Anda di halaman 1dari 58

dr.Susilorini, M.

Si,SpPA
 Menurut falsafah hidup Islam, ada dimensi
transental dalam rasa sakit dan penderitaan.
Al-Qur’an memberitahu kita bahwa orang-
orang yang mengklaim dirinya beriman
kepada Allah swt. Tidak akan dibiarkan begitu
saja sesudah memproklamasikan
keimanannya itu(Q.S. Al-An-Kabut, 29:2).
 Al-Qur’an lebih lanjut mengatakan bahwa orang-orang yang
beriman itu akan diuji dengan beragam cara:
 Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan
dan berilah berita gembira kepada orang-orang sabar. (yaitu)
orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengatakan:
”sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepadanyalah akmi
kembali.” mereka itulah orang-orang yang mendapat keberkahan
yang sempurna dan rahmat dari Allah, dan mereka itulah
orangorang yang mendapat petunjuk (Q.S. Al-Baqarah 2:155).
 Jadi, kita bisa menyimpulkan bahwa umat Islam, secara umum,
memandang penderitaan akibat penyakit yang mematikan
maupun yang ringan sebagai ujian atas keimanan dan kepasrahan
mereka pada sang pencipta.
RENTANG RESPON PERLINDUNGAN DIRI

Respon maladaptif
Respon adaptif

Peningkatan Pertumbuhan Perilaku Pencedera Bunuh diri


diri Peningkatan destruktif diri an diri
resiko tak langsung
 Cara BD :
 Laki, kasar : gantung diri, menembak, dan
meloncat
 Wanita : over dosis, tenggelam

 BD efek buruk keluarga dan masyarakat

 Angka BD indeks perasaan tak bahagia dan


gangguan emosional
PENDAHULUAN
 Semua manusia punya naluri membunuh
 Naluri membunuh
 Seseorang
 Masyarakat
 Suku bangsa
 Bangsa
 Pw lahir dorongan agresif : kedunia luar
 Super ego :
 Ada dorongan agresif dari luar
 Ada dorongan agresif kediri sendiri
PENDAHULUAN

 “Pembunuhan” 2 (dua) arah 


 membunuh orang lain (Homicide)
 membunuh diri sendiri (Suicide)
 Era Global :
 Angka kejadian BD meningkat
 Akibat :
▪ Persaingan
▪ Budaya tertentu
▪ Derajat stressor
 > 50 % berhub episode depresi
 WHO 2003 : 1 juta/tahun
 40 detik : 1 org bunuh diri
 Jakarta 1995-2004 : 5,8/100.000 penduduk
 Laki-laki > wanita  3 : 1
 Wanita 4x lebih sering dibanding laki
1.Orthothanasia, yaitu kematian yang terjadi
karena proses alamiah.
2.Dysthanasia, yaitu suatu kematian yang
terjadi secara tidak wajar.
3.Euthanasia, yaitu suatu kematian yang terjadi
dengan pertolongan atau tidak dengan
pertolongan dokter.
 Secara umum, bunuh diri berasal dari bahasa
Latin “suicidium”, dengan “sui” yang berarti
sendiri dan “cidium” yang berarti
pembunuhan.
 Schneidman mendefinisikan bunuh diri
sebagai sebuah perilaku pemusnahan secara
sadar yang ditujukan pada diri sendiri oleh
seorang individu yang memandang bunuh
diri sebagai solusi terbaik dari sebuah isu
 Menurut Maris, Berman, Silverman, dan Bongar
(2000), bunuh diri memiliki 4 pengertian, antara lain:
1. Bunuh diri adalah membunuh diri sendiri secara
intensional
2. Bunuh diri dilakukan dengan intensi
3. Bunuh diri dilakukan oleh diri sendiri kepada diri
sendiri
4. Bunuh diri bisa terjadi secara tidak langsung (aktif)
atau tidak langsung (pasif), misalnya dengan tidak
meminum obat yang menentukan kelangsungan
hidup atau secara sengaja berada di rel kereta api.
 BD adalah :
 Tindakan merusak diri sendiri
 Menggunakan zat (racun/obat)
 Bisa mengakibatkan kematian
 Termasuk dalam kedaruratan – psikiatri

 BD terselubung (Masked Suicide) / BD tak langsung


(Indirect Suicide) : Karin R. Andriolo
 “Mengatur” suatu kesempatan yang baik
 Dengan “membiarkan dirinya terbunuh”
 Secara “kultural” bisa diterima
 Dihargai oleh sekelompok orang (mis : harakiri,
juramentado, carok, siri)
 Eutanasia berasal dari kata Yunani ”Euthanatos,” yang terbentuk
dari kata eu dan thanatos yang masing-masing berarti ”baik” dan
”mati”3.
 Jadi, eutanasia artinya membiarkan seorang mati dengan mudah
dan baik.
 Kata ini juga didefinisi sebagai ”pembunuhan dengan belas kasih”.
Terhadap orang sakit, luka-luka, atau lumpuh yang tidak memiliki
harapan sembuh dan didefinisikan pula seabagai pencabutan
nyawa dengan sebisa mungkin tidak menimbulkan rasa sakit
seorang pasien yang menderita penyakit parah dan mengalami
kesakitan yang sangat menyiksa.
 Euthanasia: tindakan menghilangkan derita si sakit dengan jalan
mengakhiri kehidupannya secara medis.
 Secara medis, euthanasia baru dilaksanakan jika penyakit tersebut
tidak mungkin disembuhkan lagi, dengan kesepakatan keluarga
pasien.
 Cara positif maksudnya tindakan
memudahkan kematian orang yang sakit
yang dilakukan dokter dengan menggunakan
alat.
 Cara negatif yaitu tidak mempergunakan
alat-alat untuk mengakhiri hidup orang yang
sakit, tetapi hanya dibiarkan tanpa diberi
pengobatan.
 Euthanasia aktif; apabila dokter atau tenaga kesehatan
lainnya dengan sengaja melakukan suatu tindakan untuk
memperpendek (mengakhiri) hidup pasien.
 Euthanasia tak langsung; apabila dokter atau tenaga medis
lainnya tanpa maksud mengakhiri hidup pasien melakukan
suatu tindakan medis untuk meringankan hidup pasien.
Walaupun mereka mengetahui bahwa tindakan tersebut
dapat memperpendek hidup pasien.
 Euthanasia pasif; apabila dokter atau tenaga medis lainya
secara sengaja tidak lagi memberikan bantuan yang dapat
memperpanjang hidup pasien.
 Motivasi Eutanasia
 Para pendukung eutanasia menjastifikasi pendirian mereka
berdasarkan hal-hal berikut:
 1. Faktor ekonomi
 2. Pertimbangan ruangan, tempat tidur, petugas, dan peralatan
medis dirumah sakit yang justru dapat dimanfaatkan oleh pasien-
pasien yang lain.
 3. Mati yang layak
 Konsep mati dengan layak telah melahirkan gerakan
perumahsakitan di Inggris, pasien-pasien berpenyakit parah yang
dirawat di rumah sakit di seluruh dunia diberi kesempatan untuk
memilih hidup dengan layak atau mati dengan layak. Artinya, para
pasien yang sekarat itu diberi kesempatan seluas-luasnya untuk
menikmati apa yang mereka inginkan dari pada berbaring
ditempat tidur
Tambahan:
3. Euthanasia volunter
Euthanasia jenis ini adalah Penghentian tindakan
pengobatan atau mempercepat kematian atas permintaan
sendiri.
 Euthanasia involunter
Euthanasia involunter adalah jenis euthanasia yang
dilakukan pada pasien dalam keadaan tidak sadar yang tidak
mungkin untuk menyampaikan keinginannya. Dalam hal ini
dianggap famili pasien yang bertanggung jawab atas
penghentian bantuan pengobatan. Perbuatan ini sulit
dibedakan dengan perbuatan kriminal.
 Hidup dan mati itu ada ditangan Allah SWT
dan merupakan karunia dan wewenang Allah
SWT, maka Islam melarang orang melakuakn
pembunuhan, baik terhadap orang lain
(kecuali, dengan alasan yang dibenarkan oleh
agama) maupun terhadap dirinya sendiri
(bunuh diri) dengan alasan apapun.
 Karena itu, Islam sangat memperhatikan keselamatan
hidup dan kehidupan manusia sejak ia berada di rahim
ibunya sampai sepanjang hidupnya.
Dan untuk melindungi keselamatan hidup dan kehidupan
manusia itu, Islam menetapkan berbagai norma hukum
perdata dan hidup manusia itu, Islam menetapkan norma
hukum perdata dan pidana beserta sanksi-sanksi
 hukumannya, baik di dunia berupa hukuman haddar qisas
termasuk hukuman mati, diyat (denda) atau ta’zir, ialah
 hukuman yang ditetapkan oleh ulul amr atau lembaga
peradilan, maupun hukuman diakhirat berupa siksaan
Tuhan dineraka kelak.
 Dan janganlah membunuh jiwa yang diharamkan
Allah melainkan dengan suatu (alasan) yang benar
(Q.S Al-Isra, 17:33).
 Dari ayat di atas, jelaslah bahwa nyawa manusia
adalah suci dan, karenanya, tidak boleh dilenyapkan
kecuali atas dasar alasan yang dibenarkan, yaitu
dalam ekseksusi hukuman mati, dalam perang suci,
atau dalam pembelaan diri yang sah.
 Dari ayat di atas, jelaslah bahwa nyawa manusia
adalah suci dan, karenanya, tidak boleh dilenyapkan
kecuali atas dasar alasan yang dibenarkan, yaitu
dalam eksekusi hukuman mati, dalam perang suci,
atau dalam pembelaan diri yang sah.
 Hukuman bagi pelaku pidana pembunuhan dalam bahasa Arab disebut
(pembalasan yang adil). Aturan ini memastikan bahwa ketika hukuman
mati dilaksanakan maka hanya orang bersalahlah yang akan kehilangan
nyawanya.
 keluarga si terbunuh juga memiliki dua pilihan lain yaitu memaafkan
sipelaku, atau menerima uang tebusan.
 Menurut hukum pidana Islam, orang yang
menganjurkan/menyetujui/membunuh seseorang yang membunuh diri
adalah berdosa dan dapat dikenakan hukuman tasir. Demikian pula
apabila orang gagal melakukan bunuh diri, sekalipun dibantu orang lain,
maka semuanya dapat dikenakan hukuman ta’zir.
 Hukuman ta’zir, ialah hukuman terhadap suatu tindakan pidana yang
ditentukan macam hukumnya oleh Al-Qur’an dan hadits. Buat/ riwayat
hukum ta’zir itu diserahkan sepenunya kepada hakim yang mengadili
perkara untuk menjatuhkan hukuman yang sesuai dengan tindakan
pidananya, pelakunya, dan situasi dan kondisinya dimana tindak pidana
itu terjadi.
 BD saat pasien dirawat di RS
 St Kejahatan Berat
 Pelanggaran hukum ringan
 Belum ada UU yang seragam
 Peran menolong / sekutu : dapat dihukum
 Dokter/perawat yg terkait bisa dihukum
 BD yang dibantu dokter ??
 ∾ Pusat Pencegahan BD
 Hotline Service Emergensi
 Di USA  msh kurang thd Upaya-Prevensi
(mencakup hanya 10%)
 Masyarakat kurang tahu
 Merupakan sarana kes. mental yg penting u/
orang yg sedang menderita
 ”Allah yang menghidupkan dan yang mematikan, dan
Allah mengetahui segala apa yang kalian lakukan.”
(Q.S. Al-Imran, 3:156).
 Surat an-Nisâ’ [4] ayat 29-30:
“Dan janganlah kamu membunuh dirimu...”
 QS Al-Maidah[5]: 32)
“Barang siapa yang membunuh seorang manusia bukan karena orang itu membunuh
orang lain atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi maka seakan-akan ia
telah membunuh manusia seluruhnya…”
 Di dalam Al-Qur’an surat Al-Mulk ayat 2, di ingatkan bahwa
hidup dan mati adalah ditangan Allah yang ia ciptakan untukmenguji iman, amalah,
dan ketaatan manusia terhadap tuhan, penciptanya.
 Hadis Nabi Saw.
“Barang siapa menghempaskan diri dari sebuah bukit, lalu ia menewaskan dirinya, maka
ia akan masuk neraka dalam keadaan terhempas di dalamnya, kekal lagi dikekalkan
dalam neraka untuk selama-lamanya. Dan barang siapa meneguk racun lalu
menewaskan dirinya, maka racun itu tetap di tangannya sambil ia menegukkannya di
dalam neraka jahannam, kekal lagi dikekalkan di dalamnya selama-lamanya. Dan
barang siapa membunuh dirinya dengan sepotong besi, maka besinya itu terus
berada di tangannya, ia tikamkan ke perutnya di dalam api nereka jahannam selama-
lamanya”
 Hadits Nabi riwayat Bukhari dan Muslim dari jundub bin Abdullah
r.a: Artinya: telah ada diantara orang-orang sebelum kamu
seorang lelaki yang mendapat luka, lalu keluh kesahlah ia. Maka ia
mengambil pisau lalu memotong tangannya dengan pisau itu
kemudian tidak berhenti-henti darahnya keluar sehingga ia mati.
Maka Allah bersabda, ”Hambaku telah menyegerakan
kematiannya sebelum aku mematikan.” aku mengharamkan surga
untuknya.
 “Barangsiapa yang menjatuhkan diri dari sebuah gunung lalu ia
terbunuh maka ia akan masuk neraka dalam keadaan terhempas di
dalamnya, kekal lagi dikekalkan di dalamnya selama-lamanya” (HR.
Bukhari dan Muslim dari al-Dhahhak)
1. Faktor Sosial
TEORI DURKHEIM
 BD Egoistik : sulit integrasi dg lingkungan, kepribadian
kegagalan

 BD Altruistik : loyalitas berlebih thd agama dan kepercayaan.

 BD Anomik : integrasi thd masyarakat terganggu, tdk ikut


norma perilaku dan kebiasaan.
exam : perceraian, PHK
2. Faktor Psikologis
 Teori Freud : Agresi dibelokkan kedalam
Ragu BD tanpa keinginan untuk bunuh org lain yg telah
direpresikan.

 Teori Menninger
BD sbg pembunuhan yg diretrofleksikan, pembunuhan yg
dibalik arah akibat marah kpd orang lain.

 Teori Aaron Beck


Depresi yg mulai pulih (paradoxal suicide)
Putus asa (hopelessness) indikator akurat risiko BD jangka
panjang
a. Teori Freud : “Mourning and Melancholia”
• Cerminan agresi yg dibelokkan kedalam, thd
obyek cinta yang di- introyeksi dan ditangkap
secara ambivalen
• Hubungan antara depresi – kesedihan - agresi
dan BD
• Kehilangan cinta menyebabkan agresi pada
pasangan yang hilang, tapi karena objek agresi
telah hilang, maka agresi “berbalik” kediri sendiri
b. Teori Psikoanalitik Karen Horney :
faktor utama yang mendasari BD :

 Tiada harapan
 Penderitaan
 Keterasingan (alienation)
 Pencarian kejayaan (search of glory)
c. Teori Karl Menninger : “Man Againts Himself”
- Dasar : Theori Freme tentang Konsep :
“Eros Vs Thanatos”
- Impuls Destruksi Diri Vs Preservasi Diri
- Ada 3 Faktor yang Berhubungan dengan BD :
* Keinginan untuk membunuh
* Keinginan untuk dibunuh
* Keinginan untuk mati
- BD Fokal dan BD Kronik
d. Nico Speijer :
- == Teori Freud
- Adanya Agresi Hebat yang tidak
dapat disalurkan / disublimasikan
- Agresi timbul ok Frustrasi (Dollard :
Teori Agresi - Frustrasi)
e. Erwin Ringel : Presuicidal Syndrome Theory
1. Konstriksi yang berkembang :
a) Konstriksi situasional :
- Musibah berat
- Hari-hari terakhir (Hitler)
- Perasaan terhimpit subjektif
b) Konstriksi psikodinamik :
- Penyempitan isolasi, Pola PL
- Emosional dan mental mekanisme
c) Keterbatasan hubungan inter personal
d) Penyempitan nilai-nilai
2. Agresi terhambat dan membalik pada
dirinya (oto-agresi)  “gangguan jiwa”
3. Fantasi BD
- Mula-mula pada pertimbangan
- Kemudian spontan muncul dgn sendirinya
- Fantasi aktif (dying or being death)
- Kompulsif
- Kasus kedaruratan ok. Disini sudah ada
rencana BD yang lebih rinci
GGN MOOD USAHA BD

15% Ggn mood 10% usaha BD


Selanjutnya BD selanjutnya BD
BD dalam 10 th

45-70% BD menderita 19-24% BD telah


Gangguan mood melakukan usaha BD
sebelumnya
a. GENETIKA :
- BD cenderung “berjalan” dalam keluarga
- “Model” bagi anggota keluarga lainnya (Identifikasi)
- 51 pasangan kembar monozigotik : 9 kasus BD
- Beban genetik yang berat :
▪ Ggn. Depressi Berat
▪ Ggn. Bipolar I
▪ Ggn. Mood lain
▪ PGZ
▪ Transmisi genetik dari st ggn mental, misal faktor genetik
untuk impulsivitas yang mungkin berhubungan dgn sistem
serotonin sentral
b. Neurokimiawi :
• Defisiensi Serotonin (pe ↓ 5 HTAA)
(BD keras)
dikaitkan dgn : pengendalian impuls yang buruk
• Peningkatan Kortisol bebas (urine) dll
• Pembesaran Ventrikular otak
• Abnormalitas EEG
• Enzim Monoamin Oksidase (trombosit) :
rendah
No Faktor Risiko Tinggi Risiko Rendah

1 Umur > 45 th / akil baliq 24-45 th/ < 12 th


2 Jenis Kelamin Pria Wanita

3 Status kawin Cerai. Pisah, Kawin


janda, duda
4 Hidup sosial terisolasi Aktif b’masy
5 Keahlian Profesional, Dr, ahli buruh
hukum, mhsw
6 Pekerjaan Pengangguran bekerja

7 Kshtan Fisik Kronis/terminal Tak ada mas medis


serius
No Faktor Risiko Tinggi Risiko Rendah

8 Keshtn Depresi, delusi, Gg kepribadian


Mental halusinasi
9 Obat dan Kecanduan Tidak pernah
alkohol
10 Usaha BD Minimal 1 X Tidak pernah
sblmnya

11 Rencana Pasti/spesifik Kabur (samar)

12 Cara Tembak, loncat, Minum obat, racun


gantung diri

13 Tersedianya Selalu tersedia Tidak tersedia


alat
 Bunuh diri merupakan tindakan yang secara
sadar dilakukan oleh pasien untuk mengakhiri
kehidupannya. Berdasarkan besarnya
kemungkinan pasien melakukan bunuh diri,
kita mengenal tiga macam perilaku bunuh diri,
yaitu:

 Isyarat bunuh diri


 Ancaman bunuh diri
 Percobaan bunuh diri
 Isyarat bunuh diri
 Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan
berperilaku secara tidak langsung ingin bunuh
diri, misalnya dengan mengatakan: “Tolong jaga
anak-anak karena saya akan pergi jauh!” atau
“Segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.”
 Pada kondisi ini pasien mungkin sudah memiliki ide
untuk mengakhiri hidupnya, namun tidak disertai
dengan ancaman dan percobaan bunuh diri.

 Pasien umumnya mengungkapkan perasaan seperti


rasa bersalah / sedih / marah / putus asa / tidak
berdaya. Pasien juga mengungkapkan hal-hal negatif
tentang diri sendiri yang menggambarkan harga diri
rendah
 Ancaman bunuh diri
 Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh pasien,
berisi keinginan untuk mati disertai dengan rencana
untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk
melaksanakan rencana tersebut

 . Secara aktif pasien telah memikirkan rencana bunuh


diri, namun tidak disertai dengan percobaan bunuh diri.
 Walaupun dalam kondisi ini pasien belum
pernah mencoba bunuh diri, pengawasan ketat
harus dilakukan. Kesempatan sedikit saja
dapat dimanfaatkan pasien untuk
melaksanakan rencana bunuh dirinya.
 Percobaan bunuh diri

 Percobaan bunuh diri adalah tindakan pasien


mencederai atau melukai diri untuk mengakhiri
kehidupannya. Pada kondisi ini, pasien aktif mencoba
bunuh diri dengan cara gantung diri, minum racun,
memotong urat nadi, atau menjatuhkan diri dari tempat
yang tinggi.
 Jika ditemukan data bahwa pasien
menunjukkan isyarat bunuh diri, masalah
keperawatan yang mungkin muncul adalah:

 Harga diri rendah.

 Bila telah merumuskan masalah ini, maka


tindakan keperawatan yang paling utama
dilakukan adalah meningkatkan harga diri
pasien .
 Risiko bunuh diri
 BD pasien psikiatri dapat dicegah
 Perlu penggalian riwayat psikiatrik yg lengkap
 Keputusan merawat pasien di RS tgt banyak
faktor a.l. :
- Diagnosis, Keparahan Depressi dan Gagasan BD
 Kemampuan pasien & keluarga mengatasi masalah
 Situasi hidup pasien
 Adanya dukungan sosial
 Faktor risiko BD : (+) / (-)
 Untuk merawat pend. dgn ide BD  perlu
keputusan klinis !
 Tidak semua kasus harus dirawat di RS
 Komitmen pasien
 Dukungan sosial
 Komitmen dokter
 Indikasi rawat :
 Tidak adanya Dukungan Sosial
 Riwayat PL impulsif
 Rencana tindakan BD
 Scheinedman : tindakan preventif –praktis
 Turunkan penderitaan psikologis (lingkungan, teman,
kantor, pasangan)
 Bangun dukungan yg positif dan realistis
 Menawarkan alternatif thd BD
 Formulasi terapi meliputi :
 Medikasi Psikotropika (Anti Depresan, Anti Psikotik,
Anti Anxietas)
 ECT
 Psikoterapi supprotif
▪ Individual
▪ Kelompok
▪ Keluarga
 Terapi lain terkait, misal : thd PGZ , dll
 Tindakan keperawatan untuk pasien
percobaan bunuh diri

 Tujuan : Pasien tetap aman dan


selamat
 Tindakan : Melindungi pasien
 Untuk melindungi pasien yang mengancam atau mencoba bunuh
diri, maka dapat dilakukan tindakan berikut:
 Menemani pasien terus-menerus sampai dia dapat dipindahkan
ketempat yang aman
 Menjauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya pisau, silet,
gelas, tali pinggang)
 Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya,
jika pasien mendapatkan obat
 Dengan lembut menjelaskan pada pasien bahwa saudara akan
melindungi pasien sampai tidak ada keinginan bunuh diri
 ORIENTASI
 ”Selamat pagi A kenalkan saya adalah dokter
yang bertugas diPuskesmas ..., saya melakukan
kunjungan rutin ke sini.”
 ”Bagaimana perasaan A hari ini?”
 “Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang
apa yang A rasakan selama ini. Dimana dan
berapa lama kita bicara?”
 KERJA
 “Bagaimana perasaan A setelah bencana ini
terjadi? Apakah dengan bencana ini A merasa
paling menderita di dunia ini? Apakah A
kehilangan kepercayaan diri? Apakah A merasa tak
berharga atau bahkan lebih rendah daripada orang
lain? Apakah A merasa bersalah atau
mempersalahkan diri sendiri? Apakah A sering
mengalami kesulitan berkonsentrasi? Apakah A
berniat untuk menyakiti diri sendiri, ingin bunuh
diri atau berharap bahwa A mati? Apakah A pernah
mencoba untuk bunuh diri?
 Apa sebabnya, bagaimana caranya? Apa yang A
rasakan?” Jika pasien telah menyampaikan ide
bunuh dirinya, segera dilanjutkan dengan
tindakan keperawatan untuk melindungi pasien,
misalnya dengan mengatakan: “Baiklah,
tampaknya A membutuhkan pertolongan segera
karena ada keinginan untuk mengakhiri hidup”.
”Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar A ini
untuk memastikan tidak ada benda-benda yang
membahayakan A.”
 ”Nah A, Karena A tampaknya masih memiliki
keinginan yang kuat untuk mengakhiri hidup A,
maka saya tidak akan membiarkan A sendiri.”
 ”Apa yang A lakukan kalau keinginan bunuh diri
muncul ? Kalau keinginan itu muncul, maka
untuk mengatasinya A harus langsung minta
bantuan kepada perawat di ruangan ini dan juga
keluarga atau teman yang sedang besuk. Jadi A
jangan sendirian ya, katakan pada perawat,
keluarga atau teman jika ada dorongan untuk
mengakhiri kehidupan”.
 ”Saya percaya A dapat mengatasi masalah, OK A?”
 TERMINASI
 ”Bagaimana perasaan A sekarang setelah
mengetahui cara mengatasi perasaan ingin
bunuh diri?”
 ”Coba A sebutkan lagi cara tersebut”
 ”Saya akan menemani A terus sampai
keinginan bunuh diri hilang”
 ( jangan meninggalkan pasien )

Anda mungkin juga menyukai