Anda di halaman 1dari 13

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.
...1
SKENARIO......
2
KATA SULIT

...
.2

PERTANYAAN.......2
JAWABAN......3
HIPOTESA...
3
SASARAN BELAJAR...
.3
1. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN ETIK.......................................3
1.1.
DEFINISI..3
1.2.
JENIS JENIS ETIK.
.4
1.3.
HUBUNGAN ANATARA ETIK DENGAN
HUKUM...4
2. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN EUTHANASIA DALAM KAIDAH
DASAR BIOETIK............4
3. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN EUTHANASIA...5
3.1.
DEFINISI5
3.2.
KLASIFIKASI.5
3.3.
METODE
.6
4. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN EUTHANASIA BERLANDASKAN
HUKUM.6
4.1.
KODEKI.6
4.2.
UNDANGUNDANG7
4.3.
HUKUM
INTERNASIONAL7
5. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN EUTHANASIA MENURUT
PANDANGAN ISLAM8

5.1.

ALQURAN..8

5.2.
HADIST10
DAFTAR PUSTAKA..11

SKENARIO
Euthanasia Pilihan Terakhir Agian
Indosiar.com, Jakarta Bagi Agian Isna Nauli Siregar, Euthanasia adalah pilihan terakhir
untuk melepaskan diri dari penderitaannya akibat penyakit yang secara medis sulit
disembuhkan. Sang suami Panca Satria Hasan Kusuma dengan gigih terus berjuang untuk
mencari kepastian hukum, agar keinginannya untuk mengakhiri hidup istrinya terkabul.
Kendati sistem hukum di Indonesia belum mengakuinya.
Telah lebih dari 3 bulan, Agian Isna Nauli Siregar hanya tergolek tanpa daya dirumah sakit.
Sejumlah uang telah dikeluarkan Panca Satria Hasan Kusuma demi kesembuhan istrinya.
Namun hingga kini tidak ada perubahan yang berarti terlihat dari dalam diri Agian.
Kenyataan pahit ini membuat Hasan pasrah dan rela melepaskan istrinya dengan cara
Euthanasia atau disuntik mati. Keputusan akhir diperjuangkan Hasan karena telah habis dana
yang dimiliki dan tidak tahan melihat penderitaan istrinya yang sulit disembuhkan.
Kesedihan Hasan semakin bertambah, karena sejak istrinya sakit ia jarang bertemu anakanaknya. Perjuangan menempuh jalan akhir melalui Euthanasia, hingga kini masih
diteruskan.
Sudah 3 bulan Agian mengalami stroke setelah menjalani operasi seksio dirumah sakit Islam
Bogor. Sebelumnya, pasien mengalami henti nafas dan henti jantung selama 1 bulan. Mereka
kini menunggu kuputusan Majelis Hakim Pengadilan Jakarta Pusat yang menangani masalah
ini.
KATA SULIT
Euthanasia
Operasi Seksio
Stroke
Medis
Henti nafas

: Kematian secara mudah atau tanpa rasa sakit pengakhiran


dengan sengaja hidup seseorang yang menderita penyakit.
: Operasi pembedahan untuk melahirkan bayi melalui perut
: Serangan mendadak dan berat (serangan otak akibat tersumbatnya pembuluh darah)
: Berhubungan atau termasuk bidang kedokteran
: Terjadi bukan karena gangguan pada jalan nafas melainkan
2

Henti jantung
Disuntik
Majelis Hakim Pengadilan
Kepastian hukum

terjadi gangguan pada sirkulasi udara (henti nafas belum tentu henti jantung)
: Terjadi hipoksemia, gangguan elektrolit dan gangguan irama
jantung (sudah pasti henti nafas)
: Kegiatan pengorekan kulit dengan jarum
: Dewan yang mengemban tugas dalam mengadili perkara
: Sebagai salah satu tujuan hukum dapat dinyatakan sebagai
bagian mengupayakan keadilan.

PERTANYAAN
1) Apa saja metode dari euthanasia?
2) Adakah hukum yang mengatur euthanasia?
3) Apakah euthanasia termasuk dalam etik kedokteran?
4) Apa pandangan islam tentang euthanasia?
5) Apa faktor penyebab euthanasia?
6) Bagaimana tatacara melakukan euthanasia?
7) Apakah euthanasia termasuk dalam pembunuhan?
8) Apa saja jenis jenis euthanasia?
9) Bagaimana peranan seorang dokter dalam menghadapi masalah euthanasia?
10) Apakah euthanasia sesuai dengan hukum di Indonesia?
JAWABAN
1. a. Sukarela
b. Tidak Sukarela
c. Bantuan bunuh diri
2. Pasal 344 KUHP
3. Ya, termasuk (Kode Etik Justice dan Beneficence)
4. Haram, karena termasuk pembunuhan dengan sengaja
5. Penyakit dan kondisi sudah kronis dan tidak dapat disembuhkan
6. Tata cara dilakukannya euthanasia:
-

Meminta persetujuan dari keluarga terdekat pasien

Jika kondisi pasien masih memungkinkan untuk diminta persetujuan

7. Sama dengan jawaban no. 4


8. Jenis jenis euthanasia:
- Aktif
- Pasif
- Volunteer
- involunteer
3

9. Peranan dokter dalam mengahadapi keadaan tersebut:


- Bertindak professional
- Memberikan keterangan yang valid
- Meminta persetujuan pasien/ keluarga pasien
10. Tidak sesuai, karena Indonesia merupakan penganut agama Islam terbesar. Menurut
hukum di Indonesia, tidak sesuai dengan HAM (Hak untuk Hidup)
HIPOTESA
Euthanasia dapat dilakukan ketika keadaan seorang pasien tidak memungkinkan
untuk disembuhkan. Euthanasia dilakukan atas persetujuan pasien dan keluarga
pasien, serta dilandaskan oleh hukum, agama, dan KODEKI.

I.

MEMAHAMI DAN MENJELASKAN ETIK

I.1. Definisi
Etik berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang berarti akhlak, adat
kebiasaan, watak, perasaan, sikap yang baik, yang layak. Menurut Kamus Umum
Bahasa Indonesia (Purwadarminta, 1953), etika adalah ilmu pengetahuan tentang
azas aklak. Sedangkan menurut KBBI, etik adalah :
-

Ilmu tentang apa yang baik dan buruk, serta tentang hak dan
kewajiban moral.

Kumpulan atau seperangkat azas atau nilai yang berkenaan dengan


akhlak.

Nilai benar dan salah yang dianut satu golongan atau masyarakat.

I.2. Jenis-jenis etik


a. Normatif, yaitu etik yang mengatur secara garis besar tentang norma.
b. Metalitik/ Analitik, yaitu etik yang menganalisa suatu perilaku lebih dalam.

I.3. Hubungan antara etik dengan hukum


-

Persamaan
4

1. Alat untuk mengatur.


2. Objeknya adalah tingkah laku manusia.
3. Mengandung hak dan kewajiban.
4. Membuat manusia bersikap manusiawi.
5. Sumbernya berasal dari pemikiran pakar-pakar terdahulu/ senior.

II.

Perbedaan

Aspek

Etik

Hukum

Ditujukan untuk

Lingkungan profesi

Umum

Penyusun

Anggota profesi

Badan pemerintahan

Bentuk

Tidak tertulis

Tercantum secara rinci

Sanksi

Tuntunan

Tuntutan

Penyelesaian oleh

MKDKI/MKEK

Pengadilan Negri

Ketentuan Penyelesaian
Pelanggaran

Tidak selalu disertai bukti


fisik

Memerlukan bukti fisik

Tujuan

Buat keputusan/ berperilaku

Aturan ketertiban hubungan

MEMAHAMI DAN MENJELASKAN EUTHANASIA DALAM KAIDAH


DASAR BIOETIK

Beneficence : Dalam arti prinsip bahwa seorang dokter berbuat baik, dalam
suatu prinsip ini dikatakan bahwa perlunya perlakuan yang terbaik bagi pasien.
Beneficence membawa arti menyediakan kemudahan dan kesenangan kepada
pasien mengambil langkah positif untuk memaksimalisasi akibat baik daripada
hal yang buruk.
Contoh Prinsip Bioetik Beneficence :
Terapi diuretika hanya pada pagi hari
Cari waktu optimal untuk Labiopalatoschisis
5

Tidak melanggar otonomi pasien


Memberi info yang lengkap

Non-maleficence : suatu prinsip yang mana seorang dokter tidak melakukan


perbuatan yang memperburuk pasien dan memilih pengobatan yang paling kecil
resikonya bagi pasien sendiri.

Contoh Prinsip Bioetik Non-Maleficence :


Dokter bersedia ke rumah pasien yang gawat darurat
Pemeriksaan/pengobatan sesuai dengan penyakit
Menerangkan efek samping obat
Memberi penjelasan dengan bahasa yang sederhana
Memasukan obat di makanan penderita illness
Tidak memberi obat demam setelah pasien anak imunisasi DPT
Otonomy : Seorang dokter menghormati martabat manusia. Setiap individu
harus diperlakukan sebagai manusia yang mempunyai hak menentukan nasib
diri sendiri. Dalam hal ini pasien diberi hak untuk berfikir secara logis dan
membuat keputusan sendiri. Autonomy bermaksud menghendaki, menyetujui,
membenarkan, membela, dan membiarkan pasien demi dirinya sendiri.

Contoh Prinsip Bioetik Otonomy :


- Tidak menakut-nakuti/membujuk pasien dalam membuat keputusan
- Cek-ricek keputusan pasien
- Tidak melakukan tindakan medis tanpa persetujuan pasien

Justice : suatu prinsip dimana seorang dokter memperlakukan sama rata dan
adil
terhadap untuk kebahagiaan dan kenyamanan pasien tersebut. Perbedaan tingkat
ekonomi, pandangan politik, agama, kebangsaan, perbedaan kedudukan sosial,
kebangsaan, dan kewarganegaraan tidak dapat mengubah sikap dokter terhadap
pasiennya.

III.

Contoh Prinsip Bioetik Justice :


Child Abuse/KDRT
UU karantina
Fasilitas kesehatan sesuai dengan kelas perawatan
Mengembalikan barang pasien
Tidak bekerjasama dengan perusahaan obat

MEMAHAMI DAN MENJELASKAN EUTHANASIA

III.1. Definisi
Euthanasia secara bahasa berasal dari bahasa Yunani eu yang berarti baik,
tanpa penderitaan dan thanatos yang berarti kematian (Utomo, 2003: 177).
6

Dengan demikian, euthanasia dapat diartikan mati dengan baik tanpa penderitaan.
Ada yang menerjemahkannya sebagai mati cepat tanpa derita.
Sesuai dengan rumusan yang dibuat oleh Eutanasia Study Group dari KNMG
(Ikatan Dokter Belanda) mendefinisikan euthanasia sebagai perbuatan tidak sengaja
melakukan sesuatu untuk memperpanjang hidup seorang pasien atau sengaja
melakukan sesuatu untuk memperpendek hidup atau mengakhiri hidup seorang
pasien, dan ini dilakukan untuk kepentingan pasien sendiri.
Dalam bahasa Arab, Euthanasia dikenal dengan istilah qatl ar-rahma atau taysr
al-mawt. Menurut istilah kedokteran, euthanasia berarti tindakan untuk meringankan
kesakitan atau penderitaan yang dialami seseorang yang akan meninggal; juga
berarti mempercepat kematian seseorang yang ada dalam kesakitan dan penderitaan
hebat menjelang kematiannya. (Hasan, 1995: 145).
III.2. Klasifikasi
Dilihat dari cara pelaksanaan :
Euthanasia Pasif : Euthanasia yang dilakukan dengan cara mencabut atau
memberhentikan tindakan atau pengobatan yang perlu dilakukan untuk
mempertahankan hidup seseorang. contoh : pemberhentian pemberian infus,
pemberhentian alat bantu nafas, menunda operasi)
Euthanasia Aktif : Euthanasia yang dilakukan secara medik dengan cara
memberikan intervensi aktif oleh seorang Dokter dengan tujuan untuk mengakhiri
hidup seseorang.
a) Euthanasia aktif langsung (direct)
Dilakukan tindakan medik secara terarah yang diperhitungkan akan
mengakhiri hidup pasien/ memperpendek hidup pasien. Biasa disebut mercy
killing.
b) Euthanasia aktif tidak langsung (indirect)
Saat Dokter atau tenaga kesehatran lainnya melakukan tindakan medik
untuk meringankan penderitaan pasien, namun mengetahui adanya resiko
tersebut dapat memperpendek atau mengakhiri hidup pasien.

Dilihat dari permintaan :


Euthanasia volunteer / Euthanasia sukarela (atas permintaan pasien)
Euthanasia yang dilakukan atas permintaan pasien secara berulang-ulang
Euthanasia involunteer (Tidak atas permintaan pasien)
Euthanasia yang dilakukan kepada pasien yang sudah tidak sadar dan biasanya
keluarga pasien yang meminta.
Berdasarkan University of Missouri :
Self Administered
: Pasien yang mengambil keputusan tentang kematian
Other Administered : Orang lain bukan hanya pasien yang menentukan
kematian
Assisted
: Pasien dibantu oleh dokter dalam mengambil kePutusan
Menurut BBC :
Withdrawing Treatment : Mencabut mesin atau ventilator
Withholding Treatment : Tidak melakukan operasi.

III.3. Metode
Ada empat metode euthanasia:
a. Euthanasia sukarela: ini dilakukan oleh individu yang secara sadar
menginginkan kematian.
b. Euthanasia non sukarela: ini terjadi ketika individu tidak mampu untuk
menyetujui karena faktor umur, ketidak mampuan fisik dan mental. Sebagai
contoh dari kasus euthanasia non sukarela ini adalah menghentikan bantuan
makanan dan minuman untuk pasien yang berada di dalam keadaan vegetatif
(koma).
c. Euthanasia tidak sukarela: ini terjadi ketika pasien yang sedang sekarat dapat
ditanyakan persetujuan, namun hal ini tidak dilakukan. Kasus serupa dapat
terjadi ketika permintaan untuk melanjutkan perawatan ditolak.
d. Bantuan bunuh diri: ini sering diklasifikasikan sebagai salah satu bentuk
euthanasia. Hal ini terjadi ketika seorang individu diberikan informasi dan
wacana untuk membunuh dirinya sendiri.
IV.

MEMAHAMI DAN MENJELASKAN EUTHANASIA BERLANDASKAN


HUKUM
IV.1. KODEKI
Pasal 2
:
Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai
dengan standar profesi yang tertinggi.
Pasal 5
:
Tiap perbuatan atau nasihat yang mungkin melemahkan daya tahan baik psikis
maupun fisik hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah
memperoleh persetujuan pasien.
Pasal 7C :
Seorang dokter harus senantiasa menghormati hak-hak pasien, teman sejawatnya
dan tenaga kerja kesehatan lain serta harus menjaga kepercayaan manusia.
Pasal 7D
:
Setiap dokter wajib senantiasa mengingat kewajiban dirinya dalam melindungi
hidup makhluk insani.
IV.2. Undang-Undang
a. Pasal 344 KUHP
barang siapa menghilangkan jiwa orang lain atas permintaan orang itu sendiri,
yang disebutnya dengan nyata dan dengan sungguh-sungguh, dihukum penjara
selama-lamanya dua belas tahun
b. Pasal 338 KUHP
Barang siapa dengan sengaja menghilangnkan jiwa orang lain, dihukum karena
makar mati, dengan penjara selama-lamanya lima belas tahun.
c. Pasal 340 KUHP
Barang siapa dengan sengaja dan direncanakan lebih dahulu menghilangkan
jiwa orang lain, dihukum, karena pembunuhan direncanakan (moord), dengan
hukuman mati atau penjara selama-lamanya seumur hidup atau penjara
sementara selama-lamanya dua puluh tahun
d. Pasal 359 KUHP
8

e.
f.

g.
h.
i.

Barang siapa karena salahnya menyebabkan matinya orang dihukum penjara


selama-lamanya seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua
puluh tahun.
Pasal 345 KUHP
Barang siapa karena salahnya menyebabkan matinya orang dihukum penjara
selama-lamanya lima tahun atau kurungan selama-lamanya satu tahun.
Pasal 304 KUHP
Barang siapa dengan sengaja menempatkan atau membiarkan seseorang dalam
keadaan sengsara, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena
persetujuan dia wajib memberi kehidupan, perawatan, atau pemeliharaan kepada
orang itu, diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan
atau denda sebesar empat ribu lima ratus rupiah.
UU No.39/1999 Tentang HAM
UU No.36/2009 Tentang Kesehatan
UU No.29/2004 Tentang Praktik Kedokteran

IV.3. Hukum Internasional


Masalah hak untuk mati di beberapa Negara maju sudah ada pengaturannya di
dalam perundang-undangan Negara tersebut, seperti Negara Eropa, tetapi hak unutk
mati itu tidak bersifat mutlak, seperti adanya keputusan dari Pengadilan Negeri
Leeuwarden yang menetapkan tolak ukur perumusan tidak dikenal hokum atau
tanpa hukuman terhadap Eutanasia yang dilakukan.
Sedangkan menurut Negara Belanda yang pertama kali melegalkan Eutanasia,
Eutanasia hanya dapat dilakukan kalau pasien sendiri yang meminta dan telah
memnuhi syarat dilaksanakannya Eutanasia. Di amerika Serikat, Eutanasia lebih
popular dengan istilah physician assisted suicide.
Negara yang telah memberlakukan Eutanasia lewat Undang-Undang adalah
Belanda dan Negara bagian Oregon-Amerika Serikat. Negara yang telah
memperbolehkan Euthanasia adalah Belanda, Belgia, Amerika, Luxemburg,
Jepang dan Australia. Sedangkan Negara yang tidak memperbolehkan Euthanasia
adalah Kanada, Jerman, Itali, Israel, Rusia, Spanyol, Inggris, Swiss dan
Republik Ceko.
Di Amerika Serikat Komite ad hoc terpaksa dibentuk di Harvard Medical
School tahun 1969 dan menghasilkan rekomendasi mengenai boleh / tidaknya
mengakhiri hidup pasien penderita brain death, yaitu bila memenuhi unsur unsur:
Unreceptivity and Unrespondesiveness (kehilangan daya tanggap/reaksi);
No spontaneous movements or breathing (tanpa gerak spontan dan nafas);
No reflexes (tanpa refleks);
A flat electroencephalogram / EEG (kerusakan otak).
Di Australia Northern Territory sesungguhnya menjadi tempat pertama di
dunia dengan UU yang mengizinkan euthanasia dan bunuh diri berbantuan, meski
tidak bertahan lama. Pada tahun 1995 Northern Territory menerima UU yang disebut
Right of the terminally ill bill (UU tentanghak pasien terminal). Undang undang ini
kemudian beberapa kali dipraktekkan, tetapi bulan Maret 1997 ditiadakan oleh
keputusan Senat Australia, sehingga harus ditarik kembali.
9

Di Belgia dan Belanda meskipun dilarang oleh hokum perundang


undangan, namun hal ini dilindungi oleh serangkaian keputusan pengadilan dan
Mahkamah Agung, serta secara luas dianggap legal, atau lebih tepat gedoeken.
Gedoekan dinyatakan sebagai tindakan toleransi sehingga dapat melindungi seorang
dokter bila melakukan euthanasia, bila :
Permintaan pasien harus bersifat sukarela;
Pasien berada dalam penderitaan yang tidak dapat ditolerir;
Semua alternatif untuk meringankan penderitaan yang bisa diterima oleh pasien,
telah dicoba;
Pasien mempunyai informasi lengkap / cukup ( the right to die in dignity );
Dokter telah berkonsultasi dengan dokter kedua, yang penilaiannya diharapkan
independen.
Beberapa ketentuan dalam Internasional Covenant of Civil and Political
Right yakni sebagai berikut:
1. Pasal 1 :
Setiap orang mempunyai hak menentukan nasib sendiri.
2. Pasal 9 :
Setiap orang mempunyai kebebasan dan keamanaan di dirinya.
3. Pasal 17:
Tak seorang pun boleh dilecehkan privasinya atau kerahasiaan surat
menyuratnya.
4. Pasal 18:
Setiap orang mempunyai hak atas kebebasan suara dan kata hatinya.
V.

MEMAHAMI DAN MENJELASKAN EUTHANASIA MENURUT


PANDANGAN ISLAM
V.1.
AL-Quran
QS. Al-Anam 15

10

Artinya: Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu

oleh Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia,


berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh
anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan
kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji,
baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu
membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu
(sebab) yang benar ". Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu
memahami(nya).
Q.S. An-Nissa 29

ArtArtinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling


memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah
kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.
Q.S. An-Nissa 92
:
Artinya: Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin
(yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja), dan barang siapa membunuh
seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya
yang beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh
11

itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah. Jika ia (si terbunuh) dari
kaum yang memusuhimu, padahal ia mukmin, maka (hendaklah si pembunuh)
memerdekakan hamba-sahaya yang mukmin. Dan jika ia (si terbunuh) dari kaum
(kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, maka (hendaklah si
pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta
memerdekakan hamba sahaya yang mukmin. Barang siapa yang tidak memperolehnya,
maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut sebagai cara
tobat kepada Allah. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
V.2.

Hadits
Tidakkah suatu musibah menimpa seorang muslim, kecuali Allah menghapuskan
dengannya musibah itu dosanya, hatta sekadar duri yang menusuknya. (HR. AlBukhori dan Muslim)
Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla setiap kali menciptakan penyakit, Dia ciptakan
pula obatnya. Maka berobatlah kalian! (HR Ahmad, dari Anas RA)
Hadits di atas menunjukkan Rasulullah SAW memerintahkan untuk berobat.
Tidak halal membunuh seorang muslim kecuali karena salah satu dari tiga alasan,
yaitu: pezina mukhshan (sudah berkeluarga), maka ia harus dirajam (sampai mati);
seseorang yang membunuh seorang muslim lainnya dengan sengaja, maka ia harus
dibunuh juga. Dan seorang yang keluar dari Islam (murtad), kemudian memerangi
Allah dan Rasulnya, maka ia harus dibunuh, disalib dan diasingkan dari tempat
kediamannya (HR Abu Dawud dan An-Nasai)

DAFTAR PUSTAKA
Amir, A and Hanafiah, Mj. (2009). Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan. 4th ed.
EGC: Jakarta
Hasan. Ma. (1995). Masail Fiqhiyah Al-Haditsah pada Masalah-Masalah
Kontemporer Hukum Islam. Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Ramadhan, Ya. (2013). Pola Pikir Etika dalam Praktik Kedokteran. CDK-206. 40 (7),
p545-550.
Shannon, T. (1995). Pengantar Bioetika. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta

12

13

Anda mungkin juga menyukai