PEMICU AGAMA 1
TOGOS SAMUEL LT
405110098
LO 1
Penyakit ibu
Berbagai penyakit ibu dapat menimbulkan abortus, yaitu:
a. Infeksi akut yang berat: pneumonia, thypus dapat mneyebabkan
abortus dan partus prematurus
b. Kelainan endokrin, misalnya kekurangan progesteron atau
disfungsi kelenjar gondok
c. Trauma, misalnya laparatomi atau kecelakaan langsung pada ibu
d. Gizi ibu yang kurang baik
e. Kelainan alat kandungan:
• Hypoplasia uteri
• Tumor uterus
• Cerviks yang pendek
• Retroflexio uteri incarcerata
• Kelainan endometriumf.Faktor psikologis ibu
Faktor suami
Terdapat kelainan bentuk anomali kromosom pada kedua orang tua
serta faktor imunologik yang dapat memungkinkan hospes (ibu)
mempertahankan produk asing secara antigenetik (janin) tanpa
terjadi penolakan
Faktor lingkungan
Paparan dari lingkungan seperti kebiasaan merokok, minum
minuman beralkohol serta paparan faktor eksogen seperti virus,
radiasi, zat kimia,memperbesar peluang terjadinya abortus
Non Medis :
Kehamilan di luar nikah akibat dampak globalisasi
Sudah memiliki banyak anak sehingga kesulitan dalam biaya
hidup
Pergaulan bebas
Ketidaksiapan mental untuk memiliki anak
LO 2
MM Pandangan Agama
Tentang Aborsi
Aborsi menurut sudut pandang
agama Islam
Manusia berapapun kecilnya adalah ciptaan Allah yang mulia.
(QS. Al-Isrã: 70)
Membunuh satu nyawa sama artinya dengan membunuh semua
orang. Menyelamatkan satu nyawa sama artinya dengan
menyelamatkan semua orang. (QS. Al-Mã-idah: 32)
Umat Islam dilarang melakukan aborsi dengan alasan tidak
memiliki uang yang cukup atau takut akan kekurangan uang.
(QS. Al-Isrã: 31)
Aborsi adalah membunuh. Membunuh berarti melawan
terhadap perintah Allah. (QS. Al-Mã-idah: 36)
Sejak kita masih berupa janin, Allah sudah mengenal kita. (QS.
Al-Najm: 32)
Tidak ada kehamilan yang merupakan “kecelakaan” atau
kebetulan. Setiap janin yang terbentuk adalah merupakan
rencana Allah. (QS. Al-Hajj: 5)
Nabi Muhammad SAW tidak pernah menganjurkan aborsi.
Bahkan dalam kasus hamil diluar nikah sekalipun, Nabi sangat
menjunjung tinggi kehidupan.
Aborsi dalam agama islam
1. Secara umum dan keseluruhan, hukum
asal aborsi adalah haram, kecuali ada
alasan-alasan tertentu yang dibenarkan
oleh syariat.
2. Dalam keadaan dimana kehamilan
mengancam nyawa si ibu, maka hukum
aborsi menjadi wajib dan tidak terikat
dengan usia kehamilan
3. Aborsi yang dilakukan terhadap kehamilan
yang diakibatkan zina,hukumnya haram
Toleransi
• Aborsi yang dibolehkan dalam hukum islam meskipun hukumnya
makruh adalah aborsi yang dilakukan:
– Maksimal usia kehamilan mencapai 40 hari
– Wanita yang hamil menderita sakit fisik berat, seperti kanker stadium
lanjut
– Pasutri yang mengidap penyakit jiwa berat yang sulit disembuhkan, dan
secara genetik bisa menurun kepada janinnya
– Janin yang dikandung, secara medis terdeteksi menderita cacat genetik
yang sulit disembuhkan
– Perempuan yang hamil akibat diperkosa
– Perempuan yang hamil karena incest
– Dan alasan-alasan lain yang dapat dibenarkan secara syar’i
“Jika
berkumpul dua madharat (bahaya) dalam satu hukum,
maka dipilih yang lebih ringan madharatnya.” (Abdul
Hamid Hakim, 1927, Mabadi` Awaliyah fi Ushul Al Fiqh
wa Al Qawa’id Al Fiqhiyah, halaman 35).
Aborsi menurut sudut pandang Kristiani
• Kontradiksi hukum
• Sumapraja (dlm Simposium Masalah Aborsi di
Indonesia, Jakarta, 1 April 2000):
• Ada kontradiksi dari isi UU RI ttg Kesehatan No.
23/1992 psl 15 ayat 1: “Dalam keadaan darurat
sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil
dan atau janinnya dapat dilakukan tindakan medis
tertentu.”
• Pengguguran kandungan tak pernah diartikan sbg
upaya menyelamatkan janin _ cacat hukum
• Dlm penjelasan Psl 15: “Tindakan medis dalam
bentuk pengguguran kandungan dengan alasan
apapun dilarang, karena bertentangan dengan
norma hukum, norma agama, norma kesusilaan,
dan norma kesopanan. Namun dalam keadaan
darurat sebagai upaya menyelamatkan jiwa ibu
atau janin yang dikandungnya dapat diambil
tindakan medis tertentu.”
• Dasar hukum tindakan aborsi yg cacat hukum & tak
jelas itu menjadikan tenaga kesehatan yg
memberikan pelayanan aborsi rentan di mata
hukum.
Menurut KODEKI
→ Kewajiban umum : pasal 7 d UU No. 29 Tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran berbunyi :
”Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan
kewajiban melindungi hidup insani”, arti : segala
perbuatan dokter terhadap pasien bertujuan
untuk memelihara kesehatan dan kebahagian,
dengan sendirinya dia harus mempertahankan
dan memelihara kehidupan manusia