Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tubuh memerlukan makanan untuk mempertahankan kelangsungan


fungsinya. Kebutuhan nutrisi ini diperlukan sepanjang kehidupan manusia,
namun namun jumlah nutrisi yang diperlukan tiap orang berbeda sesuai
dengan karakteristiknya, seperti jenis kelamin, usia, aktivitas dan lain-lain.

Pmenuhan kebutuhan nutrisi bukan hanya sekedar untuk menghilangkan rasa


lapar, melainkan mempunyai banyak fungsi. Adapun fungsi umum dari utrisi
diantaranya adalah sebagai sumber energi, memelihara jaringan tubuh,
mengganti sel tubuh yang rusak, mempertahankan vitalitas tubuh, dan lain-
lain. Oleh karena itu, dalam memenuhi kebutuhan nutrisi perlu diperhatikan
zat gizinya (nutrien).

Nutrien merupakan zat kimia organik dan anorganik yang ditemukan dalam
makanan dan diperlukan agar tubuh dapat berfungsi dengan sebaik-baiknya.
Nutrien tersebut diabsorpsi di saluran pencernaan kemudian didistribusikan ke
sel-sel tubuh. Didalam sel-sel tubuh nutrien digunakan untuk proses
fungsional sel tersebut, sumber energi, dan sintesis protein.

B. Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.

C. Tujuan
1.
2.
3.
4.
5.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tanda Gejala Kecukupan Nutrisi


1. Penampilan umum
Tanda dari nutrisi yang baik dapat dilihat dari penampilan umumnya yang
responsive. Gejala yang dapat dilihat jjika nutrisi yang kurang baik adalah
lesu.

2. Postur
Tanda nutrisi yang baik dapat lihat dari postur yang tegak, lengan dan tungkai
lurus. Gejala yang timbul jika nutrisi kurang baik adalah bahu kendur, dada
cekung dan punggung bungkuk.

3. Otot
Tanda yang dapat dilihat jika nutrisi terpenuhi dengan baik adalah otot
berkembang dengan baik, kuat, dan terdapat lemak dibawah kulit.

Sedangkan gejala yang dapat dilihat jika kecukupan nutrisi buruk adalah
penampilan lemah, sering merasa nyeri dan edema.

4. Kontrol sistem saraf


Seseorang yang memiliki nutrisi yang baik dapat dilihat kurang iritabilitas
atau kelelahan dan memiliki kestabilan psikologis.

Gejala yang timbul jika kecukupan nutrisi kurang baik adalah iritabilitas,
bingung, tangan dan kaki terasa terbakar dan kesemutan.

5. Fungsi kardiovaskuler
Tanda kecukupan nutrisi: laju denyut dan irama jntung normal, tekanan darah
normal.

Tanda nutrisi kurang : laju denyut janung cepat (di atas 100 kali/menit),irama
tidak normal dan tekanan darah meningkat.

6. Vitalitas umum
Tanda kecukupan nutrisi : bertenaga, penampilan kuat
Tanda nutrisi kurang : mudah lelah, kurang energi, mudah tertidur dan mudah
capek.

7. Rambut
Tanda kecukupan nutrisi baik: rambut berkilau, kuat, kulit kepala sehat.
Gejala jika kecukupan nutrisi buruk : rambut kusam, kusut, kering, tipis dan
kasar, mudah rontok.

8. Kulit
Tanda kecukupan nutrisi yang baik : kulit halus dan sedikit lembab dengan
warna baik.

Gejala yang dapat dilihat jika nutrisi tidak baik : kasar, kering, bersisik, pucat

9. Wajah dan Leher


Tanda kecukupan nutrisi yang baik : warna merata, halus, penampilan sehat.

Gejala yang dapat dilihat jika nutrisi buruk : wajah berminyak, bersisik, kulit
gelap di pipi dan dibawah mata, wajah kasar disekitar hidung dan mulut.

10. Bibir
Tanda kecukupan nutrisi yang baik : halus, penampilan lembab (tidak pecah-
pecah atau bengkak).

Gejala jika nutrisi buruk : kering, lesi angular pada sudut mulut.

11. Gusi
Tanda jika kecukupan nutrisi baik : warna merah muda, tidak bengkak atau
berdarah.

Gejala jika kecukupan nutrisi buruk : gusi bengkak dan mudah berdarah.

12. Lidah
Tanda jika kecukupan nutrisi baik : warna merah muda, halus.

Gejala jika kecukupan nutrisi buruk : penampilan bengkak, kasar, warna


daging.

13. Gigi
Tanda jika kecukupan nutrisi baik : gigi tidak berlubang dan nyeri.

Gejala jika kecukupan nutrisi buruk : penampilan salah posisi.

14. Mata
Tanda jika kecukupan nutrisi baik : mata terang, jernih, penampilan bersinar
Gejala jika kecukupan nutrisi buruk : kekeringan membran mata, kemerahan,
kering.

15. Kuku
Tanda jika kecukupan nutrisi baik : penampilan keras, merah muda
Gejala jika kecukupan nutrisi buruk : kuku mudah patah.

16. Kaki atau tungkai


Tanda jika kecukupan nutrisi baik : tidak nyeri, lemah, dan bengkak.

Gejala jika kecukupan nutrisi tidak baik : edema betis, kesemutan dan lemah.

2.2 Masalah Gangguan pemenuhan Nutrisi


2.2.1 Kwashiorkor (kekurangan protein)
Kwashiorkor adalah istilah pertama dari afrika, artinya sindroma
perkembangan anak dimana anak tersebut di safih tidak mendapatkan ASI
sesudah satu tahun karena menanti kelahiran bayi berikutnya. Makanan
pengganti ASI sebagian besar terdiri dari pati atau air gula, tetapi kurang
protein baik kualitas dan kuantitasnya.
2.2.1.2 Gejala
A. Gejala Umum Kwashiorkor :
1. pertumbuhan dan mental mundur, perkembangan mental apatis
2. edema
3. otot menyusut (kurus)
4. depigmentasi rambut dan kulit
5. karakteristik dikulit : timbul sisik, gejala kulit itu di sebut dengan
flaky fine taint dermatosis
6. hipoalbuminemia, infiltrasi lemak dalam hati yang reversible
7. atropi dari klenjar acini dari pankreas sehingga produksi enzim
untuk merangsang aktifitas enzim untuk mengeluarkan juice
duodenum terhambat, diare
8. anemia moderat (selalu bentuk normokhromik, terapi sering kali
bentuk makrositik)
9. masalah diare dan infeksi menjadi komponen gejala klinis
10. menderita kekurangan vitamin A, dihasilkan karena
ketidakcukupan sintesis plasma protein pengikat retinol sehingga
sering kali timbul gejala kebutaan yang tetap/permanen.

B. Metabolisme Abnormal
Perubahan metabolisme karena kekurangan protein adalah
kekurangan pengaruh cairan dan elektrolit, protein, lemak, vitamin
dan moneral.
C. Cairan dan Elektrolit
Karakteristik kwashiorkor adalah gangguan spesifik terhadap
metabolisme cairan dan elektrolit. Total cairan tubuh meningkat,
ditandai dengan reduksi total kalium tubuh dan retensi natrium.
Gangguan cairan dan elektrolit ini ditandai dengan terjadinya
hipoalbuminemia, gangguan fungsi hormon, depresi fungsi sel enzim,
dan sirkulasi gagal.

D. Metabolisme Protein, Lemak, Vitamin, dan Mineral


Tingkat pengosongan protein dari ekstremitas mempunyai tingkat
yang berbeda antara organ dan jaringan. Umunya pengambilan
protein jaringan seperti mukosa dan sekresi klenjar sistem
gastrointestinal banyak di pengaruhi. Gangguan fungsi metabolik
yang terkonsentrasi pada protein seperti enzim dan plasma darah,
juga terjadi penurunan asam amino bebas dari ekstremitas.

Fungsi abnormal pada transport lipid darah dari kontribusi


ekstremitas rendah vitamin A, terutama vitamin larut lemak.
Perubahan juga terjadi pada katabolisme lemak dan sintesis lemak
serta kekurangan lemak esensial. Konsentrasi vitamin A darah
rendah. Kebutuhan vitamin dan mineral untuk metabolisme juga
menurun. Keadaan yang sering terjadi adalah kasus kekurangan besi
dan cuprum.

2.2.1.3 Etiologi
Indikasi yang jelas pada kwashiorkor yaitu kekurangan protein
(protein malnutrisi), baik kualitas maupun kuantitas protein ataupun
kedua-duanya yang dibutuhkan untuk pertumbuhan , perbaikan sel
yang rusak, tetapi umumnya cukup kebutuhan kilo kalori. Kilo kalori
dipenuhi oleh pati dari foodstuffs.

Penderita protein malnutrisi biasanya terjadi :


1. anak lepas susu (disapih) umur 1-4 tahun
2. tempat didaerah tropikal, subtropikal di ekonomi, sosial, budaya
meruoakan kombinasi faktor ini yang kerap menimbulkan
protein malnutrisi pada anak-anak.
3. Anak-anak yang sedang dirawat inap karena pembedahan atas
hipermetabolik.
2.2.3 Marasmus
Marasmus adalah suatu keadaan kekkurangan protein dari kilo kalori yang
kronis. Karakteristik dari marasmus adalah berat badan sangat rendah.
2.2.3.1 Gejala
A. Gejala Umum Marasmus :
 Kurus kering
 Tampak hanya tulang dan kulit
 Otot dan lemak bawah kulit atropi (mengecil)
 Wajah seperti orang tua
 Berkerut/keriput
 Layu dan kering
 Diare umum terjadi.

B. Masalah Penyebab Terjadinya Marasmus :

Marasmus terjadi karena adanya faktor-faktor sebagai berikut:


 Masalah sosial yang kurang menguntungkan
 Kemiskinan
 Infeksi
 Mikrororganisme patogen penyebab diare
 Percepatan pertumbuhan melambat
 Tidak ada dermatitis atau depigmentasi
 Tidak ada edema
 Tumbuh kerdil, mental dan emosi terganggu
 Tidur gelisah,apatis dan merengus
 Menarik diri dari lingkungannya
 Suhu tubuh subnormal karena tidak mempunyai lemak subkutan yang
menjaga tetap hangat
 Aktifitas metabolisme minimal
 Jantung melemah

C. Metabolisme Abnormal

Metabolisme dalam stadium terhambat, terjadi perubahan metabolisme


cairan, elektrolit, pritein, lemak, vitamin, mineral.
D. Cairan Tubuh dan Elektrolit
Serupa pada kwashiorkor, terjadi pengosongan natrium, terutama jika
terjadi diare persisten, tidak terdapat penahanan air sehingga keadaan ini
sangat kontras dengan keadaan khawhiorkor.
E. Protein, Lemak, vitamin, dan mineral metabolisme

Meskipun kadar protein serum terganggu, tetapi kejadiannya lebih tinggi


daripada khawshiorkor. Umumnya kekurusan terjadi karena, tidak ada otot
dan asam amino eksogenous (dari diet) dan endogenous (otot) yang
digunakan sebagai sumber protein sehingga dalam tubuh terjadi
pengosongan protein dengan pederitaan tingkat akut.
Metabolisme lemak pada marasmus, absorbsi lemak diperlihatkan dengan
absorbsi vitamin A dan umumnya tidak sejalan sebagaimana terjadi pada
khawshiorkor. Sistem enzim khusus untuk pencernaan, mekanisme untuk
transport lemak yang melalui dinding khusus dan protein pengengkut
lemak kemungkinan sepanjang ini masih terpelihara.
Simpanan vitamin dan mineral dalam tubuh menurun perlahan-lahan.
Meskipun demikian, absorbsi vitavimA yang tersisa kadang-kadang
berjalan normal, kontras dengan keadaan kwashiorkor yang justru malah
terjadi defresi.
2.2.3.Etiologi
Penyebab marasmus adalah diet yang kurang kilokalori dan protein dalam
jangka waktu lama(kronis). Deteriosasi fungsi tubuh terjadi perlahan dan
menghasilkan penyusutan otot. Penghambatan menjadi lebih sempurna, semua
makanan dan fisik serta emosional mengalami mundur pada lansia yang miskin yang
sering kali tidak ada makanan yang bermutu atau mempunyai masalah emosional dan
mental. Penyakit lain yaitu TBC gatroenteritis, disentri, diare infeksiosa, atau
terjangkit parasit, bersamaan dengan tidak ada pemeliharaan kesehatan
Kejadian Marasmus
Marasmus biasanya terjadi pada bayi dai 6-18 bulan. Kejadiannya di slum
dengan masalah sosioekonomi, daerah tropik, dan subtropik dengan pola negara baru
yang berkembang seperti pada khwashiorkor. Selain itu, marasmus juga terjadi pada
kelompok usia yang dirawat diRS yang terpisah.
Perlakuan dan Kontrol
Pencegahan tergantung pada pembrantasan penyebab penyakit, pencarian
jalan keluar tehadap masalah sosial ekonomi koreksi keseimbangan elektrolit,
program pemberian makanan dan pengasuhan yang penuh kasih
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Status Nutrisi
2.3.1 Konsep Call dan Levinson (1974)

Dalam Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi tahun 1979, telah diungkapkan bagan
dari Call dan Levinson (1974) oleh Tarwotjo, dkk sebagai bahan untuk mengadakan
analisis secara seksama masalah gizi di Indonesia.
Dalam bagan, jelas terlihat bahwa status gizi seseorang/masyarakat dipengaruhi oleh
dua faktor utama, yaitu konsumsi makanan dan tingkat kesehatan, terutama adanya
penyakit infeksi. Kedua faktor itu adalah penyebab langsung, sedangkan penyebab
tidak langsung adalah kandungan zat gizi dalam bahan makanan, ada tidaknya
program pemberian makanan di luar keluarga, daya beli masyarakat, kebiasaan
makanan, pemeliharaan, kesehatan, serta lingkungan fisik dan sosial.
2.3.2 Konsep Laura Jane Harper
2.3.3 Faktor yang Meningkatkan Kebutuhan Nutrisi
a. Pertumbuhan yang cepat, seperti bayi, anak-anak, remaja, dan ibu hamil.
b. Selama perbaikan jaringan atau pemulihan kesehatan karena proses suatu
penyakit.
c. Peningkatan suhu tubuh. Setiap kenaikan suhu 1℉, maka kebutuhan kalori
meningkat 7%.
d. aktivitas yang meningkat
e. Stress. Sebagian orang akan makan sebagai kompensasi karena mengalami
stress.
f. Terjadi Infeksi

2.3.4 Fakto yang Menurunkan Kebutuhan Nutrisi


a. Penurunan laju pertumbuahan, misalnya pada lansia.
b. Penurunan Basal Metabolisme Rate (BMR)
c. Hipotermi
d. Jenis Kelamin. Umumnya Kebutuhan nutrisi pada wanita lebih rendah
dibandingkan laki-laki, hal ini karena pada wanita BMR nya lebih rendah
rendah dibanding laki-laki.
e. Gaya hidup pasif.
f. bedrest

2.4 Konsep Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Komponen pengkajian nutrisi :

Data skrining Data tambahan


Antropometri · Tinggi badan · Lipatan trisep
· Berat badan · LILA
· Berat badan ideal · Lingkar otot lengan
tengah
· Indeks massa tubuh
· Lingkar lengan tengah
Biokimia · Hemoglobin · Kadar transferin serum
· Albumin serum · Nitrogen urea kemih
· Hitung limfosit total · Ekskresi kreatinin
kemih
Clinical · Kulit · Analisis rambut
· Rambut dan kuku · Neurologi
· Membran mukosa
Diet · Porsi makan dalam 24 jam · Riwayat diet
· Frekuensi makan
Environment · Lingkungan
Fatique · Tingkat aktivitas · Penyakit tertentu yang
berhubungan dengan
aktivitas
2. Riwayat keperawatan
a. Usia, jenis kelamin, dan tingkat aktivitas
b. Kesulitan makan (gangguan mengunyah atau menelan)
c. Perubahan nafsu makan
d. Perubahan berat badan
e. Ketidakmampuan fisik
f. Kepercayaan budaya dan agama yang mempengaruhi dalam pemilihan
makanan
g. Status kesehatan umum dan kondisi medis
h. Riwayat pengobatan
3. Pemeriksaan fisik
Pengkajian tidak hanya berfokus pada jaringan yang berproliferasi secara
cepat seperti kulit, rambut, kuku, mata, dan mukosa tetapi juga meliputi
tinjauan sistematis yang dapat dibandingkan dengan setiap pemeriksaan
fisik yang rutin.

Tanda Klinis malnutrisi :

Area pemeriksaan Tanda- tanda


Penampilan umum Apatis, tidak bersemangat, lelah, mudah letih
BB Berlebih/ kurang
Kulit Kering, berlapis, bersisik, pucat/ berpigmen, ada
petekie/ memar, lemak subkutan kurang
Kuku Rapuh, pucat, melengkung, bentuk seperti
sendok
Rambut Kering, kusam, jarang, warna memudar, rapuh
Mata Konjungtiva pucat/merah,, kering, kornea lunak,
kornea berawan
Bibir Bengkak, pecah berwarna merah di pinggir
mulut, fisura vertical
Lidah Bengkak, berwarna merah, penampakan halus
Gusi Berspons, bengkak, mudah berdarah, meradang
Otot Lemah, mengecil
System Anoreksia, tidak mampu mencerna, diare,
gastrointestinal konstipasi, pembesaran hati
Saraf Penurunan refleks, kehilangan sensorik, rasa
terbakar, kesemutan di tangan dan kaki,
iritabilitas

4. Riwayat diet
Mencakup data mengenai pola dan kebiasaan makan klien yang biasa;
pilihan makanan, alergi, dan intoleransi; frekuensi, jenis, dan kuantitas
makanan yang dikonsumsi; dan factor social, ekonomi, etnis atau agama
yang mempengaruhi nutrisi.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d.:
a. Kesulitan untuk mencerna makanan
b. Kesulitan untuk menelan makanan
c. Anoreksia, muntah
d. Ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien
e. Depresi, stress, isolasi social
f. Peningkatan kebutuhan protein dan vitamin untuk penyembuhan luka
dan penurunan asupan sekunder akibat: pembedahan, medikasi ( mis.
kemoterapi), terapi radiasi, rekontruksi bedah mulut, kawat rahang
g. Penurunan asupan oral, ketidaknyamanan mulut, akibat : terapi radiasi,
kemoterapi, tonsilektomi

Ditandai dengan:

Data obyektif Data subyektif


· Berat badan 20% atau lebih di bawah Pasien mengatakan :
BB ideal · Nyeri abdomen
· Diare · Kram abdomen
· Bising usus hiperaktif · Menghindari makan
· Penurunan BB dengan asupan · Cepat kenyang setelah
makanan adekuat mencerna makanan
· Membran mukosa pucat
· Ketidakmampuan mencerna makanan
· Tonus otot menurun
· Sariawan di rongga mulut
· Steatorea
· Kelemahan otot
· Gangguan menelan
Laborat
· Albumin serum
· Transferin
· Elektrolit
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pasien dapat menunjukan
peningkatan pemenuhan kebutuhan nutrisi.

Kriteria Hasil:

 Nafsu makan meningkat


 Peningkatan masukan oral
 Peningkatan aktivitas
 Massa otot
 Berat badan

Intervensi Keperawatan :
Mandiri :

 Timbang BB setiap hari


 Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat
 Berikan kondisi yang relaks saat menyajikan makanan
 Ajarkan atau bantu individu untuk beristirahat sebelum makan
 Pertahankan kebersihan mulut yang baik sebelum dan sesudah makan
 Berikan makan dalam porsi kecil namun sering
 Instruksikan individu yang mengalami penurunan nafsu makan untuk
:
 Makan makanan kering (crakers) saat bangun tidur
 Makan makanan asin bila tidak ada pantangan
 Hindari makanan yang terlalu manis
 Makan kapan saja bila dapat ditoleransi
 Pada kondisi menurunnya nafsu makan, batasi asupan cairan saat
makan dan hindari mengonsumsi cairan satu jam sebelum dan
sesudah makan.

Kolaborasi :

 Konsulkan kebutuhan kalori harian yang realistis dan adekuat pada


ahli gizi
 Berikan suplemen makanan
 Beri makanan tinggi kalori dan tinggi protein
 Enteral. Pemberian makanan melalui selang nasogastrik (NGT)
 Nutrisi parenteral total (TPN), menggunakan larutan hiperosmolar.

2. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d.:


 Perubahan pola kepuasan makan
 Penurunan indera pengecapan dan penciuman
 Obat-obatan (kortikosteroid, antihistamin, estrogen)
 Penurunan pola aktivitas, penurunan kebutuhan metabolic
 Kurang pengetahuan terhadap nutrisi dasar
 Pola makan disfungsional
 Peningkatan nafsu makan
 Pemilihan makanan yang tidak memenuhi kebutuhan sehari-hari

Ditandai dengan :

Data Obyektif Data Subyektif


· Disfungsi pola makan (mis. Makan Pasien mengatakan :
sambil melakukan aktivitas lain) · Adanya pola makan yang
· Aktivitas monoton tidak diinginkan
· Lipatan otot triseps > 25mm pada · Adanya kelebihan frekuensi
wanita; >15mm pada pria makan
· Obesitas, BB 20% melebihi tinggi
dan kerangka tubuh ideal
· Kelebihan BB 10% melebihi tinggi
dan kerangka tubuh ideal
Laborat :
· Albumin serum
· Transferin
· Elektrolit

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pasien dapat menunjukan


pemenuhan kebutuhan nutrisi adekuat.

Kriteria Hasil :

 Peningkatan aktivitas dengan penurunan BB


 Mengidentifikasi pola makan yang menunjang penambahan BB
 Penurunan BB
 Lipatan otot triseps…
 BB ideal ….
 Menahan diri untuk tidak makan banyak dalam satu waktu tertentu
 Masukan adekuat tapi tidak berlebihan, cukup kalori, lemak, protein,
karbohidrat, vitamin, mineral, besi, dan kalsium

Intervensi Keperawatan :

Mandiri :

 Observasi aktivitas klien


 Tentukan factor penyebab peningkatan BB
 Timbang BB klien
 Tentukan keinginan dan motivasi klien untuk mengurangi BB
 Bantu klien untuk menentukan pola makan tentang apa, kapan,
dan di mana pasien makan.
 Berikan informasi yang sesuai tentang kebutuhan nutrisi
adekuat dan bagaimana dapat memenuhi kebutuhan tersebut.
 Anjurkan klien untuk mengikuti diet yang terdiri dari karbohidrat
kompleks dan protein, dan hindari gula, makanan cepat saji,
kafein atau minuman ringan.
 Ajarkan pemilihan makanan yang sesuai.
 Bantu pengurangan BB:
 Bantu pasien untuk mengidentifikasi motivasi untuk makan dan
isyarat internal dan eksternal yang dikaitkan dengan makan
 Tentukan dengan klien tentang jumlah penurunan BB yang
diinginkan
 Bantu dengan menyesuaikan diet terhadap gaya hidup dan tingkat
aktivitas
 Rencanakan program latihan , pertimbangkan aktivitas klienyang
dibatasi
 Susun rencana yang realistis dengan klien untuk memasukkan
pengurangan asupan makanan dan peningkatan penggunaan
energy
 Ajarkan teknik modifikasi perilaku untuk mengurangi asupan
kalori :
 Jangan makan pada saat melakukan kegiatan
 Minum segelas air sesaat sebelum makan
 Kurangi porsi makanan tambahan, makanan berlemak, makanan
manis, dan alcohol.
 Siapkan makanan dalam porsi kecil cukup untuk satu kali makan
 Makan dengan perlahan dan kunyah makanan hingga sempurna

Kolaborasi :

 Diskusikan dengan ahli gizi, program penurunan BB yang


meliputi pengelolaan diet dan pengeluaran energi
DAFTAR PUSTAKA

Syafik, Ahmad.dkk.Gizi dan Kesehatan masy.2011.Jakarta:Rajawali Pers.

Suparyasa, I Dewa Nyoman. Pendidikan dan Konsultaasi Gizi.2012. Jakarta:EGC.

Anda mungkin juga menyukai