Anda di halaman 1dari 80

Dede Satria Sabarudin

405110108
Pemicu 2 Hematologi
Anemia makrositer
Definisi: anemia kronik ug ditandai secara morfologis oleh
eritrosit besar-besar.

Patogenesis: defisensi zat yang penting untuk sintesis DNA


sehingga ada gangguan perkembangan inti.
Etiologi anemia makrositer
MCV/VER > 95 fl
Megaloblastik Defisiensi vitamin B12
Defisiensi asam folat
Non megaloblastik Alkohol
Penyakit hati
Mielodisplasia
Anemia aplastik, dll
Tanda & Gejala
Kehilangan nafsu makan Pembesaran limpa

Bibir pucat Lemah

Kuku mudah patah Ataxia

Sore mouth Kelelahan

Kelopak mata Pucat Berat badan turun

Sore tongue Paresthesia


Anemia Megaloblastik
Anemia megaloblastik
Definisi Kelainan yang disebabkan oleh gangguan
sintesis DNA dan ditandai oleh sel
megaloblastik
Kegagalan maturasi dan pembelahan inti
Klasifikasi Anemia defisiensi vit B12 / kobalamin
Anemia defisiensi asam folat
Penyakit pendukung Anemia hemolitik, keganasan,
hipertiroidisme, tropical dan nontropical
spure, obat-obatan antagonis as.folat
Tanda & Gejala
Diare Berat badan turun

Muntah Jantung berdebar


Malabsorbsi
Susah Bernapas
Pembesaran Hati dan Limpa
Sensitif terhadap perubahan
Penyakit Kuning suhu

Infeksi pada bagian oral


Pucat
Lesi pada saraf
etiologi anemia megaloblastik
Defisiensi vit
B12

Defek
Penyebab Defisiensi
sintesis DNA
an.megaloblastik folat
lain

Kelainan
metabolisme
vit B12 atau
folat
patofisiologi
Defisiensi vit B12 Karena :
• defisiensi makanan
Gagal membentuk • perubahan keadaan
tetrahidrofolat metabolik
• pertumbuhan bakteri
berlebihan yang perlu vit B12
Pematangan sel tidak usus untuk metabolismenya
normal sehingga terjadi perebutan vit
B12
Sel besar-besar (anemia
megaloblastik)
Vitamin B12 Asam folat
Asupan harian normal 7-30 μg 200-250 μg
Makanan utama Produk hewan saja Hati,sayuran hijau, ragi
Pemasakan Sedikit efeknya Mudah rusak
Kebutuhan harian min (dws) 1-2 μg 100-150 μg
Cadangan dalam tubuh 2-3 mg (2-4 tahun) 10-12 mg (4 bulan)
Absorbsi
Letak Ileum Duodenum dan yeyunum
Mekanisme Faktor intrinsik Konversi menjadi metiltetrahidrofolat
batas 2-3 μg / hari 50-80% kandungan makanan
Sirkulasi enterohepatik 5-10 μg / hari 90 μg / hari
Bentuk terapeutik umum hidroksokobalamin Asam folat (pteroilglutamat)
Anemia defisiensi kobalamin
Etiologi Anemia defisiensi kobalamin
Asupan tidak cukup Vegetarian (jarang)
Malabsorbsi Defek penyampain kobalamin dari makanan (gastrektomi, obat
yang menghalangi sekresi asam)
Produksi faktor intrinsik yang tak mencukupi (A.pernisiosa,
gastrektomi total, abnormalitas fungsional)
Gangguan dari ileum terminalis (spure tropikal, spure non
tropical, neoplasma, reseksi intestinum)
Kompetisi pada kobalamin (fish tapeworm, bakteri blind loop
syndrome)
Obat-obatan (kolkisin, neomisin)
Lain-lain NO (Nitrous oxidae) anesthesia, defisiensi trans-kobalamin II
(jarang), defek enzim kongenital (jarang)
Anemia pernisiosa
Anemia pernisiosa
Anemia pernisiosa
Definisi Paling lazim sebagai penyebab defisiensi kobalamin
Terjadi khas pada anak umur di bawah 10 tahun

Penyebab Tidak ada faktor intrinsik dan adanya atrofi mukosa maupun
dektruksi autoimun dari sel-sel parietal

Gejala klinis Atrofi lambung yang memperngaruhi bagian yang mensekresi


asam dan pepsin dari lambung, terkecuali antrum

Meningkat pada Penyakit imunologik, miksedema, tiroiditis, insufisiensi


penyakit adenokortikal idiopatik, hipoparatiroidisme

Abtibodi dalam sirkulasi : abnormal


Penyebab anemia defisiensi kobalamin

Pasca gastrektomi Obat yang merusak  kerusakan mukosa lambung  sumber


faktor intrinsik telah dibuang  A. megaloblastik

Organisme intestinal Kolonisasi sejumlah besar bakteri dalam usus halus 


mengkonsumsi kobalamin intestinal sebelum diabsorbsi

Kolonisasi sejumlah besar bakteri  met garam empedu


terganggu Steatorrhea

Abnormalitas ileum Tiap gangguan yang bersamaan dengan kaspasitas absorbsi


ileum

Nitrous oxide Menghirup nitrous oxide (sbg obat bius)  menghancurkan


kobalamin yang endogen (pemakaian berulang dan
berkepanjangan
Gejala klinis anemia defisiensi kobalamin
Pucat Nyeri lidah (papil lidah halus & kemerahan)
Kulit dan mata sedikit kekuningan Anoreksia  BB turun
Peningkatan kadar bilirubin Diare dan keluhan lain gastrointestinal
Nadi berdenyut cepat Malabsorbsi
Jantung mungkin membesar Gangguan saraf perifer, medula spinalis
Bising sistolik Gangguan mental (mudah marah ringan,
mudah lupa, demensia)

Penanganan anemia defisiensi kobalamin


Terapi parenteral Kobalamin 1000 μg tiap minggu
Kobalamin 1000 μg tiap bulan

Terapi oral Kristalin B12 sejumlah 2 mg per hari


Kristalin kobalamin sejumlah 0,1 mg per hari usila
Tetrasiklin dan ampisilin
Anemia defisiensi asam folat
Penyebab anemia defisiensi asam folat
Asupan yang tidak adekuat Diet yang tidak seimbang (peminum alkohol, usia
belasan tahun, bayi)
Keperluan yang meningkat Kehamilan, bayi, keganasan, peningkatan
hematopoiesis, hemolisis
Malabsorbsi Spure trpoical, spure non-tropical, obat-obatan
(ethanol, phenytoin, barbiturat)
Metabolisme yang terganggu Penghambat dihydrofolat reductase. Alkohol, defisiensi
enzim (jarang)
Kehilangan folat berlebihan lewat Penyakit hati aktif, gagal jantung kongestif
urin
Obat-obatan yang menggangu Antagonis purin, antagonis pirimidin, antagonis folat
metabolisme DNA (metotreksat  paling toksik)
Gangguan metabolik (jarang) Asiduria urotik herediter, sindrom Lesch-Nyhan

Anemia megaloblastik dengan Anemia megaloblastik refrakter, sindrom Diguglielmo,


penyebab tidak diketahui anemia diseritropoietik kongenital
Penyebab anemia defisiensi asam folat

Asupan yang tidak memadahi Peminum alkohol  asupan kalori utama dari
minuman beralkohol, mengganggu met. folat

Narkotik  malnutrisi  def. Folat

Fakir miskin& usia lanjut  makanan kurang  def.


folat

Keperluan yang meningkat Jaringan-jaringan yang relatif pembelahannya sangat


cepat  sumsum tulang, mukosa usus

Malabsorbsi Gangguan usus, pecandu alkohol


Defisiensi folat menyertai tropical spure

Obat-obatan Obat-obatan yang mengganggu sintesis DNA (secara


langsung / melawan kerja folat
Gejala klinis anemia defisiensi asam folat

Glossitis (peradangan pada lidah) Diare , nafsu makan hilang

Cheilosis (peradangan pada 1/2 sudut mulut) Kurang gizi

Tidak nampak abnormalitas neurologik Pucat

Kulit dan mata sedikit kekuningan Peningkatan kadar bilirubin

Denyut nadi cepat & bising sistolik Kemungkinan jantung membesar

Penanganan anemia defisiensi asam folat


Terapi oral 1 mg per hari
5 mg per hari  dosis tinggi
Terapi parenteral -
Pasien dengan keperluan terus meningkat Diet
ANEMIA HEMOLITIK
Tanda dan gejala Gejala klinis
Lemah Pallor pada membran mukosa
Pusing Penyakit kuning ringan yang naik-turun
Cepat letih dan sesak Splenomegali
Kulit dan mukosa kuning Defisiensi folat  anemia hemolitik kronik
Urin kecoklatan Urobilinogen yang berlebihan
Takikardi
Aliran murmur pada katup jantung
PATOFISIOLOGI
Hemolisis

Intravaskuler Ekstravaskuler

Destruksi eritrosit  Destruksi eritrosit 


sirkulasi darah sistem retikuloendotelial

Sel eritrosit yang telah


• Trauma mekanik mengalami perubahan membran
• Fiksasi komplemen tidak dapat melintasi sis
• Aktivisasikomplemen permukaan retikuloendotelial
• Infeksi yang langsung mendegradasi dan
mendestruksi
Sel eritrosit difagositosis &
dihancurkan makrofag
Klasifikasi anemia hemolitik
Herediter
• Membran •Metabolisme •Hemoglobin
• Sferositosis herediter • Defisiensi G6PD • Abnormal (HbS,
• Eliptositosis herediter • Defisiensi piruvat kinase HbC, tak stabil)

Didapat
• Imun • Mikroangiopati
• Autoimun • Purpura trombositopenik trombotik
• Antibodi tipe hangat • Sindrom hemolitik uremik
• Sepsis menigokokal
• Antibodi tipe dingin • Pre-eklampsia
• Aloimun • Koagulasi intravaskuler diseminata
• Hemoglobinuria Mars
• Reaksi transfusi hemolitik • Infeksi
• Penyakit hemolitik neonatus • Malaria
• Clostridium
• Alograft, transplantasi sumsum tulang • Zat kimia dan fisik
• Terkait obat • Khususnya obat, zat industri/rumah tangga,
luka bakar
• Sindrom fragmentasi ertrosit • Sekunder
• ‘cangkok (graft), arteri katup jantung • Penyyakit hati dan ginjal
• Hemoglobinuria nokturnal paroksimal
Anemia Hemolitik
• Sumsum tulang dewasa normal, setelah pelebaran
maksimal, mampu menghasilkan eritrosit dengan
kecepatan enam sampai delapan kali normal asalkan
eritropoesis ini efektif. Hal ini menyebabkan
retikulosis yang bermakna, khususnya pada kasus
anemia yang lebih parah.
• Oleh karena itu, anemia hemolitik biasanya tidak
tampak sampai masa hidup eritrosit kurang dari 30
hari.
PATOLOGI
Eritrosit normal SSTL

Eritrosit tua Penyakit

(ANEMIA
Hemolisis (>>)
Makrofag HEMOLITIK)
(SSTL, limpa , hati)

Hiperplasia eritroid Pembentukan eritrosit


10x lebih cepat

Eritropoietin Anemia hemolitik


kompensated

Ginjal
PEMERIKSAAN LAB

Gambaran peningkatan pemecahan

- Bilirubin serum m↑
- Urobilinogen urine m↑
- Sterkobilinogen feses m↑
- Haptoglobin m↓

Gambaran peningkatan produksi eritrosit

- Retukulositosis
- Hiperplasia eritroid, rasio mieloid : eritrosit SS TL normal 2:1 sampai 12:1 m↓
menjadi 1:1 atau sebaliknya.

Eritrosit yang rusak :

- Morfologi menjadi sferosit, eliptosit, fragmentosit, dll.


- Fragilitas osmotik, autohemolisis, dll.
- Ketahanan eritrosit memendek.
Klasifikasi anemia berdasar morfologi
dan etiologi
Mikrositik Hipokrom Normositik Normokrom Makrositik
MCV < 80 fl MCV 80 – 95 fl MCV > 95 fl
MCH < 27 pg MCH > 26 pg Megaloblastik
- Anemia def. B12
- Anemia folat

Anemia def.Besi Anemia pasca perdarahan akut Non – megaloblastik


Talasemia major Anemia aplastik -Anemia pd penyakit hati
Anemia penyakit kronik Anemia hemolitik didapat kronik
Anemia sideroblastik Anemia penyakit kronik -Anemia pd hipotiroidisme
Anemia pd gagal ginjal kronik -Anemia pd sindrom
Anemia pd sindrom mielodisplastik
mielodisplastik
Anemia pd keganasan
hematologik
Klasifikasi Anemia Menurut Etiopatogenesis
A. Anemia karena gangguan pembentukkan eritrosit dalam sum-sum tulang
1. kekurangan bahan esensial pembentuk eritrosit
a. anemia defisiensi besi
b. anemia defisiensi asam folat
c. anemia defisiensi vitamin B12
2. gangguan penggunaan (utilisasi) besi
a. anemia akibat penyakit kronik
b. anemia sideroblastik
3. kerusakan sum-sum tulang
a. anemia aplastik
b. anemia mieloptisik
c. anemia pd keganasan hematologi
d. anemia diseritropoeietik
e. anamia pd sindrom mielodisplastik
B. Anemia akibat hemoragi
1. anemia perdarahan akut
2. anemia akibat perdarahan kronik
C. Anemia hemolitik
1. anemia hemolitik intrakorpuskuler
a. gangguan membran eritrosit (membranopati)
b. gangguan enzim eritrosit (enzimopati) : anemia akibat
defisiensi G6PD
c. gangguan hemoglobin (hemoglobinopati)
- Thalasemia
- Hemoglobinopati struktural : HbS, HbE, dll.
2. anemia hemolitik ektrakorpuskuler
a. anemia hemolitik auto imun
b. anemia hemolitik mikroangiopati
c. lain-lain
D. Anemia dengan penyebab tidak diketahui atau dengan patogenesis
yang kompleks
• Klasifikasi

Kelainan
membran sel
darah merah
Defek herediter
Gengguan enzim
Defek intrinsik
eritrosit herediter
Defek didapat
Klasifikasi anemia
hemolitik
Destruksi non
imun
Defek ekstrinsik
Anemia hemolitik
imun
ANEMIA HEMOLITIK INTRINSIK
• DEFEK HEREDITER
– Kelainan membran sel darah merah
Sferositosis herediter

eliptositosis herediter

Piropoikilositosis herditer

Stomatositosi herediter

Xerositosis herediter
DEFEK HEREDITER
Gangguan enzim eritrosit herediter

Defisiensi G6PD

Defisiensi enzim lain


•Defisiensi piruvat kinase
•Defisiensi primidin 5 nukleotidase
DEFEK DIDAPAT

• Hemoglobinuria Nokturnal Paroksismal


definisi Hemolisis yang terjadi secara masif dan berulang
setelah terpapar suhu dingin
Gambarn klinis AIHA (2-5%)
Hemolisis paroksismal disertai menggigil panas
mialgia sakit kepala hemoglobinuri berlangsugn
beberapa jam
laboratorium Hemogloninuria
Sferositosis
Eritrofagositosis
Tes COMBS positif
Antibodi Donath landsteiner terdisosiasi SDM
Terapi Menghindari faktor pencetus
ANEMIA HEMOLITIK EKSTRINSIK
Detruksi Non imun
• Trauma fisik
• Zat kimia dan toksik
• Hemolitik yg berkaitan dgn infeksi
• Hipersplenisme
• Ganguan sistemik
Destruksi imun
• aIHA hangat
• AIHA dingin
Sferositosis herediter
Definisi kelainan karena pola pewarisan dan kasus2 ini disebabkan
oleh mutasi spontan.
etiologi Kelainan molekuler protein rangka (misal: def protein
spektrin)
patogenesis Hilangnya membran o.k terlepasnya bagian lemak 2 lapis yg
tak di tunjang oleh rangka  eritrosit menjadi semakin sferis (
kehilangan luas permukaan relatif terhadap volume )  tidak
mampu melewati mikrosirkulasi limfe  sferosit mati secara
prematur.
Tanda dan gejala Anemia
Ikterus
Splenomegali
Sferositosis dan somatositosis di darah perifer
Terjadi hemolisis tingan tapi terkompensasi
Penatalaksanaan splenektomi
• Temuan laboratorium
Hitung darah
• Anemia ringan (hb 9-12 g/dL)
• MCV normal
• MCHC tinggi
• Sferosit di daerah perifer
• Trombosit sedikit rendah apabila limfa masih ada
• Retikulosit 5-7%

Pemeriksaan sel darah merah


• Kerapuhan osmotik sangat tinggi
• Autohemolisis setelha 48 jam pada suhu 37
• Glukosa atua atp menghilangkan autohemolisis

Klinis
• BILIRUBIN sesdikit tinggi
• Urobilinogen urine cukup tinggi
• Haptoglobin rendah
Eliptositosis herediter
definisi Penyakit karena gangguan herediter yg berkaitan dengan kerangka
protein membran SDM
gejala klinis Jarang ada gejala
Temuan Darah berbentuk sel sabit
laboratorium
Krapuhan osmotik dan autohemolisis
komplikasi piropoikilositosis
Eritrosit menunjukkan banyak bentuk tetesan airmata sferosit dan
mikrosferoist sera sel2 yang terfragmentasi
Stomatositosis herediter dan
Xerositosis Herediter

Stomatositosis herediter Xerositosis Herediter

Jumlah satomatosit meningkat Jumlah sel target meningkat

Volume sel rerata meningkat


Gangguan enzim eritrosit herediter
Defisiensi G6PD

Defisiensi enzim lain


•Defisiensi piruvat kinase
•Defisiensi primidin 5
nukleotidase
Defisiensi G6PD
Definisi G6PD Enzim awal yg terlibat dakam jalur pentosa fosfat pada
metabolisme eritrosit
Etiologi defisiensi G6PD kekurangan NADPH (sumber potensial pereduksi utnuk
eritrosit menahan stress oksidasi
Gejala dan tanda Ikterus neonatus
Anemia hemolitik kongenital
Hemolisis akibat obat
Cth: primakuin
favism
Pemeriksaan lab Adanya blister cell
Terdeteksi badan heinz
Penurunan haptoglobin
Peningkatan LDH dan bilirubin
Peningkatan hitung retikulosit
Hemosiderine dalam urine
• Pengobatan :
- Menghentikan obat pencetus
- Mengobati infeksi
- Mempertahankan keluaran urine yang tinggi
- Melaukan tranfusi darah pada anemia berat
- Pada bayi  ikterus neonatorum o.k def G6PD
mempengaruhi fungsi hati neonatus
Defisiensi enzim lain
Defisiensi piruvat kinase Defisiensi primidin
nukleotidase
efek Tidak dapat membentuk 2 ATP Tidak dapat menmetabolisme
pada SDM non retikulosit residu residu primidin
sehingga influks dan efluks Menyebabkan anemia hemolitik
terganggu seldarah merah
Lebih mudah didestruksi oleh
limpa
Gejala dan tanda anemia
Ikterus
Splenomegali
Peningkatan bilirubin indirek
Pemeriksaan lab Tidak tampak sferosit Basophilic stipping
ANEMIA NON IMUN
Patofisiolgi: Anemia hemolisis non imun

Dekstrusi intravaskular Dekstrusi extravaskular

Di sirkulasi darah Oleh sistem retikuloendotelial

Trauma mekanik Infeksi membran eritrosit Membran eritrosit berubah


Manifestasi Klinis
– Gejala: • Pemeriksaan Fisik:
• Lemah – Kulit & mukosa kuning
• Pusing
– Splenomegali
• Cepat capai
• Sesak – Takikardia
• Ikterik • Cepat jantungnya
• Urin kecoklatan (jarang – bunyi murmur/ bising
terjadi) pada katup jantung
Pemeriksaan Laboratorium
• Hb (3-5 hari)  retikulosis  perdarahan
aktif, mielotisis.
• LD terutama LDH 2 & SGOT
• Ditemukannya hemosiderinuria atau
hemoglobinuria
Anemia hemolitik autoimun
• Disebabkan oleh produksi antibodi terhadap
eritrosit sendiri.
• Dibuktikan oleh uji antiglobulin langsung atau
direct anti globulin test (DAT) atau uji Coombs
• Dibagi menjadi: an hemolitik autoimun
tipe hangat, an hemolitik autoimun tipe dingin
• Dibagi menurut reaksi antibodi yang lebih kuat
pada eritrosit yang di lakukan pada suhu 370C
atau 40C
Anemia hemolitik autoimun tipe
hangat
- Terjadi pada 70% kasus AIHA
- Dimana antibodi bereaksi secara optimal pada
suhu 370C
- ± 50% pasien AIHA tipe hangat disertai
penyakit lain
- Antibodinya adlah IgG
• Gambaran klinis
- Onset penyakit biasanya tersamar
- Gejala terjadi secara perlahan, ikterik dan demam
- Urin berwarna gelap karena hemoglubinuria
- Ikterik pada 40% pasien
- Idiopatik splenomegalli pada 50-60% pasien
- Gepatomegali 30% pasien
- Limfadenopati pada 25%
- 25% tidak disertai pembesaran organ dan
limfonodi
• Laboratorium
- Hb < 7 g/dL
- Coombs test : (+)
 Therapi
1. Singkirkan penyebab yang mendasari
2. Kortikosteroid
3. Splemoktomi  jka ps gagal mempertahankan
kadar Hb dgn dosis steroid yg cukup kecil
4. Imunosupresi
5. Asamfolat
6. Transfusi darah
7. Imunoglobulin dosis tinggi (tidak terlalu efektif)
Anemia hemolitik autoimun tipe
dingin
- Terjadinya hemolisis di pengruhi/dperantarai
oleh antibodi dingin yaitu aglutinin dingn=in
dan donath-landhstainer
- Antibodinya IgM
- Antibodi bereaksi secara optimal dengan
eritrosit pada suhu 40C
- Aglutinin dingin biasanya berikatan dgn
eritrosit dan terjadi lisis langsung dan
fagositosis
• Gambaran klinis
- Aglutinisasi pada suhu dingin
- Hemolisis berjalan kronik
- Hb 9-12 g/dl
- Sering di dapat akrosianosis dan splenomegali
• Laboratorium :
- Sferositosis
- Polikromatosia
- Test Coombs : (+)
- Anti-I, anti-Pr, anti-M, dan anti-P
• Terapi
- Menghindari udara dingin
- Predinsol dan splenoktomi tidak banyak
memebantu
- Klorambusil 2-4mg/hari
- Plasmaferesis untuk m↓ antibodi IgM
Anemia hemolitik aloimun
- Antibodi yang dihasilkan oleh satu individu
bereaksi dgn eritrosit individu lain
- Dapat di akibatkan oleh transfusi darah yang
tidak sesuai
Anemia hemolitik autoimun yang
diinduksi oleh obat
Menyebabkan anemia hemolisis melalui tiga
mekanisme :
1. Antibodi yang ditunjukan pada kompleks
membran eritrosit-obat (mis. Penisilin,
ampilisin)
2. Deposisi komplemen melalui kompleks obat-
protein/antigen-antibodi pada permukaan
eritrosit (mis. Kuinidin, rifampisin)
3. Anemia hemolitik autoimun sejati, pada
keadaan ini peran obat tidak jelas
• Anemia hemolisis  kadar Hb < normal
akibat kerusakan eritrosit yang lebih cepat
daripada kemampuan sumsum tulang untuk
memperbaikinya.
• Anemia hemolisis non imun  hemolisis
terjadi tanpa keterlibatan IgG, abnormalitas
struktur ,membran, hipersplenisme, dll
PERANAN B 12 & FOLAT
Vitamin B12
• Diperlukan untuk sintesis DNA

makanan

transkobalamin
Penyerapan
B12 oleh ileum

Faktor intrinsik B 12 faktor Jaringan


oleh lambung intrinsik sintesis DNA
Asam folat
Berasal dari daun hijau
Ada 3 gugus: 1 .cincin pteridin
2. asam para amino benzoat
3. 1 dari sejumlah unit asam
glutamat
Simpanan cukup untuk sebulan
Efek def asam folat : gangguan sintesis timidin
(bagian dari DNA)
Asam folat
Asam folat
• Folat berasal dari makanan  metil THF  masuk sel
 poliglutamat folat (koenzim folat intraseluler) 
5,10-metilen THF (koenzim folat yang terlibat dalam
reaksi timidilat sintetase)  membantu merubah
Deoxy Uridine Monofosfat (dUMP)  dTMP  DNA
Defisiensi asupan Gizi

Defisiensi vit B12 Karena :


• defisiensi makanan
Gagal membentuk • perubahan keadaan
tetrahidrofolat metabolik
• pertumbuhan bakteri
berlebihan yang perlu vit B12
Pematangan sel tidak usus untuk metabolismenya
normal sehingga terjadi perebutan vit
B12
Sel besar-besar (anemia
megaloblastik)
Defisiensi asupan Gizi
Defisiensi asam folat

Gangguan sintesis timidin


(timidin = bagian dari DNA)

Mempengaruhi pematangan inti


(DNA)
MENGETAHUI DAN MENJELASKAN
PEMERIKSAAN LAB
Pemeriksaan lab anemia def vit B12

Sel darah merah besar-besar (makrositik)

Neutrofil hipersegmentasi

Gambaran sumsum tulang megaloblastik

Kadar vitamin B12 kurang dari 100 mg/ml


Pemeriksaan Laboratorium yang mendukung anemia
hemolitik:

• Test Coomb's. :Dilakukan setelah hitung retikulosit


dan di dapatkan retikulosit meningkat.
• Test Coombs ini ada yang secara langsung dan
secara tidak langsung
1. Secara langsung. Untuk mendeteksi antibodi yang
melekat pada sel darah merah,yang dapat
menyebabkan kerusakan sel. Uji ini dapat
mengidentifikasi suatu reaksi antigen-antibodi yang
lemah walaupun tidak tampak aglutinasi SDM.
2. Secara tidak langsung. Untuk mendeteksi
antibodi yang bersirkulasi dengan bebas
dalam serum klien. Biasanya uji ini digunakan
sebelum transfusi darah (untuk memeriksa
keberadaan antibodi dalam darah resipien dan
donor sebelum dilakukan transfusi darah)

• Jenis Bilirubin
Menurut Klous dan Fanaraft (1998) bilirubin dibedakan
menjad dua jenis yaitu:

1. Bilirubin tidak terkonjugasi atau bilirubin indirek atau


bilirubin bebas yaitu bilirubin tidak larut dalam air,
berikatan dengan albumin untuk transport dan
komponen bebas larut dalam lemak serta bersifat
toksik untuk otak karena bisa melewati sawar darah
otak.

2. bilirubin terkonjugasi atau bilirubin direk atau bilirubin


terikat yaitu bilirubin larut dalam air dan tidak toksik
untuk otak.
Etiologi hiperbilirubin antara lain :
1. Peningkatan produksi

• Hemolisis, misalnya pada inkompalibilitas yang terjadi bila


terdapat ketidaksesuaian golongan darah dan anak pada
penggolongan rhesus dan ABO.

• Perdarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran

• Ikatan bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan


metabolic yang terdapat pada bayi hipoksia atau asidosis

• Defisiensi G6PD (Glukosa 6 Phostat Dehidrogenase)

• Kelainan congenital
2. Gangguan transportasi akibat penurunan
kapasitas pengangkutan misalnya
hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-
obat tertentu misalnya sulfadiazine.
3. Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh
beberapa mikroorganisme atau toksin yang dapat
langsung merusak sel hati dan darah merah
seperti infeksi, toksoplasmasiss, syphilis.
4. Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ektra
hepatic.

5. Peningkatan sirkulasi enterohepatik, misalnya


pada ileus obstruktif.
Patofisiologi Peningkatan kadar bilirubin tubuh
Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan.
• Keadaan yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan
beban bilirubin pada sel hepar yang berlebihan.
• Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran
eritrosit, polisitemia.
• Gangguan pemecahan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan
peningkatan kadar bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar
protein Y dan Z berkurang, atau pada bayi hipoksia, asidosis.
• Pada derajat tertentu bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak
jaringan tubuh. Toksisitas terutama ditemukan ,ada bilirubin indirek
yang bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak.
• Sifat ini memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak apabila
bilirubin tadi dapat menembus darah otak. Pada umumnya dianggap
bahwa kelainan pada syaraf pusat tersebut mungkin akan timbul apabila
kadar bilirubin indirek lebih dari 20 mg/dl.
2.Anemia megaloblastik

Anemia defisiensi asam folat:


gejala klinis
• pucat
• lekas letih dan lemas
• berdebar-debar
• pusing dan sukar tidur
• tampak seperti malnutrisi
• glositis berat (radang lidah disertai rasa sakit)
• diare dan kehilangan nafsu makan
Temuan laboratorium pada anemia megaloblastik
Hitung darah Anemia berat
Makrositosis dengan anisositosis
Retikulosit terlalu rendah untuk anemia
Sumsum tulang Hiperplasia eritroid yang mencolok
Adanya inti sel megaloblastik di ketiga turunan sel
Besi simpanan normal / tinggi
Kimia darah Bilirubin tinggi (tidak langsung)
Besi serum tinggi, gastrin serum tinggi
Pemeriksaan lain Uji Schilling abnormal (ekskresi <2%) (A.pernisiosa)
Antibodi terhadap sel lambung, faktor intrinsik (A.Pernisiosa)
Kadar vit.B12 SDM, serum (<100pg/mL) rendah (def vit.B12)
Matilmalonat urine tinggi (>10mg/24 jam) (def Vit. B12)
Kadar folat serum (>3pg/mL), SDM (<100pg/mL) rendah (def
as.folat)
Histamine-fast achlorhydria (A.pernisiosa)
Anemia hemolitik
Pemeriksaan laboratorium Pemerikasaan khusus
Hb turun Gambaran darah tepi
a.Anisositosis
b.Poikilositosis
c.Polikromasi
d.Bentuk lain : fragmented

Hematokrit menurun Aspirasi sumsum tulang


Retikulositosis Tes Coombs positif
Bilirubin indirek Splenektomi : dianjurkan pada pasien
anemia hemolitik sedang dan berat
Meningkat (bilirubin total sampai 4 gr %) Kelainan ini ditandai oleh hasil yang
positif pada uji antiglobulin langsung
(direct antiglobulin test- DAT-Coomb test)
Normositik normokrom
Hemoglobinuria
Temuan Laboratorium anemia hemolitik
Gambaran peningkatan Bilirubin serum meningkat ; tidak terkonjugasi dan
pemecahan terikat albumin
Urobilinogen urine meningkat
Sterkobilinogen feses meningkat
Haptoglobin serum tidak ada karena haptoglobin
menjadi jenuh oleh hemoglobin dan kompleks ini
dikeluarkan oleh sel RE
Gambaran peningkatan Retikulositosis
produksi eritrosit
Hiperplasia eritroid sumsum tulang ; rasio mieloid :
sumsum tulang normal sebesar 2:1 sampai 12:1
menurun menjadi 1:1 atau sebaliknya
Eritrosit yang rusak Morfologi– mikrosferosit, eliptosit, fragmentosit, dll
Fragilitas osmotik, autohemolisis, dll;
Ketahanan eritrosit memendek
Pemeriksaan laboratorium anemia hemolitik auto imun hangat

Hb dibawah 7 g/dL

Anemia hemolitik ekstravaskular dengan sferositosis yang menonjol dalam darah tepi

DAT positif akibat IgG, IgG dan komplemen atau IgA pada sel, autoantibodi
memperlihatkan spesifitas dalam sistem rhesus

Antibodi dipermukaan sel dan yang bebas dalam serum paling baik di deteksi pada
suhu 37◦
Anemia megaloblastik
Penanganan anemia defisiensi kobalamin
Terapi parenteral Kobalamin 1000 μg tiap minggu
Kobalamin 1000 μg tiap bulan

Terapi oral Kristalin B12 sejumlah 2 mg per hari


Kristalin kobalamin sejumlah 0,1 mg per hari usila
Tetrasiklin dan ampisilin  mematikan cacing pita

Penanganan anemia defisiensi asam folat


Terapi oral 1 mg per hari
5 mg per hari  dosis tinggi
Terapi parenteral -
Pasien dengan keperluan terus meningkat Diet
Penanganan anemia hemolitik
Istirahat Tranfusi darah sebaiknya dihindari
Diet Tinggi kalori dan protein
Medikamentosa Kortikosteroid : Presnison 1-2mg/kgBB dosis terbagi
Imunosupresif bila prednison dan splenektomi gagal
Menghindari obat / kelainan yang mendasarinya
Bila ada infeksi diberi antibiotik
Operasi Splenektomi bila prednison gagal
Sferosis herediter Pemberian preparat asam folat 1 mg / hari sebagai
profilaksis penderita anemia hemolisi berat
G6PD Pada pasien def G6PD tipe A -  tdk perlu terapi khusus
Pada pasien hemolisis berat : diperlukan transfusi darah.
Yang terpenting adalah pencegahan episode hemolisis
dengan cara mengobati infeksi dg segera dan
memperhatikan faktor resiko penggunaan obat-obatan, zat
oksidan.
Anemia hemolitik autoimun
Anemia hemolitik autoimun tipe hangat Anemia hemolitik autoimun tipe dingin
Hilangkan penyebab yang mendasari Mempertahankan pasien tetap hangat dan
mengobati penyebab yang mendasari

Kortikosteroid.Prednisolon adalah Splenektomi dapat membantu pada


pengobatan lini pertama, 60 mg per hari lalu splenomegali masif
di kurangi sedikit demi sedikit dosisnya
Splenektomi, pada pasien yang tidak Plasmaferesis : mengurangi antibodi IgM
berespon baik atau gagal mempertahankan bisa mengurangi hemolisis (teori)
kadar hemoglobin yang memuaskan
Imunosupresi, Azatioprin, siklofosfamid jika
cara lain kurang efektif
Asam folat dan transfusi pada kasus yang
berat
Nilai normal
HEMOGLOBIN (g/dL) HEMATOKRIT (%) RETIKULOSIT (%) MCV (fl)

AGE Mean Range Mean Range Mean Lowest

Cord blood 16,8 13,7-20,1 55 45-65 50 110

2 wk 16,5 13,0-20-0 50 42-66 10

3 mo 12,0 9,5-14,5 36 31-41 10

6 mo-6yr 12,0 10,5-14,0 37 33-42 10 70-74

7-12yr 13,0 11,0-16,0 38 34-40 10 76-80

Adult

Female 14 12,0-16,0 42 37-47 16 80

male 16 14,0-18,0 47 42-52 80


Nilai normal
LEUKOSIT (WBC/MM3) NEUTROFIL (%) LIMFOSIT (%)

AGE Mean Range Mean Range Mean

Cord blood 18.000 9.000-30.000 61 40-80 37

2 wk 12.000 5.000-21.000 40 63

3 mo 12.000 6.000-18.000 30 48

6 mo-6yr 10.000 6.000-15.000 45 48

7-12yr 8.000 4.500-13.500 55 38

Adult

Female 7.500 5.000-10.000 55 35-70 35

male

Anda mungkin juga menyukai