang perawat kita harus membimbing baik pasien
Euthanasia, yaitu:
1. Pasien atau calon korban harus masih dapat membuat keputusan dan
2. Ia harus menderita suatu penyakit yang terobati pada stadium terakhir atau dekat
dengan kematiannya.
dan Kristen), Islam mengakui hak seseorang untuk hidup dan mati, namun hak
tersebut merupakan anugerah Allah kepada manusia. “Hanya Allah yang dapat
menentukan kapan seseorang lahir dan kapan ia mati”(QS 22: 66; 2: 243). Oleh
karena itu, bunuh diri diharamkan dalam hukum Islam meskipun tidak ada teks
dalam Al Quran maupun Hadis yang secara eksplisit melarang bunuh diri. Kendati
demikian, ada sebuah ayat yang menyiratkan hal tersebut, "Dan belanjakanlah
orang-orang yang berbuat baik." (QS 2: 195), dan dalam ayat lain disebutkan,
Eutanasia dalam ajaran Islam disebut qatl ar-rahmah atau taisir al-maut
a. Eutanasia Aktif
dalam tindakan ini seorang dokter melakukan suatu tindakan aktif dengan
obat secara overdosis dan ini termasuk pembunuhan yang haram hukumnya,
meskipun yang mendorongnya itu rasa kasihan kepada si sakit dan untuk
serahkanlah urusan tersebut kepada Allah Ta'ala, karena Dia-lah yang memberi
kehidupan kepada manusia dan yang mencabutnya apabila telah tiba adjal yang
b. Eutanasia Pasif
dokter bahwa pengobatan yang dilakukan itu tidak ada gunanya dan tidak
memberikan harapan kepada si sakit, sesuai dengan sunnatullah (hukum Allah
bahwa mengobati atau berobat dari penyakit tidak wajib hukumnya menurut
atau berobat ini hanya berkisar pada 21okum mubah. Dalam hal ini hanya
mustahab (sunnah)..
Kematian adalah suatu fenomena yang diatur oleh Sang Pencipta. Tidak ada
mengenai kematian, dikenal adanya istilah "euthanasia", yaitu suatu kematian yang
terjadi dengan pertologan atau tidak dengan pertolongan dokter. Euthanasia ini
sudah ada sejak para pelaku kesehatan mengahadapi penyakit yang sudah tidak
dapat disembuhkan, Dalam keadaan seperti itu tidak jarang pasien ataupun keluarga
pasien meminta kepada dokter untuk segera dilakukannya euthanasia. Hal tersebut
tentu saja bertentangan dengan hukum yang berlaku di Indonesia. Didalam KUHP
pengaturan masalah euthanasia ini diatur di dalam Pasal 344. Pasal ini melarang
adanya euthanasia aktif, yaitu suatu tindakan yang positif dari dokter untuk
Disisi lain Undang-undang No.39 Tahun 1999 yang mengatur tentang Hak
Asasi Manusia (HAM) menyatakan bahwa hak yang paling utama yang dimiliki
manusia adalah hak untuk hidup sebagaimana diatur didalam Pasal 9 ayat 1 dan
Pasal 33 ayat 3, dimana didalam hak untuk hidup tersebut tercakup pula didalamya
hak untuk mati, meskipun hak tersebut tidak mutlak. Jika dikaitkan dengan pidana
mati, maka dapat dilihat suatu keganjilan, yaitu dimana seorang tertuduh yang
dijatuhi pidana mati oleh Hakim. Pada umunmya si tertuduh tersebut juga masih
ingin mempertahankan kelangsungan hidupnya terns. Dalam hal ini dapat dikatakan
bahwa Hakim telah memaksa kematian seseorang yang sebenamya masih ingin
Pendek kata, orang yang masih ingin hidup dipaksa untuk mati oleh hakim,
sedangkan orang yang karena keadaan yang tidak dapat dielakkan lagi ingin mati
dipaksa untuk hidup terns walaupun dengan penderitaan yang tiada menentu. Salah
satu kasus euthanasia yang masih hangar dibicarakan di Indonesia adalah kasus
yang dialami oleh Hasan Kesuma yang meminta diIakukannya euthanasia atas istri
tercintanya Agian lsna Nauli, yang tidak sadarkan diri setelah melahirkan anak
melalui operasi caesar. Namun permintaan tersebut banyak mendapat kecaman dan
perdebatan dari berbagi pihak karena jelas bertentangan dengan peraturan yang
berlakn di Indonesia serta melanggar kode etik kedokteran serta yang paling utama
adalah sangat bertentangan dengan kehendak Tuhan Yang Maha Esa. Maka dalam
PENUTUP
C. SARAN
kelangsungan suatu Negara harus mampu secara tegas dalam menangani dan
segala aturan sesuai dengan norma hokum yang berlaku didalam masyarakat
Indonesia.
euthanasia.
pasien.
mal praktik.
D. KESIMPULAN
dengan penghentian tindakan medis atau memberikan suntikan mati yang dapat
mempercepat kematian secara wajar. Masalah euthanasia masih dalam pro dan
kontra dikalangan pemuka agama maupun hukum negara. Sebagai tenaga medis
berlaku.
DAFTAR PUSTAKA
sacer: sovereign power and bare life. Stanford, Calif: Stanford University Press.
ISBN 0-8047-3218-3.
Almagor, Raphael (2001). The right to die with dignity: an argument in ethics,
medicine, and law. New Brunswick, N.J: Rutgers University Press. ISBN 0-
8135-2986-7.
Appel, Jacob. 2007. A Suicide Right for the Mentally Ill? A Swiss Case Opens a
Battin, Margaret P., Rhodes, Rosamond, and Silvers, Anita, eds. Physician
Fletcher, Joseph F. 1954. Morals and medicine; the moral problems of: the
Horan, Dennis J., David Mall, eds. (1977). Death, dying, and euthanasia.
What are the issues? Dordrecht: Kluwer Academic Publishers, 2001. (E.g.,
Magnusson, Roger S. "The sanctity of life and the right to die: social and
States" in Pacific Rim Law & Policy Journal (6:1), January 1997.
Palmer, "Dr. Adams' Trial for Murder" in The Criminal Law Review. (Reporting
Panicola, Michael. 2004. Catholic teaching on prolonging life: setting the record
Rachels, James. The End of Life: Euthanasia and Morality. New York: Oxford
Sacred congregation for the doctrine of the faith. 1980. The declaration on
December 1995.