HIV/AIDS &
ASPEK PSIKO, SOSIO, KULTURAL DAN
SPIRITUAL KLIEN HIV/AIDS
Kelompok 1
- Alwaliyu
- Peri Pirnando
- Dwi Jayanti Indra Giri
- Riska Amelia
- Erica Hanin Ditia
- Ratia Inda S
- Hospito Perasi
- Redo Lioba
- Meieva Permata Sari
- Neti Herawati
- Yeta Maryani Dosen Pengajar:
LATAR BELAKANG
HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa)
atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan presemmal, dan
air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntikyang
terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-
cairan tubuh tersebut.Berbagai gejala AIDS umumnya tidak akan terjadi pada orang-orang yang memiliki sistem kekebalan
tubuh yang baik. Kebanyakan kondisi tersebut akibat infeksi oleh bakteri, virus, fungi dan parasit, yang biasanya
dikendalikan oleh unsur-unsur sistem kekebalan tubuh yang dirusak HIV. Infeksi oportunistik umum didapati pada penderita
AIDS. HIV mempengaruhi hampir semua organ tubuh. Penderita AIDS juga berisiko lebih besar menderita kanker seperti
sarkoma kaposi, kanker leher rahim, dan kanker sistem kekebalan yang disebut limfoma.4 Biasanya penderita AIDS
memiliki gejala infeksi sistemik; seperti demam, berkeringat (terutama pada malam hari), pembengkakan kelenjar,
kedinginan, merasa lemah, serta penurunan berat badan. Infeksi oportunistik tertentu yang diderita pasien AIDS, juga
tergantung pada tingkat kekerapan terjadinya infeksi tersebut di wilayah geografis tempat hidup pasien.
TINJAUAN PUSTAKA
HIV
AIDS
ETIOLOGI
Ciri khas morfologi yang unik dari HIV adalah adanya nukleoid yang berbentuk
silindris dalam virion matur. Virus ini mengandung 3 gen yang dibutuhkan untuk
replikasi retrovirus yaitu gag, pol, env. Terdapat lebih dari 6 gen tambahan
pengatur ekspresi virus yang penting dalam patogenesis penyakit. Satu protein
replikasi fase awal yaitu protein Tat, berfungsi dalam transaktivasi dimana
produk gen virus terlibat dalam aktivasi transkripsional dari gen virus lainnya.
Transaktivasi pada HIV sangat efisien untuk menentukan virulensi dari infeksi
HIV. Protein Rev dibutuhkan untuk ekspresi protein struktural virus. Rev
membantu keluarnya transkrip virus yang terlepas dari nukleus. Protein Nef
menginduksi produksi khemokin oleh makrofag, yang dapat menginfeksi sel
yang lain
MEKANISME PENYAKIT
- Seksual
Penularan melalui hubungan heteroseksual adalah yang paling dominan dari semua cara penularan. Penularan melalui
hubungan seksual dapat terjadi selama senggama laki-laki dengan perempuan atau laki-laki dengan laki-laki. Senggama
berarti kontak seksual dengan penetrasi vaginal, anal (anus), oral (mulut) antara dua individu. Resiko tertinggi adalah
penetrasi vaginal atau anal yang tak terlindung dari individu yang terinfeksi HIV.
- Melalui transfusi darah atau produk darah yang sudah tercemar dengan virus HIV.
- Melalui jarum suntik atau alat kesehatan lain yang ditusukkan atau tertusuk ke dalam tubuh yang terkontaminasi dengan
virus HIV, seperti jarum tato atau pada pengguna narkotik suntik secara bergantian. Bisa juga terjadi ketika melakukan
prosedur tindakan medik ataupun terjadi sebagai kecelakaan kerja (tidak sengaja) bagi petugas kesehatan.
- Melalui silet atau pisau, pencukur jenggot secara bergantian hendaknya dihindarkan karena dapat menularkan virus HIV
kecuali benda-benda tersebut disterilkan sepenuhnya sebelum digunakan.
- Melalui transplantasi organ pengidap HIV.
- Penularan dari ibu ke anak.
- Kebanyakan infeksi HIV pada anak didapat dari ibunya saat ia dikandung, dilahirkan dan sesudah lahir melalui ASI.
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis infeksi HIV pada anak bervariasi dari asimtomatis sampai penyakit berat
yang dinamakan AIDS. AIDS pada anak terutama terjadi pada umur muda karena sebagian
besar (>80%) AIDS pada anak akibat transmisi vertikal dari ibu ke anak. Lima puluh persen
kasus AIDS anak berumur < l tahun dan 82% berumur <3 tahun. Meskipun demikian ada
juga bayi yang terinfeksi HIV secara vertikal belum memperlihatkan gejala AIDS pada
umur 10 tahun.
INFEKSI OPPORTUNISTIK yang sering muncul yaitu : kandidiasis mulut yang dapat
menyebar ke esofagus, radang paru karena Pneumocystis carinii, radang paru karena
mikobakterium atipik, atau toksoplasmosis otak. Bila anak terserang Mycobacterium
tuberculosis, penyakitnya akan berjalan berat dengan kelainan luas pada paru dan otak.
Anak sering juga menderita diare berulang.
Upaya Pencegahan dan
penanggulangan
Jumlah Kumulatif Kasus HIV & AIDS
SURVEILANS Berdasarkan Provinsi (Cumulative HIV & AIDS
Cases by Province)
EPIDEMIOLOGI
No PROPINSI HI AIDS
V
Jumlah kumulatif kasus AIDS menurut 1 Papua 14, 10,116
golongan umur (cumulative AIDS cases by Jumlah kumulatif kasus AIDS menurut jenis 08
age group) kelamin (comulative AIDS cases by sex) 7
2 Jawa Timur 16, 8,725
Kelompok Umur Persentas 23
Jenis Kelamin/Sex AIDS
i 5
Laki-laki/Male 28,846 3 DKI Jakarta 28, 7,477
<15 tahun 2,65%
Perempuan/Female 15,565 79
15-19 tahun 3,05%
Tidak 7,937 0
20-29 tahun 49,07% 4 Jawa Barat 10, 4,131
Diketahui/Unknown
30-39 tahun 30,14% Jumlah/Total 52,348 98
40-49 tahun 8,82% 5 Bali 8,0 3,985
50-59 tahun 2,655% 59
>60 tahun 0,51% 6 Jawa Tengah 6,9 3,339
Tidak diketahui 3,27% 63
7 Sulawesi Selatan 3,7 1,703
64
Kasusn AIDS yang dilaporkan di Indonesia Jumlah kumulatif kasus AIDS menurut faktor 8 Kalimantan Barat 4,1 1,699
2011-2016 risiko (cumulative AIDS cases by mode of 35
transmission) 9 Sumatra Utara 7,9 1,301
67
Faktor Risiko/Mode of transmission AIDS Tahun Kasus AIDS yang dilaporkan 10 Banten 3,1 1,042
Heteroseksual/Heterosexual 32,719 2011 8.279 79
2012 10.862 11 Riau 1,7 99
Homo-Biseksual/Homo-Bisexual 1,274 33 2
2013 11.741
IDU 8,407 2014 7.963 12 Sumatra Barat 93 95
2 2
Transfusi darah/Blood Transfusion 123 2015 7.185
13 Di Yogyakarta 2,1 91
2016 3.679 79 6
Transmisi Perinatal Trans 1,438
14 Sulawesi Utara 2,0 79
Tidak Diketahui/Unknown 7,954 43 8
ASPEK PSIKO, SOSIO, KULTURAL
DAN SPIRITUAL KLIEN HIV/AIDS
ASPEK PSIKOLOGIS
ASPEK KULTURAL
Respons adaptasi psikologis terhadap stresor menurut Berlangsungnya perubahan nilai budaya tersebut disebabkan oleh tindakan diskriminasi dari masyarakat umum terhadap
Potter & Perry (2005) dalam Nursalam dkk (2014) penderita HIV/AIDS, serta pengabaian nilai-nilai dari kebudayaan itu sendiri. Perilaku seksual yang salah satunya dapat menjadi
menguraikan lima tahap reaksi emosi seseorang faktor utama tingginya penyebaran HIV/AIDS dari bidang budaya. Ditemukan beberapa budaya tradisional yang ternyata
terhadap stresor yakni, pengingkaran, marah, tawa meluruskan jalan bagi perilaku seksual yang salah ini. Meskipun kini tidak lagi nampak, budaya tersebut pernah berpengaruh
menawa, depresi, dan, menerima. kuat dalam kehidupan masyarakat. Seperti budaya di salah satu daerah di provinsi Jawa Barat, kebanyakan orangtua
menganggap bila memiliki anak perempuan, dia adalah aset keluarga. Menurut mereka, jika anak perempuan menjadi Pekerja
Seks Komersial (PSK) di luar negeri akan meningkatkan penghasilan keluarga. Dan bagi keluarga yang anak wanitanya menjadi
PSK, sebagian warga wilayah Pantura tersebut bisa menjadi orang kaya di kampungnya. Hal tersebut merupakan permasalahan
ASPEK SOSIAL HIV/AIDS dalam aspek budaya, dan budaya adat seperti ini seharusnya dihapuskan