Anda di halaman 1dari 44

Pemicu 5

Sheira Aulia Putri - 405210207


LI 1
MM. Euthanasia secara etimologi dan terminologi
Euthanasia secara etimologi dan terminology
Secara Etimologi
- Euthanasia berarti kematian dengan baik tanpa penderitaan. 
- Euthanasia secara bahasa di zaman kuno berarti kematian tenang tanpa penderitaan yang
hebat.
- Dalam bahasa Arab dikenal dengan Qatlu Ar-Rahma atau Taysir Al-Maut (mati secara baik ).
- Euthanasia secara istilah terdiri dari beberapa arti yaitu :
1. Pengertian secara sempit, Euthanasia adalah tindakan menghindari rasa sakit dari
penderitaan dalam menghadapi kematian.
2. Pengertian secara luas, Euthanasia adalah perawatan yang menghindarkan rasa sakit
dalam penderitaan dengan resiko efek hidup diperpendek. 

..
Euthanasia secara etimologi dan terminology
Secara Terminologi :
- Menurut ilmu kedokteran :
- Berpindahnya ke alam baka dengan tenang dan aman tanpa penderitaan, untuk yang
beriman dengan nama Allah dibibir. 
- Ketika hidup berakhir, diringankan penderitaan si sakit dengan memberinya obat penenang. 
- Mengakhiri penderitaan dan hidup seorang yang sakit dengan sengaja atas permintaan
pasien sendiri dan keluarganya.
- Menurut hasil seminar aborsi dan euthanasia ditinjau dari segi medis, hukum dan psikologis :
- Dengan sengaja melakukan sesuatu untuk mengakhiri hidup seorang pasien.
- Dengan sengaja tidak melakukan sesuatu (palaten) untuk memperpanjang hidup pasien.
- Dilakukan khusus untuk kepentingan pasien itu sendiri atas permintaan atau tanpa permintaan pasien.

..
LI 2
MM. Macam - macam dan contoh euthanasia
Macam - macam dan contoh euthanasia
1. Euthanasia Aktif
- Perbuatan yang dilakukan secara aktif oleh dokter untuk mengakhiri hidup seorang (pasien) yang dilakukan
secara medis.
- Biasanya dilakukan dengan penggunaan obat-obatan yang bekerja cepat dan mematikan.
- Euthanasia aktif terbagi menjadi dua golongan :
1. Euthanasia aktif langsung, yaitu cara pengakhiran kehidupan melalui tindakan medis yang diperhitungkan akan
langsung mengakhiri hidup pasien. Misalnya dengan memberi tablet sianida   atau suntikan zat yang segera
mematikan.
2. Euthanasia aktif tidak langsung, yang menunjukkan bahwa tindakan medis yang dilakukan tidak akan langsung
mengakhiri hidup pasien, tetapi diketahui bahwa risiko tindakan tersebut dapat mengakhiri hidup pasien.
Misalnya, mencabut oksigen atau alat bantu kehidupan lainnya. 

http://repository.uin-suska.ac.id/8679/4/BAB%20III.pdf
Macam - macam dan contoh euthanasia
2. Euthanasia Pasif
- Perbuatan menghentikan atau mencabut segala tindakan atau pengobatan yang perlu untuk
mempertahankan hidup manusia, sehingga pasien diperkirakan akan meninggal setelah tindakan
pertolongan dihentikan. 
3. Euthanasia Volunter
- Penghentian tindakan pengobatan atau mempercepat kematian atas permintaan sendiri. 
4. Euthanasia Involunter
- Jenis euthanasia yang dilakukan pada pasien dalam keadaan tidak sadar yang tidak mungkin untuk
menyampaikan keinginannya.
- Dalam hal ini dianggap keluarga pasien yang bertanggung jawab atas penghentian bantuan pengobatan.
- Perbuatan ini sulit dibedakan dengan perbuatan kriminal. 

http://repository.uin-suska.ac.id/8679/4/BAB%20III.pdf
LI 3
MM. Pandangan agama tentang kehidupan
Pandangan Agama Terhadap Nilai Kehidupan
Agama Islam

• Orientasi kehidupan dalam islam yaitu menjadikan dunia ibarat ladang untuk bercocok tanam, sedang hasilnya
akan dipetik nanti di akhirat. Kehidupan di dunia ini tidak lebih ibarat permainan dan senda gurau sebagaimana
yang dinyatakan oleh Allah SWT “Tiadalah hidup di dunia ini melainkan pemainan dan senda gurau belaka.
Sesungguhnya kampung Akhirat lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu
memahaminya?” (Q.S. Al-An’am 6:32)

• Mereka tidak menyia-nyiakan hidup di dunia karena mereka yakin, untuk mencapai akhirat haruslah melalui
dunia. Mereka berpedoman pada firman Allah SWT “Dan carilah pada apa-apa yang  telah dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagian) untuk kehidupan di akhirat, jangan lupa bagianmu di dunia) Q.S. Al-Qashash 28:77)
• Untuk menuju keseimbangan hidup, menurut Fathi Yakan, dalam bukunya Maza Ya’ni Intimai lil Islam,
diperlukan pemahaman terhadap lima hal:

- Tujuan Hidup
- Hakikat Islam
- Nilai Dunia dibandingkan Akhirat
- Hakikat Jahiliyah.
- Hakikat Kematian

Hakikat Kematian
• Setiap yang bernyawa pasti mati. Tiap-tiap orang sudah ditentukan ajalnya, tidak bisa dipercepat atau
diperlambat sedetikpun. Penyebab kematian boleh bermacam - macam, tapi yang namanya mati itu
tetap satu. Tidak seorangpun yang tahu kapan dia akan meninggal. Di mana dan dalam keadaan
bagaimana. Oleh sebab itu sepantasnyalah setiap pribadi bersiap-siap menghadapinya. Siapkan bekal
yang akan dibawa untuk kampung sejati nanti.
Agama Kristen
• Makna hidup adalah suatu tujuan kenapa manusia ada dan kenapa
kehadiran manusia dianggap membawa suatu makna tertentu.
Kejadian 1:26-29 :
“Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupaNya,
supaya manusia dapat berkuasa dan menjaga ciptaan Tuhan yang
lainnya, Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya
dan Allah memberkati mereka.” Secara umum Allah menciptakan
manusia dengan tujuan untuk menjadi wakil Allah di bumi.
• Alkitab berkata: jangan membunuh (Kel. 20:13)
• Alkitab mengatakan bahwa Allah berdaulat atas kehidupan manusia
Akulah yang memastikan dan yang menghidupkan, dan seorang pun tida
k ada yang dapat melepaskan dari tangan-ku (Ul. 32:39 )
• Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil ( Gen 1:21)
• Allah menciptakan kehidupan manusia (Gen. 1:27) dan dia saja yang  
berhak mengambilnya (Heb. 9:27)
• Karena Allah berdaulat atas kehidupan dan kematian manusia, kita
tidak berhak untuk mencabut nyawa seseorang walaupun dengan
tujuan untuk menghindari penderitaan.
Agama Katolik
• Kitab Suci menyatakan bahwa nyawa manusia (yakni hidup biologisnya) tidak boleh
diremehkan, karena bagi manusia hidup adalah “masa hidup”, dan
tak ada sesuatu “yang  dapat diberikan sebagai ganti nyawanya” (Mrk 8: 37)
• Mengutip Santo Paulus : ”Bila kita hidup, kita hidup bagi Tuhan, bila kita mati,
kita mati bagi  Tuhan. Apakah kita hidup atau mati, Kita adalah milik Tuhan”
(Rm 14:8; Flp 1:20)
• Kejadian 1:27 : Allah menciptakan manusia menurut gambarnya sendiri dan
memberikan  tanggung jawab kepada manusia atas hidup mereka sendiri.
• Allah sendirilah yang menciptakan hidup manusia dan Allah juga yang berhak untuk
mengambil nyawa manusia.
Agama Hindu
• Dalam ajaran Agama Hindu unsur yang memberi hidup pada mahluk
hidup pada manusia disebut dengan Atma.
• Ajaran agama Hindu mengajarkan hidup sebagai manusialah yang
menilai mana yang baik dan mana yang buruk. Walaupun demikian
dalam kehidupannya di dunia ini tidak sedikit kesukaran - kesukaran,
hambatan – hambatan serta penderitaan - penderitaan yang dialaminya.
Hal ini tentu disebabkan oleh perbuatan manusia sendiri.
• Berdasarkan kitab Sarasamuccaya bahwa kelahiran yang berulang – ulang
kali adalah merupakan kesempatan bagi manusia untuk
menentukan dirinya yang sebenarnya sampai  akhirnya jiwatman
bebas dari lingkaran punarbhawa dan  bersatu kembali pada sumbernya.
Agama Buddha
• Menurut agama Buddha, kehidupan manusia tidak hanya sekali saja  tetapi berulang - ulang
kali hidup di Bumi ini dan juga di dunia yang lain. Manusia atau mahluk hidup berpindah
- pindah dari sebuah Bumi ke Bumi yang lain yang disebabkan karena Bumi yang di huninya
telah hancur lebur atau kiamat.
Setelah kematian di Bumi tersebut ia terlahir di alam Abhassara (alam cahaya). 

• Ajaran buddha mengajarkan bahwa semua orang bertanggung jawab untuk perbuatan
baik dan buruknya
sendiri dan bahwa setiap individu dapat membentuk nasibnya sendiri. kata sang buddha,  "Pe
rbuatan buruk inihanya dilakukan oleh dirimu, bukan oleh orang tua-mu, teman-
mu atau  saudara-mu.
Oleh karena itu dirimu sendirilah yang akan menuai hasil yang menyakitkan".
(Dhammapada 165).
• Kesedihan kita di buat oleh diri kita sendiri dan tidak diturunkan oleh
kutukan atau dosa asal dari leluhur. Umat buddha tidak menerima
kepercayaan bahwa dunia ini semata - mata merupakan suatu tempat
percobaan dan pengujian. dunia ini dapat dibuat sebagai tempat dimana kita
dapat mencapai kesempurnaan tertinggi, kesempurnaan adalah
sinonim dengan kebahagiaan. bagi sang  buddha, manusia bukanlah
suatu percobaan hidup yang dapat dicampakkan jika tidak di inginkan.
Jika dosa dapat diampuni, orang akan mengambil kesempatan dan
melakukan lebih banyak dosa  lagi. umat buddha tidak memiliki alasan
untuk percaya bahwa pendosa dapat lepas dari  konsekuensi
perbuatannya dengan kemurahan dari suatu kekuatan eksternal.
LI 4
MM. Pandangan agama tentang euthanasia
Pandangan Agama Terhadap Euthanasia
Agama Islam
Pendapat Ulama tentang Euthanasia
• Tentang membolehkan hukum Euthanasia pasif para ulama mengambail hukum berobat itu sendiri. Menurut Imam As-
Syafi’i bahwa berobat adalah hukumnya sunnah. Sementara madzhab Abu Hanifah menyatakan bahwa berobat
adalah sunnah muakkadah yang mendekati wajib. Madzhab Malik bahwa berobat itu setara antara mengerjakan atau
meninggalkannya. Karena Malik berkata, “Tidak mengapa berobat dan tidak mengapa meninggalkannya”. Syaikh Al-Islam
(Ibnu Taimiah) berkata, “(Berobat) tidak wajib menurut pendapat mayoritas ulama, yang mewajibkannya hanya sekelompok kecil
dari para pengikut mazhab Asy-Syafi’i dan Ahmad.” 

• 15 Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) pusat, Prof.K.H,Ibrahim Husein menyatakan bahwa, Islam membolehkan
penderita AIDS di Euthanasia jika memenuhi syarat berupa : obat atau vaksin tidak ada; kondisi kesehatannya makin parah, atas
permintaannya atau keluarganya serta atas persetujuan dokter; dan adanya peraturan-peraturan undang-undangan yang
mengizinkannya. Pendapat ini di sandarkan suatu kaidah Fiqh: “Irtitifaqu Akhaffu Dlarurain (mengambil atau melakukan bahaya
ringan dari dua bahaya).
• Masjfuk Zuhdi mengatakan bahwa sekalipun obat atau vaksin untuk HIV/AIDS tidak atau
belum ada dan kondisi pasien masih parah tetap tidak boleh di euthanasia sebab hidup dan
mati di tangan tuhan.
• Firman Allah dalam surat Al-Mulk:2 yang artinya “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya
dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya dan   dia Maha Perkasa lagi
Maha Pengampun.”
• Al-Maidah:32 yang artinya ”Oleh Karena itu kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil,
bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh)
orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia
telah membunuh manusia seluruhnya dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang
manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya dan
sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul kami dengan (membawa) keterangan-
keterangan yang jelas,   kemudian banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh
melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi.
• Dasar hukum euthanasia ini berkaitan dengan dalil tentang dilarangnya pembunuhan, baik
kepada orang lain maupun diri sendiri. 
• Islam mengakui hak seseorang untuk hidup dan mati, tetapi hak tersebut
merupakan anugerah Allah kepada manusia. Hanya Allah yang dapat menentukan kapan
seseorang lahir dan kapan ia mati (QS 22: 66; 2: 243). 
• Oleh karena itu, bunuh diri diharamkan dalam hukum islam meskipun tidak ada
teks dalam Al-Quran maupun Hadist yang secara eksplisit melarang bunuh diri. 
• Kendati demikian, ada sebuah ayat yang menyiratkan hal tersebut, "Dan belanjakanlah
(hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam
kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
berbuat baik." (QS 2: 195), dan dalam ayat lain disebutkan, "Janganlah engkau membunuh
dirimu sendiri," (QS 4: 29), yang makna langsungnya adalah "Janganlah kamu saling
berbunuhan." Dengan demikian, seorang muslim (dokter) yang membunuh seorang Muslim
lainnya (pasien) disetarakan dengan membunuh dirinya sendiri.
• Eutanasia dalam ajaran Islam disebut qatl ar-rahmah atau taisir al-maut (eutanasia), yaitu
suatu tindakan memudahkan kematian seseorang dengan sengaja tanpa merasakan sakit,
karena kasih sayang, dengan tujuan meringankan penderitaan si sakit, baik dengan cara
positif maupun negatif.
Pada konferensi pertama tentang kedokteran Islam di Kuwait tahun 1981, dinyatakan bahwa tidak
ada suatu alasan yang membenarkan dilakukannya eutanasia ataupun pembunuhan berdasarkan
belas kasihan (mercy killing) dalam alasan apapun juga .
• Eutanasia positif
• Yang dimaksud taisir al-maut al-fa'al (eutanasia positif) ialah tindakan memudahkan kematian si
sakit—karena kasih sayang—yang dilakukan oleh dokter dengan mempergunakan instrumen (alat).
• Memudahkan proses kematian secara aktif (eutanasia positif) adalah tidak diperkenankan oleh
syara'. Sebab dalam tindakan ini seorang dokter melakukan suatu tindakan aktif dengan tujuan
membunuh si sakit dan mempercepat kematiannya melalui pemberian obat secara overdosis dan
ini termasuk pembunuhan yang haram hukumnya, bahkan termasuk dosa besar yang
membinasakan.
• Perbuatan demikian itu adalah termasuk dalam kategori pembunuhan meskipun yang
mendorongnya itu rasa kasihan kepada si sakit dan untuk meringankan penderitaannya. Karena
bagaimanapun si dokter tidaklah lebih pengasih dan penyayang daripada Yang Menciptakannya.
Karena itu serahkanlah urusan tersebut kepada Allah Ta'ala, karena Dia-lah yang memberi
kehidupan kepada manusia dan yang mencabutnya apabila telah tiba ajal yang telah ditetapkan-
Nya.
Eutanasia negative
• Eutanasia negatif disebut dengan taisir al-maut al-munfa'il. Pada eutanasia negatif tidak
dipergunakan alat-alat atau langkah-langkah aktif untuk mengakhiri kehidupan si sakit, tetapi
ia hanya dibiarkan tanpa diberi pengobatan untuk memperpanjang hayatnya. Hal ini
didasarkan pada keyakinan dokter bahwa pengobatan yang dilakukan itu tidak ada gunanya
dan tidak memberikan harapan kepada si sakit, sesuai dengan sunnatullah (hukum Allah
terhadap alam semesta) dan hukum sebab-akibat.
• Di antara masalah yang sudah terkenal di kalangan ulama syara' ialah bahwa mengobati atau
berobat dari penyakit tidak wajib hukumnya menurut jumhur fuqaha dan imam - imam
mazhab. Bahkan menurut mereka, mengobati atau berobat ini hanya berkisar pada hukum
mubah. Dalam hal ini hanya segolongan kecil yang mewajibkannya seperti yang dikatakan
oleh sahabat-sahabat Imam Syafi'I dan Imam Ahmad sebagaimana dikemukakan oleh
Syekhul Islam Ibnu Taimiyah, dan sebagian ulama lagi menganggapnya mustahab (sunnah).
Agama Kristen
• Alkitab tidak secara khusus membahas tentang eutanasia. Tapi, Alkitab memberikan penjelasan
tentang kehidupan dan kematian. Kita tidak boleh menyebabkan orang lain meninggal.
Tapi, jika seseorang sudah hampir meninggal, kita tidak perlu berusaha mati - matian untuk 
memperpanjang kehidupannya. Alkitab mengatakan bahwa Allah adalah Pencipta kita. Dia
adalah ”sumber kehidupan”. (Mazmur 36:9; Kisah 17:28). Di mata Allah, kehidupan sangatlah berharga.
Karena itu, Allah melarang kita membunuh orang lain ataupun melakukan bunuh diri. (Keluaran 20:13;
1 Yohanes 3:15).

• Selain itu, Alkitab meminta kita untuk melakukan tindakan pencegahan untuk melindungi
kehidupan kita dan orang lain. (Ulangan 22:8) Jelaslah, Allah ingin kita menghargai kehidupan.
Alkitab tidak mengharuskan kita untuk memperpanjang kehidupan seseorang yang sudah
hampir mati. Sebaliknya, Alkitab memberikan penjelasan yang bagus. Kematian adalah musuh
kita. Kematian disebabkan oleh dosa. (Roma 5:12; 1 Korintus 15:26) Tapi, kita tidak perlu takut
terhadap kematian, karena Allah berjanji untuk menghidupkan kembali orang-orang yang sudah meninggal.
(Yohanes 6:39, 40). Kita menghargai kehidupan dengan mencari pengobatan yang
terbaik. Tapi, itu bukan berarti kita harus memilih jenis pengobatan yang tujuannya hanya untuk
menunda waktu kematian seseorang yang sudah hampir mati.
• Sesungguhnya, Aku akan mendatangkan kepada mereka kesehatan dan kesembuhan , dan  Aku akan
menyembuhkan mereka dan akan menyingkapkan kepada mereka kesejahteraan dan keamanan yang
berlimpah - limpah . ( Yer 33 : 6 )
• Percayalah bahwa sakit penyakit yang kita alami adalah pencobaan biasa yang dikatakan pada  Alkitab
pasti tidak akan melebihi kekuatan manusia. Kita pasti mampu untuk melewatinya dengan kekuatan
Allah. Terkadang, dengan diberi penyakit, kita akan semakin dekat dengan  Allah dan lebih merasakan
penyertaan-Nya dalam kehidupan kita.
• Tuhan mungkin tidak akan langsung menyembuhkan penyakit kita, tetapi satu hal yang
pasti  bahwa Dia akan menemani kita dan memberikan kekuatan untuk melewati penderitaan.
• Kita menghargai kehidupan dengan mencari pengobatan yang terbaik. Kita harus percaya
juga  bahwa Allah turut bekerja lewat tenaga medis dan pengobatan yang diberikan, sehingga orang 
yang sakit dapat sembuh kembali sesuai kehendak-Nya.
Agama Katolik
• Manusia hidup berdasarkan firman Allah , Allah bersabda “jangan membunuh” (Kel 20 :1-
17 ) . Dibalik perintah ini terkandung cinta Tuhan yang mendalam pada manusia dan
penghormatan yang tinggi terhadap hidup manusia.
• Kehidupan merupakan anugrah dari Allah. Dan setiap individu wajib menghargai
kehidupan  yang diberikan oleh Allah. Tindakan euthanasia ,tindakan mematikan tanpa
rasa sakit , sehingga  orang sakit tidak menderita, yang biasanya dilakukan dengan cara
menyuntikan cairan atau  cara lain atas permintaan pasien / keluarga pasien sendiri.
• Kata Yesus kepada mereka: " Aku berkata kepadamu , sesungguhnya  setiap orang yang
berbuat dosa , adalah hamba dosa" ( Yoh 8 : 34 )
• Gereja Katolik dengan tegas menolak euthanasia bahkan mengkategorikannya sebagai
pembunuhan / bunuh diri. Gereja Katolik punya pandangan bahwa hidup adalah
pemberian Allah , maka hanya Allah yang berhak mengakhiri hidup manusia ciptaan-Nya.
• Pada Kongregasi Ajaran Iman — Paus Yohanes Paulus II , 1980 — Euthanasia merupakan
tindakan berat yang menyangkut ketidaktaatan kepada hukum moral, dan sungguh kepada
Tuhan sendiri, Pencipta dan Penjamin hukum tersebut; bertentangan dengan
kebajikan mendasar tentang keadilan dan cinta kasih.
• Tak seorangpun diizinkan untuk meminta dilakukannya tindakan pembunuhan ini, entah
bagi dirinya sendiri atau untuk orang lain yang dipercayakan kepadanya, atau tak
seorangpun dapat menyetujuinya.
Declaration on Euthanasia Iura et Bona (5 May 1980)
• Ensiklik Evangelium Vitae — Paus Yohanes Paulus II — dengan adanya kemajuan  teknologi yang
canggih diharapkan bahwa tenaga medis dapat mengobati dan untuk mengurangi atau
menghilangkan rasa sakit , serta dapat mempertahankan  dan memperpanjang hidup. Tenaga
kesehatan diminta untuk tidak hanya  melakukan keahliannya tapi juga bisa untuk mendampingi pasien
serta memberikan  rasa yakin dan percaya tentang kesembuhan yang berasal dari Tuhan.
• Tenaga medis juga harus berpegang pada keyakinannya dan taat pada Tuhan.  Memberikan pengertian bahwa
tenaga medis bekerja dengan Tuhan, dan hanya  Tuhan yang bisa menyembuhkan serta harus taat kepada-Nya.
• Tetapi Petrus dan rasul - rasul itu menjawab, katanya : " Kita harus lebih taat kepada Allah dari
pada kepada manusia." ( Kis 5 : 29)
The Gospel of Life , Evangelium Vitae , Pope John Paul II , 1995
Agama Hindu
• Pandangan agama Hindu terhadap euthanasia adalah didasarkan pada
ajaran tentang karma, moksa dan ahimsa.
• Karma adalah merupakan suatu konsekwensi murni dari semua jenis
kehendak dan maksud perbuatan, yang baik maupun yang buruk, lahir
atau bathin dengan pikiran kata - kata atau tindakan. Sebagai
akumulasi terus menerus dari "karma" yang buruk adalah menjadi
penghalang "moksa" yaitu suatu ialah kebebasan dari siklus reinkarnasi
yang menjadi suatu tujuan utama dari penganut ajaran Hindu.
• Ahimsa adalah merupakan prinsip "anti kekerasan" atau pantang
menyakiti siapapun juga.
• Bunuh diri adalah suatu perbuatan yang terlarang di dalam ajaran Hindu
dengan pemikiran bahwa perbuatan tersebut dapat menjadi suatu factor
yang mengganggu pada saat reinkarnasi oleh karena menghasilkan "karma"
buruk. Kehidupan manusia adalah merupakan suatu kesempatan yang sangat
berharga untuk meraih tingkat yang lebih baik dalam kehidupan kembali.
• Berdasarkan kepercayaan umat Hindu, apabila seseorang melakukan bunuh
diri, maka rohnya tidak akan masuk neraka ataupun surga melainkan tetap
berada didunia fana sebagai roh jahat dan berkelana tanpa tujuan hingga ia
mencapai masa waktu dimana seharusnya ia menjalani kehidupan.
(Catatan: misalnya umurnya waktu bunuh diri 17 tahun dan seharusnya ia
ditakdirkan hidup hingga 60 tahun, maka 43 tahun itulah rohnya berkelana
tanpa arah tujuan), setelah itu maka rohnya masuk ke neraka menerima
hukuman lebih berat dan akhirnya ia akan kembali ke dunia dalam kehidupan kem
bali (reinkarnasi) untuk menyelesaikan "karma" nya terdahulu yang
belum selesai dijalaninya kembali lagi dari awal.
Agama Buddha
• Euthanasia bila dilihat dari sudut pandang agama buddha berarti
termasuk dalam pembunuhan manusia, walaupun pasien sendiri
yang menghendaki untuk dibunuh. Euthanasia adalah pembunuhan
yang dilakukan dengan kehendak (cethana). Euthanasia juga termasuk
dalam tindakan bunuh diri, Sang Buddha menetapkan
tindakan membunuh manusia dan bunuh diri adalah termasik
pelanggaran parajika. dalam Vinaya pitaka III, dijelaskan bahwa:
“Bhikkhu siapapun yang dengan sengaja membunuh seorang
manusia atau menganjurkan seseorang untuk bunuh diri, termasuk ora
ng yang terkalahkan dan tidak lagi dalam pesamuan
(dipecat dari sangha)”. (Horner, 1970 ).
• Buddha adalah agama yang mengajarkan cinta kasih (metta), yaitu
cinta kasih yang universal kepada semua makhluk termasuk pada
diri sendiri. Euthanasia adalah tindakan yang salah yaitu merugikan
diri sendiri dan orang lain. bagaimana kita dapat memancarkan cinta
kasih kita kepada semua  makhluk jika kita memiliki rasa cinta
kepada diri sendiri. Sang Buddha memiliki cinta kasih yang universal,dal
am Digha Nikaya, Brahmajala Sutta, dijelaskan bahwa
“Tidak membunuh makhluk hidup, Samana  Gotama menjauhkan
diri dari membunuh, ia telah membuang alat pemukul dan pedang,
ia malu  melakukan kekerasan karana cinta kasih, kasih sayang, dan keb
aikan hatinya kepada semua makhluk”.
LI 5
MM. Peran Etika Kedokteran terhadap
Euthanasia
Peran etika kedokteran terhadap euthanasia
- Euthanasia memiliki arti mati sentosa atau mati Bahagia karena tanpa rasa sakit.
- Pandangan Hippocrates tentang euthanasia
- Hipocrates : “Ilmu kedokteran adalah upaya mengurangi penderitaan si sakit, menyingkirkan penyakit, dan
tidak meng-obati kasus-kasus yang tidak memerlukan pengobatan”
- Pandangan dari Hippocrates yang dikutip oleh Elliot-Bijnns, ialah ‘Adalah gila untuk menuntut dari dokter
upaya penyembuhan yang tidak dimungkinkan oleh ilmu kedokteran, seperti menuntut agar tubuh
melawan penyakit yang sudah tidak dapat dihindarkannya’
- Dalam Sumpah Hippocrates sudah ditegaskan : “I will neither give a deadly drug to anybody if asked for it,
nor will I make suggestion to this effect”.
- Sumpah Hippocrates tersebut menunjukkan bahwa dalam situasi apapun keadaan pasien, Hipocrates tidak akan memberikan
obat yang mematikan sekali- pun pasien telah memintanya; dengan kata lain, Hipocrates tetap menolak tindakan eutanasia aktif.
- Kesimpulan : Hippocrates menerima euthanasia pasif (khususnya penyakit yg tidak dapat disembuhkan)
dan bahwa dalam situasi apapun keadaan pasien, Hipocrates tidak akan memberikan obat yang
mematikan sekali-pun pasien telah memintanya. dengan kata lain, Hipocrates tetap menolak tindakan
eutanasia aktif.

- https://ejournal.iainbukittinggi.ac.id  Euthanasia dalam pandangan moral, kode etika


kedokteran dan perspektif hukum islam
- https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/article/viewFile/2602/2145  Pendekatan
bioetik tentang euthanasia
- Etika Biomedis by Bertens, 2011
- https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/sehat/Kode-Etik-Kedokteran.pdf
Peran etika kedokteran terhadap euthanasia
- Dalam Kode Etik Kedokteran Internasional (WMA, 1949) ditekankan bahwa seorang dokter
shall always bear in mind the obligation of preserving human life.
- Pada KODEKI Pasal 7d Tahun 2002, “Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan
kewajiban melindungi hidup makhluk insani”.
- Dari pemahaman atas Pasal 7d kode etik kedokteran Indonesia tersebut dapat  dikemukakan 
bahwa berdasarkan etik dan moral, tindakan Euthanasia itu tidak diperbolehkan.

- https://ejournal.iainbukittinggi.ac.id  Euthanasia dalam pandangan moral, kode etika


kedokteran dan perspektif hukum islam
- https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/article/viewFile/2602/2145  Pendekatan
bioetik tentang euthanasia
- Etika Biomedis by Bertens, 2011
- https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/sehat/Kode-Etik-Kedokteran.pdf
Peran etika kedokteran terhadap euthanasia
- Menurut Etika Kedokteran dalam Kode Etik Kedokteran yang ditetapkan Menteri Kesehatan 
Nomor: 434/Men.Kes./SK/X/1983  seorang dokter tidak dibolehkan: 
- Mengakhiri hidup seseorang penderita yang menurut ilmu dan pengalaman
tidak mungkin akan sembuh lagi (euthanasia aktif).
- Namun lain halnya dengan euthanasia pasif secara wajar dapat dilakukan apabila
seseorang sudah mengalami kematian batang otak "brainstem death” maka dianggap orang tersebut
sudah berakhir kehidupannya atau mati secara sosial karena sudak tidak dapat berinteraksi secara sosial.
- Euthanasia pasif tidak melanggar KODEKI yang berlaku karena tidak melakukan tindakan yang
menyebabkan kematian secara langsung.

- https://ejournal.iainbukittinggi.ac.id  Euthanasia dalam pandangan moral, kode etika


kedokteran dan perspektif hukum islam
- https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/article/viewFile/2602/2145  Pendekatan
bioetik tentang euthanasia
- Etika Biomedis by Bertens, 2011
- https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/sehat/Kode-Etik-Kedokteran.pdf
LI 6
MM. Peraturan hukum indonesia tentang
euthanasia
Padangan Hukum Terhadap Euthanasia
Dalam KUHP yang berkaitan dengan euthanasia yaitu KUHP Bab XIX Kejahatan terhadap
nyawa pasal 344, dapat dipaparkan sebagai berikut: 
• Barang siapa merampas nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri yang jelas
dinyatakan dengan kesungguhan hati, diancam dengan pidana penjara paling lama dua
belas tahun.
• Pasal di atas ini menghalangi para dokter untuk melakukan tindakan voluntary euthanasia.
Bagi kalangan dokter yang berpegang pada pasal -pasal yang terdapat dalam KUHP,
pelaksanaan eutanasia apapun jenisnya tidak mungkin dilaksanakan, terkecuali bila
tindakan eutanasia tidak diartikan sebagai tindakan kejahatan sebagaimana dimaksudkan
dalam KUHP.
• Pada rumusan pasal ini disyaratkan bahwa permintaan untuk membunuh harus disebutkan
dengan nyata dan sungguh - sungguh, jika syarat ini tidak terpenuhi maka pelaku
akan dikenakan pasal 338 KUHP yaitu pembunuhan biasa. 

http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/NGMxNTAyZGM3MjcwNzgzNmI5ZDE4NTYxMzZmNzU4NjNmOWM4MzEyMQ==.pdf
• Pasal 304 KUHP: “Barang siapa dengan sengaja menyebabkan atau
membiarkan orang dalam kesengsaraan, sedang ia wajib memberi kehidupan,
perawatan atau pemeliharaan pada orang itu karena hukum yang berlaku atasnya
atau karena menurut perjanjian, di hukum penjara selama - lamanya 2 tahun 8
bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah".
• Berdasarkan penjelasan pandangan hukum terhadap tindakan euthanasia dalam
skenario ini, maka dokter dan keluarga yang memberikan izin dalam pelaksanaan
tindakan tersebut dapat dijeratkan dengan pasal 345 KUHP yang berbunyi
“Barang siapa dengan sengaja mendorong orang lain untuk bunuh diri,
atau  memberikan sarana kepadanya untuk itu, diancam dengan pidana penjara
dengan acaman penjara selama lamanya empat tahun penjara.” (Moeljatno,
1999:127).

http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/NGMxNTAyZGM3MjcwNzgzNmI5ZDE4NTYxMzZmNzU4NjNmOWM4MzEyMQ==.pdf
• Ada beberapa pasal yang berkaitan atau dapat menjelaskan dasar hukum
dilakukannya euthanasia bagi orang atau keluarga yang mengajukan untuk
dilakukan euthanasia: 
1. Pasal 340 KUHP “Barang siapa yang dengan sengaja dan direncanakan lebih
dahulu menghilangkan jiwa orang lain, dihukum karena pembunuhan
direncanakan dengan hukuman mati atau pejara selama - lamanya seumur
hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun.” 
2. Pasal 359 KUHP “Barang siapa karena salahnya menyebabkan matinya
orang, dihukum penjara selama lamanya lima tahun atau kurungan selama
lamanya satu tahun.” 
3. Pasal 345 KUHP “Barang siapa dengan sengaja menghasut orang lain untuk
membunuh diri, menolongnya  dalam perbuatan itu, atau memberikan daya
upaya itu jadi bunuh diri, dihukum penjara selama-lamanya empat tahun
penjara. 

http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/NGMxNTAyZGM3MjcwNzgzNmI5ZDE4NTYxMzZmNzU4NjNmOWM4MzEyMQ==.pdf
• Ada beberapa pasal yang berkaitan atau dapat menjelaskan dasar hukum
dilakukannya euthanasia bagi orang atau keluarga yang mengajukan untuk
dilakukan euthanasia: 
1. Pasal 340 KUHP “Barang siapa yang dengan sengaja dan direncanakan lebih
dahulu menghilangkan jiwa orang lain, dihukum karena pembunuhan
direncanakan dengan hukuman mati atau pejara selama - lamanya seumur
hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun.” 
2. Pasal 359 KUHP “Barang siapa karena salahnya menyebabkan matinya
orang, dihukum penjara selama lamanya lima tahun atau kurungan selama
lamanya satu tahun.” 
3. Pasal 345 KUHP “Barang siapa dengan sengaja menghasut orang lain untuk
membunuh diri, menolongnya  dalam perbuatan itu, atau memberikan daya
upaya itu jadi bunuh diri, dihukum penjara selama-lamanya empat tahun
penjara. 

http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/NGMxNTAyZGM3MjcwNzgzNmI5ZDE4NTYxMzZmNzU4NjNmOWM4MzEyMQ==.pdf
• Konstitusi dan hukum Indonesia memberikan jaminan penuh
terhadap hak hidup manusia yang tertuang dalam Undang-undang
Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia. 
• Dalam kedua sumber hukum ini, hak hidup dinyatakan sebagai sebuah
hak yang melekat pada setiap warga negara Indonesia. Sanksi
hukum akan berlaku jika hak tersebut dilanggar, sesuai dengan kriteria
tindakan melanggar hukum yang ditetapkan dalam sumber
hukum materil tersebut.

http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/NGMxNTAyZGM3MjcwNzgzNmI5ZDE4NTYxMzZmNzU4NjNmOWM4MzEyMQ==.pdf
LI 7
MM. Prosedur pelaksanaan euthanasia menurut
hukum
Prosedur pelaksanaan euthanasia menurut hukum
- ..

..
Prosedur pelaksanaan euthanasia menurut hukum
- ..

..

Anda mungkin juga menyukai