Anda di halaman 1dari 10

Acu Samsudin

Ghina Aprianda Salsabila


Mia Nuraeni
Rezty Zalza Putry
Tia Sri Nurwahyuni
Euthanasia

Kata euthanasia berasal dari bahasa
yunani yaitu “eu” berarti baik dan “thanatos”
yang berarti kematian, yang apabila
digabungkan berarti “kematian yang baik”.

Euthanasia adalah kematian yang


dikatakan sebagai bantuan untuk meringankan
penderitaan dari individu yang akan
mengakhiri hidupnya.
Euthanasia dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Euthanasia aktif

yaitu suatu tindakan secara sengaja yang dilakukan oleh dokter atau
tenaga kesehatan lain untuk mempersingkat atau mengakhiri hidup
si pasien.
2. Eutanasia otomatis (autoeuthanasia)
yaitu kondisi dimana seorang pasien menolak secara tegas dan
dengan sadar untuk menerima perawatan medis. Penolakan
tersebut diajukan secara resmi dengan membuat sebuah codicil
(pernyataan tertulis tangan).
3. Euthanasia Pasif
Yaitu dilakuka dengan tidak menggunakan alat-alat atau langkah-
langkah aktif untuk mengakhiri kehidupan seorang pasien. Eutanasia
pasif dilakukan dengan memberhentikan pemberian bantuan medis
yang dapat memperpanjang hidup pasien secara sengaja.
Euthanasia ditinjau dari
sudut pemberian izin

1. Euthanasia di luar kemauan pasien
yaitu suatu tindakan euthanasia yang bertentangan
dengan keinginan si pasien untuk tetap hidup.
2. Euthanasia secara tidak sukarela
3. Euthanasia secara sukarela dilakukan atas
persetujuan si pasien sendiri
Bunuh Diri

 Bunuh diri (Suicide) dapat didefinisikan sebagai
upaya seseorang untuk membunuh dirinya sendiri
dengan sengaja
Contoh Kasus Euthanasia

Kasus Hasan Kusuma-Indonesia

Sebuah permohonan untuk melakukan euthanasia pada tanggal 22


oktober 2004 telah diajukan oleh seorang suami bernama Hasan
Kusuma karena tidak tega menyaksikan istrinya yang bernama
Again Isna Nauli, 33 tahun,tergolek, selama 2 bulan dan di
samping itu, ketidak mampuan untuk menanggung beban biaya
perawatan merupakan suatu alas an pula. Permohonan untuk
melakukan euthanasia ini diajukan ke pengadilan negeri Jakarta
pusat. Kasus ini merupakan salah satu contoh bentuk euthanasia
yang di luar keinginan pasien. Permohonan ini akhirnya ditolak
oleh pengadilan negeri Jakarta pusat dan setelah menjalani
perawatan intensif maka kondisi terakhir pasien (7 januari 2005)
telah mengalami kemajuan dalam pemulihan kesehatannya
Euthanasia menurut Islam

Firman Alloh dalam QS. An-Nisa ayat 29 yang berbunyi:

“…. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah


adalah Maha Penyayang kepadamu”
Nyawa merupakan barang titipan Allah SWT, oleh karenanya
tidak boleh diabaikan apalagi untuk menghilangkan secara
sengaja. Islam menghendaki setiap muslim untuk dapat selalu
optimis sekalipun ditimpa suatu penyakit yang sangat berat.
Bunuh Diri Menurut Islam

Nabi Shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda :

“Barang siapa yang menjatuhkan dirinya dari sebuah gunung lalu


bunuh diri, maka ia akan masuk ke dalam api neraka Jahannam,
tinggal lama dan dijadikan berada di dalam sana selama-lamanya.
Dan barangsiapa yang meminum racum lalu membunuh dirinya
sendiri, maka racunnya akan berada di tangannya yang akan
diminum seterusnya di dalam neraka Jahannam, tinggal lama,
dijadikan tinggal lama selama lamanya di dalam neraka Jahannam.
Dan barang siapa yang membunuh dirinya dengan besi, maka
besinya akan selalu berada di tangannya, menikam perutnya,
tinggal lama dan dijadikan oleh Allah tinggal lama selama-
selamanya di dalam neraka Jahannam (HR. Al-Bukhâri, no. 5778;
Muslim, no. 109; lafazh bagi Al-Bukhâri)
Aspek Legal dan Etik
Euthanasia di Indonesia
1. Aspek Legal

Berdasarkan hukum di Indonesia maka euthanasia
adalah suatu perbuatan yang melawan hukum, hal ini dapat
di lihat pada peraturan perundang-undangan pada :
Pasal 344
Barangsiapa merampas nyawa orang atas permintaan orang
itu sendiri yang jelas dinyatakan dengan kesungguhan hati,
diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas
tahun.
Selain itu, beberapa undang-undang lainnya yaitu:
Pasal 338 KUHP, Pasal 340, Pasal 345, Pasal 359.
2. Aspek Etik

 Dalam pasal 9, bab II Kode Etik Kedokteran
Indonesia tentang kewajiban dokter kepada
pasien, disebutkan bahwa seorang dokter harus
senantiasa mengingat akan kewajiban
melindungi hidup makhluk insani. Ini berarti
bahwa menurut kode etik kedokteran, dokter
tidak diperbolehkan mengakhiri hidup seorang
yang sakit meskipun menurut pengetahuan dan
pengalaman tidak akan sembuh lagi.

Anda mungkin juga menyukai