Makalah ini dibuat untuk menyelesaikan tugas Keperawatan Paliatif & Menjelang Ajal
yang dibina oleh Ns. Yeni Fitria.,S.Kep.,M.Kep
Nama Kelompok 1 :
1. ADELIA MIRA AGUSTIN (1614314201001)
2. ARABIA IBA (1614314201080)
3. ELLYA NINGSIH (1614314201014)
4. NISA ARJUNI (1614314201031)
5. M. Tri Wahyudi (1614314201026)
Tahun : 2016
Reviewer : kelompok 1
LATAR BELAKANG
TUJUAN
metode penelitian yang digunakan adalah metode kepustakaan, yang bersifat yuridis
normatif. Sebagai ilmu normatif,”ilmu hukum memiliki cara kerja yang khas dalam membantu
memecahkan persoalan-persoalan hukum yang dihadapi masyarakat”5dengan sifat penelitian
deskriptif, yang menurut tujuannya adalah melalui penelitian penemuan fakta atau fact finding
sebagaimana yang diterapkan oleh Soejono Soekanto.6Tujuannya adalah untuk mengetahui
fakta dilapangan terhadap aplikasi ketentuan hukum yang ada dan hidup dalam masyarakat.
Dalam penerapannya bahwa penelitian ini pada fokus masalah yaitu penelitian yang
mengaitkan penelitian murni dengan penelitian terapan,7menurut kajian ilmu hukum.
HASIL
KELEBIHAN
Jurnal penelitian ini sudah lengkap untuk menyimpulkan tentang Euthansia yang di
tinjau dari aspek HAM dan Pengaturan Hukum Pidana. Dan kesimpulannya yaitu menurut
Hukum Pidan, Euthansia di Indonesia itu di larang.
KEKURANGAN
Masih belum ada pengaturan tentang praktek Euthansia secara khusus, baik
Euthansia aktif maupun pasif yang di jelaskan.
JURNAL 2
Jurnal Filsafat Indonesia, Vol 1 No 2 2018 ISSN: E-ISSN 2620-7982, P-ISSN: 2620-7990
Tahun : 2018
Reviewer : kelompok 1
LATAR BELAKANG
Euthanasia diartikan sebagai mengakhiri hidup manusia secara tanpa sakit dengan
tujuan menghentikan penderitaan fisik yang berat dan sebagai cara menangani korban-korban
yang mengalami sakit yang tidak mungkin disembuhkan lagi. Euthanasia telah menjadi topik
yang kontroversial, yang telah menimbulkan banyak perdebatan tentang apakah itu harus
disahkan atau tidak. Dari sudut pandang etika, tidak pernah dibenarkan mengorbankan manusia
karena suatu tujuan, apalagi melalui euthanasia yang dapat disamakan dengan pembunuhan.
Dalam pandangan agama Islam, kehidupan dan kematian hanyalah Allah SWT yang berhak
menentukan. Penderitaan yang dialami manusia apapun bentuknya, tidak dibenarkan
seorangpun merenggut kehidupan orang yang menderita tersebut khususnya melalui praktek
euthanasia. Di dalam kode etika kedokteran tersirat bahwa seorang dokter harus mengerahkan
segala kepandaiannya dan kemampuannya untuk meringankan penderitaan dan memelihara
hidup manusia (pasien), tetapi tidak untuk mengakhirinya. Walaupun secara khusus kasus
euthanasia tidak dijelaskan dalam KUHP, namun tindakan euthanasia adalah perbuatan yang
dilarang dilakukan oleh siapaun termasuk oleh para dokter atau tenaga medis karena termasuk
dalam kategori pembunuhan yang mendapat hukuman pidana. Hasil paparan kajian ini
menyimpulkan bahwa euthanasia tidak dapat diterima secara moral, agama, medis dan hukum
yang berlaku di Indonesia.
TUJUAN
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk membahas secara lebih dalam
bagaimana posisi euthanasia jika dikaitkan dengan etika moral, agama, kedokteran dan dari
segi hukum.
METODOLOGI
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah metode (library research)
melalui penelaahan berbagai sumber ilmiah dalam bentuk buku-buku, literatur-literatur, dan
artikel ilmiah yang sesuai dengan kajian yang dibahas dalam artikel.
HASIL
a. Definisi Euthanasia
Ditinjau dari sudut perbuatan yang dilakukan oleh pelakunya, euthanasia terdiri
atas: (1) Euthanasia Pasif (Euthanasia Indirect), adalah euthanasia yang dilakukan
dengan membiarkan seseorang untuk meninggal dengan cara menghentikan atau tidak
memberikan perawatan yang dapat memperpanjang hidupnya, (2) Euthanasia aktif
(Mercy Killing), adalah euthanasia yang dilakukan dengan melakukan suatu tindakan
secara sengaja dimana telah disadari bahwa tindakan tersebut akan mengakibatkan
kematian seseorang.
Ditinjau dari sudut korban, maka euthanasia dibedakan dalam 3 bentuk, yaitu:
(1) Euthanasia sukarela (Voluntary Euthanasia), merupakan kematian yang diminta
seseorang secara sukarela. Permintaan tersebut biasanya timbul karena korban
menderita penyakit yang menimbulkan nyeri tak tertahankan dan penyakit itu sendiri
tidak dapat disembuhkan. Mereka tidak dapat bunuh diri sehingga meminta kepada
seseorang untuk mengakhiri hidupnya, (2) Euthanasia diandaikan (Non Voluntary
Euthanasia), merupakan kematian yang tidak diminta secara tegas oleh korban. Dalam
hal ini, korban dianggap atau diandaikan akan memilih atau meminta mati jika ia dapat
menyatakan keinginannya, (3) Euthanasia dipaksakan (Involuntary Euthanasia),
merupakan pembunuhan yang dilakukan terhadap pasien yang dalam kondisi sadar
untuk menentukan kemauannya, tetapi pembunuhan tersebut dilakukan tanpa
persetujuannya.
KELEBIHAN
Dalam jurnal ini sudah banyak di jelaskan bahwa tindakan Euthanasia tidak dapat di
terima secara moral, agama, medis dan hukum yang berlaku di Indonesia. Dan kode Etik dari
segi moral, agama, medis dan hukum
KEKURANGAN
Tidak ada kekurangannya, karena sudah cukup jelas dari materi jurnal yang di
sampaikan tentang kode etik Euthanasia dari segi moral, agama, medis dan hukum.
JURNAL 3
Judul Jurnal : Implementasi penghentian bantuan hidup pada pasien terminal dalam
prespektif perlindungan hak hidup
Volume : Volume V Nomor 2
Tahun : 2017
Reviewer : kelompok 1
LATAR BELAKANG
Tindakan euthanasia banyak menjadi pilihan pada pasien terminal. Pasien terminal
merupakan pasien dalam keadaan menderita penyakit dengan stadium lanjut yang penyakit
utamanya tidak dapat diobati dan bersifat progresif (meningkat). Pengobatan yang diberikan
hanya bersifat menghilangkan gejala atau keluhan, memperbaiki kualitas hidup, dan
pengobatan penunjang lainnya. Keaadaan pasien terminal seringkali membuat keluarga
pasien mulai untuk mempertimbangkan perawatanperawatan yang dilakukan terhadap pasien
untuk dilanjutkan atau tidak.
Permintaan euthanasia pada pasien koma ibarat fenomena gunung es yang terlihat
dipermukaan hanya sedikit, yakni tiga kasus. Kasus permintaan euthanasia di Indonesia salah
satunya adalah Ny. A, permintaan euthanasia aktif dari suami pasien dengan alasan ekonomi).
Namun permintaan euthanasia aktif tersebut ditolak.Setelah kurang lebih lima bulan koma,
pasien dapat sadar kembali Meskipun tidak semua kasus koma dapat sadar kembali akan tetapi
pada kasus ini merupakan contoh bahwa tidak semua pasien keadaan koma dapat diprediksikan
tidak akan ada harapan sadar kembali.
TUJUAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penghentian bantuan hidup pada pasien terminal
dan perlindungan hak hidup pada pasien terminal.
METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan metode penelitian telaah pustaka yang bersifat yuridis-normatif,
dengan melakukan analisis peraturan perundangundangandan melalui refrensi-refrensi hukum.
Analisis yang digunakan penulis adalah analisis deduktif.
HASIL
KELEBIHAN
Di dalam jurnal ini sudah sangat di jelaskan bagaimana penghentian bantuan hidup
pada pasien terminal dan perlindungan hak hidup pada pasien terminal.
KEKURANGAN
Tidak ada kekurangannya, karena sudah cukup jelas dari materi jurnal yang di
sampaikan mengenai penghentian bantuan hidup pasien terminal dan perlindungan hak hidup
pasien terminal