Anda di halaman 1dari 4

Yasmin Khairunnisa 160110180133

2.4 Hukum Kesehatan dan Kedokteran

2.4.1 Definisi

Menurut Perhimpunan Hukum Kesehatan Indonesia (PERHUKI), Hukum

Kesehatan adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung dengan

pemeliharaan atau pelayanan kesehatan dan penerapannya, serta hak dan

kewajiban baik dari perorangan dan segenap lapisan masyarakat sebagai penerima

layanan kesehatan (health receivers) maupun sebagai penyelenggara pelayanan

kesehatan (health providers) dalam segala aspek organisasi, sarana, pedoman-

pedoman medik, ilmu pengetahuan kesehatan dan hukum, serta sumber-sumber

hukum lainnya.1

Hukum Kesehatan mencakup komponen hukum pada banyak bidang yang

saling bersinggungan, yaitu Hukum Kedokteran atau Kedokteran Gigi, Hukum

Farmasi Klinik, Hukum Keperawatan, Hukum Rumah Sakit, Hukum Kesehatan

Masyarakat, Hukum Kesehatan Lingkungan, dan lain-lain. Oleh karena itu,

PERHUKI mendefinisikan Hukum Kedokteran sebagai bagian dari hukum

kesehatan yang menyangkut pelayanan medis kedokteran.

Hukum Kedokteran (Law for Medicine) maupun Hukum Kesehatan adalah

pengetahuan tentang peraturan dan ketentuan hukum yang mengatur pelayanan

kesehatan kepada masyarakat, meliputi: hak dan kewajiban pasien, hubungan

rumah sakit dengan dokter tamu, paramedis dengan pasien, izin tindakan medis,

malpraktek, konsep bayi tabung, kontrak terapeutik, medical negligence, dan

sebagainya.
2.4.2 Perbedaan Hukum Kesehatan dan Etika Kedokteran

Secara profesi, hukum merupakan rangkaian aturan tingkah laku yang

dibuat oleh lembaga berwenang (pemerintah bersama dengan wakil rakyat), yang

terhadap pelanggarannya ditentukan sanksi berupa hukuman atau tindakan

lainnya. Sedangkan etika merupakan nilai perilaku kalangan para pengemban

profesi sebagai konsensus bersama untuk waktu tertentu dan tentang masalah

tertentu.

Perbedaan etika dan hukum adalah:

1. Etik berlaku untuk lingkungan profesi sedangkan hukum berlaku untuk

umum.

2. Etik disusun berdasarkan kesepakatan anggota para profesi sedangkan

hukum disusun oleh badan pemerintahan.

3. Etik tidak seluruhnya tertulis sedangkan hukum tercantum secara terinci

dalam kitab undang-undang dan lembaran atau berita negara.

4. Sanksi terhadap pelanggaran etik berupa tuntutan sedangkan sanksi

terhadap pelanggaran hukum berupa tuntutan.

5. Pelanggaran etik diselesaikan oleh majelis kehormatan etik kedokteran

yang dibentuk oleh Ikatan Dokter Indonesia dan kalau perlu diteruskan

kepada panitia pertimbangan dan pembinaan etika Kedokteran yang

dibentuk oleh Departemen Kesehatan. Sedangkan pelanggaran hukum

diselesaikan melalui pengadilan.

6. Penyelesaian pelanggaran etik tidak selalu disertai bukti fisik sedangkan

penyelesaian pelanggaran hukum memerlukan bukti-bukti fisik.2


2.4.3 Pelanggaran Etika Kedokteran

Dalam KODEKI telah diatur tindakan yang termasuk kategori pelanggaran

itu dapat dibedakan menjadi dua, yakni pelanggaran yang bersifat etika murni dan

pelanggaran yang bersifat etikolegal.3 Pelanggaran yang bersifat etika murni

adalah perbuatan atau tindakan yang hanya melanggar norma etika seperti yang

diatur dalam KODEKI. Adapun pelanggaran yang bersifat etikolegal adalah

tindak atau perbuatan yang melanggar norma etika dan sekaligus memenuhi unsur

pelanggaran hukum.

Pelanggaran Etika Murni

1. Menarik imbalan yang tidak wajar, atau menarik imbalan jasa dari

keluarga sejawat sendiri (sejawat dokter atau dokter gigi).

2. Mengambil alih pasien tanpa persetujuan dokter sejawat.

3. Memuji diri sendiri di depan pasien, apalagi dengan membandingkan

dengan keburukan dokter lain.

4. Memberikan perlakuan khusus kepada pasien tertentu dengan

mengabaikan pasien lain yang berdekatan yang menghadapi masalah yang

sama.

Pelanggaran Etikolegal

1. Memberikan pelayanan kedokteran dibawah standar.

2. Menerbitkan surat keterangan palsu.

3. Membuka rahasia jabatan atau pekerjaan dokter lain.


4. Melakukan tindakan abortus provokatus yang dilarang menurut undang-

undang.

5. Melakukan pelecehan seksual terhadap pasien.

Referensi

1. Dr. Takdir, S.H. M. Hukum Kesehatan. Lemb Penerbit Kampus IAIN

Palopo. 2018;20(4):548.

2. Herniawati, Siregar RA, Kusumaningrum AE, Muntasir, Kurniasari L.

Etika Profesi & Hukum Kesehatan. Widina Bhakti Persada Bandung.

2020;1.

3. Bakhri S. HUKUM KESEHATAN Pertautan Norma Hukum Dan Etika.

2017;1–15.

Anda mungkin juga menyukai