Anda di halaman 1dari 19

KODE ETIK TENAGA

KESEHATAN
Miranda Putri Kalsum1910912220026
Talitha Nuzul Nyssa 1910912220001
Definisi Etika

Pengertian etika menurut KBBI antara lain (1).


1. Ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk dan tentang hak kewajiban moral
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak
3. Nilai mengenai yang benar atau salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat
Definisi Kode Etik
Kode etik adalah norma, nilai, dan aturan professional yang tertulis secara
tugas tentang apa yang tidak benar dan tidak baik bagi professional (2).

Tujuan dari kode etik adalah agar pemakai jasa atau nasabah mendapatkan
pelayanan yang sebaik-baiknya dari professional dengan mengatur ruang
gerak professional untuk mencegahnya melakukan perbuatan yang tidak
professional. Kode etik dan standar profesi diatur oleh masing-masing
organisasi profesi yang bersangkutan (2).
Definisi Tenaga
Kesehatan
Tenaga kesehatan adalah setiap orang
yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan
dan/atau keterampilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan yang
untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan (3).
Jenis-jenis Tenaga
Kesehatan
Berdasarkan UU No. 36 Tahun 2014, Tenaga Kesehatan
dibagi menjadi 13 kelompok (3).

Tenaga Psikologi Tenaga


Tenaga Medis
Klinis Keperawatan

Tenaga Tenaga
Kebidanan Kefarmasian

Tenaga Kesehatan
Masyarakat
Lanjutan...
Berdasarkan UU No. 36 Tahun 2014, Tenaga Kesehatan dibagi menjadi
13 kelompok (3).

Tenaga Kesehatan
Tenaga Gizi
Lingkungan

Tenaga Tenaga Keteknisian Tenaga Teknik


Keterapian Fisik Medis Biomedika

Tenaga Kesehatan Tenaga


Tradisional Kesehatan Lain
Kode Etik Kedokteran Indonesia
(KODEKI)
Kode Etik Kedokteran Indonesia pertama kali disusun pada tahun 1969 dan
beberapa kali mengalami perubahan yang kemudian disahkan ulang pada tahun
1978 (4).

Etika profesi kedokteran berlandaskan pada nilai-nilai etika hubungan manusia


satu dengan yang lainnya. Di dalamnya terdapat kewajiban untuk menjalin
hubungan dengan baik dengan pasien, teman sejawat, dan masyarakat umum (4).
Lanjutan
...
Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) ada karena
kurangnya kepercayaan pasien dan masyarakat kepada
dokter. Permasalahan yang biasa ditemui adalah kurangnya
komunikasi antara dokter dan si pasien, konflik
antarbidang kedokteran, peran ganda dokter dan advokat,
serta adanya dokter yang mempromosikan produk tertentu
(4).
Lanjutan..
.

Empat prinsip dasar etika kedokteran yang ditinjau dari filosofi moral,
yaitu (4).

Autonomy Beneficene

Non
Justice
maleficence
Sanksi Melanggar Kode
Etik Kedokteran
Indonesia
Sanksi diberikan kepada seseorang yang melakukan pekerjaan tidak
sesuai dengan ketentuan. Sanksi yang diberikan dapat berupa
pencabutan atau pembekuan hak pelaku yang bersifat sementara. Berat
atau ringannya sanksi ditentukan oleh kerugian yang dialami oleh pihak
korban (5).
Lanjutan...

Tujuan dari pemberian sanksi adalah sebagai berikut (5).


1. Sebagai hukuman bagi orang yang melakukan pelanggaran
2. Sebagai sarana untuk mendidik dan melakukan rehabilitasi
3. Melindungi masyarakat
4. Sebagai panutan bagi anggota lain dalam kelompok yang sama dan
terikat aturan yang sama
Lanjutan...

Terdapat tiga tahap dalam memberikan sanksi kepada pelanggar, yaitu


(5):
1. Merumuskan tujuan sanksi yang diberikan
2. Menentukan berat-ringan sanksi berdasarkan jenis pelanggaran,
berat-ringannya pelanggaran berdasarkan konsensus atau ketentuan
yang berlaku, riwayat pelanggaran, dan faktor-faktor penyerta lain
3. Pelaksanaan sanksi yang konkrit dan terawasi
Pengaturan Tentang Malpraktek Dokter
dalam Hukum Positif Indonesia

1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Dapat dikatagorikan termasuk dalam unsur kesengajaan adalah pasal:

Pasal 267,pasal 294 ayat 2, pasal 304, pasal 322, pasal 299, pasal 344, pasal 345, pasal 346, pasal 347, pasal 348

dan pasal 349, unsur kealpaan atau kelalaian adalah: pasal 260, pasal 359, dan pasal 361.

2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Pasal 190 sampai dengan Pasal 201.

3. Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek kedokteran. Pasal 75 sampai dengan Pasal 80

Dilihat dari pasal- pasal diatas, yang bisa dijadikan subjek hukum adalah, dokter, dokter gigi, dan rumah sakit, sanksi

pidana diberikan sebagai ultimum remedium (sanksi terakhir), dikarenakan adanya majelis etik yang didahulukan

memberikan sanksi kepada para dokter dan dokter gigi.


Kasus Pelanggaran Kode Etik Tenaga
Kesehatan
Dokter spesialis kebidanan dan kandungan, Dewa Ayu Sasiary Prawani,
dianggap melakukan malpraktik terhadap korban Julia Fransiska
Makatey. dr. Ayu ditangkap karena kasus tindak pidana perbuatan
kealpaan yang menyebabkan meninggalnya orang lain, ia dipidana
penjara selama 10 bulan.

Menurut masyarakat yang dilakukan oleh dr. Ayu adalah tindakan


malpraktik, namun kenyataannya yang dilakukannya adalah tindakan
risiko medik karena rumah sakit dan dokter lalai dalam melakukan
analisa medik. Sehingga dr. Ayu melakukan banding dan dinyatakan
bebas oleh hakim karena yang dilakukan dr. Ayu hanya melanggar kode
etik kedokteran dan merupakan tindakan yang mengacu pada tindak
pidana (6).
Hukum Pidana
Berdasarkan kelalaian yang dilakukan oleh dokter Dewa Ayu Sasiary Prawani, dokter Hendry Simanjuntak, dokter Hendy Siagian

dalam tindakan operasi Cito Secsio Sesoria yang mengakibatkan kematian terhadap pasiennya. yang bernama Siska Makatey sehingga

penegak hukum khususnya Jaksa Penuntut Umum memproses dugaan kesalahan medis tersebut berdasarkan Surat Dakwaan

Nomor.Reg.Perk:PDMi12/M.DO/EP.2/01/2011 tertanggal 9 Maret 201 1 sebagaimana susunan dakwaan sebagai berikut (7) :

1. Primer : Perbuatan Para Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana Pasal 359 KUHP Jo.Pasa1 361 KUHP Jo. Pasa1 55

ayat (1) ke-1 KUHP.

2. Perbuatan para Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam Pidana Pasal 76 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang

Praktik Kedokteran Jo. Pasal 55 ayat (I) ke-1 KUHP.

3. Primer : Perbuatan para Terdakwa sebagian diatur dan diancam pidana Pasal263 ayat (1) KUHP Jo. Pasal55 ayat (1) ke-1

KUHP. Subsidair : Perbuatan para terdakwa sebagian dan diancam pidana dalam Pasal263 ayat (2) KUHP Jo. Pasal 55 ayat (1)

ke-1 KUHP
Kesimpulan Kasus

Pertanggung Jawaban Pidana Dokter Dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 365k/pid/2012 Syarat mahakamah agung menerima

permintaan kasasi adalah ada peraturan hukum yang tidak diterapkan atau ditetapkan tidak sebagai mana mestinya, cara mengadili

tidak dilaksanakan dengan benar menurut ketentuan undang-undang dan pengadilan melampaui batas wewenang, seperti yang

terjadi di pengadilan negeri manado yang tidak mempertimbangkan rekam medis nomor 0041969 yang telah dibaca oleh dokter

Erwin Gidion Kristanto,sh.sp.f. Sehingga Mahkamah Agung menerima kasasi yang diajukan oleh pihak korban. rekam medis

merupakan salah satu syarat untuk dokter melakukan tindakan kedokteran, karena didalam rekam medis terdapat riwayat penyakit

pasien dan menjadi landasan untuk dokter melakukan tindakan kepada pasiennya, bisa dijadikan barang bukti jika dokter atau dokter

gigi melakukan kelalaian atau kesengajaan terhadap pasiennya (7).


Mahkamah agung menjatuhkan pidana kepada para dokter, karena menyebabakan matinya korban dikarenakan emboli, sedangkan

emboli tidak bisa di prediksi oleh tenaga kesehatan dikarenakan emboli merupakan reaksi tubuh manusia terhadap sesuatu yg terjadi

didalam tubuhnya, sehingga penulis mengganggap bahwa putusan mahkamah agung ini tindakan keliru. Dikarenakan emboli tidak

ada hubunganya dengan tindakan yang para dokter lakukan, karena mereka telah melakukan sesuai standar yang harus dilakukan

dalam operasi Cito Secsio Sesaria. Mahakamah Agung dan Jaksa Penuntut Umum kurang teliti menelaah teori tentang sebab akibat

atau teori kausalitas, teori yang dipakai dalam yurisprudensi Indonesia teori adequate subyektif yaitu seseorang dapat

membayangkan, dapat diketahui dan dapat diramalkan dengan kepastian kuat oleh pembuat delik. Teori sebab akibat atau kusalitas

tidak terpenuhi , karena terdakwa sebagai pelaku tindakan tidak bisa memprediksi, membayangkan dan meramalkan akan terjadi

emboli yang mengakibatkan gagal jantung dan kematian korban. Jika hubungan sebab akibat ini tidak terpenuhi maka pasal 359

KUHP tidak bisa diterapkan, karena unsur pasal ini menyatakan adanya hubungan kausal antara perbuatan yang dilakukan sehingga

menyebabkan matinya orang lain, perbuatan para terdakwa tidak menyebabkan korban mati, tetapi kematian korban akibat resiko

medis yaitu komplikasi yang terjadi oleh reaksi tubuh korban (7).
References

1. Amin Y. Etika profesi dan hukum kesehatan. Jakarta: Kementrian Kesehatan;


2017.
2. Nur’aini. Etika pustakawan dengan organisasi profesi pada kantor
perpustakaan daerah Kabupaten Sleman. Jurnal Ilmu Perpustakaan dan
Informasi 3(2): 249-256; 2018.
3. Pemerintah Indonesia. Undang-Undang No. 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga
Kesehatan. Lembaran RI Tahun 2014 No. 36. Jakarta: Sekretariat Negara;
2014.
4. Haspada D. Penegakan kode etik kedokteran di Indonesia. Scientia Regendi
1(2): 18-23; 2020.
5. Rozaliyani A, Putri D, Nurfanida L. Prinsip penetapan sanksi bagi pelanggaran
etik kedokteran. Jurnal Etika Kedokteran Indonesia 2(1): 19-22; 2018.
6. Dananjaya A, Sagung, Luh P. Sanksi malpraktik dan resiko medik yang
dilakukan oleh dokter. Jurnal Analogi Hukum 1(1): 6-10; 2019.
7. Widiyani H. Analisis Pertanggung Jawaban Pidana Dokter. USU Law Journal
4(4): 107-115; 2016.
Thanks
CREDITS: This presentation template was created by
Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics
& images by Freepik.

Anda mungkin juga menyukai