Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KELOMPOK

TEORI YANG MENDASARI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENGHADAPI


DILEMA ETIK DALAM PELAYANAN KEBIDANAN

Disusun Oleh Kelompok 13:

1. Isna Amalia Fitria (Reg A/P27824420163)


2. Jihan Nabila Akhmal (Reg A/P27824420164)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA

JURUSAN KEBIDANAN

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayahNya sehingga Makalah Kelompok ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu.

Makalah Kelompok ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Profesi dan
Perundang-undangan bagi mahasiswa Prodi Sarjana Terapan Kebidanan Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Surabaya. Karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Astuti Setyani, SST, M.Kes selaku Dosen Pembimbing mata kuliah Etika Profesi dan
Perundang-undangan dan seluruh pihak yang telah membantu terselesainya Makalah
Kelompok ini.

Surabaya, 3 Agustus 2021

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................1
1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................2
2.1 Pengetian Pengambilan Keputusan........................................................................................2
2.1.1 Definisi Pengambilan Keputusan....................................................................................2
2.1.2 Teori-Teori Pengambilan Keputusan..............................................................................2
2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan....................................................3
2.1.4 Hal Hal Pokok dalam Pengambilan Keputusan..............................................................5
2.1.5 Gaya Pengambilan Keputusan.........................................................................................5
2.1.6 Teknik Teknik Pengambilan Keputusan.........................................................................6
2.1.7 Proses Pengambilan Keputusan......................................................................................6
2.1.8 Ciri-ciri keputusan yang etis............................................................................................7
2.2 Metode Pengambilan Keputusan dalam Menghadapi Dilema Etik dalam Pelayanan
Kebidanan....................................................................................................................................7
2.2.1 Tipe – Tipe Etik...............................................................................................................7
2.2.2 Tingkatan Kerja Pertimbangan Moral Dalam Pengambilan Keputusan Ketika
Menghadapi Delima Etik..........................................................................................................8
2.2.3 Keterlibatan Bidan dalam Proses Pengambilan Keputusan............................................8
2.2.4 Bentuk Pengambilan Kebijakan dalam Kebidanan.........................................................9
2.2.5 Kerangka pengambilan keputusan dalam asuhan kebidanan..........................................9
2.3 Metode dalam Menghadapi Masalah Dilema Etik dalam Pelayanan Kebidanan.............9
2.3.1 Informed Choice..............................................................................................................9
2.3.2 Informed Consent..........................................................................................................11
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................14
3.2 Saran.....................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengertian kode etik adalah norma – norma yang harus diindahkan oleh setiap profesi
dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat. Kode etik juga
diartikan sebagai suatu ciri profesi yang bersumber dari nilai – nilai internal dan eksternal
suatu disiplin ilmu dan merupakan pengetahuan komprehensif suatu profesi yang
memberikan tuntunan bagi anggota dalam melaksanakan pengabdian profesi. Kode etik pada
umumnya dapat dirumuskan oleh suatu profesi itu sendiri dalam suatu kongres. Kode etik
harus menjadi self regulation dari profesi.
Sedangkan dilema etik adalah suatu masalah yang melibatkan dua atau lebih landasan
moral suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan suatu kondisi
dimana setiap alternatif memiliki landasan moral atau prinsip.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian pengambilan keputusan?


2. Bagaimana teori pengambilan keputusan dalam menghadapi dilema etik dalam pelayanan
kebidanan?
3.   Bagaimana metode dalam menghadapi masalah dilema etik dalam pelayanan
kebidanan?

1.3 Tujuan Penelitian


2. Mengetahui pengertian pengambilan keputusan
3. Mengetahui teori pengambilan keputusan dalam menghadapi dilema etik dalam
pelayanan kebidanan
4. Mengetahui metode dalam menghadapi masalah dilema etik dalam pelayanan kebidanan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengetian Pengambilan Keputusan

2.1.1 Definisi Pengambilan Keputusan


Menurut George R. Terry, pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif
perilaku dari dua alternatif atau lebih.

Menurut Eisenfuhr (dalam Lunenburg, 2010), pengambilan keputusan adalah proses


membuat pilihan dari sejumlah alternatif untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Menurut Terry (1994), pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku


tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada.

Sedangkan menurut Wang dan Ruhe (2007) berpendapat bahwa pengambilan keputusan
adalah proses yang memilih pilihan yang lebih disukai atau suatu tindakan dari antara alternatif
atas dasar kriteria atau strategi yang diberikan.

2.1.2 Teori-Teori Pengambilan Keputusan


1) Utilitarisme
Utilitarian adalah kebenaran atau kesalahan dari tindakan tergantung dari
konsekuensi atau akibat tindakan. Teori ini mengutamakan adanya konsekuensi
kepercayaan terkait kegunaan semua manusia memiliki perasaan senang dan sakit.
Utilitarisme dibagi menjadi 2 bentuk, yaitu
1. Berdasarkan tindakan yaitu setiap tindakan ditujukan untuk keuntungan
2. Berdasarkan aturan yaitu setiap tindakan didasarkan pada prinsip kegunaan dan
aturan moral
2) Deontologi
Deontologi adalah pendekatan mengenai aturan atau prinsip. Prinsip-prinsip
tersebut antara lain autonomy, informed consent, alokasi sumber-sumber, dan eutanasia.
Menurut Immanuel Kant, sesuatu dikatakan baik apabila semua potensi digunakan
di jalan yang baik oleh kehendak manusia.
Sedangkan Menurut W.D. Ross, setiap manusia punya intuisi akan kewajiban dan
semua kewajiban berlaku langsung pada diri kita
3) Hedonisme
Secara etimologi, hedonisme berasal dari kata “Hedone” yaitu bahasa Yunani
yang berarti baik apa yang memuaskan keinginan kita, apa yang meningkatkan kuantitas
kesenangan atau kenikmatan dalam diri kita.
Menurut Aristippos, sesuai kodratnya, manusia mencari kesenangan dan
menghindari ketidaksenangan. Hal terbaik adalah menggunakan kesenangan dengan baik
dan tidak terbawa oleh kesenangan.
Menurut Epikuros, menilai bukan hanya kesenangan (hedone) inderawi tetapi
juga kebebasan rasa sakit dan keresahan jiwa
4) Eudemonisme
Menurut Aristoteles, dalam setiap kegiatan manusia dalam mengejar suatu tujuan
ingin mencapai sesuatu yang baik. Semua orang akan menyetujui bahwa tujuan tertinggi
hidup manusia adalah kebahagiaan (eudemonia). Keutamaan dalam mencapai
kebahagiaan melalui keutamaan intelektual dan moral.

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan


Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan (BPPSDMK,2017) yaitu

1) Fisik
yaitu rasa yang dirasakan oleh tubuh
2) Emosional
Mengenai perasaan / sikap
3) Rasional
Tentang pengetahuan
4) Praktik
mengenai keterampilan dan kemampuan individu
5) Interpersonal
yaitu jaringan sosial dan hubungan antar individu
6) Struktural
Tentang lingkup sosial, ekonomi dan politik
7) Posisi atau kedudukan
8) Masalah yang dihadapi
9) Situasi dan kondisi
10) Tujuan

Menurut (Dietrich, 2010) faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan:

a. Pengalaman masa lalu


b. Bias kognitif
c. Usia dan perbedaan individu
d. Kepercayaan pada relevansi pribadi
e. Eskalasi komitmen Sementara

Menurut Hasan (dalam Tjiong, 2014), faktor yang memengaruhi pengambilan


keputusan :

1. Posisi atau kedudukan


Posisi seseorang dalam mengambil keputusan dapat dilihat dari letak posisi,
meliputi individu sebagai pembuat keputusan atau seorang staf, dan tingkatan posisi,
yaitu sebagai strategi, kebijakan, peraturan, organisasional, operasional, atau teknis.
2. Masalah
Masalah adalah suatu penghalang tercapainya tujuan dan penyimpangan dari
sesuatu diharapkan.
3. Situasi
Situasi adalah faktor yang terjadi dalam suatu keadaan yang saling berhubungan
dan mempengaruhi diri seseorang dan yang akan dilakukan.
4. Kondisi
Kondisi adalah faktor yang menentukan perbuatan seseorang. Kondisi yang
dihadapi individu dapat memengaruhi keputusan individu mengambil suatu keputusan.
5. Tujuan
Tujuan adalah sesuatu yang hendak dicapai, baik tujuan individu maupun
kelompok. Tujuan dalam pengambilan keputusan merupakan tujuan objektif

2.1.4 Hal Hal Pokok dalam Pengambilan Keputusan


a) Intuisi : berdasarkan perasaan, lebih subjektif dan mudah terpengaruh
b) Pengalaman : pengetahuan praktis, seringnya terpapar suatu kasus meningkatkan
kemampuan dalam mengambil keputusan
c) Fakta : keputusan lebih riil, valid dan baik
d) Wewenang : lebih bersifat rutinitas
e) Rasional : keputusan bersifa objektif, transparan dan konsisten

2.1.5 Gaya Pengambilan Keputusan


Menurut Harren (1979) pengambilan keputusan dalam berkarir diklasifikasikan menjadi tiga
kategori:

a. Rasional
Pengambilan keputusan secara rasional yaitu dengan kemampuan untuk
mengenali konsekuensi dari keputusan sebelumnya untuk keputusan berikutnya.
Keputusan individu dilakukan melalui dengan berhati-hati dan logis serta membutuhkan
informasi yang akurat mengenai situasi diperoleh dan penilaian diri individu ialah
realistis. Gaya ini merupakan pembuat keputusan aktualisasi diri yang ideal.
b. Intuitif.
Pengambil keputusan secara intuitif yaitu cenderung menggunakan fantasi,
perhatian untuk menyajikan perasaan, dan kesadaran diri emosional sebagai dasar untuk
pengambilan keputusan.
c. Dependen
Berbeda dengan gaya rasional dan intuitif, Individu cenderung pasif dan patuh,
memiliki kebutuhan tinggi untuk persetujuan sosial dan untuk memahami lingkungan
menyediakan pilihan terbatas.

Selain itu, Scott dan Bruce (1995) menambahkan klasifiasi gaya pengambilan
keputusan sebagai gaya keempat dan kelima :
d. Avoidan
ditandai dengan upaya untuk menghindar pengambilan keputusan.
e. Spontan
Ditandai dengan rasa kesegeraan dan keinginan untuk melalui proses
pengambilan keputusan dengan sesegera mungkin.

2.1.6 Teknik Teknik Pengambilan Keputusan


a. Teknik Pengambilan Keputusan Expected Values.
Expected value yaitu mempertimbangan tentang kemungkinan suatu kejadian dan
kemungkinan hasil. Dua kemungkinan tersebut dikombinasikan menghasilkan nilai
moneter yang diharapkan. Kejadian yang memiliki nilai moneter paling tinggi akan
menjadi pilihan seseorang dalam pengambilan keputusan.
b. Teknik Pengambilan Keputusan Payoff Tables
Teknik ini memperhitungkan alternatif kejadian yang terjadi dan alternatif situasi
yang menguntungkan maupun tidak menguntungkan. Kedua alternatif tersebut jika
dikombinasikan akan memberikan gambaran hasil moneter yang berbeda-beda dan akan
memberikan hasil maksimal akan menjadi pilihan seorang pengambil keputusan untuk
memecahkan masalah.
c. Teknik Pengambilan Keputusan Decision Trees
Keputusan dilakukan dengan cara membuat anatomi sebuah pohon yang terdiri
dari titik dan cabang. Penilaian kejadian dimulai dari titik dengan melewati cabang, setiap
cabang mengambarkan kemungkinan keberhasilan sebuah kejadian. Semakin besar
kemungkinan keberhasilannnya akan menjadi pilihan seorang pengambil keputusan.

2.1.7 Proses Pengambilan Keputusan


a. Penentuan Tujuan/Sasaran
b. Mencari Berbagai Alternatif
c. Bandingkan & Evaluasi Alternatif
d. Implementasi Keputusan
e. Memilih Diantara Alternatif
f. Tindaklanjut & Kontrol
2.1.8 Ciri-ciri keputusan yang etis
a. Mempunyai pertimbangan tentang apa yang benar dan apa yang salah
b. Sering menyangkut pilihan yang sukar
c. Tidak mungkin dielakkan
d. Dipengaruhi oleh norma, situasi, iman dan tabiat serta lingkungan sosial

Teknik Pengambilan Keputusan dalam Keadaan Kritis :

1) mengidentifikasi dan menegaskan permasalahan yang dihadapi, baik oleh sendiri atau
dengan orang lain.
2) Menetapkan hasil yang diinginkan.
3) Menguji kesesuaian terhadap setiap solusi yang ada.
4) Memilih solusi yang lebih baik.
5) Melaksanakan tindakan tanpa adanya keterlambatan.

Teknik Pengambilan Keputusan Klinis yang tepat:

1. Menghindari pekerjan atau tindakan rutin yang tidak sesuai dengan kebutuhan klien
2. Meningkatkan efektitivitas dan efesiensi terhadap pelayanan yang diberikan
3. Membiasakan Bidan berfikir dan bertindak sesuai standar
4. Memberikan kepuasan klien

2.2 Metode Pengambilan Keputusan dalam Menghadapi Dilema Etik dalam Pelayanan
Kebidanan

2.2.1 Tipe – Tipe Etik


a. Bioetik
Bioetik adalah ilmu yang mempelajari tentang kontroversi dalam etik, menyangkut
masalah biologi dan pengobatan. Bioetik juga difokuskan pada pertanyaan etik yang
muncul tentang hubungan antara ilmu kehidupan, bioteknologi pengobatan, politik,
hukum, dan theologi. Bioetik lebih berfokus pada dilema yang menyangkut pada
perawatan kesehatan, kesehatan modern, aplikasi teori etik dan prinsip etik terhadap
masalah – masalah pelayanan kesehatan
b. Clinical Ethics / Etik Klinik
Etik klinik merupakan bagian dari bioetik yang lebih memperhatikan pada masalah etik
selama pemberian pelayanan kepada klien. Contohnya: adanya persetujuan atau
penolakan, dan bagaimana seseorang baiknya merespon permintaan tindakan yang
kurang bermanfaat (sia-sia).
c. Midwifery Ethics/ Etik Kebidanan
Bagian dari bioetik, yang merupakan studi formal tentang isu

2.2.2 Tingkatan Kerja Pertimbangan Moral Dalam Pengambilan Keputusan Ketika


Menghadapi Delima Etik
1. Keputusan dan tindakan : Bidan merefleksikan pada pengalaman atau pengalaman rekan
kerja
2. Peraturan : berdasarkan kaidah kejujuran ( berkata benar), privasi, kerahasiaan dan
kesetiaan ( menepati), Bidan sangat familiar, tidak meninggalkan kode etik dan panduan
praktek profesi.
3. Ada 4 prinsip etik yang digunakan dalam perawatan praktek kebidanan:
1) Antonomy, memperhatikan penguasaan diri, hak kebebasan dan pilihan individu.
2) Beneticence, memperhatikan peningkatan kesejahteraan klien, selain itu berbuat
terbaik untuk orang lain.
3) Non maleticence, tidak melakukan tindakan yang menimbulkan penderitaan
apapun kerugian pada orang lain.
4) Yustice, memperhatikan keadilan, pemerataan beban dan keuntungan.

( Beaucamo & Childrens 1989 dan Richard, 1997)

2.2.3 Keterlibatan Bidan dalam Proses Pengambilan Keputusan


Keterlibatan bidan dalam proses pengambilan keputusan sangat penting karena dipengaruhi
oleh 2 hal :

1) Pelayanan ”one to one” : Bidan dan klien yang bersifat sangat pribadi dan bidan bisa
memenuhi kebutuhan
2) Meningkatkan sensitivitas terhadap klien bidan berusaha keras untuk memenuhi
kebutuhan.
2.2.4 Bentuk Pengambilan Kebijakan dalam Kebidanan
a. Strategi pengambilan keputusan yang dipengaruhi oleh kebijakan organisasi/pimpinan,
fungsi pelayanan dan lain-lain
b. Cara kerja pengambilan keputusan dengan proses pengambilan keputusan yang
dipengaruhi pelayanan kebidanan klinik dan komunitas, strategi pengambilan keputusan
dan alternatif yang tersedia
c. Pengambilan keputusan individu dan profesi yang dipengaruhi standar praktik kebidanan,
peningkatan kualitas kebidanan

2.2.5 Kerangka pengambilan keputusan dalam asuhan kebidanan


a. Bidan harus mepunyai responsibility dan accountability
b. Bidan harus menghargai wanita sebagai individu dan melayani dengan rasa hormat
c. Pusat perhatian pelayanan bidan adalah safety and wellbeing mother
d. Bidan berusaha menyokong pemahaman ibu tentang kesejahteraan dan menyatakan
pilihannya pada pengalaman situasi yang aman
e. Sumber proses pengambilan keputusan dalam kebidanan adalah knowledge, ajaran
intrinsik, kemampuan berfikir kritis, kemampuan membuat keputusan klinis yang logis

2.3 Metode dalam Menghadapi Masalah Dilema Etik dalam Pelayanan Kebidanan

2.3.1 Informed Choice


A. Pengertian Informed choice Informed choice

yaitu membuat pilihan setelah mendapat penjelasan dalam pelayanan kebidanan tentang
alternatif asuhan yang akan dialaminya. Peran Bidan dalam Informed Choice tidak hanya
membuat asuhan dalam manajemen asuhan kebidanan tetapi juga menjamin bahwa hak wanita
untuk memilih asuhan danekeinginannya terpenuhi.

Hal hal yang harus diperhatikan bidan dalam memberikan Informed Choice terhadap klien :

1) Memperlakukan klien dengan baik.


2) Berinteraksi dengan nyaman
3) Memberikan informasi obyektif, mudah dimengerti dan diingat serta tidak berlebihan.
4) Membantu klien mengenali kebutuhannya dan membuat pilihan yang sesuai dengan
kondisinya.
5) Mendorong wanita memilih asuhannya.

Hal hal dalam proses Informed Choice yang harus diperhatikan :

1) Bidan harus terus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

2) Bidan wajib memberikan informasi secara rinci, jujur dan dimengerti klien

3) Bidan harus belajar untuk membantu klien melatih diri dalam menggunakan haknya dan
menerima tanggung jawab untuk keputusan yang mereka ambil serta memberi kesempatan untuk
klien agar dapat melakukan penilaian ulang secara objektif

B. Prinsip Informed Choice

Hal yang harus diingat dalam Informed Choice :

a. Informed Choice bukan sekedar mengetahui berbagai pilihan namun mengerti


manfaat dan risiko dari pilihan yang ditawarkan
b. Informed Choice tidak sama dengan membujuk / memaksa klien mengambil
keputusan yang menurut orang lain baik (“....biasanya saya / rumah sakit.....”)
c. Contoh Informed Choice Dalam Pelayanan Kebidanan Beberapa jenis
pelayanan kebidanan yang dapat dipilih oleh klien :
1) Pemeriksaan laboratorium dan screening antenatal
2) Tempat melahirkan dan kelas perawatan
3) 3) Masuk kamar bersalin pada tahap awal persalinan
4) Pendamping waktu melahirkan
5) Percepatan persalinan / augmentasi
6) Diet selama proses persalinan
7) Mobilisasi selama proses persalinan
8) Pemakaian obat penghilang sakit
9) Posisi ketika melahirkan
10) Episiotomi
2.3.2 Informed Consent
A. Pengertian Informed Consent
Ada beberapa pengertian Informed Consent yaitu :
1) Secara etimologis : informed (sudah diberikan informasi) dan consent (persetujuan
atau izin
2) Persetujuan dari pasien atau keluarganya terhadap tindakan medik yang akan
dilakukan terhadap dirinya atau keluarganya setelah mendapat penjelasan yang kuat
dari dokter / tenaga medis
3) Menurut D. Veronika Komalawati, SH , “Informed Consent” dirumuskan sebagai
“suatu kesepakatan / persetujuan pasien atas upaya medis yang akan dilakukan
dokterterhadap dirinya setelah memperoleh informasi dari dokter mengenai upaya
medis yang dapat dilakukan untuk menolong dirinya disertai informasi mengenai
segala risiko yang mungkin terjadi.
a. Bentuk Informed consent Informed consent terdiri dari 2 bentuk yaitu :
1) Implied consent yaitu persetujuan yang dianggap telah diberikan walaupun tanpa
pernyataan resmi yaitu pada keadaan darurat yang mengancam jiwa pasien, tindakan
penyelamatan kehidupan tidak memerlukan persetujuan tindakan medik
2) Expressed consent yaitu persetujuan tindakan medik yang diberikan secara explisit
baik secara lisan maupun tertulise
b. Fungsi informed consent :
1) Penghormatan terhadap harkat dan martabat pasien selaku manusia
2) Promosi terhadap hak untuk menentukan nasibnya sendiri
3) Membantu kelancaran tindakan medis sehingga diharapkan dapat mempercepat
proses pemulihan 4)
4) Untuk mendorong dokter melakukan kehati-hatian dalam mengobati pasien
(rangsangan pada profesi medis untuk instrospeksi / evaluasi diri) sehingga dapat
mengurangi efek samping pelayanan yang diberikan
5) Menghindari penipuan oleh dokter
6) Mendorong diambil keputusan yang lebih rasional
7) Mendorong keterlibatan publik dalam masalah kedokteran dan kesehatan
8) Sebagai suatu proses edukasi masyarakat dalam bidang kedokteran dan kesehatan
(keterlibatan masyarakat)
9) Meningkatkan mutu pelayananhat
c. Tujuan Informed Consent Tujuan Informed Consent
yaitu untuk melindungi pasien dan tenaga kesehatan dalam memberikan tindakan
medik baik tindakan pembedahan, invasif, tindakan lain yang mengandung risiko tinggi
maupun tindakan medik / pemeriksaan yang bukan pembedahan, tidak invasif, tidak
mengandung risiko tinggi, pasien tidak sadar, dalam keadaan darurat untuk
menyelamatkan jiwa pasien

Dimensi Informed Consent:

1. Dimensi hukum, merupakan perlindungan baik untuk pasien maupun bidan yang berperilaku
memaksakan kehendak, memuat keterbukaan informasi antara bidan dengan pasien, informasi
yang diberikan harus dimengerti pasien, memberi kesempatan pasien untuk memperoleh yang
terbaik

2. Dimensi Etik, mengandung nilai – nilai sebagai berikut menghargai kemandirian / otonomi
pasien, tidak melakukan intervensi melainkan membantu pasien bila diminta atau dibutuhkan
sesuai dengan informasi yang diberikan, bidan menggali keinginan pasien baik secara subyektif
atau hasil pemikiran rasional.

3. Pembuatan dan Penggunaan Informed Consent Hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan
Informed consent :

1) Tidak harus selalu tertulis


2) Tindakan bedah (invatif) sebaiknya dibuat tertulis
3) Fungsi informed consent tertulis untuk lebih memudahkan pembuktian bila kelak ada
tuntutan
4) Informed consent tidak berarti sama sekali bebas dari tuntutan bila dokter melakukan
kelalaian Menurut Culver and Gert ada 4 (empat) komponen yang harus dipahami pada
suatu consent atau persetujuan :
a) Sukarela (Voluntariness)
b) Informasi (Information)
c) Kompetensi (Competence)
d) Keputusan (decision)
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Etik merupakan bagian dari filosofi yang berhubungan erat dengan nilai manusia
dalam menghargai suatu tindakan, apakah benar atau salah dan apakah
penyelesaiannya baik atau salah (Jones, 1994).
2. Menurut George R.Terry, pengambilan keputusan adalah memilih alternatif yang ada
3. Pengambilan keputusan klinis adalah keputusan yg diambil berdasarkan kebutuhan
dan masalahyang dihadapi klien, sehingga semua tindakan yang dilakukan bidan
dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi klien yang bersifat emergensi,
antisipasi, atau rutin.

3.2 Saran

Dari makalah ini mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara pengambilan


keputusan yang benar dan tepat untuk menjadi calon Tenaga Kesehatan terutama sebagai
seorang Bidan.
DAFTAR PUSTAKA

http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Konsep-
Kebidanan-dan-Etikolegal-dalam-Praktik-Kebidanan-Komprehensif.pdf (diakses pada
26 Juli 2021)

http://fik.umpo.ac.id/content/uploads/2020/10/4.-MODUL-ETIKOLEGAL.pdf (diakses
pada 26 Juli 2021)

http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/1824/5/128600032_File5.pdf (diakses
pada 26 Juli 2021)

http://repository.um-surabaya.ac.id/5026/1/ilovepdf_merged_removed_(1).pdf (diakses
pada 2 Agustus 2021)

https://ejournal.uksw.edu/kelola/article/download/1158/708/ (diakses pada 26 Juli 2021)

https://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmnts41cba42624full.pdf (diakses pada


26 Juli 2021)

Anda mungkin juga menyukai