Anda di halaman 1dari 30

Aku tak sanggup lagi

TOGOS SAMUEL LT
405110098
LO1. menjelaskan definisi etimologi dan terminologi euthanasia

Euthanasia berasal dari bahasa Yunani, yaitu eu = indah,


bagus, terhormat dan thanatos = mati.
Secara etimologis, euthanasia = mati dengan baik.
Secara harafiah, euthanasia tidak bisa diartikan sebagai
suatu pembunuhan atau upaya menghilangkan nyawa
seseorang.
Sejak abad 19 terminologi euthanasia dipakai untuk
penghindaran rasa sakit dan peringanan pada umumnya
bagi yang sedang menghadapi kematian dengan
pertolongan dokter.
LO2. jenis-jenis euthanasia

Euthanasia bisa ditinjau dari berbagai sudut, seperti


cara pelaksanaanya, dari mana datang permintaan,
sadar tidaknya pasien dan lain-lain.
Secara garis besar euthanasia dikelompokan dalam dua
kelompok, yaitu euthanasia aktif dan euthanasia pasif.
Di bawah ini dikemukakan beberapa jenis euthanasia
yaitu
1. euthanasia aktif
Adalah perbuatan yang dilakukan secara aktif oleh dokter
untuk mengakhiri hidup seorang (pasien) yang dilakukan
secara medis.
Biasanya dilakukan dengan penggunaan obat-obatan yang
bekerja cepat dan mematikan.
Euthanasia aktif dibagi menjadi 2 golongan
a) Euthanasia aktif langsung, yaitu cara pengakhiran kehidupan
melalui tindakan medis yang diperhitungkan akan langsung
mengakhiri hidup pasien. Misalnya dengan memberi tablet
sianida atau suntikan zat yang segera mematikan.
b) Euthanasia aktif tidak langsung, yang menunjukkan bahwa
tindakan medis yang dilakukan tidak akan langsung mengakhiri
hidup pasien, tetapi diketahui bahwa risiko tindakan tersebut
dapat mengakhiri hidup pasien. Misalnya, mencabut oksigen
atau alat bantu kehidupan lainnya.
2. euthanasia pasif
perbuatan menghentikan atau mencabut segala tindakan
atau pengobatan yang perlu untuk mempertahankan hidup
manusia, sehingga pasien diperkirakan akan meninggal
setelah tindakan pertolongan dihentikan.
3. euthanasia volunter
Penghentian tindakan pengobatan atau mempercepat
kematian atas permintaan sendiri.
4. euthanasia involunter
dilakukan pada pasien dalam keadaan tidak sadar yang
tidak mungkin untuk menyampaikan keinginannya. Dalam
hal ini dianggap famili pasien yang bertanggung jawab atas
penghentian bantuan pengobatan.
kasus

Dalam kasus ini termasuk jenis eunthanasia jenis volunter


LO3. pandangan agama tentang jiwa

Menurut segi pandangan agama jiwa setiap orang itu


sangat berharga dipandangan Sang Pencipta.
Kita tidak bisa menilai jiwa kita, sebab jiwa ini
bukannya milik kita, melainkan hanya sekedar
pinjaman saja dari sang Pencipta.
LO4. pandangan agama tentang euthanasia

BUDDHA
Dalam sudut pandang Buddhis, kasus euthanasia seharusnya
tidak boleh dilakukan karena merupakan suatu pembunuhan
yang menyebabkan karma buruk. Agama Buddha
menanggapi masalah euthanasia antara setuju dengan tidak
setuju.

Alasan tidak boleh dilakukannya euthanasia adalah kita


sebagai umat Buddha tidak boleh membunuh, karena
membunuh berarti melanggar pancasila buddhis sila pertama
yang berbunyi Panatipata veramani sikkhapadam
samadiyami yang artinya aku bertekad akan melatih diri
untuk tidak melakukan pembunuhan makhluk hidup
Di dalam sila menghindari pembunuhan artinya tidak
menganiaya atau merenggut nyawa makhluk lain atau diri
sendiri secara sengaja.
Dalam madhyamagama topik 5 berbunyi jika kamu
sengaja melakukan suatu perbuatan, maka kamu akan
mendapatkan balasannya, yang baik maupun yang buruk.
Jika kamu idak sengaja melakukan suatu perbuatan, maka
kamu tidak akan mendapatkan balasannya.
Dalam samyutta nikaya I, 227 sesuai dengan benih yang
anda tanam, itulah buah yang akan anda peroleh. Pelaku
kebaikan akan mengumpulkan kebaikan. Pelaku
kejahatan, memperoleh kejahatan. Jika anda
menanamkan benih yang baik, maka anda menikmati
buah yang baik.
Dalam agama buddha, sangat mementingkan konsep
karma. Sang buddha mengatakan bahwa pada kelahiran
yang baru, setiap makhluk akan menerima akibat karma
yang belum berbuah pada kehidupan yang lalu. Apabila
karma yang diterima belum setara dengan
perbuatannya, maka ia akan menerima karma di
kehidupan selanjutnya lagi.
Sang buddha juga mengemukakan empat kebenaran
mulia yaitu
Kesunyataan tentang adanya Dukkha (Dukkha)
Kesunyataan tentang sebab Dukkha (Dukkha Samudaya)
Kesunyataan tentang lenyapnya Dukkha (Dukkha Niroda)
Kesunyataan tentang jalan berunsur 8 menuju akhir Dukkha
(Dukkha Nirodha Gamini Patipada Magga)
Konsep diatas mengajarkan agar para penganut
dapat berfikir secara logis bahwa suatu masalah
dapat mecari cara penye;esaian suatu masalah.
Islam
Islam mengakui hak seseorang untuk hidup dan mati, namun hak
tersebut merupakan anugerah Allah kepada manusia.Hanya Allah yang
dapat menentukan kapan seseorang lahir dan kapan ia mati (QS 22: 66;
2: 243).

bunuh diri diharamkan dalam hukum Islam meskipun tidak ada teks
dalam AlQuran maupun Hadis yang secara eksplisit melarang bunuh
diri.

ada sebuah ayat yang menyiratkan hal tersebut, "Dan belanjakanlah


(hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu
sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena
sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik." (QS 2:
195), dan dalam ayat lain disebutkan, "Janganlah engkau membunuh
dirimu sendiri," (QS 4: 29)
seorang Muslim (dokter) yang membunuh seorang Muslim
lainnya (pasien) disetarakan dengan membunuh dirinya
sendiri.
Pada konferensi pertama tentang kedokteran Islam di
Kuwait tahun 1981, dinyatakan bahwa tidak ada suatu
alasan yang membenarkan dilakukannya eutanasia
ataupun pembunuhan berdasarkan belas kasihan (mercy
killing) dalam alasan apapun juga.
Kristen

Tidak ada alasan moral apapun yang mengijinkan


seseorang melakukan pembunuhan maupun bunuh diri.
Dalam Alkitab tegas difirmankan TUHAN: Jangan
membunuh! (Keluaran 20:13par). Kematian adalah hak
Tuhan (Ulangan 32:39; Ayub 1:21; Ibrani 9:27). Maka tidak
ada hak manusia untuk memilih cara kematiannya.
Dalam Alkitab, penderitaan mempunyai fungsi yang positif
dan konstruktif dalam hidup manusia (Yakobus 1:2-4;
Roma 5:3-4), penderitaan melahirkan ketekunan dan
pengharapan dan kesempurnaan hidup. Maka penderitaan
tidak bisa dijadikan sebagai alat pembenaran praktek
euthanasia.
Manusia lebih berharga daripada materi. Maka materi
harus melayani kepentingan manusia (band. Matius 6,
tentang khotbah di Bukit). Maka melakukan euthanasia
demi untuk kepentingan penghematan ekonomi tidak
dibenarkan secara moral, terutama moral Kristen.
Hindu

Pandangan agama Hindu terhadap euthanasia adalah


didasarkan pada ajaran tentang karma,moksa dan
ahimsa.
akumulasi terus menerus dari "karma" yang buruk
adalah menjadi penghalang"moksa" yaitu suatu ialah
kebebasan dari siklus reinkarnasi yang menjadi suatu
tujuan utama daripenganut ajaran Hindu.
Ahimsa adalah merupakan prinsip "anti kekerasan"
atau pantang menyakiti siapapun juga
Berdasarkan kepercayaan umat Hindu, apabila
seseorang melakukan bunuh diri, maka rohnya tidak
akan masuk neraka ataupun surga melainkan tetap
berada didunia fana sebagai roh jaha tdan berkelana
tanpa tujuan hingga ia mencapai masa waktu dimana
seharusnya ia menjalani kehidupan.
Setelah itu maka rohnya masuk ke neraka menerima
hukuman lebih berat dan akhirnya ia akan kembali
kedunia dalam kehidupan kembali (reinkarnasi) untuk
menyelesaikan "karma" nya terdahulu yang belum
selesai dijalaninya.
LO5. pandangan hukum tentang euthanasia

Di indonesia, euthanasia adalah suatu perbuatan yang


melawan hukum, hal ini dapat di lihat dari peraturan
perundang-undangan yang ada yaitu pasal 344 KUHP yang
menyatakan bahwa barang siapa yang menghilangkan
nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri, yang
disebutkannya dengan nyata dan sungguh-sungguh, di
hukum penjara selama-lamanya 12 tahun.
Juga halnya demikian nampak pada peraturan pasal 338
340 345 dan 359 KUHP.
Secara formal di negara kita memang tidak mengizinkan
euthanasia pada siapa pun.
Hukuman berdasarkan jenis euthanasia

1) Euthanasia aktif atas permintaan pasien


Pasal. 344 KUHP
2) Euthanasia aktif tanpa permintaan pasien
Pasal. 340 KUHP
3) Euthanasia aktif tanpa sikap dari pasien
Pasal. 340, 338, KUHP
Ketua umum pengurus besar ikatan dokter indonesia (IDI)
farid anfasal moeloek dalam suatu pernyataannya yang di
muat oleh majalah menyatakan bahwa euthanasia atau
pembunuhan tanpa penderitaan hingga saat ini belum
dapat di terima dalam nilai dan norma yang
berkembangdalam masyarakat indonesia. Euthanasia juga
tidak sesuai dengan etika yang di anut oleh bangsa dan
melanggar hukum positif yang masih berlaku yaitu KUHP

Pada tanggal 10 April 2001 Belanda menerbitkan undang-


undang yang mengizinkan euthanasia,undang-undang ini
dinyatakan efektif berlaku sejak tanggal 1 April 2002, yang
menjadikanBelanda menjadi negara pertama di dunia
yang melegalisasi praktik euthanasia
Di Negara Belanda, tepatnya di daerah Rotterdam, seorang dokter
tidak di hukum dalam melakukan euthanasia, Pengadilan Negeri
Rotterdam mempunyai kriteria bahwa seorang dokter tidak dihukum
dalam melakukan euthanasia, sebagai berikut:
Harus ada penderitaan fisik atau psikis yang tidak terpikulkan dan
dahsyat dialami pasien.
Baik penderitaan ini maupun keinginan untuk mengakhiri
kehidupan berlangsung tiada henti-hentinya.
Pasien memahami betul situasinya sendiri maupun kemungkinan-
kemungkinan alternatif yang tersedia dan mampu menimbang-
nimbang antara berbagai kemungkinan yang ada dan sesungguhnya
telah pula melakukan pilihannya.
Tidak ada pemecahan rasional lain yang dapat memperbaiki situasi.

Dengan kematian ini tidak ada orang lain yang dirugikan atau
menderita tanpa alasan.
Keputusan untuk memberikan bantuan tidak diambil oleh
satu orang saja.
Pada keputusan untuk memberikan bantuan harus selalu
melibatkan seorang dokter, yang akan mengeluarkan resep
mengenai obat atau bahan yang akan dipakai.
Pada keputusan untuk memberikan bantuan, demikian pula
pada bantuan itu perlu diperhatikan kecermatan dan
ketelitian yang semaksimal mungkin sesuai dengan
kepatutan yang berlaku
LO6. pandangan medis tentang euthanasia

Sedangkan dari aspek medis atau dari tinjauan


kedokteran, kode Etik KedokteranIndonesia
menggunakan euthanasia dalam tiga arti, yaitu
Berpindahnya ke alam baka dengan tenang dan aman
tanpa penderitaan, buat yang beriman dengan nama
Allah di bibir
Waktu hidup akan berakhir, diringankan penderitaan si
sakit dengan memberikan obat penenang
Mengakhiri penderitaan dan hidup seorang yang sakit
dengan sengaja atas permintaan pasien sendiri dan
keluarganya
Dari pengertian pengertian di atas maka euthanasia
mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
Berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu
Mengakhiri hidup, mempercepat kematian, atau tidak mem
perpanjang hidup pasien
Pasien menderita suatu penyakit yang sulit untuk disembuhk
an
Atas atau tanpa permintaan pasien dan atau keluarganya

Demi kepentingan pasien dan atau keluarganya


Para dokter, umumnya semua pejabat dalam bidang
kesehatan, harus memenuhi segala syarat keahlian dan
pengertian tentang susila jabatan. Keahlian dibidang ilmu
dan teknik baru dapat memberi manfaat yang sebesar-
besarnya. Kalau dalam prakteknya disertai oleh norma-
norma etik dan moral.
di setiap Negara mempunyai kode etik kedokteran
sendiri-sendiri. Pada umumnya kode etik tersebut
didasarkan pada sumpah Hippocrates.
Di antara sumpah Hippocrates adalah sebagai berikut :
Ilmu kedokteran adalah upaya untuk menaggulangi
penderitaan si sakit, menyingkirkan penyakit, dan tidak
mengobati kasus-kasus yang tidak memerlukan pengobatan.
Saya tidak akan memberikan obat yang mematikan kepada
siapapun meskipun dimintanya, atau menganjurkan kepada
mereka untuk tujuan itu.
Manusia pada akhirnya akan mati, dokter tidak dapat
berharap ia akan dapat menyembuhkan setiap pasiennya.
Ada batas ketika penyembuhan tidakberdaya lagi. Dokter
harus mengenali dan menerima kedatangan saat-saat maut
bagi pasiennya, bahkan sebagai seorang yang
berpengetahuan ia harus menunjukannya dengan
perbuatan, yaitu jangan berusaha untuk
menyembuhkannya, karena ini berarti membohongi diri
sendiri dan pasiennya.
Salah satu pasal dari Kode Etik Kedokteran Indonesia
yang relevan dengan masalah euthanasia, adalah pasal
7d yang berbunyi: "Seorang dokter harus senantiasa
mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk
insani.
Jadi, jelas bahwa Kode etik kedokteran Indonesia
melarang tindakan euthanasia aktif. Dengan kata lain,
dokter tidak boleh bertindak sebagai Tuhan (dont play
god). Medical ethics must be pro life, not pro death.
Dokter adalah orang yang menyelamatkan atau
memelihara kehidupan, bukan orang yang menentukan
kehidupan itu sendiri (life savers, not life judgers)
LO7. solusi

Mengubah cara berpikir pasien bahwa tidak untuk


melakukan euthanasia karena masih ada yang dapat di
lakukan olehnya. Misal sebagai motivator
Daftar pustaka

Oemar Seno Adji, Etika profesional dan Hukum


Pertanggungjawaban Pidana Dokter. (Jakarta:
Erlangga.1991). hlm.176
Amri Amir, Bunga Rampai Hukum Kesehatan. (Jakarta:
Widya Medika, 1997), hlm.71.
Wila Chandrawila Supriadi, Hukum Kedokteran,
(Bandung: CV. Mandar Maju 2001), hlm.12.
Thomas A. Shanon. Terj K. Bartens . Pengantar
Bioetika (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1995),
hlm.147-148.
Wila Chandrawila Supriadi, Hukum Kedokteran, hlm.18.
Ratna Suprapti Samil (ed.), Kode Etik Kedokteran
Indonesia, (Jakarta: Metro Kencana. 1980), hlm.35.
R. Soesilo, Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)
serta komentar-komentarnya lengkap pasal demi pasal,
(Bogor: Politeia, 1996), hlm.243

Anda mungkin juga menyukai