DAFTAR ISI.
...1
SKENARIO......
2
KATA SULIT
...
.2
PERTANYAAN.......2
JAWABAN......3
HIPOTESA...
3
SASARAN BELAJAR...
.3
1. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN ETIK.......................................3
1.1.
DEFINISI..3
1.2.
JENIS JENIS ETIK.
.4
1.3.
HUBUNGAN ANATARA ETIK DENGAN
HUKUM...4
2. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN EUTHANASIA DALAM KAIDAH
DASAR BIOETIK............4
3. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN EUTHANASIA...5
3.1.
DEFINISI5
3.2.
KLASIFIKASI.5
3.3.
METODE
.6
4. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN EUTHANASIA BERLANDASKAN
HUKUM.6
4.1.
KODEKI.6
4.2.
UNDANGUNDANG7
4.3.
HUKUM
INTERNASIONAL7
5. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN EUTHANASIA MENURUT
PANDANGAN ISLAM8
5.1.
ALQURAN..8
5.2.
HADIST10
DAFTAR PUSTAKA..11
SKENARIO
Euthanasia Pilihan Terakhir Agian
Indosiar.com, Jakarta Bagi Agian Isna Nauli Siregar, Euthanasia adalah pilihan terakhir
untuk melepaskan diri dari penderitaannya akibat penyakit yang secara medis sulit
disembuhkan. Sang suami Panca Satria Hasan Kusuma dengan gigih terus berjuang untuk
mencari kepastian hukum, agar keinginannya untuk mengakhiri hidup istrinya terkabul.
Kendati sistem hukum di Indonesia belum mengakuinya.
Telah lebih dari 3 bulan, Agian Isna Nauli Siregar hanya tergolek tanpa daya dirumah sakit.
Sejumlah uang telah dikeluarkan Panca Satria Hasan Kusuma demi kesembuhan istrinya.
Namun hingga kini tidak ada perubahan yang berarti terlihat dari dalam diri Agian.
Kenyataan pahit ini membuat Hasan pasrah dan rela melepaskan istrinya dengan cara
Euthanasia atau disuntik mati. Keputusan akhir diperjuangkan Hasan karena telah habis dana
yang dimiliki dan tidak tahan melihat penderitaan istrinya yang sulit disembuhkan.
Kesedihan Hasan semakin bertambah, karena sejak istrinya sakit ia jarang bertemu anakanaknya. Perjuangan menempuh jalan akhir melalui Euthanasia, hingga kini masih
diteruskan.
Sudah 3 bulan Agian mengalami stroke setelah menjalani operasi seksio dirumah sakit Islam
Bogor. Sebelumnya, pasien mengalami henti nafas dan henti jantung selama 1 bulan. Mereka
kini menunggu kuputusan Majelis Hakim Pengadilan Jakarta Pusat yang menangani masalah
ini.
KATA SULIT
Euthanasia
Operasi Seksio
Stroke
Medis
Henti nafas
Henti jantung
Disuntik
Majelis Hakim Pengadilan
Kepastian hukum
terjadi gangguan pada sirkulasi udara (henti nafas belum tentu henti jantung)
: Terjadi hipoksemia, gangguan elektrolit dan gangguan irama
jantung (sudah pasti henti nafas)
: Kegiatan pengorekan kulit dengan jarum
: Dewan yang mengemban tugas dalam mengadili perkara
: Sebagai salah satu tujuan hukum dapat dinyatakan sebagai
bagian mengupayakan keadilan.
PERTANYAAN
1) Apa saja metode dari euthanasia?
2) Adakah hukum yang mengatur euthanasia?
3) Apakah euthanasia termasuk dalam etik kedokteran?
4) Apa pandangan islam tentang euthanasia?
5) Apa faktor penyebab euthanasia?
6) Bagaimana tatacara melakukan euthanasia?
7) Apakah euthanasia termasuk dalam pembunuhan?
8) Apa saja jenis jenis euthanasia?
9) Bagaimana peranan seorang dokter dalam menghadapi masalah euthanasia?
10) Apakah euthanasia sesuai dengan hukum di Indonesia?
JAWABAN
1. a. Sukarela
b. Tidak Sukarela
c. Bantuan bunuh diri
2. Pasal 344 KUHP
3. Ya, termasuk (Kode Etik Justice dan Beneficence)
4. Haram, karena termasuk pembunuhan dengan sengaja
5. Penyakit dan kondisi sudah kronis dan tidak dapat disembuhkan
6. Tata cara dilakukannya euthanasia:
-
I.
I.1. Definisi
Etik berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang berarti akhlak, adat
kebiasaan, watak, perasaan, sikap yang baik, yang layak. Menurut Kamus Umum
Bahasa Indonesia (Purwadarminta, 1953), etika adalah ilmu pengetahuan tentang
azas aklak. Sedangkan menurut KBBI, etik adalah :
-
Ilmu tentang apa yang baik dan buruk, serta tentang hak dan
kewajiban moral.
Nilai benar dan salah yang dianut satu golongan atau masyarakat.
Persamaan
4
II.
Perbedaan
Aspek
Etik
Hukum
Ditujukan untuk
Lingkungan profesi
Umum
Penyusun
Anggota profesi
Badan pemerintahan
Bentuk
Tidak tertulis
Sanksi
Tuntunan
Tuntutan
Penyelesaian oleh
MKDKI/MKEK
Pengadilan Negri
Ketentuan Penyelesaian
Pelanggaran
Tujuan
Beneficence : Dalam arti prinsip bahwa seorang dokter berbuat baik, dalam
suatu prinsip ini dikatakan bahwa perlunya perlakuan yang terbaik bagi pasien.
Beneficence membawa arti menyediakan kemudahan dan kesenangan kepada
pasien mengambil langkah positif untuk memaksimalisasi akibat baik daripada
hal yang buruk.
Contoh Prinsip Bioetik Beneficence :
Terapi diuretika hanya pada pagi hari
Cari waktu optimal untuk Labiopalatoschisis
5
Justice : suatu prinsip dimana seorang dokter memperlakukan sama rata dan
adil
terhadap untuk kebahagiaan dan kenyamanan pasien tersebut. Perbedaan tingkat
ekonomi, pandangan politik, agama, kebangsaan, perbedaan kedudukan sosial,
kebangsaan, dan kewarganegaraan tidak dapat mengubah sikap dokter terhadap
pasiennya.
III.
III.1. Definisi
Euthanasia secara bahasa berasal dari bahasa Yunani eu yang berarti baik,
tanpa penderitaan dan thanatos yang berarti kematian (Utomo, 2003: 177).
6
Dengan demikian, euthanasia dapat diartikan mati dengan baik tanpa penderitaan.
Ada yang menerjemahkannya sebagai mati cepat tanpa derita.
Sesuai dengan rumusan yang dibuat oleh Eutanasia Study Group dari KNMG
(Ikatan Dokter Belanda) mendefinisikan euthanasia sebagai perbuatan tidak sengaja
melakukan sesuatu untuk memperpanjang hidup seorang pasien atau sengaja
melakukan sesuatu untuk memperpendek hidup atau mengakhiri hidup seorang
pasien, dan ini dilakukan untuk kepentingan pasien sendiri.
Dalam bahasa Arab, Euthanasia dikenal dengan istilah qatl ar-rahma atau taysr
al-mawt. Menurut istilah kedokteran, euthanasia berarti tindakan untuk meringankan
kesakitan atau penderitaan yang dialami seseorang yang akan meninggal; juga
berarti mempercepat kematian seseorang yang ada dalam kesakitan dan penderitaan
hebat menjelang kematiannya. (Hasan, 1995: 145).
III.2. Klasifikasi
Dilihat dari cara pelaksanaan :
Euthanasia Pasif : Euthanasia yang dilakukan dengan cara mencabut atau
memberhentikan tindakan atau pengobatan yang perlu dilakukan untuk
mempertahankan hidup seseorang. contoh : pemberhentian pemberian infus,
pemberhentian alat bantu nafas, menunda operasi)
Euthanasia Aktif : Euthanasia yang dilakukan secara medik dengan cara
memberikan intervensi aktif oleh seorang Dokter dengan tujuan untuk mengakhiri
hidup seseorang.
a) Euthanasia aktif langsung (direct)
Dilakukan tindakan medik secara terarah yang diperhitungkan akan
mengakhiri hidup pasien/ memperpendek hidup pasien. Biasa disebut mercy
killing.
b) Euthanasia aktif tidak langsung (indirect)
Saat Dokter atau tenaga kesehatran lainnya melakukan tindakan medik
untuk meringankan penderitaan pasien, namun mengetahui adanya resiko
tersebut dapat memperpendek atau mengakhiri hidup pasien.
III.3. Metode
Ada empat metode euthanasia:
a. Euthanasia sukarela: ini dilakukan oleh individu yang secara sadar
menginginkan kematian.
b. Euthanasia non sukarela: ini terjadi ketika individu tidak mampu untuk
menyetujui karena faktor umur, ketidak mampuan fisik dan mental. Sebagai
contoh dari kasus euthanasia non sukarela ini adalah menghentikan bantuan
makanan dan minuman untuk pasien yang berada di dalam keadaan vegetatif
(koma).
c. Euthanasia tidak sukarela: ini terjadi ketika pasien yang sedang sekarat dapat
ditanyakan persetujuan, namun hal ini tidak dilakukan. Kasus serupa dapat
terjadi ketika permintaan untuk melanjutkan perawatan ditolak.
d. Bantuan bunuh diri: ini sering diklasifikasikan sebagai salah satu bentuk
euthanasia. Hal ini terjadi ketika seorang individu diberikan informasi dan
wacana untuk membunuh dirinya sendiri.
IV.
e.
f.
g.
h.
i.
10
itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah. Jika ia (si terbunuh) dari
kaum yang memusuhimu, padahal ia mukmin, maka (hendaklah si pembunuh)
memerdekakan hamba-sahaya yang mukmin. Dan jika ia (si terbunuh) dari kaum
(kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, maka (hendaklah si
pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta
memerdekakan hamba sahaya yang mukmin. Barang siapa yang tidak memperolehnya,
maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut sebagai cara
tobat kepada Allah. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
V.2.
Hadits
Tidakkah suatu musibah menimpa seorang muslim, kecuali Allah menghapuskan
dengannya musibah itu dosanya, hatta sekadar duri yang menusuknya. (HR. AlBukhori dan Muslim)
Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla setiap kali menciptakan penyakit, Dia ciptakan
pula obatnya. Maka berobatlah kalian! (HR Ahmad, dari Anas RA)
Hadits di atas menunjukkan Rasulullah SAW memerintahkan untuk berobat.
Tidak halal membunuh seorang muslim kecuali karena salah satu dari tiga alasan,
yaitu: pezina mukhshan (sudah berkeluarga), maka ia harus dirajam (sampai mati);
seseorang yang membunuh seorang muslim lainnya dengan sengaja, maka ia harus
dibunuh juga. Dan seorang yang keluar dari Islam (murtad), kemudian memerangi
Allah dan Rasulnya, maka ia harus dibunuh, disalib dan diasingkan dari tempat
kediamannya (HR Abu Dawud dan An-Nasai)
DAFTAR PUSTAKA
Amir, A and Hanafiah, Mj. (2009). Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan. 4th ed.
EGC: Jakarta
Hasan. Ma. (1995). Masail Fiqhiyah Al-Haditsah pada Masalah-Masalah
Kontemporer Hukum Islam. Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Ramadhan, Ya. (2013). Pola Pikir Etika dalam Praktik Kedokteran. CDK-206. 40 (7),
p545-550.
Shannon, T. (1995). Pengantar Bioetika. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
12
13