Anda di halaman 1dari 48

Pemicu 3

Sheira
LI 1
Menjelaskan Definisi, klasifikasi dan struktur
virus
Struktur Virus

https://www.britannica.com/summary/virus
Morfologi Virus

https://hmsc.harvard.edu/world-viruses
Klasifikasi Virus

Gelderblom HR. Structure and classification of viruses. Medical Microbiology. 4th edition. 1996.
Klasifikasi Virus

Gelderblom HR. Structure and classification of viruses. Medical Microbiology. 4th edition. 1996.
Virus dan Efeknya pada Tubuh

https://www.mypathologyreport.ca/virus/
LI 2
Menjelaskan respon imun terhadap virus
Cell Mediated Immunity

Abbas AK, Lichtman AH, Pillai S. Basic immunology e-book: functions and disorders of the immune system. Elsevier Health Sciences; 2019 Jan
Respon Imun Sel T

Abbas AK, Lichtman AH, Pillai S. Basic immunology e-book: functions and disorders of the immune system. Elsevier Health Sciences; 2019 Jan
Aktivasi dan Exhausion Sel T

Abbas AK, Lichtman AH, Pillai S. Basic immunology e-book: functions and disorders of the immune system. Elsevier Health Sciences; 2019 Jan
Netralisasi Mikroba dan Toksin

Abbas AK, Lichtman AH, Pillai S. Basic immunology e-book: functions and disorders of the immune system. Elsevier Health Sciences; 2019 Jan
Opsonisasi Dimediasi Antibodi dan Fagositosis

Abbas AK, Lichtman AH, Pillai S. Basic immunology e-book: functions and disorders of the immune system. Elsevier Health Sciences; 2019 Jan
LI 3
Menjelaskan penyakit yang disebabkan infeksi virus
(Definisi, Etiologi, Patofisiologi, Tanda Gejala, Pemeriksaan
dan Tatalaksana)
DBD
Demam Dengue
- Demam Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang memiliki 4
serotype. Penularan demam berdarah melalui gigitan nyamuk Aides aegypti.
- Diperkirakan secara global bahwa 50-100 juta kasus demam berdarah terjadi setiap tahun
pada setengah dari populasi dunia dan menyumbangkan 20.000 kematian per tahun.
- Demam berdarah dengue muncul ketika beberapa jenis virus dengue ditransmisikan secara
bersamaan atau berurutan

World Health Organization. Comprehensive guideline for prevention and control of dengue and dengue haemorrhagic fever.
Transmisi

Guzman MG, Gubler DJ, Izquierdo A, Martinez E, Halstead SB. Dengue infection. Nature reviews Disease primers. 2016 Aug 18;2(1):1-25.
Patofisiologi

Guzman MG, Gubler DJ, Izquierdo A, Martinez E, Halstead SB. Dengue infection. Nature reviews Disease primers. 2016 Aug 18;2(1):1-25.
World Health Organization. Comprehensive guideline for prevention and control of dengue and dengue haemorrhagic fever.
Fase – Fase Demam Dengue
- Fase demam berlangsung selama 5-7 hari dan ditandai dengan demam tinggi, sakit kepala
retro-orbital, artralgia, mialgia, malaise, mual, dan muntah. Pada banyak pasien, fase demam
diikuti oleh fase pemulihan dan seluruh penyakit dapat berlalu sebagai episode demam
sederhana.
- Fase kritis dapat dimulai kapan saja dari 3-7 hari sejak timbulnya demam. Ciri patofisiologis
dari fase kritis adalah peningkatan permeabilitas kapiler dengan ekstravasasi cairan. Fase
kritis berlangsung selama 24-48 jam. Selama waktu ini, keseimbangan cairan harus
World Health Organization. Comprehensive guideline for
disesuaikan dengan hati-hati.
prevention and control of dengue and dengue
- Syok dapat terjadi selama fase kritis
haemorrhagic karena dua alasan, yaitu, peningkatan kebocoran cairan
fever.
tanpa asupan dan perdarahan internal yang (difasilitasi oleh trombositopenia dan
pembekuan yang tidak teratur).
- Fase pemulihan: cairan ekstravasasi akan masuk kembali ke kompartemen intravaskuler dan,
jika ada pemberian cairan yang terlalu hati-hati, pasien dapat mengalami gagal jantung atau
edema paru.

World Health Organization. Comprehensive guideline for prevention and control of dengue and dengue haemorrhagic fever.
Pemeriksaan Penunjang
- Lab darah: trombosit, hematokrit, leukosit
- HIA (Hemagglutinin Inhibition assay): menguji antibodi terhadap lonjakan virus
hemagglutinin.
- FAT (Fluorescence antibody test): mendeteksi antigen virus menggunakan antibodi spesifik
virus
- MAC-ELISA (IgM capture ELISA): mendeteksi antibodi IgM spesifik Dengue. Ini dapat
membedakan infeksi primer dari infeksi sekunder. Pada infeksi primer, rasio IgM ke IgG lebih
besar dari 1,5
- Tes netralisasi: mendeteksi antibodi terhadap demam berdarah
- Isolasi virus: kultur garis sel nyamuk dengan serum pasien.
- Deteksi asam nukleat: RT-PCR digunakan untuk mendeteksi genom virus.

World Health Organization. Comprehensive guideline for prevention and control of dengue and dengue haemorrhagic fever.
Varicella
VARICELLA
Etiologi dan Epidemiologi
Etiologi
• Disebabkan oleh virus Herpes varicella atau disebut juga varicella-zoster virus (VZV)
• Chickenpox / cacar air → penyakit primer VZV yang umumnya menyerang anak
• Sedangkan herpes zoster/shingles → reaktivasi infeksi endogen pada periode laten VZV, biasanya menyerang org
dewasa/ anak yg menderita defisiensi imun
• Penularan melalui kontak langsung, droplet, atau aerosol dari lesi vesikuler di kulit atau pun sekret saluran
nafas. Jarang melalui kontak tidak langsung
• Masa inkubasi : 14-27 hari
• Masa penularan : 2 hari sebelum dan 5 hari sesudah erupsi.

Epidemiologi
• Kejadian tergantung musim, di Indonesia pada peralihan musim panas ke musim hujan atau sebaliknya
• Dapat menyerang seluruh golongan umur, 90% kasus berumur dibawah 10 tahun (terbanyak 5-9)
• Seumur hidup seseorang hanya menderita 1 kali, serangan kedua mungkin penyebaran herpes zoster ke kulit
Buku ajar infeksi dan pediatri tropis. Ed 2, IDAI
VARICELLA
Patogenesis
• Virus VZV masuk melalui mukosa saluran nafas bagian atas/ orofaring → terjadi replikasi
virus → menyebar melalui pembuluh darah dan limfe (viremia pertama) → virus
berkembang biak di sel retikuloendotelial
• Pada kebanyakan kasus, virus dapat mengatasi pertahanan non spesifik seperti
interferon dan sistem imun. 
• 1 minggu kemudian, virus kembali menyebar melalui pembuluh darah (viremia ke 2) →
timbul demam dan malaise → penyebaran ke seluruh tubuh terutama kulit dan mukosa
• Lesi kulit muncul tdk bersamaan, sesuai dgn siklus viremia
• Pd keadaan normal, siklus ini berakhir setelah 3 hari akibat adanya kekebalan humoral
dan selular spesifik
• Jika ada pneumonia → disebabkan kegagalan respons imun mengatasi replikasi dan
penyebaran virus
Buku ajar infeksi dan pediatri tropis. Ed 2, IDAI
VARICELLA
Diagnosis
Dapat ditegakkan secara klinis dengan gambaran dan perkembangan kulit
yg khas, terutama bila diketahui ada kontak 2-3 minggu sebelumnya
Gambaran yg khas :
1. Muncul setelah masa prodromal yg singkat dan ringan
2. Lesi berkelompok terutama di bagian sentral
3. Perubahan  lesi yg cepat dari makula, vesikula, pustula sampai krusta
4. Terdapatnya semua tingkat lesi kulit dalam waktu bersamaan pd
daerah yg sama
5. Terdapat lesi mukosa mulut
Buku ajar infeksi dan pediatri tropis. Ed 2, IDAI
VARICELLA
Gejala Klinis
Stadium prodormal
• Timbul setelah 14-15 hari masa inkubasi
• Timbul ruam kulit disertai demam yg tdk begitu tinggi, malaise
• Pd org dewasa → ruam di dahului demam selama 2-3 hari sebelumnya, menggigil,
malaise, nyeri kepala, anoreksia, nyeripunggung, nyeri tenggorok dan batuk

Stadium Erupsi
• Ruam kulit muncul di muka dan kulit kepala, menyebar kebadan dan ekstremitas
• Perubahan yg cepat dr makula kemerahan ke papula, vesikula, pustula lalu mjd krusta
• Krusta akan lepas dalam waktu 1-3 minggu

Buku ajar infeksi dan pediatri tropis. Ed 2, IDAI


VARICELLA
Pengobatan dan Pencegahan
Pengobatan
Lesi kulit lokal → berikan lotion calamine
Mengurangi rasa gatal → kompres dingin, mandi secara teratur atau dengan pemberian antihistamin
Bila terjadi infeksi bakteri sekunder → berikan antibiotik
Pasien dgn penyulit neurologik seperti ataksia serebelar, ensefalitis, meningoensefalitis dan mielitis → berikan
anti virus (asiklovir atau vidarabin)

Pencegahan
• Pemberian vaksin varicela 2 kali (masing-masing 0,5 mL) subkutan pd anak2 berusia 12 bulan-12 tahun , dgn
interval minimum 3 bulan
• Jika usia lbh dr 12 thn , interval 4 minggu
• Vaksin varicela dpt memberi perlindungan sampai 10 tahun kedepannya

Komplikasi: Infeksi sekunder oleh bakteri, ensefalitis, sindrom Reye dan pneumonia
Buku ajar infeksi dan pediatri tropis. Ed 2, IDAI
Campak
CAMPAK
Definisi dan Etiologi
• Campak → golongan Paramyxovirus (virus rantai tunggal RNA yang
memiliki 1 tipe antigen)
• Virus berada di sekret nasofaring dan darah minimal selama masa
tunas dan dalam waktu yang singkat setelah timbulnya ruam
• Virus campak menginfeksi traktus respiratorius atas dan kelenjar limfe
regional dan menyebar secara sistemik secara viremia yang
berlangsung singkat dengan titer virus yang rendah

Setiadi S, Alwi I, Sudoyono AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid I edisi VI. Jakarta: Interna Publishing: 2014
CAMPAK
Epidemiologi
• Merupakan penyakit endemis terutama di negara berkembang
• Urutan ke – 5 penyakit utama pada bayi dan anak usia 1 – 4 tahun
• Peningkatan kasus biasa dimulai bulan Maret dan puncak Mei –
Oktober
• Epidemi di Indonesia tidak teratur, di perkotaan setiap 2 – 4 tahun
• Wabah terjadi pada kelompok anak yang rentan : gizi buruk dan daya
tahan tubuh lemah
• Terdapat siklus musiman dengan periode bebas penyakit

Setiadi S, Alwi I, Sudoyono AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid I edisi VI. Jakarta: Interna Publishing: 2014
CAMPAK
Patogenesis
• Penuluran sangat efektif dengan sedikit virus sudah dapat menimbulkan infeksi
• Penularan secara droplet melalui udara sejak 1 – 2 hari sebelum timbul gejala klinis sampai 4 hari
setelah timbul ruam
• Awal infeksi, replikasi sangat minimal → virus masuk ke dalam limfatik lokal, bebas maupun
berhubungan dengan sel mononuklear → mencapai kelenjar getah bening regional, virus replikasi
perlahan dan mulai menyebar ke sel jaringan limforetikular (seperti limpa). Sel mononuklear yang
terinfeksi membentuk sel Warthin, limfosit T yang rentan terhadap infeksi turut aktif membelah
• 5 – 6 hari, virus masuk ke PD menyebar ke perm. Epitel orofaring, konjungtiva, sal. Nafas, kulit,
kandung kemih, usus
• Hari 9 – 10, fokus infeksi ke epitel sal. Nafas dan konjungtiva → nekrosis 1 – 2 lapis sel → virus
masuk kembali ke PD → manifestasi klinis sistem sal. Pernafasan (batuk pilek) dan selaput
konjungtiva memerah. Respon imun berupa peradangan epitel sal. Pernafasan atas dgn
manifestasi demam tinggi, ulsera kecil pada mukosa pipi (bercak Koplik) = diagnosis pasti.

Buku ajar infeksi dan pediatri tropis. Ed 2, IDAI


CAMPAK
Tanda dan Gejala
• Demam dan malaise mulai ~ 10 hari setelah pajanan diikuti oleh batuk, coryza, dan konjungtivitis (peningkatan keparahan selama 4
hari)
• Bintik Koplik berkembang di mukosa bukal ~ 2 hari sebelum ruam muncul
• Ruam campak yang khas dimulai 2 minggu setelah infeksi, ketika manifestasi klinisnya paling parah, dan memberi sinyal tanggapan
imun pejamu terhadap virus replikasi
• Dapat muncul sakit kepala, nyeri perut, muntah, diare, dan mialgia 
• Ruam campak dimulai sebagai makula eritematosa di belakang telinga dan di leher dan garis rambut  berkembang ke wajah, tubuh,
lengan dan kaki
• Ruam memudar perlahan-lahan dalam urutan yang sama seperti yang muncul, biasanya dimulai pada hari ketiga atau keempat
setelah onset
• Resolusi ruam dapat diikuti oleh deskuamasi, terutama pada anak yang kekurangan gizi
• 10 hari setelah infeksi, demam tinggi terjadi diikuti dengan koriza/ rhinitis (iritasi dan pembengkakan selaput lendir di hidung) ,  batuk
dan peradangan mata 
Stadium: 
1. Masa inkubasi 
2. Masa prodromal (kataral) 
3. Masa eksantematosa 
4. Fase penyembuhan

Setiadi S, Alwi I, Sudoyono AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid I edisi VI. Jakarta: Interna Publishing: 2014
CAMPAK
Tanda dan Gejala
• Demam dan malaise mulai ~ 10 hari setelah pajanan diikuti oleh batuk, coryza, dan konjungtivitis (peningkatan keparahan selama 4
hari)
• Bintik Koplik berkembang di mukosa bukal ~ 2 hari sebelum ruam muncul
• Ruam campak yang khas dimulai 2 minggu setelah infeksi, ketika manifestasi klinisnya paling parah, dan memberi sinyal tanggapan
imun pejamu terhadap virus replikasi
• Dapat muncul sakit kepala, nyeri perut, muntah, diare, dan mialgia 
• Ruam campak dimulai sebagai makula eritematosa di belakang telinga dan di leher dan garis rambut  berkembang ke wajah, tubuh,
lengan dan kaki
• Ruam memudar perlahan-lahan dalam urutan yang sama seperti yang muncul, biasanya dimulai pada hari ketiga atau keempat
setelah onset
• Resolusi ruam dapat diikuti oleh deskuamasi, terutama pada anak yang kekurangan gizi
• 10 hari setelah infeksi, demam tinggi terjadi diikuti dengan koriza/ rhinitis (iritasi dan pembengkakan selaput lendir di hidung), batuk
dan peradangan mata 
Stadium: 
1. Masa inkubasi 
2. Masa prodromal (kataral) 
3. Masa eksantematosa 
4. Fase penyembuhan

Setiadi S, Alwi I, Sudoyono AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid I edisi VI. Jakarta: Interna Publishing: 2014
CAMPAK
Diagnosis
• Koplik’s spots
• Menurut CDC untuk diagnosis campak membutuhkan:
• Ruam makulopapular umum
• Demam setidaknya 38,3 C
• Batuk, coryza, atau konjungtivitis
• Deteksi IgM spesifik virus campak  dianggap sebagai diagnostik infeksi
akut (peningkatan empat kali lipat atau lebih besar pada tingkat
antibodi IgG spesifik virus campak)

Setiadi S, Alwi I, Sudoyono AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid I edisi VI. Jakarta: Interna Publishing: 2014
CAMPAK
Komplikasi
• Otitis media
• Pneumonia interstitial (pneumonia campak) atau pneumonia bacterial dapat timbul
akibat infeksi bakteri sekunder oleh S. pneumonia, S. aureus, atau Streptokokus group A
• Pasien dengan gangguan imunitas seluler dapat mengalami pneumonia sel raksasa 
umumnya berakibat fatal
• Miokarditis dan limfadenitis mesenterika  komplikasi yang jarang terjadi
• Ensefalomielitis 
• Panensefalitis sklerotik subakut (SSPE)
• Kematian seringkali disebabkan oleh bronkopneumonia atau ensefalitis  risiko kematian
lebih tinggi pada pasien keganasan/terinfeksi virus HIV
• Kematian pada remaja dan orang dewasa karena panensefalitis sklerotik subakut
Setiadi S, Alwi I, Sudoyono AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid I edisi VI. Jakarta: Interna Publishing: 2014
CHIKUNGUNYA
CHIKUNGUNYA
Etiologi
• Chikungunya disebabkan oleh virus chikungunya yang dibawa oleh
nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus.
• Nyamuk Aedes mendapatkan virus chikungunya saat menggigit seseorang
yang telah terinfeksi sebelumnya.
• Penularan terjadi bila orang lain digigit oleh nyamuk pembawa virus
chikungunya.
• virus chikungunya hanya menular melalui nyamuk dan tidak menyebar secara
langsung antar manusia.
• Risiko terserang penyakit ini lebih tinggi pada bayi baru lahir, orang usia 65
tahun ke atas, dan orang dengan kondisi medis lain, seperti hipertensi,
diabetes, dan penyakit jantung.
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1401/chikungunya
CHIKUNGUNYA
Tanda dan Gejala
• Pada beberapa kasus, chikungunya tidak menimbulkan gejala apa pun. Akan
tetapi, kebanyakan penderita mengalami gejala yang timbul dalam 3-7 hari
setelah tergigit oleh nyamuk pembawa virus.
• Gejala yang timbul tersebut umumnya dapat berupa :
1.      Demam hingga 39°C.
2.      Ruam kemerahan
3.      Nyeri otot dan sendi.
4.      Nyeri tulang
5.      Sendi bengkak
6.      Sakit kepala
7.      Lemas
8.      Mual
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1401/chikungunya
CHIKUNGUNYA
Diagnosis
• Kriteria Klinis: Demam mendadak > 38,5ºC dan nyeri persendian hebat (severe
athralgia) dan atau dapat disertai ruam (rash). 
• Kriteria Epidemiologis: Bertempat tinggal atau pernah berkunjung ke wilayah
yang sedang terjangkit Chikungunya dengan sekurang-kurangnya 1 kasus positif
RDT (Rapid Diagnostic Test)/ pemeriksaan serologi lainnya, dalam kurun waktu 15
hari sebelum timbulnya gejala (onset of symptoms) 
• Kriteria Laboratoris: sekurang-kurangnya salah satu diantara pemeriksaan berikut:
• Isolasi virus 
• Terdeteksinya RNA virus dengan RT-PCR 
• Terdeteksinya antibodi IgM spesifik virus Chik pada sampel serum
• Peningkatan 4 kali lipat (four-fold) titer IgG pada pasangan sampel yang diambil pada fase
akut dan fase konvalesen (interval sekurang-kurangnya 2-3 minggu)
Kemenkes RI 2012 Pedoman Pengendalian Demam Chikungunya
CHIKUNGUNYA
Diagnosis
Diagnosis Demam Chikungunya digolongkan dalam 3 kategori yaitu: 
1. KASUS TERSANGKA (Suspected case/ Possible case)      
Penderita dengan kriteria klinis.
2. KASUS PROBABEL (Probable case) 
Penderita dengan kriteria klinis + kriteria epidemiologis 
3. KASUS KONFIRM (Confirmed case) 
Penderita dengan kriteria laboratoris.

Kemenkes RI 2012 Pedoman Pengendalian Demam Chikungunya


CHIKUNGUNYA
Komplikasi
1. Radang di bagian uvea mata (uveitis).
2. Radang pada retina mata (retinitis).
3. Peradangan otot jantung (miokarditis).
4. Peradangan pada ginjal (nefritis).
5. Radang hati (hepatitis).
6. Radang otak (ensefalitis).
7. Radang pada satu segmen saraf tulang belakang (mielitis).
8. Radang sendi (rematik) atau perburukan radang sendi yang telah terjadi
sebelumnya.
9. Sindrom Guillain-Barré, yaitu gangguan pada sistem saraf yang dapat menyebabkan
kelumpuhan).
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1401/chikungunya
Plotkin SA. Rubella eradication. Vaccine. 2001 May 14;19(25-26):3311-9.
RUBELLA
Rubella

DEFINISI ETIOLOGI
Penyakit infeksi yang Berasal dari famili
biasa menyerang anak matonaviridae dan
anak. Efek lebih parah merupakan virus RNA
jika terkena pada ibu
hamil.

EPIDEMIOLOGI PENULARAN
Sebelum ditemukan Kontak langsung, aerosol.
vaksin, paling banyak Virus bereplikasi di
menyerang anak usia 5- nasofaring dan traktus
9 tahun. respiratori atas.

Leonor MC, Mendez MD. Rubella. InStatPearls [Internet] 2022 Mar 15. StatPearls Publishing.
RUBELLA
Patofisiologi
• Penularan terjadi melalui oral droplet dari nasofaring → memasuki
aliran darah
• Selain dari darah dan secret nasofaring, virus rubella diisolasi dari
kelenjar getah bening, utin, cairan serebrospinal, ASI, cairan synovial,
dan paru
• Pernularan dapat terjadi sejak 7 hari sebelum hingga 5 hari sesudah
timbulnya erupsi
• Daya tular tertinggi terjadi pada akhir masa inkubasi → lalu menurun
dengan cepat

Buku ajar infeksi dan pediatri tropis. Ed 2, IDAI


RUBELLA
Manifestasi Klinik
Masa Inkubasi
• Berkisar antara 14-21 hari
Masa Prodromal
• Pada anak biasanya timbul tanpa adanya keluhan sebelumnya, jarang disertai gejala dan
tanda pada masa prodromal
• Pada remaja dan dewasa muda berlangsung 1-5 hari dan terdiri dari demam ringan, sakit
kepala, kemerahan konjungtiva, rhinitis, batuk, dan limfadenopati
Masa Eksantema
• Eksantema mulai retroaurikular atau pada muka dan meluas secara kraniokaudak ke bagian
tubuh lain
• Awalnya berupa macula yang berbatas tegas dan dengan cepat meluas dan menyatu,
membantuk morbilliform
Buku ajar infeksi dan pediatri tropis. Ed 2, IDAI
Terapi
- Suportif  NSAID untuk demam, arthralgia dan arthritis.
- Kehamilan  Jika terjadi di usia >18 minggu kehamilan dapat dilanjutkan.

Leonor MC, Mendez MD. Rubella. InStatPearls [Internet] 2022 Mar 15. StatPearls Publishing.
끝ㅎㅎ

Anda mungkin juga menyukai