Waktu : 85 menit
A. Latar Belakang
Kasus Covid-19 di Indonesia sangat menggemparkan masyarakat dan
menimbulkan ketakutan dari berbagai kalangan. Pengetahuan masyarakat sangat
berpengaruh terhadap prilaku dalam melakukan pencegahan covid-19.
Di Indonesia, sekitar 37% (hampir 9 juta) anak balita mengalami stunting
Indonesia adalah negara dengan prevalensi stunting kelima terbesar. Balita yang
mengalami stunting akan memiliki tingkat kecerdasan yang tidak optimal, lebih
rentan terhadap penyakit dan di masa depan dapat beresiko pada menurunnya
tingkat produktivitas. Pada akhirnya secara luas stunting akan dapat menghambat
pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan, dan memperlebar
ketimpangan. (Riset Kesehatan Dasar/Riskesdas 2013)
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan tentang Pencegahan stunting
dan edukasi covid-19 selama 55 menit, diharapkan Warga RW 18 Desa
Cibiru Wetan dapat mengerti tentang Pencegahan stunting dan edukasi covid-
19 dan menerapakan langkah-langkah pencegahan tersebut.
2. Tujuan khusus
Setelah mengikuti penyuluhan tentang Pencegahan stunting dan edukasi
covid-19, Sebagian Warga RW 18 Desa Cibiru Wetan diharapkan mampu :
a. Menjelaskan kembali Pengertian Covid-19
b. Menjelaskan kembali Tanda Gejala covid-19
c. Menjelaskan kembali Pencegahan covid-19
d. Menjelaskan kembali Pengertian Stunting
e. Menjelaskan kembali Faktor yang mempengaruhi Stunting
f. Menjelaskan kembali Dampak Stunting
g. Menjelaskan kembali Pencegahan Stunting
h. Menjelaskan kembali Penanggulangan Stunting
C. Pokok Bahasan
1. Pengertian Covid-19
2. Tanda Gejala Covid-19
3. Pencegahan Covid-19
4. Pengertian Stunting
5. Faktor yang mempengaruhi stunting
6. Dampak Stunting
7. Pencegahan Stunting
8. Penanggulangan Stunting
D. Sasaran
Sasaran penyuluhan adalah Warga RW 18 Desa Cibiru Wetan yang sering ke
posyandu
E. Metode
a. Ceramah
b. Diskusi
c. Tanya jawab
F. Media
G. Pelaksanaan Kegiatan
Materi Stunting
Menjelaskan 40
pengertian menit
stunting
Menyebutkan
faktor yang
mempengaruhi
stunting
Menjelaskan
dampak stunting
dan pemutaran
video
Menyebutkan
pencegahan
stunting dan
pemutaran vidio
Menjelaskan
penanggulangan
stunting dan
pemutaran video
Tanya Mengajukan
jawab Moderator pertanyaan
memberi
kesempatan
pada peserta
untuk bertanya
Pemateri
menjawab
pertanyaan
H. Setting Tempat
Keterangan :
= Lcd/Proyektor
= Fasilitator
= Pemateri
= Mc
= Operator
= Sasaran
= Tamu undangan
I. Evaluasi
A. Evaluasi Struktur
a. Menyiapkan SAP
b. Menyiapkan Media
c. Menyiapkan tempat
d. Kontrak waktu dengan sasaran
B. Evaluasi Proses
C. Evaluasi Hasil
J. Lampiran Materi
2. Materi Stunting
A. Pengertian Stunting
Stunting adalah bentuk paling umum dari kurang gizi. Stunting menjadi
penting untuk ditangani karena menyangkut kualitas sumber daya manusia.
Stunting pada anak mencerminkan kondisi gagal tumbuh pada anak balita.
Stunting itu sendiri adalah kondisi gagal tumbuh pada anak berusia di bawah lima
tahun akibat kekuarangan gizi kronis dan infeksi berulang terutama pada periode
1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Stunting, disamping berisiko pada
hambatan pertumbuhan fisik dan kerentanan anak terhadap penyakit, juga
menyebabkan hambatan perkembangan kognitif yang akan berpengaruh pada
tingkat kecerdasan dan produktivitas anak di masa depan. Dampak lainnya adalah
terhambatnya perkembangan fisik dan mental sehingga tidak mampu untuk
belajar secara optimal di sekolah dibandingkan anak dengan tinggi badan normal..
Penyebab dari stunting adalah bayi berat lahir rendah, ASI yang tidak memadai,
makanan tambahan yang tidak sesuai, diare berulang, dan infeksi pernapasan.
Status gizi pada dasarnya ditentukan oleh dua hal yaitu: makanan yang
dimakan dan keadaan kesehatan. Kualitas dan kuantitas makanan seorang
tergantung pada kandungan zat gizi makanan tersebut, ada tidaknya pemberian
makanan tambahan di keluarga, daya beli keluarga dan karakteristik ibu tentang
makanan dan kesehatan. Keadaan kesehatan juga berhubungan dengan
karakteristik ibu terhadap makanan dan kesehatan, daya beli keluarga, ada
tidaknya penyakit infeksi dan jangkauan terhadap pelayanan kesehatan
(Pramuditya SW, 2010).
C. Dampak Stunting
Menurut WHO, Dampak yang ditimbulkan stunting dapat dibagi menjadi dampak
jangka pendek dan jangka panjang.
1. Dampak Jangka Pendek.
a. Peningkatan kejadian kesakitan dan kematian;
b. Perkembangan kognitif, motorik, dan verbal pada anak tidak optimal; dan
c. Peningkatan biaya kesehatan.
2. Dampak Jangka Panjang.
a. Postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa (lebih pendek dibandingkan
pada umumnya);
b. Meningkatnya risiko obesitas dan penyakit lainnya;
c. Menurunnya kesehatan reproduksi;
d. Kapasitas belajar dan performa yang kurang optimal saat masa sekolah; dan
e. Produktivitas dan kapasitas kerja yang tidak optimal.
D. Pencegahan Stunting
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2016 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga, upaya yang dilakukan untk menurunkan prevalensi Stunting di
antaranya sebagai berikut:
a. Ibu hamil dan bersalin
1) Intervensi pada 1.000 hari pertama kehidupan
2) Mengupayakan jaminan mutu ante natal care (ANC) terpadu
3) Meningkatkan persalinan di fasilitas kesehatan
4) Menyelenggarakan program pemberian makanan tinggi kalori, protein, dan
mikronutrien (TKPM)
5) Deteksi dini penyakit (menular dan tidak menular)
6) Pemberantasan kecacingan
7) Meningkatkan transformasi Kartu Menuju Sehat (KMS) ke dalam buku KIA
8) Menyelenggarakan konseling Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI eksklusif
9) Penyuluhan dan pelayanan KB
Dibawah ini merupakan salah satu indakator dalam pemantauan pertumbuhan
tinggi badan
b. Balita
1) Pemantauan pertumbuhan balita
2) Menyelenggarakan kegiatan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk
balita
3) Menyelenggarakan stimulasi dini perkembangan anak dan
4) Memberikan pelayanan kesehatan yang optimal
5) Pemberian multivitamin zinc dan zat besi
c. Anak usia sekolah
1) Melakukan revitalisasi Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
2) Menguatkan kelembagaan Tim Pembina UKS
3) Menyelenggarakan Program Gizi Anak Sekolah (PROGAS) dan
4) Memberikan sekolah sebagai kawasan bebas rokok dan narkoba
d. Remaja
Meningkatkan penyuluhan untuk perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), pola
gizi seimbang, tidak merokok dan mengonsumsi narkoba.
e. Dewasa muda
1) Penyuluhan dan pelayanan keluarga berencana (KB)
2) Deteksi dini penyakit (menular dan tidak menular) dan
3) Meningkatkan penyuluhan untuk PHBS, pola gizi seimbang, tidak
merokok/mengkonsumsi narkoba.
(R.I, Kementerian Kesehatan, Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan,
2018)
Konsep pencegahan menurut Branca F dan Ferrari M (2002) yaitu pencegahan
disertai dengan intervensi pada setiap tahapan siklus kehidupan (life cycle)
1) Pencegahan IUGR dengan cara menyediakan gizi ibu hamil yang cukup
2) Pertumbuhan bayi normal dengan ASI eksklusif, setelah umur 6 tahun sudah
waktunya makanan pendamping ASI (MPASI) yang cukup zat gizi mikro
diberikan
3) Lingkungan yang higienis
4) Ketersediaan makanan keluarga yang ckup mengandung zat gizi mikro,
untuk anak sampai remaja
E. Penanggulangan Stunting
Upaya pencegahan stunting yang konvergen dan terintegrasi perlu segera dilakukan.
Sejak akhir tahun 2017, Kementerian PPN/Bappenas telah meluncurkan “Intervensi
Pencegahan Stunting Terintegrasi” sebagai upaya komprehensif dengan pendekatan
multi sektor. Upaya ini mencakup intervensi multi sektor yang cukup luas mulai dari
akses makanan, layanan Kesehatan dasar termasuk akses air bersih dan sanitasi, serta
pola pengasuhan. Hal ini menegaskan kembali bahwa permasalahan stunting
bukanlah semata-mata masalah sektor kesehatan tetapi melibatkan faktor-faktor lain
di luar kesehatan. Sebagai langkah awal, pada tahun 2018 sebanyak 100
kabupaten/kota dan 1000 desa telah terpilih sebagai fokus area intervensi.
Selanjutnya, untuk tahun 2019, 60 kabupaten/kota dan 600 desa telah ditambahkan
sebagai area focus intervensi pencegahan stunting terintegrasi.
Upaya pencegahan masalah gizi termasuk stunting juga menjadi bagian dari
pelaksanaan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) khususnya Tujuan 2 Tanpa
Kelaparan. Pelaksanaan TPB menekankan pada prinsip no one left behind sebagai
bagian dari hak asasi manusia untuk menjamin tidak terjadinya diskriminasi dan
secara spesifik memberikan perhatian khusus kepada kelompok masyarakat rentan
atau miskin. Pada tahun 2017, Presiden Republik Indonesia telah menandatangani
Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan. Pada tanggal 5 Juni 2018, telah diluncurkan Rencana
Aksi Nasional TPB 2017-2019 yang merupakan panduan bagi kementerian/lembaga,
pemerintah daerah, dan pemangku kepentingan lainnya dalam melaksanakan upaya
pencapaian target TPB termasuk di dalamnya Tujuan 2 untuk menghilangkan
kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan gizi yang baik, serta meningkatkan
pertanian berkelanjutan.
Tantangan utama dalam pelaksanaan intervensi pencegahan stunting terintegrasi
adalah membangun komitmen dan dukungan yang bekelanjutan dari pimpinan
tertinggi dalam memprioritaskan pembangunan gizi di Indonesia. Tantangan
selanjutnya adalah memastikan intervensi pencegahan stunting dapat dilaksanakan
secara terintegrasi dan konvergen dengan pendekatan multisektor sampai ke tingkat
daerah. Oleh karena itu, advokasi dan koordinasi harus terus dilakukan baik di tingkat
pusat maupun daerah untuk meningkatkan komitmen dan menyamakan persepsi
terhadap tujuan pelaksanaan kegiatan percepatan pencegahan stunting.
Upaya pencegahan stunting juga harus dilaksanakan dengan menggunakan
pendekatan berbasis hasil, pemberdayaan masyarakat, dan perubahan perilaku. Selain
itu, pelaksanaan upaya percepatan pencegahan stunting juga perlu didukung dengan
sistem monitoring dan evaluasi yang efektif dan berkesinambungan. Saat ini,
Kementerian PPN/Bappenas sedang mengembangkan kerangka rencana monitoring
dan evaluasi untuk intervensi pencegahan stunting terintegrasi. Pengembangan sistem
monitoring terpadu dan berbasis teknologi sangat diperlukan untuk memantau
perkembangan pencapaian pelaksanaan intervensi dan tantangan yang mungkin
terjadi agar dapat ditangani dalam waktu cepat.
Atmarita, Zahraini, Yuni, dkk. 2018. Situasi Balita Pendek (Stunting) di Indonesia.
Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI.